• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Strategi Humas Perum Perhutani

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam yang harus dijaga. Adanya euforia reformasi yang terjadi di Indonesia, menimbulkan penjarahan hutan dalam skala luas. Sehingga terdapat 500 ribu hektar tanah kosong yang terjadi pada tahun 1998-2003 yang menyebabkan banyaknya luasan tanah kosong yang ada di wilayah yang dikelola oleh perum perhutani yaitu Jawa dan Madura. Kesadaran masyarakat yang kurang pun menjadi salah satu yang menimbulkan masyarakat sering melakukan hal-hal negatif kepada hutan.

Perum Perhutani sebagai salah satu Perusahaan Kehutanan Negara merasa bertanggung jawab untuk segera merehabilitasi lahan akibat penjarahan tersebut. Serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya hutan. Apalagi dengan situasi cuaca yang tidak kondusif dan bencana alam terjadi dimana-mana.

Program Perhutani Hijau 2010 adalah salah satu wujud komitmen Perum perhutani dalam melestarikan hutan di Jawa dan Madura. Untuk menyukseskannya, maka dalah satu bagian di dalam Perum, Perhutani yaitu Biro Humas dan Informasi Perum Perhutani perlu menerapkan strategi-strategi yang matang dan masyarakat dapat mengetahui program-program Perum Perhutani dan menerima dampak positif dari program Perhutani Hijau 2010

1. Formative Research

Adalah riset formatif yang dilakukan sebelum memulai sebuah program untuk mengarahkan pengambilan keputusan dalam perencanaan. Untuk program perhutani hijau 2010, Kepala Biro Humas dan Informasi, Bapak Sanjoto menjelaskan bahwa :

” Kalau untuk program ini, kita menamainya bukan riset, tapi identifikasi kerusakan hutan. Kita mengidentifikasi hutan yang bisa ditanam agar nanti dapat dimanfaatkan dengan baik. Dari hasil identifikasi hutan itulah, maka kita dapat menetapkan dan merancang berapa jumlah pohon yang akan ditanam dan kegiatan-kegiatan. Jadi BOD (Direktur) menargetkan pada tahun 2010 program ini sudah selesai. Yang kedua kita melakukan riset tentang pola kesadaran masyarakat. Sebelum melakukan program ini, kita melihat dan meneliti mengapa masyarakat kurang menyadari arti penting pelestarian hutan. Kita melakukan risetnya dengan wawancara pada masyarakat. Dan setelah diriset jawabannya adalah karena faktor ekonomi dan adanya konflik kepentingan Maka dari itu, dalam program ini kita memutuskan untuk melibatkan masyarakat sekitar hutan”41

Menurut Bapak Sanjoto, dalam memulai program perhutani hijau 2010, maka diadakan dahulu proses identifikasi kerusakan hutan yang terjadi akibat penjarahan lahan pada era reformasi. Juga meriset pola kesadaran masyarakat yang kurang menyadari arti pentingnya hutan. Dari dua riset tersebut, akhirnya Perum Perhutani memutuskan untuk melibatkan masyarakat dalam program Perhutani Hijau 2010”. Bapak Sanjoto juga menjelaskan tentang apa yang menjadi latar belakang adanya program Perhutani Hijau 2010 adalah :

” Ada beberapa latar belakang dari program ini diantaranya :

1. Adanya euforia reformasi yang terjadi, sehingga timbul penjarahan hutan dalam skala luas. Sehingga terdapat 500 ribu hektar tanah kosong yang terjadi pada tahun 1998-2003 yang menyebabkan banyaknya luasan tanah kosong yang ada di wilayah yang dikelola oleh perum perhutani. Kalau kita melakukan hal yang biasa-biasa saja untuk menanganinya maka akan memakan waktu yang lama, maka direksi dan jajarannya baik itu pusat, daerah dan yang ada di lapangan membuat suatu program

yang dinamakan perhutani hijau 2010. Jadi harapannya tahun 2010 semua tanah kosong sudah ditanami.

2. Karena perhutani adalah perusahaan kehutanan yang bertanggung jawab sesuai penugasan dlm mengelola hutan di Jawa dan Madura, jadi kami harus bertanggung jawab untuk segera melakukan rehabilitasi

3. Kita juga merancang program ini salah satunya adalah untuk meminimalkan

bencana alam. Apalagi sekarang cuaca sangat tidak mendukung, kadang hujan

kadang panas. Dan akhir-akhir ini timbul apa yang dinamakan global warming. Sehingga kalau semua hijau lingkungan akan menjadi baik.

4. Karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian hutan sehingga muncul efek-efek negatif pada masyarakat. Seperti pencurian kayu, illegal logging dan lain-lain.”42

Jadi, latar belakang Program Perhutani Hijau 2010 adalah karena adanya euforia reformasi yang terjadi sehingga timbul penjarahan besar-besaran, kemudian karena Perum Perhutani merasa bertanggung jawab dalam mengelola hutan di Jawa dan Madura. Di samping itu juga karena ingin meminimalkan bencana alam yang sering datang tiba-tiba. Juga karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan.

Latar belakang yang sama juga disampaikan oleh Wartawan Suara Karya yang bernama Ibu Devi berikut ini :

” Setahu saya, pertama karena hutan kita terutama di pulau jawa kan banyak yang rusak, karena penjarahan waktu reformasi dulu. Terus yang kedua karena banyaknya bencana alam terutama yang sekarang sedang hangat-hangatnya kan isu global warming. Jadi Perhutani membuat sebuah program jangka panjang yaitu Perhutani Hijau 2010 ini. ”43

Bapak Tommy, wartawan Investor Daily juga menyatakan hal yang sama, seperti berikut ini :

” Yang saya tahu, program ini diadakan karena efek dari euforia reformasi. Waktu itu kan ada penjarahan besar-besaran di wilayah hutan Peruim Perhutani yaitu di

42Hasil wawancara dengan Bapak Sanjoto

Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur yang menyebabkan banyak sekali lahan kosong sehingga banyak bencana alam.. Ini adalah wacana yang dideklarasikan oleh Direktur utama Perum Perhutani Transtoto Handhadari. ”44

Bapak Indro Tjahjono dari LSM SKEPHI juga mempunyai argumen senada tentang latar belakang perhutani hijau. Walaupun menurutnya, ada faktor tanggung jawab yang besar dan harus dipikul Perhutani sebagai Perusahaan Kehutanan Negara seperti berikut ini :

”Jadi Perhutani tidak hanya bertanam kayu tapi juga ingin bertanggung jawab terhadap ekosistem di Pulau jawa. Pulau Jawa itu kalau banjir kebanjiran kalau kering kekeringan, jadi ini adalah salah satu wujud partisipasi perhutani. Lalu adanya krisis ekonomi di masyarakat, juga karena masa reformasi dulu tahun 1998, yang mengakibatkan hutan di wilayah perhutani dijarah dan dibakar. Nah, karena ini maka perhutani mengadakan program jangka panjang yang dinamakan Perhutani Hijau 2010.”45

Bapak Adi Bambang Wicaksono yang mewakili masyarakat juga berbicara senada, seperti berikut :

” ... Yang saya tahu karena banyak tanah kosong, di sini juga termasuk kurangnya penghijauan. Buat saya Program ini bukan cuma berbicara tentang menanam tanah kosong tapi juga manfaat dari penanaman itu. Biar lingkungan kita jadi makin sejuk dan dingin tidak ada kotoran”46

Tetapi salah satu masyarakat dari Bogor, yaitu Ibu Sumirah lebih menekankan kepada sebuah peluang kerja yang memungkinkan dengan adanya Perhutani Hijau 2010, inilah petikannya :

”... karena Perhutani ingin lebih memberikan peluang kerja. Melalui program ini kan Ibu bisa ikut menanam dan dari penanaman itu, kita sebagai

44

Hasil Wawancara dengan Bapak Tommy dari Investor daily

45Hasil Wawancara dengan Bapak Indro Tjahjono dari LSM SKEPHI

masyarakat dapat keuntungan juga. Selain itu juga kalau kita lihat sekarang musim bencana, jadi dengan adanya pohon mungkin bisa mengurangi bencana.”47

Bapak Sanjoto juga menegaskan mengapa harus tahun 2010 berakhir, berikut ini alasannya :

” Program ini berjalan awal tahun 2006. Dan mengapa ditetapkan tahun 2010 sudah selesai, karena perhitungannya ada pada kemampuan yang kita miliki.dan Sumber Daya Manusia yang ada di lapangan. Jadi tahun 2010 kita tetapkan karena melihat kemampuan Sumber Daya Manusia dan anggaran yang kita miliki”48

Jadi, program ini selesai pada tahun 2010 karena melihat kemampuan yang dimiliki serta sumber daya manusia yang ada di lapangan. Selain itu juga melihat anggaran yang dimiliki Perum Perhutani.

a. Step 1 : Analisa situasi

Meliputi analisa yang melibatkan para perencana, key person dan para pengambil keputusan dalam menggambarkan kemungkinaan rintangan dan peluang dari program yang akan dikembangkan

Dalam merancang sebuah program, perlu dilakukan sebuah analisa tentang situasi dan kondisi perusahaan sebelum ada program Perhutani Hijau 2010. Bapak Sanjoto mengakui kalau mengadakan analisa situasi, berikut penjelasannya :

” Kondisi dan situasinya biasa saja, memang waktu itu kondisi kita bergerak naik, maksudnya Perum Perhutani sedang berusaha meningkatkan Sumber daya yang ada di Perhutani.”49

47

Hasil wawancara dengan Ibu Sumirah dari Bogor.

48 Hasil wawancara dengan Bapak Sanjoto

Ketika penulis meminta untuk menjelaskan sumber daya yang dimaksud seperti apa, Bapak Sanjoto menjelaskan sebagai berikut :

” Yang saya maksud, misalnya sumber daya hutan dalam arti kualitas hutan, produktivitas hutan, sumber daya manusianya, juga peningkatan profit perusahaan”50

Jadi, sebelum ada program Perhutani Hijau 2010 kondisi dan situasi Perum Perhutani sedang berusaha meningkatkan sumber daya yang ada seperti sumber daya atau kualitas hutan, sumber daya manusia, dan meningkatkan profit perusahaan.

Dalam menetapkan key person dalam program Perhutani Hijau 2010, Bapak Sanjoto menjelaskannya seperti di bawah ini :

”Yang menjadi perancang program ini adalah direksi, terutama Bapak Transtoto Handhadhari selaku Direktur Utama Perum Perhutani. Ini adalah salah satu wujud dari kepedulian dan tanggung jawab beliau”51

Dari jawaban Bapak Sanjoto diatas, dapat dilihat bahwa yang menjadi Key

Person adalah para Direktur khususnya Bapak Transtoto Handhadari selaku Direktur

Utama yang melihat bahwa ini adalah salah satu bagian dari tanggung jawab Perum Perhutani.

Rintangan yang kemungkinan terjadi harus dapat diprediksi oleh para perencana program. Bapak Sanyoto menjelaskan bahwa rintangan yang dihadapi dalam program ini sangat besar yaitu :

” Rintangannya besar sekali diantaranya adalah yang pertama karena cuaca yang diluar prediksi. Dulu kita musim tanam adalah bulan september. Tapi karena adanya curah hujan yang tidak stabil dan susah diprediksi maka kita perlu berhati-hati dalam menerapkan sesuatu. Yang kedua adalah persepsi masyarakat tentang hutan,

50Hasil wawancara dengan Bapak Sanjoto

karena ada konflik kepentingan antara masyarakat hutan dengan lahan. Ada masyarakat yang meminta tanah ini ditanam jagung, dll. Tapi kan untuk masalah hutan kita harus membangun struktur tegakan yang baik. Juga karena faktor kemiskinan, karena masih banyak masyarakat yang bercocok tanam atau bertani. Sehingga kalau saya bilang, Indonesia ini seharusnya tidak hanya melakukan program transmigrasi saja tapi juga program kompetensi SDM dan industrialisasi. Jadi kalau yang seperti itu diterapkan, maka masyarakat tidak akan terlalu bergantung pada lahan dan tidak akan ada konflik kepentingan.”52

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa rintangan dari program ini adalah karena cuaca yang tidak bisa diprediksikan, cuaca yang kurang kondusif. Juga karena persepsi masyarakat tentang hutan, adanya konflik kepentingan antara masyarakat hutan dengan lahan. Di samping itu karena adanya faktor kemiskinan dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sanjoto, peluang yang dapat ditarik dari program Perhutani Hijau 2010 adalah :

” Saya kira peluang yang kita dapat adalah ”Selamatkan lingkungan”. Bagaimana cara kita untuk mengembalikan fungsi hutan yang sebenarnya yang menjadi penyedia oksigen dan mengelola tata air. Yang kedua adalah dengan adanya program ini, maka terbuka kesempatan masyarakat hutan untuk mendapat aktifitas yang lebih besar yaitu memperoleh pekerjaan. Kalau luas tanaman kita semakin luas, maka juga semakin luas lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Ada yang bekerja mengangkut bibit, mulai dari penanaman sampai mendapatkan hasil, mereka selalu dilibatkan. Ini juga sebagai cara untuk meningkatkan kesadaran untuk melestarikan hutan.”53

Jadi peluang yang mungkin terjadi dalam program ini adalah bagaimana cara kita mengembalikan fungsi hutan yang sebenarnya, yaitu menjadi penyedia oksigen dan mengelola tata air. Juga adanya peluang pekerjaan bagi masyarakat desa hutan untuk dapat beraktifitas lebih besar dan sebagai cara untuk meningkatkan kesadaran.

52Hasil wawancara dengan Bapak Sanjoto

b. Step 2 : Analisa Organisasi

Pengamatan terhadap lingkungan internal (misi, kinerja, dan sumber daya manusia), melibatkan persepsi publik terhadap organisasi, dan lingkungan eksternal (kompetitor, musuh, pendukung).

Misi dari perhutani adalah Mengelola hutan tropis dengan prinsip Pengelola Hutan Lestari Bersama Masyarakat, meningkatkan produktivitas, kualitas, dan nilai sumberdaya hutan. Mengoptimalkan manfaat hasil hutan kayu, non kayu dan jasa lingkungan serta potensi lainnya, dalam rangka meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan serta kesejahteraan masyarakat (sekitar hutan) Membangun sumber daya manusia perusahaan yang bersih, berwibawa, dan profesional. Juga mendukung dan berperan serta dalam pembangunan wilayah dan perekonomian nasional.54

Setelah diketahui misi dari perum perhutani di atas, maka Bapak Sanjoto menegaskan bahwa program Perhutani Hijau 2010 sudah sesuai dengan misi perusahaan, seperti berikut ini :

” Program ini sangat sesuai, dimana perum perhutani ingin menjadi pengelola hutan tropis terbaik di Dunia. Dan kita juga mempunyai program-kerja yang dapat diimplementasikan untuk mendukung visi dan misi tersebut.”55

Bapak Indro Tjahjono juga menegaskan bahwa program ini sudah sesuai dengan misi perhutani, berikut jawabanya :

”Ini adalah salah satu program perhutani yang juga termasuk menjabarkan salah satu misinya yaitu Mengelola hutan tropis dengan prinsip Pengelola Hutan Lestari Bersama Masyarakat ini adalah satu bukti dari implementasi dari misi tersebut”56

Bapak Rizal Bukhari dari WWF juga menyampaikan jawabannya tentang sesuaikah program ini dengan misi perhutani. Inilah jawabannya :

54

Company Profile Perum Perhutani

55Hasil wawancara dengan Bapak Sanjoto

” Di perhutani ini kan banyak misi perusahaannya kalau tidak salah ada 4 atau 5. jadi tergantung dari pencapaian masing-masing misi. Kalau visinya ingin menjadi pengelola hutan tropis terbaik se dunia. Tapi menurut saya sudah sesuai”57

Selain misi perusahaan, kinerja juga berpengaruh dalam mambuat suatu program kerja Bapak Sanjoto menegaskan tentang kinerja Perhutani sebelum dan sesudah program ini berjalan seperti berikut ini :

” Sebelum program ini ada, kinerja Perhutani sudah bagus. Dalam arti kita selalu berusaha untuk membangun kinerja yang maksimal. Tetapi sesudah program ini berjalan, kinerja kita semakin bertambah baik dan meningkat bahkan pada tahun 2007 Perhutani ada di peringkat 29 dari 139 BUMN di Indonesia versi majalah investor. ”58

Jadi, Kinerja yang telah dibangun perhutani sudah baik. Apalagi pada tahun 2007, Perhutani masuk ke dalam peringkat 29 dari 139 BUMN di Indonesia versi majalah Investor.

Sedangkan Bapak Indro Tjahjono sebagai LSM yang mengawasi Perhutani mengatakan bahwa kinerja Perhutani dahulu kurang bisa menjunjung profesionalisme, berikut petikannya :

” Kinerja perhutani dahulu masih memakai paradigma orde baru, jadi menjunjung tinggi profesionalismenya masih kurang. Tapi sekarang sesudah adanya banyak program lingkungan, kinerja perhutani jadi perlahan-lahan jadi cukup bagus.”59

Bapak Tumin dari TVRI mengatakan bahwa perhutani tetap menunjukkan loyalitas walaupun didera isu-isu lingkungan. Berikut petikannya :

”Kalau kita bicara masalah kinerja, Perhutani ini kan perusahaan yang kalau saya lihat bisa tetap eksis walaupun banyak isu-isu lingkungan yang ada di belakangnya. Dulu pada tahun 2000 an perhutani itu kinerjanya tidak bagus, ada

57

Hasil wawancara dengan Bapak Rizal Bukhari dari WWF

58Hasil wawancara dengan Bapak Sanjoto

satu atau dua hal yang melatarbelakangi itu. Tapi saya salutnya dengan perhutani adalah mereka tunjukkan loyalitas itu kepada publiknya dengan macam-macam hal, salah satunya adalah dengan program ini”60

Bapak Tommy dari Investor Daily berbicara bahwa kinerja Perhutani lumayan baik. Inilah petikannya :

” Lumayan baik kalau yang saya lihat. Dengan konsekuensi sebagai perusahaan kehutanan, dimana waktu reformasi itu banyak sekali orang yang miskin, tingkat ekonomi jadi turun sehingga mereka jadi berani menjual kayu-kayu yang seharusnya dilindungi demi kelangsungan hidup kita sendiri. Perhutani waktu itu masih banyak merugi tapi sekarang yang saya pantau perhutani sudah bisa menyeimbangkan kerugian itu dengan keuntungan yang sebesar-besarnya.”61

Sedangkan Wartawan dari Suara Karya, Ibu Devi berbicara bahwa kinerja Perhutani baik walaupun sebagai perusahaan kehutanan perhutani mempunyai banyak kasus seperti Illegal logging. Berikut petikannya :

”Kinerjanya baik. Walaupun sebagai perusahaan kehutanan yang pernah ada kasus seperti illegal logging, penjarahan, kerusakan hutan itu menimbulkan perhutani akhirnya kadang untung kadang rugi. Tapi yang saya lihat sejauh ini bisa diatasi mereka.”62

Bapak Rizal Bukhari selaku Forest Sertification Program dari WWF Indonesia menyatakan bahwa perhutani harus dapat menyesuaikan diri dengan paradigma-paradigma yang ada sekarang, berikut ungkapannya :

” Yang jelas dari dekade ke dekade atau tahun ke tahun itu pasti banyak perubahan di alam ini. Sehingga perhutani sebagai BUMN harus bisa cepat menyesuaikan diri dengan paradigma-paradigma yang ada di era yang bergerak dengan cepat. Yang kedua, jika dilihat dari sumber daya hutann, perhutani ini kan ada di jawa dimana pulau jawa ini sangat strategis.Perhutani harus bisa memikirkan dan mempunyai

60

Hasil wawancara dengan Bapak Tumin dari TVRI

61Hasil wawancara dengan Sdr Tommy dari Investor daily

tanggung jawab juga memberi sumber devisa bagi negara. Apalagi dengan isu climate changes itu ya atau global warming “63

Sumber daya manusia yang baik juga menjadi syarat dalam menciptakan program yang baik. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Sanjoto berikut :

” Untuk program ini, sumberdaya manusianya kita ambil dari internal perhutani. Sebelum ada program ini sumber daya manusia yang kita punya sudah baik. Dan semenjak program ini berjalan, sumber dayanya semakin aktif.”64

Bapak Indro Tjahjono dari SKEPHI, LSM yang mengawasi Perhutani melihat bahwa SDM Perhutani masih belum terlalu bisa menyadari Perhutani sebagai Perusahaan Profesional. Berikut petikannya :

”SDM nya secara keseluruhan saya lihat masih belum terlalu bisa menyadari perhutani sebagai perusahaan yang profesional. Tapi lambat laun sekarang mereka sudah ada timbul rasa kesadaran bahwa perhutani perlu kita dukung sebagai perusahaan yang profesional.”65

Bapak Rizal Bukhari menganalisis sumber daya Perum Perhutani adalah sebagai berikut :

” Kalau saya lihat dari sisi pertama yaitu kuantiti yaitu dari segi jumlah. Maksudnya bahwa secara kasat mata, jumlah karyawan perhutani ini sudah kebanyakan. Di kantor pusat aja sudah banyak apalagi yang didaerah-daerah. Padahal posisi yang harus diperkuat adalah KPH. Walaupun KPH Itu posisi yang rendah tapi dari KPH-KPH itulah sumber pendapatan perhutani. Karena setiap kantor pemangku hutan atau KPH punya responsibility sendiri-sendiri. Jadi kantor direksi itu tidak usaha terlampaui banyak. Kalau dari segi kualitas kalau dulu banyak sekali lulusan SMA. Tapi semakin ke sini semakin sedikit dan ini tergantung juga dengan misi dan visi Perhutani, 5 tahun, 10 tahun ke depan itu ingin seperti apa. Apakah tetap membutuhkan lulusan yang seperti itu atau S1 atau D3 mungkin. Yang terakhir adalah profesionalitas, artinya disiplin ilu apa sih yang dibutuhkan 5 tahun atau 10 tahun mendatang. Apakah hanya membutuhkan sarjana kehutanan atau mungkin porsinya lebih banyak sarjana sosial atau juga memerlukan lulusan dari disiplin

63

Hasil wawancara dengan Bapak Rizal Bukhari dari WWF

64Hasil wawancara dengan Bapak Sanjoto

bisnis ya siapa tahu. Jadi menurut saya itu tadi, kuantiti, kualiti dan profesionalitas.”66

Di dalam sebuah publik, terdapat sebuah persepsi yang berbeda-beda. Ada positif dan ada juga yang negatif. Bapak Sanjoto menyadari itu, apalagi dahulu banyak masyarakat yang berpandangan negatif tentang perhutani, beliau menjelaskannya sebagai berikut :

”Dahulu banyak negatifnya, karena adanya dendam sejarah. Dimana dulu perhutani didirikan oleh Belanda. Jadi, cara Belanda memanage itu yang membuat masyarakat berfikir bahwa perusahaan ini feodal dan merubah citra itu tentu bukan sesuatu yang mudah. Kita merubah citra dengan cara membuka diri, kita tidak perlu memaksa orang lain menilai kita baik, tapi kita harus membuka diri dengan berkomunikasi dengan menceritakan apa yang sedang kita jalankan, menerima masukan apa yang harus diperbaiki. Makanya kita sekarang menerapkan profit sharing atau bagi hasil, dimana para pekerja hutan memperoleh 25 persen dari yang ada. Dan hasilnya kini sudah semakin baik, karena kita sudah mendapat banyak dukungan, baik itu internal dan eksternal”67

Dari persepsi yang semakin baik tersebut. Pasti akan menimbulkan efek yang ingin diterima Perhutani. Efek yang ingin diterima perhutani adalah publik semakin

interest dengan Perhutani. Seperti pernyataan beliau berikut ini :

” Efek yang kita inginkan adalah publik lebih interest lagi dengan perhutani, dan lebih aware lagi. Kalau di dalam publik ada yang pro dan kontra itu sudah biasa, tapi bagaimana kita bisa menyaring semua untuk mendapatkan efek positif tersebut.. 68

Lingkungan eksternal juga perlu diamati, lingkungan eksternal di sini adalah kompetitor, musuh dan pendukung. Pertama-tama adalah menentukan siapa pesaing

66

Hasil wawancara dengan Bapak Rizal Bukhari dari WWF

67Hasil wawancara dengan Bapak Sanjoto

kita dan seberapa besar pengaruh mereka dengan kita. Bapak Sanjoto menjelaskan dengan baik siapa pesaing utama perhutani seperti berikut ini :

”Mungkin tidak etis ya untuk mengibaratkan mereka pesaing, walaupun kita tidak

Dokumen terkait