• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Setting Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Deskripsi Setting Penelitian

2. Strategi Coping dalam Menghadapi Stigma Masyarakat

Stigma masyarakat pada butchi dalam hal ini dapat dilihat dari beberapa hal yang pernah dialami subyek terkait dengan stigma masyarakat. Hal tersebut dapat berupa penilaian, pemikiran, maupun tindakan diskriminasi dari masyarakat pada subyek. Berikut adalah penuturan DN mengenai pengalamannya menghadapi stigma masyarakat terhadap butchi:

“Ehm…biasanya apa ya?...kalau cuma dapat cibiran atau omongan enggak jelas dari tetangga gitu aku cuek aja…enggak aku dengerin, toh mereka enggak ngejalanin jadi mereka enggak tau…” (Wawancara dengan DN, 2 Februari 2013).

Pada kutipan wawancara tersebut dapat dilihat bahwa DN sebagai butchi sering mengalami tindakan berupa cibiran dari masyarakat. Hal demikian menunjukkan adanya stigma negatif dari masyarakat pada DN, khususnya terkait dengan penampilannya sebagai perempuan yang terlihat sangat maskulin. Selain itu, DN juga pernah mengalami tindakan kurang menyenangkan terkait dengan penampilannya yang terlihat sangat maskulin. Berikut adalah penuturan DN:

“Waktu itu lagi apes aku ketilang..kebetulan SIM-ku belum ganti foto rambut pendek..polisinya enggak percaya nek itu SIM-ku, dikiranya itu SIM orang lain..parahnya itu polisi malah ngira aku cowok trus aku diomel-omelin gitu…sampai dia bilang ‘tak wudani kowe, nek wani nantang, wong wedhok kok dandan lanang!! Tak gawa nang pakem lagi ngerti kowe!!’.” (Wawancara dengan DN, 2 Februari 2013).

123

Pengalaman DN yang ditunjukan oleh kutipan wawancara tersebut menunjukan bahwa stigma masyarakat terhadap penampilan perempuan yang terlihat sangat maskulin sebagaimana layaknya penampilan butchi. Selain itu, pada kutipan wawancara tersebut juga dapat dilihat bahwa stigma negatif tersebut tertanam cukup kuat sehingga membuat penampilan butchi sebagai perempuan yang terlihat maskulin kemudian dinilai sebagai hal yang tidak wajar.

Stigma masyarakat terhadap butchi juga dapat dilihat dari pengalaman ID. Berikut adalah kutipan wawancara mengenai pengalaman terkait stigma yang pernah dialami oleh ID:

“Kalau yang kecil itu pernah, tapi menurutku itu guyon, jadi ketika saya masuk ke suatu salon, dan saya masuk di ruangan perawatan wanita, sama mbaknya salon walaupun sudah kenal, dan dia juga sudah tahu, menurut saya itu guyon, eh kenapa itu cowok kok masuk sini ini kan khusus cewek, tapi menurut saya itu guyon aja.” (Wawancara dengan ID, 20 Maret 2013).

Kutipan wawancara tersebut menunjukkan bahwa ID sebagai butchi yang telah melakukan coming out justru sering mendapat “godaan” dari orang yang mengetahui orientasi seksualnya. ID menunjukan bahwa dirinya dengan orientasi seksual pada sesama jenis sering menjadi bahan lelucon. Pada sisi lain, ID menganggap bahwa ejekan dari orang lain tersebut merupakan sesuatu yang wajar sebab dinilai tidak serius. Hal demikian menunjukkan bahwa ID mencoba untuk dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat di sekitarnya beserta stigmanya masing-masing pada dirinya.

124

Pengalaman yang sama juga dialami oleh PO. PO dalam hal ini cenderung berusaha menyesuaikan diri dengan masyarakat lingkungan sekitarnya. Berikut adalah keterangan dari PO:

“Kalau sampai saat ini, pandangan masyarakat buat aku, biasa-biasa aja. cuma kalau nyari kerja itu kan niatnya kita cari kerja cari duit ya penampilan disesuaikan. Enggak yang harus banget, ya standar ngelamar kerja, ya posisinya aku cewek, ngelamar ya harus rapi kayak cewek. Kesan pertama itu menentukan. Mungkin gak pake rok, tapi pakai celana kain, pakai kemeja, pakai high heels, walaupun setengah mati rasanya ya konsekuensi pekerjaan.” (Wawancara dengan PO, 9 Februari 2013).

Kutipan wawancara teresbut menunjukkan adanya upaya PO untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat di sekitarnya. PO dalam hal ini terlihat cenderung berupaya untuk tidak memancing penilaian negatif masyarakat terhadap dirinya dengan cara tidak membuat tampilannya terlihat mencolok sebagai seorang butchi.

Tidak jauh berbeda dengan pengalaman RY. Selama ini RY juga cenderung menunjukan sikap sebisa mungkin tidak terlalu mencolok, khususnya ketika bertemu dengan orang-orang yang baru ditemui sehingga tidak menimbulkan kesan negatif sebagai butchi. Berikut adalah keterangan dari RY:

“Mau berpenampilan kaya apa, ya orang enggak apa ya, ya agak mengkamuflase aja, ya sejauh bisa menempatkan diri, kalau harus ketemu klien ya harus rapi ya harus agak keliatan ceweknya, kalau di kantor ya karena cuma di kantor ya enggak terlau gimana-gimana, kaos dan jeans saja sudah cukup, sayang juga sih enggak ketemu siapa-siapa..” (Wawancara dengan RY, 16 Februari 2013). Kutipan wawancara tersebut menunjukkan bahwa sama seperti ID dan PO, RY dalam hal ini juga cenderung melakukan tindakan yang tidak

125

terlalu memancing perhatian orang lain sehingga menilai negatif atas dirinya. Kondisi demikian merupakan satu bentuk tindakan preventif yang diupayakan untuk tidak mendorong timbulnya stigma negatif dari orang lain pada diri subyek sebagai seorang butchi.

Sementara itu, stigma masyarakat pada butchi yang berujung pada tindakan diskriminasi secara jelas pernah dialami oleh AR. Berikut adalah keterangan yang dituturkan oleh AR:

“Ehm…apa yahh…pernah sih pas perpanjang KTP, sama pak RT aku ditanya mau ditulis cewek apa cowok? Sambil nadanya sengak gitu..ya sejenis-sejenis itu lah…ehm…pernah juga di paksa nikah sama bapakku…mending kalau nikahnya sama cowok yang bener..ni disuruhnya nikah sama orang yang umurnya 20 tahun lebih tua..ya ogahlah..udah lapuk..mending aku minggat…” (Wawancara dengan AR, 17 Maret 2013).

Kutipan wawancara tersebut menunjukkan pengalaman yang pernah dialami oleh AR terkait dengan orientasi seksualnya. Tindakan tersebut menggambarkan adanya stigma negatif terhadap butchi sebagai bagian dari homoseksual. Tindakan yang dialami oleh AR tersebut dalam hal ini tidak hanya dilakukan oleh orang lain yang berada di sekitar AR, tetapi bahkan dilakukan oleh ayah kandungnya. Kondisi demikian pada akhirnya membuat AR merasa diperlakukan tidak semestinya sehingga AR memilih untuk tidak berada di lingkungan orang-orang tersebut.

126 C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Kehidupan Butchi