2.5. Kecerdasan Kinestetik Jasmani 1. Pengertian Kecerdasan Majemuk
2.5.4. Stimulasi Terhadap Kecerdasan Kinestetik
Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga
hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu juga dalam
suasana bermain aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk
melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya. Anak bebas
mengekspresikan gagasannya melalui khayalan, drama, bermain konstruktif dan
sebagainya.57 Dalam hal ini anak dimungkinkan untuk mengembangkan perasaan
56 Gardner. Howard.,(1993) : Frames Of Mind The Theory of Multiple Intelligences, Tenth-Anniversary Edition, Basic Books A Member of The Perseus Books Group, New York, hal.
bebas secara psikologis. Bermain dapat digunakan sebagai media untuk
meningkatkan keterampilan dan kecerdasan tertentu pada anak.
Stimulasi kecerdasan kinestetik terjadi pada saat bermain. Pada saat bermain
itulah anak berusaha melatih koordinasi otot dan gerak. Pada saat kegiatan bermain
berlangsung hampir semua aspek perkembangan anak dapat terstimulasi dan
berkembang dengan baik termasuk didalamnya perkembangan kreativitas. Hal senada
sejalan dengan apa yang disebut oleh Catron dan Allen yang mengemukakan bahwa
bermain dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap semua area
perkembangan.58 Anak-anak dapat belajar tentang dirinya sendiri dan lingkungan, serta kebebasan untuk berimajinasi, bereksplorasi dan menciptakan suatu bentuk
kreativitas.
Dalam hal yang dimaksud diatas stimulasi kinestetik terjadi dalam
wilayah-wilayah berikut:
1. koordinasi mata-tangan dan mata-kaki, seperti menggambar, menulis,
memanipulasi objek, menaksir secara visual, melempar, menendang,
menangkap
2. keterampilan lokomotor, seperti berjalan, berlari, melompat, berbaris, meloncat, mencongklak, merayap, berguling, dan merangkak
3. keterampilan nonlokomotor, seperti membungkuk, menjangkau, memutar tubuh, merentang, mengayun, berjongkok, duduk, berdiri
58 Catron. Carrol. E & Allen. Jan., (1999) :Early Childhood Curriculum : A Creative Play Model,
4. kemampuan mengontrol dan mengatur tubuh seperti menunjukkan
kesadaran tubuh, kesadaran ruang, kesadaran ritmik, keseimbangan,
kemampuan untuk mengambil start, kemampuan menghentikan gerak,
dan mengubah arah.
Dunia anak adalah dunia bermain, karena selama rentang perkembangan usia
dini, anak melakukan kegiatan dengan bermain, mulai dari bayi, balita hingga masa
kanak-kanak. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan atau
tanpa mempergunakan alat. Bermain menghasilkan pengertian dan memberikan
informasi, memberi kesenangan dan mengembangkan imajinasi spontan anak dan
tanpa beban. Kebutuhan atau dorongan internal (terutama tumbuhnya sel saraf di
otak) sangat memungkinkan anak melakukan berbagai aktivitas bermain tanpa
mengenal lelah. Selama ini jika anak sudah bersekolah, orangtua kebanyakan
membebani anak dengan tuntutan yang berat. Seperti anak harus pandai menulis,
berhitung dan membaca. Padahal anak masih dalam usia dini yaitu 0-6 tahun. Begitu
juga dengan pihak sekolah, ada sebagian sekolah yang dalam kegiatan
pembelajarannya tidak menggunakan konsep bermain dengan tepat, sehingga tujuan
bermain bagi anak tidak tercapai. Seharusnya dalam aktivitas belajar benar-benar
diterapkan konsep "bermain sambil belajar". Dengan demikian, anak benar-benar
merasakan dunianya dengan sempurna, berkesempatan mengembangkan segala aspek
kecerdasan yang ada pada dirinya. Ketika bermain, secara fisik anak juga belajar
memahami bagaimana kerja tubuhnya, memperkuat dan mengembangkan otot dan
menggunting kertas, menggambar, mengutak-atik benda, dan lain sebagainya. Begitu
juga dengan motorik kasar dan keseimbangannya, seperti memanjat, berlari,
melompat, berjalan dan lain-lain. Kegiatan tersebut mungkin saja akan tercipta pada
anak apabila adanya suatu rangsangan atau pembelajaran khusus yang mengacu ke
arah pengembangan kecerdasan kinestetik.
Cara mendidik dan mengajar anak-anak, baik di rumah, maupun di sekolah
masih kurang efektif. Pada dasarnya kemauan dan perasaan anak berbeda dengan
orang dewasa. Oleh sebab itu, seorang anak harus dilatih dan dibiasakan melakukan
segala sesuatu yang nantinya dapat dipergunakan sebagai bekal hidup di masa yang
akan datang. Dengan demikian, pendidikan bagi anak usia dini harus dimulai dari
dalam pikiran dan jiwa anak, dan harus berdasarkan kegiatan anak itu sendiri. Untuk
itu, perlu motivasi bagi anak untuk berbuat sendiri dan bukan hanya menerima saja.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, walaupun
pengembangan kecerdasan kinestetik khususnya dalam gerak tubuh sudah
dilaksanakan disekolah, akan tetapi dalam pelaksanaannya kurang optimal.
Permainan hanya sekedar bermain, tanpa melakukan tindak lanjut pada olah gerak
anak yang perlu untuk dikembangkan lagi seperti keterampilan tangan dan
pembelajaran gerak tubuh. Dengan demikian aspek psikomotorik anak berkembang
dengan optimaldan dapat merangsang kreativitas, imajinasi, dan olah pikir anak yang
Anak yang memiliki kecerdasan gerak-kinestetik memiliki koordinasi tubuh
yang baik dan mampu atau terampil menggunakan anggota tubuhnya.59 Gerakan-gerakan mereka terlihat seimbang, luwes, dan cekatan. Mereka cepat menguasai
tugas-tugas motorik halus dan secara artistik kemampuan menari dan menggerakkan
tubuh mereka luwes dan lentur.
Guru dapat memfasilitasi anak-anak yang memiliki kecerdasan ini dengan
memberi kesempatan pada mereka untuk bergerak. Pembelajaran dirancang
sedemikian rupa sehingga anak-anak leluasa bergerak dan memiliki peluang untuk
mengaktualisasikan dirinya secara bebas. Pembelajaran dapat dilakukan di luar
ruangan seperti di ataspapan titian, berjalan satu kaki, senam irama, merayap, dan
lari jarak pendek.60 Permainan yang bermuatan akademis sangat membantu anak-anak menyalurkan kebutuhan mereka untuk bergerak. Rangsangan terhadap
kecerdasan kinestetik membantu perkembangan dan pertumbuhan anak. Sesuai
dengan sifat anak, yakni suka bergerak, proses belajar hendaklah memperhatikan
kecenderungan ini. Anak-anak dengan kecenderungan kecerdasan ini belajar dengan
menyentuh, memanipulasi, dan bergerak. Mereka memerlukan kegiatan belajar yang
bersifat kinestetik dan dinamis. Mereka membutuhkan akses ke lapangan bermain,
lapangan rintangan, kolam renang, dan ruang olah raga. Oleh karena itu, proses
59 Amstrong. Thomas Ph.D., (2002) , op.cit., hal. 4.
60 Sujiono. Yuliani .M & Bambang Sujiono., (2010) :Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, PT Indeks, Jakarta, hal. 59.
pembelajaran yang menuntut konsentrasi anak dalam konteks pasif (duduk tenang di
kelas) hendaklah dikurangi.
Kecerdasan kinestetik dapat dirangsang melalui permainan-permainan yang
memungkinkan anak dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya
melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan karena ketika
bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya.61
Dengan meningkatnya kecerdasan kinestetik maka akan semakin memberi
kemungkinan untuk terjadinya koordinasi antara kognitif dan tindakan gerak.
Semakin sering ini dilakukan dengan pola yang terarah maka koordinasi tadi menjadi
keselarasan antara pikiran dan perilaku anak itu sendiri.
2.6. Manfaat Bermain Dalam Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik