Faktor Lingkungan
Internal
Alternatif Strategi Alternatif Strategi Alternatif Strategi Fokus Faktor Lingkungan Interal & Eksternal Alternatif Strategi Faktor Lingkungan Internal Faktor Lingkungan Internal Faktor Lingkungan Ekternal 1 Faktor Lingkungan Ekternal Faktor Lingkungan Ekternal Faktor Lingkungan Ekternal Faktor Lingkungan Internal Alternatif Strategi 2
Aktor Pimpinan LPDB Kadiv LPDB Kabag LPDB dan staf Staf LPDB
memastikan bahwa urutan prioritas yang dihasilkan didapat dari suatu rangkaian perbandingan yang masih berada dalam batas-batas preferensi yang logis.
5) Melakukan pengujian konsistensi hierarki. Pengujian ini bertujuan
untuk menguji kekonsistenan perbandingan antara kriteria yang dilakukan untuk seluruh hierarki.
Permadi (1992) mengemukakan bahwa proses hirarki secara praktis dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Mengidentifikasikan tujuan keseluruhan hirarki atau yang lazim
disebut “goal”. Yang disebutkan di sini adalah masalah yang akan di
cari pemecahan lewat model AHP.
2) Tentukan kriteria-kriteria yang diperlukan atau kira-kira sesuai dengan
tujuan keseluruhan tersebut. Kriteria ini biasanya terdiri dari syarat- syarat atau keadaan yang kiranya dapat menunjang tercapainya sebuah
“goal” dan biasanya masih bersifat umum (general). Sejalan dengan hal tersebut, maka perlu dipertimbangkan kemungkinan penambahan sub-sub kriteria di bawah setiap kriteria. Sub kriteria merupakan penjabaran lebih bawah dari kriteria yang masih bersifat umum tersebut dan hal lain biasanya diperlukan bagi para pengambil keputusan yang menyukai hal-hal yang lebih detail.
3) Identifikasikan alternatif-alternatif yang akan di evaluasi di bawah
sub-sub kriteria.
Perbandingan antar elemen satu dengan yang lain digunakan untuk memperoleh gambaran pengaruh realtif atau penagaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan (elemen yang lain) setingkat diatasnya. Perbandingan
didasarkan pada penilaian (judgement) dari para pengambil keputusan dengan
memberikan penilaian tingkat kepentingan satu elemen deibanding dengan elemen lainnya. Perbandingan sesuai tingkat kepentingan secara berpasangan dilakukan dengan kuantifikasi atas data kualitatif pada materi wawancara atau melalui kuesioner dengan nilai komparasi/pembobotan antara nilai 1 samapi niali 9. Skala 1 sampai dengan 9 merupakan skala yang terbaik dalam menguantifikasikan pendapat (penilaian), yaitu berdasarkan akurasinya yang ditujukan dengan nilai
RMS (Root Mean Square Deviation) dan MAD (Median Absolute Deviation)
selengkapnya sebagaimana Tabel 4.
Rancangan hirarki AHP yang disusun untuk memilih strategi penanganan dana bergulir bermasalah disajikan dalam Gambar 5. Tahapan selanjutnya dalam AHP adalah menentukan perbandingan berpasangan yang dilakukan dengan
melakukan perbandingan antar elemen dari hasil penilaian (judgement) seluruhnya
sebanyak n x [(n-1)/2], dimana n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan secara berpasangan.
Bila vector pembobotan elemen-elemen operasi A1, A2, dan A3 dinyatakan sebagai vector W, dengan W = (w1,w2,w3), maka nilai intensitas kepentingan elemen operasi A1 dibandingkan dengan A2 dapat dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen A1 terhadap A2, yakni :
Tabel . Skala Banding Secara Bepasangan Dalam AHP
Tingkat Kepentingan
Keterangan Penjelasan
Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai
pengaruh yang sama terhadap tujuan Elemen yang satu sedikit lebih
penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen disbanding dengan elemen lainnya Elemen yang satu lebih penting
daripada eleme yang lain
Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen disbanding elemen lainnya
Elemen yang satu jelas lebih penting daripada elemen yang lain
Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek Elemen yang satu mutlak lebih
penting daripada elemen yang lain
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap yang lain memiliki tingkat
penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
Kebalikan
Nilai –nilai antara dua nilai
pertimbangan yang berdekatan
Jika untuk aktivitas ke- i mendapat
satu angka bila dibandingkan
dengan aktivitas ke-j, maka j
mempunyai nilai kebalikannya
bila dibandingkan dengan nilai i
Nilai wi/wj dengan I,j = 1,2,3,...,n didapat dari respon, yaitu pada stakeholders yang kompoten dalam strategi pengembangan komoditas.
Bila matriks ini dikalikan dengan vector kolom W w w w …wn maka
diperoleh hubungan AW = nW. Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W, maka dapat diselesaikan melalui persamaan berikut :
[A-nI] W = 0, dimana I = matriks identitas.
Untuk menghitung akar ciri, vector ciri dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi atau dikoreksi, yaitu :
a. Menghitung akar ciri
Untuk mendapatkan akar ciri (n) maka harus ada kondisi [A-nI] = 0 dan n3
b. Menghitung vector ciri
Nilai vector ciri merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini
bertujuan untuk mensintesiskan penilaian (judgement) dalam
penentuan prioritas. Untuk menghitung vector ciri, maka akar ciri (n) maksimum hasil perhitungannya diatas disubtotusikan dengan persamaan :
[A-n I] W = 0
Dengan menggunakan normalisasi w1 + w2 + w3 = 1, sehingga bila didapat maksimum = 2, maka perkaliannya menjadi sebagai berikut :
[A – n I ] W = 0
Dimana pada akhir perhitungan akan diperoleh vector ciri w1, w2, dan w3. Vector ini memberikan informasi berupa pilihan scenario yang paling optimal.
c. Perhitungan Indeks Konsistensi (Concictency Index / CI)
Indeks konsistensi menyatakan penyimpangan konsistensi dan menyatakan ukuran tentang konsisten tidaknya suatu penilaian atau
pembobotan perbandingan berpasangan, dihitung dengan
menggunakan rumus : CI =
Dimana λ max = akar ciri maksimum dan n = ukuran matriks
Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban dari responden yang akan berpengaruh terhadap
vadilitas atau keabsahan hasil. Perhitungan Consistency Ratio (CR)
dengan persamaan : = CI
dimana nilai RI diperoleh dari Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Nilai Random Indeks
1 dan 2 Sumber : Saaty (1993)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum
Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) didirikan pada tahun 2006 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia nomor 19.4/Per/M.UKM/VIII/2006 tanggal 18 Agustus 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia nomor 11/Per/M.KUMKM/VI/2008 tanggal 26 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Dana Bergulir dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
LPDB-KUMKM ditetapkan sebagai instansi pemerintah yang
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor KEP-292/MK.5/2006 tanggal 28 Desember 2006 tentang penetapan Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Kecil Mikro, Kecil dan Menengah pada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sebagai instansi pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU). Tujuan pendirian LPDB-KUMKM adalah untuk mengelola dan mengembangkan dana bergulir KUMKM secara professional dan akuntabel untuk mendukung upaya peningkatan akses pembiayaan usaha KUMKM, secara langsung atau melalui Lembaga Keuangan Perantara agar dapat meningkatkan layanan pembiayaan usaha kepada KUMKM secara mandiri dan berkelanjutan. LPDB- KUMKM memiliki budaya kerja yang diterapkan dalam menjalankan visi dan misi yang ingin dicapai yaitu:
1. Mengedepankan prinsip-prinsip good governance (transparansi,
akuntabilitas, efisiensi, keterbukaan, dan penegakan hukum) dalam setiap kegiatannya.
2. Berpedoman kepada sistem sebagai acuan kerja.
3. Bersikap jujur, berpikir positif, berdedikasi tinggi dan amanah.
4. Selalu meningkatkan profesionalisme demi pencapaian nilai tambah bagi
LPDB KUMKM.
5. Berorientasi pada keberhasilan program pemerintah.
6. Berorientasi pada pengembangan Koperasi dan UMKM.
7. Proaktif terhadap perubahan lingkungan.
LPDB-KUMKM dalam menjalankan tugas pokoknya sebagai unit kerja di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM yang melakukan penyaluran dana bergulir, menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan penghimpunan pengembalian dana bergulir yang berasal dari
pinjaman dana bergulir yang berasal dari pinjaman program dana bergulir dari KUMKM, dana anggaran dari APBN dan sumber dana lainnya yang sah.
2. Pelaksanaan pemberian pinjaman kepada KUMKM dengan atau tanpa lembaga perantara, baik lembaga keuangan bank (LKB), maupun lembaga keuangan bukan bank (LKBB).
3. Pelaksanaan pemberian bentuk pembiayaan lainnya bagi KUMKM sesuai
dengan kebutuhan.
4. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan LPDB-
KUMKM.
5. Pengkajian dan pengembangan pengelolaan LPDB-KUMKM
6. Pelaksanaan akutansi keuangan dan administrasi umum
7. Pelaksanaan tugas lainnya sesuai dengan petunjuk Menteri Koperasi dan
UKM sebagai penanggung jawab tugas LPDB-KUMKM.
Kondisi Dana Bergulir Bermasalah LPDB-KUMKM
Secara kumulatif sejak LPDB-KUMKM menyalurkan dana bergulir (September 2008) hingga 31 Desember 2014 telah disalurkan pinjaman /pembiayaan sebesar Rp.5.270.731.696.531 kepada 629.369 UMKM, melalui 69 Mitra Koperasi Sekunder, 2.237 Mitra Koperasi Primer langsung, 194 Mitra Perusahaan Modal Ventura dan Bank, serta 1.020 UKM strategis. Realisasi penyaluran dana bergulir LPDB-KUMKM sejak 2008-2014 dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel. 6 Realisasi Penyaluran Dana Bergulir Tahun 2008-
No Uraian
(Tahun)
Jumlah Mitra LPDB-KUMKM
UMK