• Tidak ada hasil yang ditemukan

TENTANG PENDAFTARAN TANAH

C. Hapusnya Hak Paka

2.3. Konversi Hak atas Tanah

2.2.4. Status quo hak-hak tanah terdahulu

Hal yang sama tentunya juga untuk hak-hak tanah ada, artinya setelah berlakunya ketentuan-ketentuan UUPA dan PP 10 Tahun 1961 maka tidak mungkin diterbitkan lagi hak-hak tanah yang tunduk kepada hukum adat.

Ada dua pandangan mengenai hal ini, yang satu memandang setelah berlakunya UUPA,maka tidak mungkin lagi diterbitkan hak-hak adat tetapi pandangan lain menyebutkan oleh karena PP 10 Tahun 1961 saja baru dianggap ketentuan status quo ini berlaku.

Dengan berlakunya status quo atas tanah-tanah dari sistem lama,maka dapatlah kita laksanakan dengan konsekuen jonversi tersebut.Dengan demikian pula setiap ada pembuatan suatu bukti hak baru atas tanah yang tunduk atau yang akan ditundukkan kepada sistem lama adalah batal dan tidak berkekuatan hukum.

Yang dapat ditolerir adalah pernyataan bahwa sesutau bidang tanah itu tunduk kepada Hukum Adat.Hal ini berkaitan dengan pandangan pragmatis bahwa tanah-tanah yang tunduk kepada hukum adat pada umumnya tidak mempunyai bukti-bukti hak-atas tanah,hanya diketahui batas-batasnya oleh para jiran tetangganya dan berdasarkan kenyataan itulah maka kepala desa menerbitkan surat keterangan tentang hak tanah tersebut yang disahkan oleh camat stempat.Keterangan itu adalah bersifat dekleratif (hanya menerangkan saja dan tidak bersifat konsitutif).

Kita harus tetap ingat bahwa girik,letter c,petuk dan sebagiannya itu bukan bukti hak milik atas menurut hukum adat, tetapi adalah bukti pajak yang sudah dibayar,dan bukti penagihan pajak itu sekarang namanya bukan lagi girik dan seterusnya tetapi telah berubah menjadi ireda,kemudian Ipeda dan sekarang bernama PBB.Dan PBB ini berlaku untuk semua tanah saja yang ada di tanah air kita yang dimanfaatkan untuk dimiliki/dikuasai oleh seseorang.Khusus Propinsi Irian Jaya maka konversi dari hak-hak atas tanahnya dengan surat Keputusan Mentri dalam Negri nomor Sk.59/Dja/1973 sebagimana telah diatur dalam Peraturan Mentri dalam Negri no.8 Tahun 1971 diperpanjang sampai dengan tanggal 26b September 1973.15

2.4 .Kepastian Hukum Hak-Hak Atas Tanah 2.4.1.Pelaksanaan Pendaftaran tanah

Garis-garis Besar Haluan Negara 1993 mengamanatkan tentang pertanahan sebagai berikut :

Penguasaan tanah oleh negara diarahkan agar pemanfaatannya dapat mewwujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, sedangkan penataan pengunaan tanah dilaksanakan secara berencana guna mewujudkan kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.Penataan penggunaan tanah perlu memperhatikan hak-hak rakyat atas tanah,fungsi sosial hak atas tanah batas maksimum pemilik tanah pertanian dan perkotaan,serta pencegahan penelantaran tanah, termasuk berbagai upaya untuk mencegah pemusatan penguasaan tanah yang merugikan kepentingan rakyat.16

Didalam pelaksanaanya jelas telah diuraikan didalam berbgai perauran pelaksanaanya.Namun di dalam praktek masih dijumpai berbagai masalah terutama di dalam pembuktian penguasaan tanahnya, karena tanah-tanah tersebut tidak terdaftar di Kantor Pertanahan.

Banyak tanah-tanah yang tidak jelas kepemilikannya dan penggunaanya. Terjadinya peralihan secara terus menerus tanpa melaui instansi yang berwenang ketidak jelasan tentang penguasaan tanah dan penggunaan tanah mengakibatkan usaha pemerintah untuk melaksanakan pembagian yang adil atas tanah dan hasil yang adil

Banyak masyarakat yang mempunyai tanah yang cukup luas dan yang tidak mempunyai tanah sama sekali, banyak tanah-tanah yang statusnya absentee, namun pemilik yang bersangkutan tidak mengetahui, bahwa kepemilikan tersebut dilarang atau pemiliknya tidak tahu dengan peraturan yang ada. Karena tanah-tanah tersebut tidak terdaftar, maka jangkauan pelaksanaan landrefom tidak sampai kepada sasaran.

Pasal 19 UUPA menyebutkan,bahwa untuk menjaminkan kepastian hukum hak-hak atas tanah harus didaftarkan,Pendataran tanah berfungsi untuk melindungi si pemilik.Disamping itu pendaftaran tanah juga berfungsi untuk mengetahui status sebidang tanah,siapa pemiliknya,apa haknya,berapa luasnya,untuk apa dipergunakan dan sebagainya, dengan kata lain pendaftaran tanah bersifat land information system dan geografis information system.

A. Pendaftaran Tanah dan Konversi

Konversi adalah penyusaian hak-hak yang lama yang berlaku sebelum, berlakunya UUPA kepada hak-hak yang diatur didalam pasal 16 UUPA atau dengan kata lain penyuasian hak-hak sesuai dengan sistem yang dianut oleh UUPA.

Didalam ketentuan konversi disebutkan,bahwa hak-hak atas tanah yang dikenal sebelum berlakunya UUPA yaitu hak-hak adat dan hak-hak barat harus disesuaikan dengan hak-hak menurut UUPA.Oleh karena kedudukan hak adat dan hak barat pada pada zaman hindia belanda berbeda,yaitu dimana hak-hak barat jelas statusnya,yaitu semuanya

terdaftar,sedangkan hak-hak adat hanya sebagian kecil yang terdaftar,maka di dalam penyelesaian konversinya juga diadakan perbedaan.

Sebagai dimaksudkan dalam 4 dan tidak dimintakan penegasan konversi menurut ketentuan-ketentuan peraturan ini, maka hak yang bersangkutan dianggap sebagai hak pakai dengan jangka waktu paling lama 5 Tahun sejak berlakunya UUPA dan sesuai jangka waktu tersebut lampau tanahnya menjadi tanah negara.

Namun kenyataanya di lapangan masih banyak hak-hak adat ini yang diperjual belikan di bawah tangan,sehingga usaha pemerintah agar hak-hak adat itu secara berangsur-angsur hapus dan menjadi hak-hak menurut UUPA menjadi terkendala.

Dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah diberikan diberikan penegasan tentang sejauh mana kekuatan pembuktian sertifikat,yang dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat.Untuk itu dikatakan bahwa selama belum dibuktikan yang sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang dicantumkan dalam sertifikat harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam sengketa di pengadilan sepanjang data tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam surat ukur dan buku tanahnya.

Tidak dapat menuntut tanah yang sudah bersertifikat atas nama orang atau, badan hukum lain jika selama 5 Tahun sejak dikeluarkannya sertifikat tersebut tidak dimajukannya gugatan kePengadilan.

Selanjutnya pasal 24 menyebutkan tentang tata cara pembuktian hak-hak lama untuk keperluan pendaftaran yang berasal dari konversi dengan:

a. .Dengan bukti-bukti tertulis

b. .Keterangan saksi dan/atau pernyataan yang bersangkutan,yang kadar kebenarannya oleh Panitia Adjukasi,bagi pendaftaran secara sparodik cukup untuk mendaftarkan hak(ayat 1).

Pada ayat (2) dikatakan,apabila pembuktian diatas tidak ada lagi,maka pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 Tahun atau lebih berturut-turut oleh pemohon pendaftaran tanah dengan syarat:17

1. .Penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah secara diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya.

2. Penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan atau pihak lain.

Dengan berlakunya PP No.24 Tahun 1977,tentang Pendaftaran Tanah ini diharapkan permasalahan tentang informasi mengenai pertanahan ini dapat dihindarkan kekurangan atau tidak adanya informasi pertanahan ini berakibat tidak jelasnya status kepemilikan (hak-hak atas tanah)yang ada,dan konsekuensi lebih lanjut,bisa saja pemerintah salah dalam memberi keputusan dan demikian pula lebih lanjut peradilan juga mungkin akan keluar dalam keputusannya.

Guna mempercepat proses pemberian kepastian hukum bagi penerima

redistribusi tanah objek landrefom di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 jo Peraturanj Mentri Agraria/Ka.BPN Nomor 3 Tahun 1993 disebutkan bahwa :

Bahwa didalam pelaksanaan pendaftaran tanah ada 3 cara yang dilakukan sesuai dengan pembuktian haknya yaitu:

a. .Pemegang Hak

Pasal 65 ayat (1) a menyebutkan bahwa hak atas bidang tanah yang alat bukti tertulisnya lengkap atau yang alat buktinya tidak lengkap tapi ada keterangan saksi,maupun pernyataan yang bersangkutan dan keterangan yang dapat dipercaya dari sekurang-kurangnya 2 orang saksi dari lingkungan masyarakat setempat,yang menyatakan bersangkutan adalah benar pemilik bidang tanah yang bersangkutan,oleh Ketua Panitia Adjukasi untuk pendaftaran tanah secara sistematik atau Kepala Kantor Pertanahan untuk pendaftaran secara sporadik ditegaskan konversinya menjadi hak milik atas nama pemegang hak yang terakhir .

b.Pengakuan Hak

Hak atas tanah yang bukti kepemilikannya tidak ada tetapi setelah dibuktikan kenyataan penguasaan fisiknya selama 20 tahun oleh Ketua Panitia Adjukasi untuk pendaftaran secara sistematik atau oleh Kepala kantor Pertanahan untuk pendaftaran tanah secara sporadik diakui sebagai hak milik.

c.Pemberian Hak

Pada pasal 66 Peraturan Mentri Negara Agraria/Ka.BPN disebutkan:18 1) .Berdasarkan Berita Acara Pengesahan data fisik dan data

yuridis,Ketua Panitia Adjukasi mengusulkan secara kolektif kepada kepala Kantor Pertanahan setempat.Pemberian hak atas tanah-tanah negara,termasuk tanah negara yang menjadi objek landrefom.

2) Dalam Pendaftaran Tanah secara sistematik Kepala Kantor Pertanahan diberi wewenang untuk menetapkan pemberian hak milik,hak guna bangunan atau hak pakai atas tanah negara sebagaimana disebut diatas (Wewenang Kepala Kantor Pertanahan ini kemudian dipertegas lagi dengan Peraturan Mentri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pelimpahan

Wewenang Pemberian dari Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara.

3) .Dalam penyelasain pemberian hak atas tanah agraria ini tidak dilakukan pemeriksaan ulang oleh Panitia Tanah

4) .Penetapan pemberian hak dilakukan secara kolektif dalam waktu paling lama 14 hari kerja sejak diterimanya usul pemberian hak tersebut dari Ketua Panitia Adjukasi.

Semakin kompleksnya masalah tanah,semakin kompleks pula masalah yang dihadapi di dalam penerapan landrefom.Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya pembangunan di segala bidang kehidupa.Di dalam era globalisasi sekarang ini dimana pandangan masyarakat kota dan desa tidak jauh berbeda,nilai tanah bagi pandangan mereka juga tidak jauh berbeda.

Dokumen terkait