• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Tinjauan Umum tentang Sertifikasi Tanah Wakaf 1. Pengertian Umum Sertifikat

3. Status Tanah Wakaf yang Tidak Bersertifikat

Negara yang ada dalam sistim tata usaha pendaftaran tanah di kantor pertanahan;

e. Turut mengembangkan syiar agama Islam melalui penyediaan prasarana berupa tanah yang kelanggengan manfaatnya dijamin oleh hukum Negara;

f. Partisipasi aktif wakif dalam memecahkan persoalan kelangkaan tanah bagi pembangunan prasarana peribadatan dan prasarana sosial yang sejalan dengan ajaran Islam.

Penertiban sertifikat hak atas tanah yang berfungsi sebagai alat bukti, merupakan jaminan bagi kepastian hukum atas tanah termasuk tanah wakaf. Adanya suatu keharusan untuk mendaftarkan tanah wakaf guna mendapatkan sertifikat, dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari dan mencegah terbawanya lembaga wakaf ke dalam perselisihan. Kalaupun terjadi sengketa mengenai tanah wakaf, dengan adanya sertifikat tanah wakaf tersebut maka status hukumnya kuat secara yuridis. Dengan demikian, pendaftaran tanah wakaf sangat penting dari segi administrasi, hukum dan tetap terpelihara/terjaganya tanah wakaf tersebut.37

3. Status Tanah Wakaf yang Tidak Bersertifikat

Tanah sangat berarti untuk kelangsungan manusia, karena tanah dipergunakan untuk mendukung kehidupan manusia. Status tanah menentukan dalam pemanfaatan tanah tersebut di kemudian hari. Untuk

37

34

memperoleh status hukum yang memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum, maka tanah tersebut harus disertifikatkan.

Tanah wakaf merupakan salah satu objek pendaftaran tanah yang termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Untuk memperoleh sertifikat tnah wakaf melalui mekanisme pendaftaran tanah wakaf pada kantor pertanahan setempat. Sertifikat tanah wakaf sangat penting sekali dalam menentukan status tanah wakaf.

Dalam praktik, terdapat tiga status tanah wakaf yaitu sebagai berikut:

a. Tanah wakaf yang tidak memiliki akta ikrar wakaf dan tidak bersertifikat

Sebelum Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik dikeluarkan, perwakafan tanah tidak diketahui, jumlahnya, penggunaan dan pengelolaannya dikarenakan tidak ada aturan mengenai ketentuan administratifnya, padahal dalam pasal 49 ayat (3) UUPA disebutkan bahwa perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dalam peraturan pemerintah.

Permasalahan ini mengkhawatirkan, karena keadaan tersebut sangat mempermudahkan penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan dan pemanfaatan tanah wakaf yang tidak sesuai lagi dengan hakikat dan tujuan wakaf. Penyimpangan tersebut

35

diantaranya adalah dapat berakibat pada ketidakjelasan status tanah wakaf tersebut.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. Tujuan peraturan ini yang terdapat dalam penjelasannya adalah menjadikan tanah wakaf sebagai lembaga keagamaan yang dapat dipergunakan sebagai salah satu sarana guna pengembangan kehidupan keagamaan, khususnya bagi umat Islam untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini belum berjalan secara maksimal contoh kecilnya, dari data yang diberikan oleh Kepala KUA Kecamatan Cililin bahwa tanah wakaf yang ada di Kecamatan Cililin sebanyak 178 lokasi, dari jumlah itu hanya 38 (21,34%) tanah wakaf yang sudah bersertifikat, dan sebanyak 140 (78,66%) tanah wakaf yang belum bersertifikat. Bahkan masih ada tanah wakaf yang belum memiliki akta ikrar wakaf dan belum bersertifikat yang tidak tercatat dalam data di kementerian agama.

Tanah wakaf yang tidak mempunyai akta ikrar wakaf dan sertifikat ini akan berakibat tidak adanya pengakuan atau bahwa pengingkaran ikrar wakaf yang dilakukan oleh wakif (orang tua) sebelum meninggal sehingga status hukum tanah wakaf menjadi tidak jelas.

36

b. Tanah wakaf yang memiliki akta ikrar wakaf tetapi tidak bersertifikat

Dalam proses dan prosedur sertifikasi tanah wakaf, ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh. Tahap pertama adalah akta ikrar wakaf. Ikrar wakaf harus dituangkan dalam akta ikrar wakaf yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf. Akta ikrar wakaf merupakan persyaratan mutlak yang harus ada dalam pendaftaran tanah wakaf dan pembuatan sertifikat tanah wakaf oleh kantor pertanahan setempat.

Apabila terdapat tanah wakaf yang belum memiliki akta ikrar wakaf, sedangkan perbuatan wakaf sudah diketahui berdasarkan petunjuk dan 2 (dua) orang saksi serta akta ikrar wakaf tidak mungkin dibuat karena wakif sudah meninggal dunia atau tidak diketahui lagi keberadaannya, maka akan dibuatkan Akta Pengganti Ikrar Wakaf oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf sebagai bukti bahwa tanah tersebut telah diwakafkan. Hal tersebut termuat dalam Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 sebagai peraturan pelaksana dari Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf.

Status tanah demikian dikarenakan kelalaian atau kekhilafan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf yang tidak memproses Akta Ikrar Wakaf ataupun Akta Pengganti Ikrar Wakaf menjadi sertifikat wakaf yang dikeluarkan oleh kantor pertanahan

37

setempat. Akibatnya kedudukan tanah wakaf tersebut belum kuat secara hukum tidak seperti tanah wakaf yang bersertifikat. Untuk itu diperlukan peran aktif Nazhir maupun wakif untuk mengingatkan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf agar melakukan pendaftaran tanah wakaf di kantor pertanahan setempat supaya diterbitkan sertifikat tanah wakaf.

c. Tanah wakaf yang memiliki akta ikrar wakaf dan bersertifikat Tanah wakaf yang berstatus demikian telah memperoleh kepastian hukum dan perlindungan hukum. Tanda wakaf tersebut tidak bisa diambil alih oleh siapa pun karena telah memperoleh bukti (sertifikat) yang otentik yang menyatakan bahwa tanah tersebut telah diwakafkan.

Dalam pasal 2 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, disebutkan bahwa wakaf sah apabila dilaksanakan menurut syari’ah. Hal demikian berarti tanah wakaf sah apabila dilaksanakan menurut ketentuan syari’ah. Hal demikian berarti tanah wakaf yang telah dilaksanakan menurut ketentuan syari’ah berstatus tanah wakaf, tetapi ketidakadaan sertifikat membuat kedudukan tanah wakaf tersebut lemah secara hukum dikarenakan tidak ada bukti yang menunjukkan tanah wakaf tersebut telah diwakafkan.