• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. INTERNALISASI NILAI 1. Pengertian Internalisasi

4. Strategi Internalisasi

Adapun strategi dalam intrenalisasi ada empat sebagai berikut:

a. Strategi Tradisional

Ialah cara yang dilakukan dalam pembelajaran dengan memberikan pengetahuan tentang nilai yang baik dan buruk. Dalam pembelajaran dikelas guru hanya sebatas sebagai transfer of knowledge dengan menekankan pada aspek kognitif sehingga murid kurang mendapatkan pengetahuan perihal manfaat dari sebuah nilai.

b. Strategi Bebas

Cara yang dilakukan dengan memberitahukan arti sebuah nilai tanpa ada penekanan kepada peserta didik sehingga peserta didik diberi kebebasan memilih nilai. Oleh karena itu nilai yang baik

menurut seseorang belum tentu baik baik menurut orang lain atau kelompok lain.

c. Strategi Reflektif

Merupakan penggabungan pendekatan teoritik dan empirik dalam penggunaan strategi tersebut dituntut adanya konsistensi adanya kriteria dalam menganalisis adanya kasus empiric yang kemudian dikembalikan pada aksioma sebagai dasar deduksi.

d. Strategi Transinternal

Stategi yang dilakukan dengan cara transformasi, transaksi dan tranisntrenalisasi kepada peserta didik. Guru sebagai pendidik harus bisa melibatkan komunikasi lahir (jiwa) dan komunikasi batin (kepribadian) sehingga tercipta komunikasi yang akurat. Dalam hal strategi guru sebagai pusat informasi harus bisa memberikan ketauladanan dengan memberikan contoh nilai yang baik.sehingga siswa dapat merepon dan memberikan stimulus dari proses penanaman nilai tersebut.40

Dari beberapa strategi penanaman nilai tersebut maka strategi transinternal merupakan strategi yang paling pas dalam menanamkan nilai-nilai kepada peserta didik. Hubungan dua arah yang melibatkan pendidik dan peserta didik serta pengawasan sehingga terwujud sebuah tujuan dari nilai tersebut.

40Wina Sanjaya, Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Kencana MediaGuru, Jakarta: 2007), hlm, 24.

B. Nilai

a. Pengertian Nilai

Sementara itu, nilai secara etimologi adalah harga atau derajat, dalam bahasa inggris berarti Value sedangkan dalam bahasa Arab Al-qiyamah41. Menurut seorang ekonom nilai diartikan sebagai “harga” sebagai produk dan pelayanan bagi pembeli. Menurut seorang psikologi mengartikan nilai adalah suatu gejala prilaku yang ditimbulkan oleh gejala psikologi seperti, sikap, hasrat, motif dan keyakinan yang dilakukan oleh individu yang diwujudkan oleh tingkah laku yang unik. Sementara seorang antropologi mengartikan nilai sebagai “harga” yang menjadi ciri khas sebuah masyarakat seperti kebiasaan, keyakinan, hukum adat dan kebiasaan.42

Sementara itu Muhammad zain mengatakan nilai adalah sesuatu yang tidak tampak atau abstrak dimiliki oleh seseorang yang mempunyai sifat kebenaran dilakukan dengan bimbingan dan pengembangan. Nilai juga dapat diartikan sesuatu sikap yang berharga oleh suatu kelompok, sehingga nilai di artikan sebagai hal-hal yang baik yang mengarah pada tingkah laku kehidupan sehari-hari.43

Kuperman mengatakan nilai adalah patokan normative yang mempengaruhi manusia dalam bertindak, ia mengatakan nilai adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan social, dikarenakan dengan

41

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan Nilai, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 1.

42Rohmat Mulyana, Megartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 8. 43Muhaimin, Nuasan Baru pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 148.

berlandaskan norma-norma seseorang merasa tenang. Kluchkhon mengartikan nilai sebagai sesuatu yang tersurat atau tersirat yang menjadi ciri khas dari individu atau kelompok. Sementara itu Brameld menganggap bahwa nilai adalah sesuatu yang di inginkan. Nilai tidak hanya sekedar materi akan tetapi nilai juga berupa sebuah pemikiran yang memiliki nilai, kejujujuran, keadilan dan kebenaran.

Sehubungan dengan di atas menusia sebagai mahluk beradab menurut aristoteles nilai dari manusia bukanlah terletak pada keseluruhan badan akan tetapi perwujudan dari tingkah laku manusia (pribadi) yang bermakna. Sebab pribadi yang baik yang akan menjadikan manusia menjadi bermakna.44 Nilai adalah sebuah keyakinan yang menginspirasi sebuah kelompok untuk berprilaku.45 Adapun dalam pendidikan islam nilai berupa pengembangan kepribadian untuk membentuk pribadi yang baik menjalankan ajaran islam, membangun fitrah dan kekuatan jiwa yang akan menjauhkan diri pada hal-hal yang negatif.46

Dari beberapa peran di atas di atas dapat dipahami bahwasanya penilaian seseorang tergantung pada sudut pandang orang yang melihat, penilaian seseorang tergantung pada fakta dan fakta yang akan membentuk suatu nilai positif atau negatif. Dari sekian banyak nilai kesusilaanlah yang menjadi nilai terbaik, islam menganggap kesusilaan merupakan akhlak

44Burhanudin Salam, Etika Individual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 32. 45Muhaimin, Nuasan Baru pendidikan Islam, hlm. 148

46Abd Aziz, Filsafat Pendidikan Islam: sebuah gagasan membangun pendidkan islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 15.

yang menajdi tolak ukur dari keimanan seseorang semakin orang berakhlak maka semakin tinggi keimanannya.47

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa nilai adalah bentuk yang tidak kasat mata (abstrak), perspektif dan berhubungan dengan keyakinan dan kehendak dan memberikan ruang pada akal fikiran, perasaan dan prilaku. Dengan dimikian agar dapat memahami sebuah nilai harus dengan pemaknaan keyakinan, berupa tindakan, pola fikir dan sikap seseorang atau kelompok.

b. Unsur-unsur Nilai

Dalam kehidupan dapat dibagi menjadi dua: a. Nilai Ilahiyah

Sebuah nilai yang diberikan oleh tuhan kepada utusannya berupa iman, taqwa dan adil yang diabadikan dalam wahyu. Nilai ini tidak akan berubah meskipun zaman akan berubah secara konfigurasi nilai ilahiyah akan berubah akan tetapi secara intrinsik nilai ilahiyah akan berubah jika wahyu tuhan mengalami kurusakan karena nilai ilahiyah bersumber dari al-quran.

b. Nilai Insaniyah

Sebuah nilai yang menjadi tradisi dan turun menurun dalam anggota masyarakat dalam pandangan islam semua nilai dapat diterima dan ditolak yang mana islam dalam mengklasifikasi nilai mengguakan lima hal:

47Moh Toriquddin, Sekularitas Tasawuf Membumikan Tasawuf dalam Dunia Moder, (Malang: UIN Maliki Press, 2008), hlm.7.

1) Memeliara sebuah nilai atau norma yang sudah baik 2) Menghilangkan sebuah norma yang tidak baik 3) Menumbuhkan sebuah nilai baik yang belum ada

4) Sikap menerima, memilih dan mencerna sebuah nilai yang terkandung pada umumnya

5) Melakukan sebuah penyucian terhadap sebuah norma agar sesuai dengan norma-norma islam.48

Dengan demikian sebuah nilai akan diterima oleh masyarakat ketika terdapat kesepakatan dan mengandung nilai ilahiyah yang akan menciptakan rasa empati.

C. Tasawuf