BAB III KONSEP PERANCANGAN
A. Gagasan Visual Karya
2. Storyline
Hal 1 : Pesatnya perkembangan Kerajaan Majapahit bukan berarti tidak
terjadi konflik didalam kerajaan, banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh pengikut kerajaan yang tidak puas dengan pemerintahan. Dan kesemuannya dapat ditumpas oleh Gajah Mada beserta pasukan Bayangkara.
Hal 2 : Pemberontakan yang terhebat adalah pembrontakan Sadeng dan
Keta, yang hampir membunuh Hayam Wuruk. Itupun juga dapat digagalkan oleh Gajah Mada yang notabennya adalah patih biasa.
Hal 3 : Atas jasa Gajah Mada yang berhasil menggagalkan
pemberontakan, Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih Kerajaan Majapahit.
Hal 4 : Gajah Mada disambut sangat meriah oleh masyarakat Majapahit.
Hal 5 : Didalam kerajaan, Gajah Mada disambut oleh Raja Hayam
Wuruk beserta pejabat kerajaan lainnya.
Hal 6 : Upacara pengangkatan disaksikan oleh Raja dan seluruh pejabat
Hal 7 : Pada waktu upacara pengangkatan berlangsung, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa sebagai bukti kesetiaan kepada Kerajaan Majapahit.
Hal 8 : Majapahit mengadakan pesta perayaan atas diangkatnya Gajah
Mada menjadi Mahapatih yang dilaksanakan semalam suntuk.
Hal 9 : Sehari setelah pesta perayaan atas pengangkatannya sebagai
Mahapatih Majapahit, Gajah Mada mulai mengatur strategi untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Hal 10 : Gajah Mada mulai menaklukkan satu persatu kerajaan-kerajaan
di Nusantara.
Hal 11 : Satu per satu kerajaan di Nusantara mengakui superioritas
Majapahit.
Hal 12 : Dibawah pimpinan Gajah Mada, Majapahit menjadi kerajaan
yang sangat kuat.
Hal 13 : Majapahit mulai memperkuat bala tentarannya dengan merekrut
prajurit-prajurit dari kerajaan-kerajaan yang berhasil
ditaklukannya
Hal 14 : Suatu hari Hayam Wuruk mengadakan rapat evaluasi kerajaan
yang dihadiri pejabat-pejabat kerajaan tak terkecuali Gajah Mada.
Hal 15 : Didalam rapat tersebut Gajah Mada mengemukakan
keinginannya untuk menaklukkan Kerajaan Sunda yang belum ditaklukkan guna menyempurnakan sumpah yang diucapkannya.
Hayam Wuruk menolak tersebut, dan lebih memilih langkah-langkah diplomasi dengan menikahi putri Kerajaan Sunda Putri Dyah Pitaloka. Gajah Mada menolaknya, Gajah Mada lebih setuju jika Putri Dyah Pitaloka menjadi persembahan dari Kerajaan Sunda atas Superioritas Majapahit. Terjadilah perdebatan yang sangat alot antara Hayam Wuruk dan Gajah Mada yang disaksikan pejabat-pejabat kerajaan. Ditengah-tengah perdebatan, Hayam Wuruk tanpa memperdulikan pendapat Gajah Mada menyuruh utusan kerajaan untuk melamar putri Kerajaan Sunda.
Hal 16 : Berangkatlah utusan kerajaan tersebut. Perjalanannya sangat
jauh, melewati hutan dan pegunungan. Utusan kerajaan Majapahit akhirnya sampai ke Kerajaan Sunda.
Hal 17 : Utusan kerajaan menyampaikan keinginan Hayam Wuruk untuk
melamar Putri Dyah Pitaloka. Raja Sunda Linggabuana gembira mendengar kabar tersebut dan menerima lamaran tersebut dan segera akan berkunjung ke Majapahit.
Hal 18 : Utusan kembali ke Majapahit, dan sesampainya di Majapahit.
Hal 19 : Utusan menyampaikan kabar tersebut kepada Hayam Wuruk.
Hal 20 : Keesokan harinya Majapahit mulai sibuk mempersiapkan segala
sesuatu untuk menyambut rombongan Kerajaan Sunda.
Hal 21 : Rombongan Kerajaan Sunda bertolak ke Majapahit
Hal 22 : Selang berapa lama rombongan Kerajaan Sunda sampai ke Majapahit, mereka diterima oleh Gajah Mada.
Hal 23 : Rombongan Kerajaan Sunda ditempatkan di Pesanggrahan Bubat
yang terletak lumayan jauh dari pusat Kerajaan Majapahit.
Hal 24 : Gajah Mada melihat rombongan Kerajaan Sunda di
Pesanggrahan Bubat hanya diiringi sedikit prajurit kerajaan, dan muncul niat lain untuk mengalahkan Kerajaan Sunda demi cita-cita Sumpah Palapa.
Hal 25 : Gajah Mada kembali ke Kerajaan Majapahit beserta utusan dari
Kerajaan Sunda untuk melaporkan kedatangan rombongan Kerajaan Sunda. Kemudian Gajah Mada membuat pernyataan bahwa kedatangan rombongan Kerajaan Sunda sebagai bentuk penyerahan diri kepada Majapahit.
Hal 26 : Tanpa disadari ada utusan dari Kerajaan Sunda yang mendengar
pernyataan Gajah Mada, utusan Kerajaan Sunda segera kembali ke Pesanggrahan Bubat dan mengabarkan berita tersebut kepada Linggabuana.
Hal 27 : Mendengar kabar tersebut Linggabuana merasa tidak percaya dan
memutuskan untuk pergi ke Kerajaan Majapahit beserta beberapa pejabat Kerajaan Sunda dan 300 prajurit Balamati guna memastikan kabar tersebut.
Hal 28 : Sesampai di Kerajaan Majapahit, Linggabuana memastikan kabar
Hayam Wuruk. Seketika itu juga terjadilah perselisihan antara Linggabuan dan Gajah Mada, hingga Gajah Mada dicaci maki oleh Linggabuana. Hayam Wuruk belum memberi keputusan, Gajah Mada sudah memberi perintah kepada pasukan Bayangkara untuk menyerang rombongan Kerajaan Sunda yang datang ke Kerajaan Majapahit dan mengancam Linggabuana.
Hal 29 : Dan terjadilah pertempuran yang tidak seimbang antara prajurit
Majapahit yang berjumlah besar, melawan rombongan Kerajaan Sunda.
Hal 30 : Terjadi duel antara Gajah Mada dan Linggabuana, mereka
masing-masing mengeluarkan jurus pamungkas.
Hal 31 : Pada duel tersebut Linggabuana tewas ditangan Gajah Mada dan
prajurit Kerajaan Sunda banyak yang mati, Linggabuana terbunuh oleh Gajah Mada dan para pejabat Kerajaan Sunda ikut terbunuh dalam peperangan yang tidak seimbang tersebut.
Hal 32 : Ternyata diantara jasad-jasad prajurit Sunda ada yang masih
hidup dan pura-pura mati, yang kemudian lolos dan melaporkan keadaan yang terjadi kepada Ratu dan Putri Dyah Pitaloka yang berada di Pesanggrahan Bubat.
Hal 33 : Mendengar kabar tersebut mereka bersedih hati dan kemudian
mereka bunuh diri, semua istri para perwira Kerajaan Sunda pergi ke medan perang dan melakukan bunuh diri masal diatas jenazah suami mereka masing-masing.
Hal 34 : Mendengar kabar tersebut Hayam Wuruk merasa cemas dan memutuskan untuk menuju ke Pesanggrahan Bubat, dan dia menemukan Putri Dyah Pitaloka calon istrinya tewas bunuh diri, pada saat itu juga Hayam Wuruk meratapi kepergian calon istrinya tersebut.
Hal 35 : Setelah terjadi perang tersebut Hayam Wuruk menyuruh seluruh
armada perangnya untuk mundur dan membersihkan jenazah dan sisa-sisa peperangan.
Hal 36 : Setelah sekian lama peperangan di Pesanggrahan Bubat terjadi,
Hayam Wuruk mengadakan rapat intern yang dihadiri seluruh
pejabat Kerajaan Majapahit tanpa dihadiri Mahapatih Kerajaan Majapahit Gajah Mada.
Disisi lain Gajah Mada menyendiri dikamarnya meratapi dan menyesali atas kesalahan yang diperbuatnya.
Hal 37 : Pada malam harinya, karena rasa bersalahnya yang teramat besar
kepada Hayam Wuruk dan Kerajaan Majapahit, Gajah Mada meninggalkan Kerajaan Majapahit secara diam-diam.
Hal 38 : Keesokan harinya di Kerajaan Majapahit ketika akan menyidang
Gajah Mada dihadapan seluruh pejabat Kerajaan Majapahit, Gajah Mada menghilang. Disetiap tempat di Kerajaan sudah dicari tetapi tiada yang menemukan Gajah Mada, Kemudian Hayam Wuruk membiarkan Gajah Mada pergi dengan maksud agar Gajah Mada merenungi keselahannya.
Hal 39 : Disi lain Gajah Mada menruskan perjalanannya kembali ke daerah asalnya di daerah Jawa Barat. Daerah demi daerah dia lewati sebagai pengembara, dan akhirnya dia sampai di Jawa Barat.
Hal 40 : Di Jawa Barat dia menetap dan menjalani kehidupannya sebagai
orang biasa. Suatu ketika ada orang Sunda yang mengetahui keberadaan Gajah Mada, dan berkeinginan untuk membunuhnya. Dikarenakan dendam yang telah banyak membunuh orang-orang Sunda dalam perang Bubat.
Hal 41 : Secara diam–diam orang Sunda tersebut membunuh Gajah Mada
dari belakang.
Hal 42 : Gajah Mada akhirnya meninggal terbunuh oleh orang Sunda
tersebut.
Hal 43 : Terlepas dari dosa yang teramat besar, Gajah Mada berhasil
mempersatukan Nusantara yang menjadi cikal bakal berdirinya negara Indonesia.