• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pembangunan Infrastruktur untuk Pengembangan Wilayah

Dalam dokumen Pembangunan Infrastruktur dalam Pengemba ek (Halaman 30-35)

2. Pembahasan

2.4 Strategi Pembangunan Infrastruktur untuk Pengembangan Wilayah

Upaya pengembangan suatu wilayah dapat dipastikan memiliki tantangan dan kendala yang perlu dihadapi. Di lain sisi, juga terdapat potensi dan kekuatan yang bersifat mendukung program pengembangan wilayah. Oleh karena itu, dibutuhkan perumusan strategi pemenuhan kebutuhan infrastruktur di wilayah Madura dalam kaitannya dengan hal-hal tersebut (kendala dan dukungan) agar proses pengembangan wilayah dapat berjalan dengan optimal.

2.4.1 Analisa SWOT (Strength, Weaknesses, Opprtunities, Threats)

Analisa SWOT di sini dilakukan terhadap pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah Madura secara umum. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisa, didapatkan beberapa rumusan SWOT sebagai berikut :

Strength (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)

1) Masih banyak tersedia lahan untuk pembangunan infrastruktur 2) Posisi Madura yang strategis dapat

mendukung pengembangan metropolitan Germakertasusila, khususnya sebagai perluasan Kota Surabaya

3) Keberadaan potensi unggulan wilayah yang dapat dikembangkan, seperti kerajinan batik, pertambangan, industri kecil (pangan dan non pangan), pertanian, perkebunan dan

pariwisata

4) Modal sosial (trust, norm, network) yang kuat pada masyarakat Madura, khususnya dalam hal religiusitas (tokoh keagamaan dan kegiatan pesantren)

1) Kualitas SDM masyarakat Madura yang perlu ditingkatkan (IPM masih kurang)

2) Kondisi wilayah yang berupa pegunungan dan mayoritas bersifat kurang subur

3) Keterbatasan sumber daya air untuk mendukung kegiatan pertanian maupun industri

4) Sikap masyarakat yang terkadang memanfaatkan kesempatan tanpa

memperhatikan peraturan hukum yang ada

Opportunities (Kesempatan) Threats (Ancaman)

1) Adanya Badan khusus yang diberi

kewenangan dalam pengembangan wilayah Madura, yakni BPWS

2) Sudah tersedianya Master Plan

pengembangan wilayah Madura dan selalu diperbarui

3) Porsi anggaran belanja negara (APBN) untuk pendanaan pembangunan infrastruktur semakin besar

4) Adanya peluang ketertarikan pengusaha dalam negeri maupun asing untuk berinvestasi di Madura

1) Tinginya laju urbanisasi masyarakat keluar wilayah Madura

2) Sulitnya proses pengadaan tanah untuk pembangunan infrastruktur di wilayah Madura 3) Kebijakan pemerintah menjadikan wilayah

Madura tidak lagi sebagai wilayah strategis untuk target pembangunan (tidak masuk WPS)

4) Benturan komunikasi dan kepentingan antara BPWS dengan Pemerintah Daerah setempat (misalnya akibat otonomi daerah)

hal. 30 2.4.2 Rumusan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Infrastruktur

STRENGTH (S)

1) Masih banyak tersedia lahan untuk pembangunan infrastruktur

2) Posisi Madura yang strategis dapat mendukung

pengembangan metropolitan Germakertasusila, khususnya sebagai perluasan Kota Surabaya

3) Keberadaan potensi unggulan wilayah yang dapat dikembangkan, seperti kerajinan batik, pertambangan, industri kecil (pangan dan non pangan), pertanian, perkebunan dan pariwisata

4) Modal sosial (trust, norm, network) yang kuat pada

masyarakat Madura, khususnya dalam hal religiusitas (tokoh keagamaan dan kegiatan pesantren)

WEAKNESSES (W)

1) Kualitas SDM masyarakat Madura yang perlu ditingkatkan (IPM masih kurang)

2) Kondisi wilayah yang berupa pegunungan dan mayoritas bersifat kurang subur

3) Keterbatasan sumber daya air untuk mendukung kegiatan pertanian maupun industri

4) Sikap masyarakat yang terkadang memanfaatkan kesempatan tanpa memperhatikan peraturan hukum yang ada

OPPORTUNITIES (O)

1) Adanya Badan khusus yang diberi kewenangan dalam pengembangan wilayah Madura, yakni BPWS

2) Sudah tersedianya Master Plan pengembangan wilayah Madura dan dapat diperbarui

3) Porsi anggaran belanja negara (APBN) untuk pendanaan pembangunan infrastruktur semakin besar

4) Adanya peluang ketertarikan pengusaha dalam negeri maupun asing untuk berinvestasi di Madura

STRATEGI - SO

 Melakukan pemetaan prioritas pembangunan infrastruktur dan perencanaan pembangunan secara bertahap (short term, mid term, longterm) [S1,S2,S3,O1,O2,O3]  Pembangunan infrastruktur harus disesuaikan dengan

potensi unggulan setiap wilayah dan potensi pengembangannya [S1,S3,O2,O3]

 Pendekatan komunikasi dalam hal pembangunan melalui tokoh-tokoh ulama dan jaringan pesantren [S4,O1,O3]  Menjaga iklim investasi dan mensosialisasikan potensi berkembangnya wilayah Madura [S1,S2,S3,O1,O2,O4]

STRATEGI - WO

 Pembangunan infrastruktur pendukung pendidikan dan pelatihan masyarakat lebih diprioritaskan pada tahap awal (short term) [W1,W4,O2,O3,O4]

 Penyediaan infrastruktur yang lebih banyak dalam mendukung pengelolaan DAS Madura [W2,W3,O2,O3,O4]  Upaya pemberdayaan masyarakat dan peningkatan

partisipasinya dalam pembangunan di wilayah Madura [S4,W1,W2]

THREATS (T)

1) Tinginya laju urbanisasi masyarakat keluar wilayah Madura

2) Sulitnya proses pengadaan tanah untuk pembangunan infrastruktur di wilayah Madura 3) Kebijakan pemerintah menjadikan wilayah Madura

tidak lagi sebagai wilayah strategis untuk target pembangunan (tidak masuk WPS)

4) Benturan komunikasi dan kepentingan antara BPWS dengan Pemerintah Daerah setempat (misalnya akibat otonomi daerah)

STRATEGI - ST

 Penyediaan infrastruktur yang mampu menyerap banyak tenaga kerja lokal dan mensejahterakan masyarakat setempat [S1,S2,S3,T1]

 Mensosialisasikan arti penting pembangunan Madura dan kemandirian masyarakat dalam peningkatan daya saing wilayahnya [S1,S2,S3,T2,T3]

 Perlu dibuatkan sistem komunikasi dan koordinasi yang intensif antar stakeholder pemerintah yang berkepentingan dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat [S4,T2,T4]

STRATEGI - WT

 Pengendalian urbanisasi masyarakat keluar Madura dan menggantikannya dengan program Transmigrasi yang sudah terencana baik [W1,W2,W3,T1,T3]

 Penegakan hukum dengan tegas dan penerapan UU pengadaan tanah yang baru (UU 2/2012) guna kepastian pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum [W4,T2,T4]

Strength (S) & Weaknesses (W)

Opportunities (O) & Threats (T)

hal. 31 2.4.3 Identifikasi Key Succes Factor dalam Pembangunan Infrastruktur

Dalam menjalankan strategi pendukung pelaksanaan pembangunan infrastruktur untuk pengembangan wilayah Madura di atas, perlu diperhatikan beberapa faktor yang perlu dipastikan atau dikendalikan antara lain :

Ketersediaan lahan untuk pembangunan

Faktor paling penting dan menentukan keberhasilan pembangunan infrastruktur adalah tersedianya lahan. Proses pengadaan tanah sering kali sarat dengan resistensi dari masyarakat tergusur, yang bahkan cenderung berkembang menjadi konflik. Titik permasalahan umumnya berawal dari ketidaksepakatan nilai ganti kerugian yang diberikan pemerintah kepada masyarakat untuk pelepasan hak atas tanahnya.

Dengan berlakunya Undang-Undang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang baru (UU 2/2012), yang mengakomodir kerugian lain (social cost) yang dapat dinilai, sehingga nilai ganti rugi akan lebih mendekati ekspektasi pihak masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat tidak akan lagi merasa dirugikan dengan hilangnya hak atas properti yang dimilikinya akibat adanya proses pengadaaan tanah. Selain itu, dengan adanya sistem konsinyasi (penitipan uang ganti rugi di Pengadilan Negeri bagi pihak yang menolak), maka pengambilan hak atas tanah dengan proses eksekusi dapat dilaksanakan. Peraturan baru ini tampaknya telah mencerminkan win-win solution bagi masyarakat maupun pemerintah.

Komunikasi, Koordinasi dan Komitmen

Merupakan 3 (tiga) aspek yang harus dijaga diantara seluruh stakeholder yang berkepentingan, seperti : BPWS, Pemda, Tokoh Masyarakat dan masyarakat Madura pada umumnya. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara sharing

informasi dan sosialisasi program-program pembangunan yang akan dilakukan. Selain itu juga membentuk jalur komunikasi untuk saling bertukar informasi,misalnya dengan membuat pusat informasi dan layanan pengaduan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kecurigaan maupun resistensi oleh pihak-pihak tertentu yang merasa tidak dilibatkan dalam pembangunan.

Koordinasi dapat dilakukan dengan mensinkronisasikan kegiatan dan pembagian peran di antara pihak-pihak yang terlibat. Dengan cara ini maka pelaksanaan proses pembangunan yang saling tumpang tindih atau pun benturan kepentingan antar stakeholder akan dapat dihindari. Misalnya saja pembagian peran dalam pembangunan jalan akses KKJS, dimana Pemda

hal. 32

bertanggungjawab atas pengadaan tanah, Kementerian PUPR dalam hal pembangunan infrastruktur, serta BPWS berwenang atas pengelolaan jalan yang sudah dibangun.

Komitmen dapat diwujudkan dengan adanya legalisasi dan perkuatan hukum atas berbagai kesepakatan ataupun janji. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan wewenang atau pun pengingkaran terhadap kewajiban yang harus dipenuhi. Misalnya saja pembuatan kontrak kerja antara BPWS dengan komunitas masyarakat yang secara partisipastif diberi kewenangan dalam pengelolaan rest area sementara di KKJS Madura.

Tersedianya Sumber Daya (resources)

Sumber daya merupakan faktor yang harus dipenuhi untuk realisasi pembangunan infrastruktur di Madura. Dalam ilmu manajemen, ketersediaan sumber daya yang penting meliputi 5 M (money, man, material, machine, method). Agar pembangunan infrastruktur di wilayah Madura dapat dilaksanakan dengan baik, maka Pemerintah wajib menyediakan seluruh sumber daya yang dibutuhkan. Dengan tergesernya perhatian Pemerintah dari pengembangan strategis pulau Madura (tidak lagi masuk dalam kebijakan orientasi Wilayah Pengembangan Strategis), maka komitmen untuk menyediakan sumber daya bagi pembangunan Madura tampaknya akan semakin terdesak dengan prioritasi pembangunan di wilayah lainnya.

Pengendalian sumber-sumber resistensi dan konflik

Pada dasarnya pembangunan infrastruktur akan memiliki dampak terhadap perubahan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Tidak jarang hal ini melatarbelakangi adanya resistensi dari pihak-pihak yang merasa dirugikan akibat pembangunan tersebut. Resistensi sangat potensial berkembang menjadi konflik yang berakibat pada penundaan proses pembangunan maupun kerugian pemerintah karena harus mengalokasikan dana untuk pengelolaan konflik ini. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya dapat mengendalikan sumber-sumber resistensi dan konflik dengan mengedepankan komunikasi dan pelibatan masyarakat Madura dalam pembangunan. Misalnya dengan melakukan konsultasi publik dalam setiap awal kegiatan pembangunan, dan membuka kesempatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan tersebut.

Modal Sosial (trust, norm, network) masyarakat Madura

Pengetahuan akan modal sosial masyarakat Madura menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung percepatan pembangunan infrastruktur secara

hal. 33

signifikan. Karakteristik masyarakat Madura yang sangat khas dan berbeda dengan suku lainnya perlu dikenali dan diperhatikan oleh Pemerintah.

Dari sisi trust (kepercayaan) di kehidupan sosial masyarakat Madura dikenal istilah Bapa-Ebu-Guru-Ratoh. Istilah tersebut memiliki arti bahwa masyarakat Madura sangat menghormati dan patuh terhadap 4 (empat) orang yaitu bapak, ibu, guru (kiayi / tokoh agama) dan raja (blater/lurah/camat/bupati). Oleh karena itu dalam rangka mensosialisasikan program pembangunan misalnya, dapat dilakukan pendekatan komunikasi melalui tokoh-tokoh agama atau masyarakat dan pejabat pemerintah yang disegani oleh masyarakat setempat.

Norm (norma) di Madura merupakan nilai-nilai budaya yang masih dipegang teguh oleh sebagian besar masyarakat Madura. Banyak contoh nilai-nilai budaya yang erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur. Salah satunya adalah posesifitas masyarakat atas tanah warisan leluhur yang sangat tinggi. Masyarakat Madura akan menjaga tanah mereka untuk dapat diwariskan kembali ke keturunannya. Hal ini tentu sangat tidak menguntungkan bagi pelaksanaan proses pengadaan tanah bagi pembangunan infrastruktur. Bukti nyata kasus ini terjadi pada pengadaan tanah waduk Blega yang kebetulan area genangannya melewati makam leluhur masyarakat Madura sehingga pembangunannya harus menuai konflik berkepanjangan. Nilai budaya lainnya adalah karakteristik masyarakat Madura dalam satu trah keluarga yang cenderung berkumpul dalam satu lingkungan permukiman. Mereka menjaga agar lingkungan masyarakat terdekat masih memiliki hubungan kekeluargaan dan kekerabatan yang baik. Hal ini juga tidak menguntungkan untuk proses pengadaan tanah apalagi jika perlu merelokasikan sebagian masyarakat Madura dalam satu trah tertentu. Resistensi akan terjadi akibat masyarakat Madura tidak mau dipindahkan jauh dari kerabat-kerabatnya.

Aspek network (jaringan) dapat dicontohkan dengan keberadaan pesantren-pesantren di seluruh wilayah Madura yang berperan menggantikan pendidikan formal bagi masyarakat setempat. Aktifitas religius yang tinggi dan kesamaan kultur islami menjadikan pesantren dan hubungan para ulama menjadi sangat erat. Bila dipandang dalam satu kesatuan, maka keberadaan pesantren-pesantren ini merupakan jaringan yang sangat besar dan potensial untuk dimanfaatkan. Misalnya saja dengan menggunakan pesantren sebagai jaringan komunikasi untuk mensosialisasikan pembangunan, atau pun menjadikan lingkungan pesantren sebagai lokasi-lokasi perkembangan pusat kegiatan wilayah Madura.

hal. 34

Dalam dokumen Pembangunan Infrastruktur dalam Pengemba ek (Halaman 30-35)

Dokumen terkait