• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Gambaran umum beras organik

Menurut Organik Farming Research Foundation (OFRF), Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi ekologis yang mendukung dan memperkaya keanekaragaman hayati, siklus biologis dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik didasarkan pada penggunaan input off-farm secara minimal dan praktek pengelolaan yang mengembalikan, menjaga dan memperkaya keharmonisan ekologis. Pedoman utama untuk produksi organik adalah menggunakan bahan-bahan dan praktek-praktek yang memperkaya keseimbangan ekologis sistem-sistem alamiah dan mengintegrasi bagian-bagian sistem pertanian menjadi sebuah kesatuan ekologis. (Rasyad, 2000).

Beras organik merupakan beras yang berasal dari pertanian padi yang diproduksi secara organik atau tanpa pengaplikasian pupuk kimia dan perstisida kimia. Salah satu keunggulan beras organik adalah sehat dengan kandungan gizi dan mineral tinggi, karena tidak menghilangkan seluruh lapisan kulit arinya dan aman bebas dari kandungan bahan berbahaya beracun (B3). Beras tersebut dikelola dengan mempertahankan keseimbangan ekosistem alami atau yang lebih dikenal dengan istilah natural balancing ecosystem. Para petani

menggunakan predator (hewan pemangsa) untuk mengatasi hama dan menggunakan pupuk alami sebagai penyubur lahan.

Saat ini beras organik sudah dikembangkan untuk berbagai varietas beras. Beras organik ada yang merupakan beras hibrida yaitu beras varietas IR-64 atau lebih dikenal dengan nama Sentra Ramos. Untuk saat ini, varitas ini paling digunakan dalam sistem pertanian organik. Selain itu, ada juga varietas Cisdane, Rojolele dan beras aromatik pandanwangi.

Idealnya, padi ini ditanam di lahan yang subur dan terletak di lereng pegunungan yang sejuk serta dialiri mata air pegunungan yang belum tercemar dan terkotori. Padi tersebut ditanam dengan metode : 1. Penanaman dengan menggunakan teknologi budidaya pertanin

tepat guna dan tepat waktu sehingga ketersediaan produk dapat terjaga

2. Sistem irigasi menggunakan irigasi teknis dan water seeded (berasal dari satu sumber mata air)

3. Memanfaatkan pupuk alami atau organik

4. Pengendalian hama terpadu (PHT) dan predator alami

Keunggulan beras organik dibandingkan beras lain diantaranya: 1. Sehat dengan kendungan gizi dan vitamin yang lebih tinggi

2. Ramah lingkungan 3. Rasa yang lebih pulen

2. Gambaran umum daerah kajian

Kota Bogor mempunyai potensi yang strategis untuk pengembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Letaknya yang tidak begitu jauh dari Jakarta sebagai ibukota negara (± 60 km) dan berada di tengah-tengah Kabupaten Bogor ini merupakan suatu faktor yang mendukung. Selain itu, dengan adanya Kebun Raya Bogor (KRB) dan Istana Bogor di pusat kotanya yang merupakan tujuan wisata masyarakat Bogor dan sekitarnya, serta kedudukan kota Bogor di antara jalur tujuan wisata puncak juga merupakan suatu potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi di kota Bogor ini.

Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118,50 km2 dengan kepadatan penduduk per km2 sebanyak 6.897 jiwa. Wilayah-wilayah tersebut terbagi menjadi 6 kecamatan, 31 kelurahan dan 37 desa. Keenam kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Tanah Sareal, Kecamatan Bogor Selatan dan Kecamatan Bogor Utara. Penduduk terpadat di Kecamatan Bogor Tengah, yaitu 11.487 jiwa/km2, karena pusat pemerintahan dan kegiatan ekonomi banyak berada di kecamatan ini.

Berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2003, jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 920.707 jiwa yang terdiri dari 419.252 jiwa laki- laki (51,08%) dan 401.455 jiwa perempuan (48,92%). Dengan demikian sex ratio penduduk Kota Bogor adalah 104, yang artinya 104 penduduk laki- laki berbanding dengan 100 penduduk

perempuan. Hal ini menunjukkan jumlah penduduk laki- laki relatif seimbang dengan jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penduduk kota Bogor menurut golongan umur dan jenis kelamin pada tahun 2003

Golongan Umur (tahun) Laki- laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 0-14 15-24 25-34 35-44 45-54 > 55 120.788 86.785 82.219 58.700 37.937 32.823 113.848 86.245 78.359 55.516 33.606 33.863 234.636 173.303 160.578 114.216 71.543 66.686 28,59 21,08 19,57 13,92 8,72 8,13 Jumlah 419.252 401.455 820.689 100 Sumber : BPS, 2004.

Dapat disebutkan bahwa secara garis besar penduduk kota Bogor terkonsentrasi pada kelompok umur muda, yaitu 0 – 24 tahun (49,67%). Oleh karena itu, struktur penduduknya dapat dikatakan sebagai penduduk muda. Struktur penduduk muda ini berdampak pada banyaknya penduduk yang berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa, yaitu sebanyak 206.654 orang atau 29,91% dari total penduduk di Kota Bogor.

Sebagian besar penduduk Kota Bogor memiliki lapangan usaha sebagai perdagangan (26,99%), sektor jasa (26,75%) dan sektor industri (17,73%). Sebaran penduduk menurut lapangan usaha dilihat pada Tabel 2.

Sektor perekonomian yang memberikan sumbangan terbesar dalam perekonomian Kota Bogor pada tahun 2003 adalah sektor

perdagangan, hotel dan restoran (31,27%) dan sektor industri pengolahan (26,44%).

Tabel 2. Penduduk kota Bogor menurut lapangan usaha

Lapangan usaha Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Pertanian 12.592 4,64

Pertambangan 2.004 0,74

Industri 48.076 17,73

Listrik, gas dan air 1.971 0,73 Konstruksi 18.680 6,89 Perdagangan 73.191 26,99 Tranportasi dan komunikasi 26.711 9,85

Keuangan 15.436 5,69

Jasa 72.533 26,75

Jumlah 271.194 100

Sumber : BPS, 2004.

Fasilitas perekonomian yang berada di Kota Bogor juga terus berkembang dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004, fasilitas hotel dan akomodasi lainnya di kota Bogor mencapai 48 buah, jumlah bank menurut jenisnya tercatat sebanyak 20 buah dan pusat perbelanjaan modern tercatat sebanyak 12 buah. Meningkatnya taraf perekonomian penduduk tercermin dari peningkatan jumlah penabung dan besar tabungan di Kota Bogor. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2002 terdapat 1.319.403 penabung dengan jumlah tabungan sekitar Rp. 1.584 milliar dan pada tahun 2003 tercatat 1.469.776 penabung dengan jumlah tabungan sekitar Rp. 1.936 milliar. Peningkatan jumlah penabung mencapai 11,39 persen sedangkan peningkatan jumlah tabungan mencapai 22,2 persen.

3. Gambaran umum perusahaan

Perusahaan beras organik ini merupakan salah satu industri kecil yang berada di wilayah perbatasan Kota dan Kabupaten Bogor. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1999 dengan izin usaha sebagai Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Dompet Dhuafa Republika. Visi lembaga ini adalah menjadi lembaga yang mandiri dan profesional dalam bidang penelitian, pembinaan dan usaha pertanian sehat (agro-sehat) yang memberikan manfaat ekonomi secara langsung bagi kesejahteraan petani dhuafa dan masyarakat secara keseluruhan.

Usaha ini merupakan usaha yang dikelola oleh kelompok tani Silih Asih Desa Ciburuy Kecamatan Cijeruk, Bogor dengan pengawasan dan pengemasan oleh LPS. Merek dagang yang digunakan oleh LPS dalam memasarkan produk beras tersebut adalah beras sehat. Luas lahan yang dibudidayakan 90 ha dengan sistem produksi kontinuitas tiap bulan. Usaha ini semakin berkembang, jika dinilai dari kapasitas awal usaha ini dilakukan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2002 kapasitas produksi sebesar 3 ton per ha. Produk yang dihasilkan merupakan beras organik. Kapasitas produksi pada industri beras organik dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kapasitas produksi pada industri beras organik

Tahun Rata-rata produksi

(ton/ha)

2002 3

2003 4

2004 5

Ada dua jenis beras organik yang diproduksi petani binaan LPS adalah jenis aromatik (pandan wangi) dan santro ramos (IR-64). Harga yang diberlakukan untuk konsumen Rp 5.000 per kg (LPS, 2005), sedangkan harga yang berlaku untuk beras non organik jenis pandanwangi Rp. 4.250 per kg dan jenis sentra ramos (IR-64) Rp. 3.525 per kg (Hero, 2005). Kemasan yang digunakan untuk produk beras organik maupun non organik, yaitu plastik berukuran 5 kg.

4. Karakteristik Responden

Responden yang digunakan dalam kajian ini berjumlah 50 orang. Karakteristik umum responden beras organik dalam kajian ini dapat ditunjukkan dari usia, jenis kelamin, besar pengeluaran keluarga per bulan, tingkat pendidikan konsumen, status dalam keluarga dan jumlah anggota dalam keluarga (Tabel 4).

Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa, responden beras organik didominasi oleh konsumen yang berusia antara 35-40 tahun (52%). Banyaknya konsumen pada tingkatan umur di atas, karena beras organik sebagai beras sehat, dimana konsumennya sebagian besar kalangan golongan usia menengah dan keluarga muda.

Sebagian besar dari responden mempunyai pekerjaan sebagai pegawai negeri (74%). Besar pengeluaran per bulan yang dikeluarkan responden adalah Rp. 1.500.000 – Rp. 2.500.000 (62%). Berdasarkan besar pengeluaran yang dilakukan dapat digolongkan bahwa sebagian besar konsumen beras organik merupakan kelas menengah ke atas.

Tabel 4. Karakteristik umum responden beras organik

No. Karakteristik Responden Persentase (%)

1 Usia

Kurang dari 35 tahun 35 – 40 tahun diatas 40 tahun 28 52 20 2 Pekerjaan Pegawai negeri Pegawai swasta Wirausaha BUMN 74 4 2 20 3 Pengeluaran Keluarga/Bulan < Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000 – Rp. 2.500.000 > Rp. 2.500.000 20 62 18 4 Pendidikan Terakhir SLTA Diploma Sarjana ke atas 0 18 82

5 Status Dalam Keluarga

Ayah/Suami Ibu/Istri Anak 34 64 2

6 Jumlah Anggota Keluarga

< 4 orang 4-5 orang > 5 orang 58 40 2

Tingkat pendidikan didominasi oleh responden yang berpendidikan S1 ke atas sebesar 82%. Hal ini berarti faktor pendidikan mencerminkan pengaruh konsumen di dalam pengambilan keputusan pembelian beras organik. Jumlah keluarga responden kebanyakan berjumlah kurang dari 4 orang (58%). Sebagian besar responden berstatus ibu/istri (64%). Hal ini sesuai dengan pengamatan di lapangan yang menunjukkan pembeli banyak diwakili oleh kaum perempuan.

B. PEMASARAN

Penentuan strategi segmentation, targeting dan positioning (STP) yang tepat merupakan tahapan yang menentukan keberhasilan pemasaran, dimana pada tahap ini ditentukan pasar mana yang akan diraih. Perusahaan beras organik memiliki pangsa pasar yang jelas yaitu konsumen menengah ke atas sebagai segmen pasarnya, dengan memproduksi beras bermutu tinggi, sedangkan perusahaan beras non organik umumnya mengincar konsumen kelas menengah ke bawah (Hendra, 2003). Dengan demikian masing- masing usaha industri beras telah mempunyai segmen pasar sendiri.

Pemasaran produk dilakukan oleh LPS, yaitu dengan sistem beli putus kepada para agen, di mana agen membayar tunai sejumlah beras yang telah dipesan sebelumnya. Persyaratan menjadi agen adalah membeli beras sebanyak 125 kg per sekali pesan. Margin keuntungan dari nilai jual produk yang akan diberikan kepada para agen maksimal 30%. Persentase margin keuntungan ini cukup tinggi dan menarik, sehingga para agen termotivasi untuk berusaha meningkatkan volume penjualan. Pemasaran produk melalui agen bertujuan untuk meraih konsumen yang tinggal di daerah pemukiman. Pemasaran produk dengan sistem konsinyasi juga diterapkan kepada pihak agen dan swalayan yang berada di Kota maupun Kabupaten Bogor.

Sistem konsinyasi diterapkan untuk meraih pasar sasaran para pegawai yang berada di kantor-kantor, yang membutuhkan beras sehat dan bermutu tinggi. Sistem konsinyasi dilakukan dengan pemberian margin

keuntungan yang lebih kecil dibandingkan dengan agen, yaitu maksimal 25% dari nilai jual produk.

Kegiatan promosi yang dilakukan, antara lain kemasan yang dilengkapi dengan merek perusahaan dan keterangan-keterangan tentang produk. Merek atau nama perusahaan juga ditunjukkan pada setiap alat sarana penjualan seperti agen dan distributor. Kegiatan promosi lain yang dapat dilakukan dengan memberikan potongan harga kepada konsumen yang membeli atau memesan beras organik dalam jumlah besar. Selain itu, pengenalan produk kepada masyarakat yang belum pernah mengkonsumsinya. Gambaran umum pemasaran yang dilakukan oleh LPS dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Gambaran umum pemasaran beras organik oleh LPS

D. ANALISIS KEPUTUSAN DALAM PEMBELIAN BERAS

Dokumen terkait