• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Status gizi

2.2.1 Pengertian status gizi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet.10,12

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif.10-12

Menurut Depkes RI 2002, status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan.11,13

Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization – National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, gizi baik untuk well nourished. Ketiga, gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, kurang energi protein (KEP). Keempat, gizi buruk untuk severe KEP, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor, dan kwasiorkor.12,14

Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan, penyerapan, dan penggunaan zat gizi tersebut.11,14

15

2.2.2 Penilaian status Gizi

Menurut penelitian Supariasa tahun 2001, penilaian gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penelitian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. 1. Antropometri

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia, apabila ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi. Penggunaan antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan tersebut terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. 11,12,14

Dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat mengukur beberapa parameter seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TT/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan (BB) juga merupakan parameter antropometri yang sangat labil dalam keadaan normal, apabila kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi serta kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan akan berkembang mengikuti pertambahan umur.14,15 2. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi karena didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, mukosa oral, atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode ini umumnya digunakan untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys) dan dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari

kekurangan zat gizi. Metode ini juga dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisis atau riwayat penyakit.13,15

3. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh antara lain darah, urin, feses, hati, dan otot. Metode ini juga dapat dijadikan sebuah peringatan akan keadaan malnutrisi yang lebih buruk dan bagi gejala klinis yang kurang spesifik dapat pula ditentukan kekurangan gizi yang spesifik dengan menggunakan metode ini.13,15

4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik dengan menggunakan tes adaptasi gelap.12,13

Penilaian status gizi tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu survey konsumsi makanan dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi, statistik vital dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, dan faktor ekologi dengan melihat hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.14,15

2.2.3 Klasifikasi status gizi

Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/TB), untuk mengetahui pertumbuhan normal US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan the National Center for Health Statistic (NCHS) membuat grafik pertumbuhan yang memiliki klasifikasi berdasarkan berat dan tinggi berdasarkan umur dan jenis kelamin serta indeks masa tubuh.13,15,16

Grafik pertumbuhan memiliki 7 kurva dengan pola yang sama. Setiap kurva tersebut mewakili persentil yang berbeda yaitu 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, dan 95th. Persentil 50th menunjukan rata-rata nilai pada umur tersebut. Selain itu ada juga grafik dengan tambahan persentil 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, dan 97th.

17

Besar atau rendahnya persentil tidak menunjukkan adanya masalah pada status gizi.14-16

Grafik WHO 2006 adalah grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun. Penentuan status gizi menggunakan cut off z score WHO 2006 untuk usia 0-5 tahun dan persentase berat badan ideal sesuai kriteria Waterlow untuk anak di atas 5 tahun. Klasifikasi BB dan TB dapat digunakan kriteria Waterlow tetapi untuk IMT hanya diklasifikasikan menurut persentil.13,14

Table 2.6 Klasifikasi status gizi

Kategori (%) (persentil) Obesitas >120 > P95 Gizi lebih >110 P85-P95 Normal 90-110 P5-P85 Gizi kurang 70-90 < P5 Gizi buruk <70

(Sumber : Nutrisi Pediatrik , 2011)14

Grafik WHO 2006 digunakan untuk usia 0-5 tahun karena mempunyai keunggulan metodologi dibandingkan CDC 2000. Untuk usia di atas 5 tahun hingga 18 tahun digunakan grafik CDC 2000 dengan pertimbangan grafik WHO 2007 tidak memiliki grafik BB/TB dan data dari WHO 2007 merupakan

smoothing NCHS 1981.13,14

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi balita baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Tingkat pendidikan orang tua

Pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan akan mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan, sehingga kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah

(2006) melalui uji korelasi Spearman, menunjukkan adanya hubungan positif dan sangat signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita. 12,14,15

2. Penyakit infeksi

Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang buruk dapat mempermudah terkena penyakit infeksi, sehingga penyakit infeksi dengan keadaan gizi merupakan suatu hubungan timbal balik. Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh faktor agent (penyebab infeksi), host (induk semang), dan

route of transmission (jalannya penularan). Faktor agen penyebab penyakit infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, riketsia, dan protozoa. Berbagai agen infeksi tersebut akan menyebabkan seseorang mengalami penyakit-penyakit infeksi seperti influenza, cacar, thypus, disentri, malaria, dan penyakit kulit seperti panu. Suatu penyakit infeksi juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri, tergantung dari kekebalan atau resistensi orang yang bersangkutan. Penyakit infeksi ini merupakan penyakit yang menular dan penularan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.16,17

3. Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga adalah penghasilan orang tua setiap bulan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah (2006) melalui uji korelasi

Spearman menunjukkan adanya hubungan yang positif dan sangat signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi. Pendapatan yang rendah berpengaruh terhadap asupan makanan yang dikonsumsi karena penghasilannya terbatas. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi. Semakin besar pendapatan keluarga maka semakin baik status gizi balita dan sebaliknya. Analisis Chi-square

menunjukkan bahwa status ekonomi secara bermakna merupakan faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita.16,17

19

Dokumen terkait