• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 39-44)

“Pro Bersama Sejahtera”

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Strategi atau Prioritas Pembangunan memberikan gambaran, bagaimana berbagai sasaran pembangunan dapat dicapai melalui program-program kegiatan. Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan yang komprehensif untuk mencapai tujuan dan sasaran RPJMD Provinsi Kalimantan Selatan dengan efektif dan efisien.Perencanaan yang komprehensif disusun dengan mengagendakan aktivitas pembangunan dengan segala program yang mendukung dan menciptakan layanan kepada masyarakat.

Adapun program-program untuk melaksanakan strategi tersebut adalah :

NO PROGRAM SUMBER DANA

1. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja APBD 2. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas APBN 3. Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja APBD 4. Program Penempatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja APBN 5. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja APBD 6. Program Pengembangan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial

Tenaga Kerja APBN

7. Program Perlindungan Tenaga Kerja dan Pengembangan Sistem

Pengawasan Ketenagakerjaan APBN

8. Program Perencanaan Tenaga Kerja Daerah APBD

9. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi APBD

10. Program Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi APBN 11. Program Pengembangan Sumber Daya Kawasan Transmigrasi APBD 12. Program Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi APBN

Kebijakan Bidang Ketenagakerjaan

Pada hakekatnya Kebijakan Ketenagakerjaan ini merupakan inti rumusan solusi terhadap masalah ketenagakerjaan yang dihadapi. Solusi tersebut dituangkan dalam bentuk kebijakan. Kebijakan tersebut dirumuskan secara komprehensif sehingga diharapkan mampu menyentuh semua masalah ketenagakerjaan. Namun sesuai dengan masalah ketenagakerjaan yang ditempatkan sebagai prioritas dalam pemecahan masalah, maka penciptaan kerja dalam rangka menanggulangi pengangguran mendapat porsi yang lebih dominan. Mengingat masalah ketenagakerjaan adalah suatu bidang pembangunan yang sifatnya sangat inklusif dan terkait erat dengan banyak pihak, maka kebijakan yang disajikan disini pada dasarnya bersumber dari instansi pemerintah pembina sebagai pemangku kepentingan utama sesuai dengan lingkungan tugas dan kewenangannya masing - masing.

Sebagaimana diketahui bahwa pemecahan terhadap masalah ketenagakerjaan sangat membutuhkan upaya yang terpadu, terkoordinasi dan terencana dari banyak pihak yang terkait. Selain itu prasyarat utama lainnya yang harus dimiliki adalah adanya komitmen untuk mengarusutamakan ketenagakerjaan dalam setiap aspek pembangunan yang benar - benar kuat

40

dari semua pihak mulai dari tingkat kebijakan hingga tingkat paling penting untuk menjamin bahwa kebijakan ketenagakerjaan dan pembangunan yang telah dirumuskan dapat terwujud menjadi rangkaian kegiatan yang efektif.

Perlu disadari bahwa sesungguhnya otoritas penciptaan kesempatan kerja yang ada pada Disnakertrans adalah penyaluran mekanisme pasar kerja, pelatihan, pembinaan hubungan industrial, pembinaan pengawasan ketenagakerjaan serta peningkatan produktivitas, sedangkan penciptaan kesempatan kerja yang terkait dengan perekonomian dan kebijakan lainnya secara praktis berada pada fungsi instansi lain, bukan pada instansi ketenagakerjaan. Selain itu, mengingat cakupan bidang ketenagakerjaan tersebut sangat luas dan rumit, maka peran serta aktif seluruh pihak menjadi salah satu kunci utama kesuksesan pembangunan ketenagakerjaan.

Perspektif ketenagakerjaan merupakan masalah yang kompleks dan luas, sehingga bersifat multidimensional antara berbagai faktor seperti faktor ekonomi, faktor sosial, faktor politik dan sebagainya sehingga pembinaannya pun membutuhkan kebijakan yang komprehensif dan multidimensi pula. Oleh karena itu, tidak tepat jika ada anggapan bahwa pembinaan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan dapat dilakukan dengan mengandalkan suatu kebijakan tunggal semata.

Demikian juga halnya dengan aspek kelembagaan fungsional yang terlibat dalam bidang ketenagakerjaan, adalah suatu hal yang tidak mungkin apabila tanggungjawabnya hanya diletakkan pada satu atau beberapa instansi saja.

Sesuai dengan kebijakan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, dimana ditetapkan tiga tahapan pembangunan, yaitu : 1) RPJP Tahun 2005 - 2025, 2) RPJMD Prov. Kalimantan Selatan Tahun 2016-2020, dan 3) RKPD Prov. Kalimantan Selatan.

Adapun beberapa kebijakan yang direncanakan untuk lima tahun mendatang diantaranya :

a. Kebijakan meningkatkan kualitas angkatan kerja yang dapat bersaing di pasar kerja dalam negeri dan luar negeri, serta dapat termotivasi dalam berwirausaha/menjadi interpreneur, sehingga dapat mengolah dan mengembangkan berbagai peluang dan sumber daya alam yang ada. Peningkatan kualitas angkatan kerja khususnya usia muda akan memberikan kontribusi dalam merubah struktur penduduk kelompok berpendidikan rendah ke pendidikan yang lebih tinggi. Pengembangan tingkat pendidikan selain meningkatkan kualitas juga produktivitas.

b. Kebijakan pelatihan tenaga kerja bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, keahlian dan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas. Peningkatan kualitas tenaga kerja dilakukan melalui pendidikan formal, pelatihan kerja dan pengembangan di tempat kerja sebagai satu kesatuan sistem pengembangan SDM yang komprehensif dan terpadu. Pelatihan kerja akan semakin penting peranannya dalam peningkatan kualitas tenaga kerja, dimana dibutuhkan kemampuan dalam mengantisipasi perubahan teknologi dan persyaratan kerja. Upaya

41

penyediaan tenaga kerja melalui pembinaan pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan yang ada.

c. Kebijakan yang mengarah pada upaya penyediaan lapangan kerja di semua sektor terutama terkait penyediaan lapangan kerja alternatif bagi angkatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasinya. Dalam hal ini sektor informal juga dapat diandalkan untuk menjadi pengaman dan diharapkan mampu berperan dominan dalam menyerap banyak tenaga kerja serta menekan jumlah penganggur (kewirausahaan menjadi salah satu prioritas dalam penciptakan lapangan kerja dan peluang usaha).

d. Kebijakan Penempatan tenaga kerja dan pembinaan tenaga kerja diarahkan untuk mengurangi jumlah penduduk asing maupun tenaga kerja asing yang akan masuk ke Indonesia khususnya ke wilayah Provinsi Kalimantan Selatan harus dibatasi jumlahnya, karena akan mengurangi kesempatan kerja di Provinsi Kalimantan Selatan, mengurangi migrasi masuk berupa masuknya tenaga kerja dari luar Kalimantan Selatan.

e. Kebijakan perlindungan tenaga kerja yang bertujuan untuk mewujudkan ketenangan bekerja dan berusaha, sehingga tercipta hubungan yang serasi antara pekerja dan pengusaha, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja. Dengan demikian kebijakan perlindungan tenaga kerja ini berguna baik pada tenaga kerja itu sendiri maupun bagi para pelaku usaha dan lainnya sehingga mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif, menimbulkan ketenangan bekerja dan berusaha, meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pekerja, pengusaha, dan berbagai pihak terkait. Dengan upaya ini pada akhirnya juga berpotensi membuka berbagai peluang berusaha dan berinvestasi untuk menciptakan perluasan kesempatan kerja baru.

f. Kebijakan Pengawasan ketenagakerjaan merupakan bagian integral dari system perlindungan ketenagakerjaan yang diselenggarakan untuk mewujudkan keadilan sosial melalui penerapan dan penegakan hukum ketenagakerjaan. Program pengawasan ketenagakerjaan dan perlindungan tenaga kerja melaksanakan pembinaan, pemeriksaan dan pengawasan norma kerja,norma jaminan sosial tenaga kerja, norma keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan lingkungan kerja. Untuk itu, kebijakan pengawasan dan perlindungan tenaga kerja diarahkan pada :

- Meningkatkan kepesertaan program jaminan sosial bagi tenaga kerja formal maupun di luar hubungan kerja melalui BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

- Menyiapkan aparat Pengawas Ketengakerjaan secara kualitas maupun kuantitas agar sebanding dengan jumlah obyek pengawasan/jumlah perusahaan.

- Mengembangkan pembentukan kader norma ketenagakerjaan diperusahaan, menggalakkan informasi, konsultasi dan sosialisasi sebagai sarana pembinaan penerapan norma ketenagakerjaan di perusahaan.

- Meningkatkan pengawasan dan penegakan hokum ketenagakerjaan guna menjamin pemenuhan hak – hak normatif tenaga kerja.

42

- Meningkatkan efektivitas dan fungsi P2K3 dan Ahli K3 di tempat kerja guna pencegahan timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

- Melakukan pencegahan terhadap potensi bahaya besar yang ditimbulkan oleh bahan kimia berbahaya melalui pembuatan dokumentasi pengendalian potensi bahaya pada perusahaan – perusahaan yang beresiko sedang dan tinggi.

- Mengembangkan penerapan SMK3 di tempat kerja pada perusahaan – perusahaan yang berkategori besar (tenaga kerja di atas 100 orang) atau beresiko tinggi.

- Meningkatkan fungsi pelayanan kesehatan kerja (poliklinik perusahaan) di tempat kerja guna deteksi dini timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. - Menjaga hubungan industrial yang kondusif dan penegakan aturan normatif

ketenagakerjaan ( law enforcement).

g. Kebijakan Hubungan Industrial dan Peningkatan kesejahteraan kerja yang menyangkut penyelesaian perselisihan hubungan industrial yaitu minimal adaya Peraturan Pemerintan (PP), atau lebih baik lagi jika ada Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang dapat menjadi acuan bersama antara pekerja dan pemberi kerja/pengusaha. Selain itu sebagaimana aturan yang berlaku secara internasional perlu dibentuk serikat pekerja (SP) yang menjamin kebebasan berpendapat bagi pekerja. Perangkat hubungan industrial yang terutama adalah adanya Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit karena diharapkan menjadi ‘jembatan’ utama dalam pencarian solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.

Kebijakan Bidang Ketransmigrasian

a). Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi beserta ex. Lokasi transmigrasi

Strategi yang ditempuh untuk mendukung kebijakan tersebut :

• Pembinaan Potensi Kawasan, Perencanaan sarana dan prasarana, persebaran penduduk serta perencanaan pengembangan masyarakatnya

• Penyediaan lahan transmigrasi, melalui penyediaan lahan untuk permukiman usaha, serta sarana dan prasarana

• Partisipasi masyarakat dalam pembentukan lembaga pemerintah dalam pembangunan kawasan transmigrasi di wilayah tertinggal dan perbatasan

b). Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi baik di lokasi transmigrasi, lokasi ex. Transmigrasi maupun daerah sekitas kawasan transmigrasi

Strategi yang ditempuh untuk mendukung kebijakan tersebut adalah:

• Peningkatan kapasitas sumber daya manusia di lokasi transmigrasi melalu peningkatan wira usaha baru dan peningkatan jumlah kelompok tani

43

BAB VI P E N U T U P

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2020 merupakan dokumen perencanaan jangka menengah yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Tenaga Kerja (RTK) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2020 serta sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Selatan dan merupakan pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Selatan.

Dengan ditetapkannya visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan yang tercantum dalam Rancangan Rencana Strategis Pembangunan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2020 ini, diharapkan menjadi acuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi dalam lima tahun kedepan sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian visi dan misi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.

Pembangunan bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian ini mustahil dapat berhasil tanpa adanya dukungan dan komitmen yang kuat dari semua aparatur dalam mengatasi berbagai persoalan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang pada hakekatnya menyangkut dan menyentuh harkat hidup masyarakat bawah (grass root), karena berbicara tentang tenaga kerja dan transmigrasi tidak terlepas dari masalah kemiskinan dan pengangguran yang saat ini menjadi masalah nasional yang sangat kompleks.

Dengan komitmen yang kuat dari semua aparatur Dinas serta dukungan dari Pemerintah Provinsi, lintas sektoral, LSM dan masyarakat, maka secara bertahap diharapkan dapat mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.

Dokumen ini dirancang untuk mengakomodir kemungkinan terjadinya perubahan - perubahan yang terjadi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, Rancangan Renstra ini dapat direvisi secara berkala untuk menyesuaikan dengan berbagai kebijakan dan program yang ada serta perkembangan baru, sehingga tetap relevan dengan kebutuhan pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian daerah.

Akhirnya, keberhasilan Rencana Strategis ini akan sangat bergantung pada komitmen, integritas dan dedikasi seluruh stakeholders (pihak terkait), sehingga tujuan pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yaitu untuk pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya dalam rangka meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja dan transmigrasi serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata baik materil maupun spiritual dapat terwujud.

44

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang (Halaman 39-44)

Dokumen terkait