Teori pembangunan tak seimbang ini dikemukakan oleh Hirschman dan Streeten. Pada dasarnya, pembangunan tak seimbang adalah pola pembangunan yang lebih bertujuan untuk mempercepat proses pembangunan di NSB. Pola pembangunan tidak seimbang ini didasarkan pada :
1. Secara historis, proses pembangunan ekonomi yang terjadi mempunyai corak pembangunan tidak seimbang.
2. Untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya yang tersedia
3. Pembangunan tidak seimbang akan berpotensi menimbulkan kemacetan atau gangguan-gangguan dalam proses pembangunan, tetapi hal tersebut dinalai dapat menjadi pendorong untuk pembangunan selanjutnya.
Menurut Hirschman, jika kita mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua periode waktu, maka akan tampak begitu nyata bahwa berbagai sektor ekonomi telah mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda. Hal tersebut menunjukan bahwa pembangunan akan lebih baik jika dijalankan dengan tidak seimbang. Pembangunan tidak seimbang ini juga dapat dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan di NSB karena Negara-negara tersebut mengalami kelangkaan sumberdaya.
Permasalahan yang dianalisis Hirschman dalam strategi pembangunan tidak seimbang adalah bagaimana cara menentukan proyek pembangunan yang harus didahulukan berdasarkan suatu perioritas tertentu. Argument yang medasari pemikiran tersebut adalah karena proyek-proyek tersebut membutuhkan modal dan sumberdaya yang tidak sedikit, kadang seringkalai melebihi modal dan sumberdaya yang tersedia. Untuk itu agar penggunaan sumberdaya dapat optimal maka diperlukan pengalokasian sumberdaya yang efektif dan efisien. Cara pengalokasian sumberdaya tersebut dibedakan menjadi dua:
1. Cara pilihan pengganti
Suatu cara pemilihan proyek yang bertujuan untuk menentukan apakah proyek A atau proyek B yang harus dilaksanakan
2. Cara pilihan penundaan
Cara pemilihan proyek yang menentukan urutan proyek dengan menentukan apakah proyek A atau proyek B yang harus didahulukan
Berdasarkan prinsip pemilihan proyek diatas, Hirschman menganalisis masalah alokasi sumberdaya antara sektor prasarana dengan sektor produktif yang dapat langsung menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat. Ada tiga macam pendekatan untuk mengembangkan sektor prasarana dan sektor produktif, yaitu :
1. Pembangunan seimbang antara kedua sektor tersebut
2. Pembangunan tidak seimbang di mana pembangunan sektor prasarana lebih ditekankan
3. Pembangunan tidak seimbang di mana sektor produktif lebih ditekankan Strategi Pembangunan Tak Seimbang
Hirschaman menggunakan gambar diatas untuk memilih pendekatan yang sesuai untuk pembangunan di NSB.
Kurva a,b,c,d masing-masing merupakan tingkat produksi yang dicapai dengan sejumlah investasi tertentu jika modal tersebut digunakan secara penuh. OX menunjukan jumlah prasarana (SOC) dan OY menunjukan keseluruhan biaya produksi yang dikeluakan oleh sektor DPA serta garis OZ merupakan jalur pembangunan seimbang.
Menurut Hirschman kegiatan ekonomi akan mencapai skala efisiensi yang optimal jika telah tercapai dua kondisi :
1. Setiap sumberdaya telah dialokasikan secara optimal pada kedua sektor, sehingga dengan sejumlah sumberdaya tersebut dapat dicapai produksi yang maksimum
2. Untuk suatu produksi tertentu hanya diperlukan sejumlah sumberdaya pada tingkat minimal pada kedua sektor.
Ada dua pilihan orientasi kebijakan dalam alokasi investasi, yaitu :
1. Orientasi kebijakan yang mendahulukan perkembangan DPA dan kemudian baru diikuti oleh SOC. Pendekatan tersebut ditunjukan oleh AB1, BC1, CD1. Pendekatan tersebut dinamakan Pembangunan Melalui Kekurangan
2. Orientasi kebijakan yang mendahulukan pembangunan prasarana dan baru diikuti pembangunan sektor produktif. Pendekatan tersebut ditunjukan oleh AA1, BB1, CC1dan pendekatan tersebut dinamakan Pembangunan Melalui Kapasitas Berlebih.
Dari kedua orientasi tersebut manakah yang sebaiknya dilaksanakan oleh NSB ? Menurut Hirschman, yang harus dilakukan adalah urutan pembangunan yang akan menjamin pembangunan selanjutnya yang maksimum. Di sebagian besar NSB, program pembangunan seringkali ditekankan pada pembangunan prasarana untuk mempercepat pembangunan di sektor produktif. Hirschman tidak sependapat dengan hal tersebut. Menurut Hirscham dalam keadaan motivasi masyarakat yang sangat terbatas, maka lebih baik menggunakan orientasi pembanunan melalu kekurangan daripada pembangunan melalui kapasitas berlebih. Dengan kata lain setiap Negara atau Daerah dengan dengan jumlah pengusaha yang terbatas, orientasi yang sesuai adalah dengan mendahulukan pembangunan sektor produktif agar tidak terjadi pemborosan penggunaan prasarana.
Pembangunan Tak Seimbang dalam Sektor Produktif
Menurut Hirschman, di dalam sektor produktif ada dua pendorong yang tercipta akibat adanya hubungan antara berbagai industri yang menyediakan barang-barang yang digunakan sebagai bahan baku industri lain adalah :
1. Pengaruh keterkaitan kebelakang Dimana ada rangsangan dari pembangunan suatu industri terhadap perkembangan industri yang menyediakan bahan baku bagi industri tersebut.
2. Pengaruh keterkaitan kedepan Dimana ada rangsangan dari pembangunan suatu industri terhadap pembangunan industri yang menggunakan produksi industri yang pertama sebagai bahan baku mereka.
Menurut Hirschman, ada dua jenis Industri yang memeiliki keterkaitan antarindustri nya, yaitu :
1. Industri Satelit Industri ban mobil dan karoseri merupakan industri satelit dari industri mobil
2. Industri non-satelit Industri mobil tidak memiliki kaitannya sama sekali dengan industri minuman ringan
Berikut ini adalah beberapa karakteristik industri satelit yaitu :
1. Lokasinya berdekatan dengan industri utama sehingga akan dicapai satu skala efisiensi tertentu atas interaksi antarmereka
2. Industri-industri tersebut menggunakan input utama yang berasal dari produk industri induk (utama) atau industri tersebut menghasilkan produk yang merupkan input dari industri induk, tetapi bukan merupakan input utama
3. Besarnya idustri satelit tidak akan melebihi industri induknya
Kedua jenis industri tersebut dapat dirangsang karena adanya kaitan kedepan maupun kebelakang. Apabila pembangunan industri mobil mendorong perkembangan industri ban mobil, hal ini merupaka pengaruh keterkaitan kebelakang. Sedangkan jika industri mobil mendorong perkembangan industri karoseri, hal ini merupakan pengaruh keterkaitan ke depan.
Berdasarkan pola keterkaitan tersebut Hirschman membedakan industri kedalam beberapa kelompok yaitu :
1. Industri barang setengah jadi
2. Industri barang setengah jadi sektor primer
3. Industri barang jadi
4. Industri barang jadi sektor primer
Sektor industri barang setengah jadi mempunyai kemampuan yang lebih tinggi utnuk merangsang pengembangan investasi disektor industri lain jika dibandingkan dengan
sektor industri barang akhir. Pada tahap awal pembangunan ekonomi sebaiknya sektor industri yang menghasilkan barang jadi yang dikembangkan terlebih dahulu. Industri tersebut disebut industri barang konsumsi.
Menurut Hirschman industri barang konsumsi dibagi menjadi dua kelompok :
1. Industri yang memproses produk-produk industri primer dalam negeri atau yang diimpor menjadi barang jadi
2. Industri yang memproses barang setengah jadi menjadi barang jadi
Akhirnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut pandangan Hirschman proses pembangunan industrialisasi yang ideal adalah sebagai berikut :
1. Tahap perkembangan industri barang konsumsi
2. Tahap perkembangan industri barang setengah jadi
3. Tahap perkembangan industri barang modal
Kritik Terhadap Strategi Pembangunan Tidak Seimbang
Hirschman dapat dikatakan sebagai pendukung system ekonomi campuran. Namun konsep perkembangan ini tidak luput dari beberapa keterbatasan.
Pertama, dalam konsep ini kurangnya perhatian pada komposis, arah dan waktu pertumbuhan tidak seimbang.
Kedua, konsep ini cenderung mengabaikan konflik internal yang akan mucul kepermukaan.
Ketiga, permasalahan mendasar yang dihadapi NSB adalah kurangnya sumberdaya yang dimiliki NSB seperti, terbatasnya tenaga teknis, bahan baku, dan fasilitas dasar seperti transportasi, bahkan luas pasar produk yang masih sempit.
Keempat, rendahnya mobilitas sumberdaya di NSB karena sangatlah sulit bagi NSB untuk memindahkan sumberdaya dari satu sektor ke sektor lainnya
Kelima, adanya ancaman inflasi bagi NSB yang disebabkan oleh sebagian besar pemerintah NSB belum mampu mempergunakan instrument moneter dan fiskal secara efektif. Karna jika investasi dalam dosis besar disuntikan kebeberapa sektor strategis dalam perekonomian, maka akan terjadi kenaikan pendapatan diikuti dengan meningkatnya permintaan barang konsumsi. Hal tersebut akan memicu timbul nya inflasi pada tingkat harga. Inflasi akan begitu sulit dikendalikan oleh NSB.
Keenam, terlalu banyak penekanan pada investasi dibandingkan dengan keputusan penting lainnya yang mendasar bagi pembangunan. NSB tidak hanya memerlukan keputusan investasi tetapi juga keputusan-keputusan administrative, manajemen, dan kebijakan public.