• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.6. Strategi Pembelajaran Kreatif Produktif

Kreativitas terkait langsung dengan produktivitas dan merupakan bagian esensial dalam pemecahan masalah. Kreativitas dan produktivitas merupakan hal yang saling berkaitan, dan dalam proses pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan. Pada awalnya strategi kreatif produktif disebut dengan strategi strata, kemudian dengan berbagai modifikasi dan pengembangan strategi ini disebut dengan pembelajaran kreatif produktif (Depdiknas dalam Wena 2011:139).

Pembelajaran kreatif produktif merupakan strategi yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Pendekatan tersebut antara lain belajar aktif dan kreatif (CBSA) yang juga dikenal dengan strategi inkuiri (Suchman, 1962; Joni 1984; Black 2003), strategi pembelajaran konstruktif (Murphy, 1997; Brooks, & Brooks 1993) serta strategi pembelajaran kolaboratif dan koperatif (Molynex 1992; Lie 2002). Strategi pembelajaran ini diharapkan dapat menantang para siswa untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif sebagai rekreasi atau pencerminan pemahamannya terhadap masalah/ topik yang dikaji (Wena 2011:139-140). Mengingat semua strategi-strategi pembelajaran yang dijadikan landasan pijak telah terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, maka strategi kreatif produktif juga diyakini mampu meningkatkan hasil dan kualitas pembelajaran (Wena 2011:144).

Strategi pembelajaran kreatif produktif memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan strategi pembelajaran lainnya. Karakteristik strategi pembelajaran kreatif produktif antara lain sebagai berikut (Wena 2011:139-140).

a. Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran. b. Siswa didorong untuk menemukan/mengonstruksi sendiri konsep yang

sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara seperti observasi, diskusi, atau percobaan.

c. Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama.

d. Pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri.

Dengan mengacu kepada karakteristik tersebut, strategi pembelajaran kreatif produktif diasumsikan mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan sehingga merasa tertantang menyelesaikan tugas-tugasnya secara kreatif.

Menurut Solihatin (2012:163-164) strategi pembelajaran kreatif produktif memiliki dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional yang dapat dicapai melalui strategi pembelajaran ini antara lain sebagai berikut.

a. Pemahaman terhadap suatu nilai, konsep, atau masalah tertentu. b. Kemampuan penerapan konsep/memecahkan masalah.

c. Kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut.

Dari segi dampak pengiring (nurturant effects), melalui strategi pembelajaran kreatif produktif diharapkan dapat dibentuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bertanggung jawab, serta bekerja sama, yang semuanya merupakan tujuan pembelajaran jangka panjang, tentu saja dampak pengiring hanya mungkin terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai. Hal itu akan tercapai, jika strategi pembelajaran ini diterapkan secara benar dan memadai (Solihatin 2012:164).

Materi yang sesuai disajikan dengan strategi pembelajaran kreatif produktif merupakan materi yang menuntut pemahaman yang tinggi terhadap nilai, konsep, atau masalah aktual di masyarakat, serta keterampilan menerapkan

pemahaman tersebut dalam bentuk karya nyata. Materi ini dapat berasal dari berbagai bidang studi, masalah sosial ekonomi dari IPS, masalah kehidupan demokrasi dari pendidikan kewarganegaraan, norma kehidupan di masyarakat (Solihatin 2012:164).

Dalam pelaksanaan, strategi pembelajaran kreatif produktif harus dilakukan dalam tahap-tahap tertentu. Terdapat 5 tahap dalam pembelajaran kreatif produktif yaitu (a) orientasi, (b) eksplorasi, (c) interpretasi, (d) re-kreasi, (e) evaluasi (Depdiknas dalam Wena 2008:140-142).

a. Orientasi

Tahap ini diawali dengan orientasi untuk menyepakati tugas dan langkah pembelajaran. Dalam hal ini, guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan dari siswa serta penilaian yang diterapkan.

b. Eksplorasi

Dalam tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah/ konsep yang dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca, melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet dan sebagainya.

c. Interpretasi

Dalam tahap ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika memang hal itu diperlukan kembali. Pada akhir tahap ini diharapkan siswa sudah memahami konsep/topik/masalah yang dikaji.

d. Re-kreasi

Dalam tahap ini siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji menurut kreasinya masing-masing. Hasil re-kreasi merupakan produk kreatif sehingga dapat dipresentasikan, dipajang, atau ditindaklanjuti.

e. Evaluasi

Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Selama proses pembelajaran evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan kemampuan berpikir siswa. Sedangkan evaluasi pada akhir pembelajaran adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa.

Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran kreatif produktif dapat dijabarkan sebagai berikut (Wena 2011:143).

a. Pada tahap orientasi kegiatan guru adalah mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah pembelajaran, hasil yang diharapkan dan penilaian. Sedangkan kegiatan siswa adalah menanggapi/mendiskusikan langkah-langkah pembelajaran, hasil yang diharapkan dan penilaian.

b. Pada tahap eksplorasi, kegiatan guru meliputi guru berperan sebagai fasilitator, motivator, mengarahkan dan memberi bimbingan belajar. Sedangkan kegiatan siswa meliputi membaca, melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya.

c. Pada tahap interpretasi, kegiatan guru antara lain membimbing, sebagai fasilitator, dan mengarahkan. Sedangkan kegiatan siswa adalah melakukan analisis, diskusi, tanya jawab, atau berupa percobaan kembali.

d. Pada tahap re-kreasi kegiatan guru adalah membimbing, mengarahkan, memberi dorongan, dan menumbuhkembangkan daya cipta. Sedangkan kegiatan siswa adalah mengambil kesimpulan, menghasilkan sesuatu/produk yang baru.

e. Pada tahap evaluasi kegiatan guru adalah melakukan evaluasi, dan memberi balikan. Sedangkan kegiatan siswa adalah mendiskusikan hasil evaluasi.

Strategi pembelajaran kreatif produktif tidak terlepas dari kelemahan di samping kekuatan yang dimilikinya. Kelemahan tersebut antara lain terkait dengan kesiapan guru dan siswa untuk terlibat dalam suatu strategi pembelajaran yang memang sangat berbeda dari pembelajaran tradisional. Guru yang biasa mengajar semua materi, mungkin memerlukan waktu untuk dapat secara berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut. Ketidaksiapan guru untuk mengelola pembelajaran seperti ini dapat diatasi dengan pelatihan yang kemudian disertai dengan kemampuan yang kuat untuk mencobanya. Sementara itu, ketidaksiapan siswa dapat diatasi dengan penyediaan panduan yang antara lain, memuat cara kerja yang jelas, petunjuk tentang sumber yang dapat dieksplorasi, serta deskripsi tentang hasil akhir yang diharapkan. Kendala lain adalah waktu. Untuk kendala waktu bisa diatasi dengan mengefektifkan waktu sebaik mungkin.

Jika kelemahan dapat diminimalkan, maka kekuatan dari strategi pembelajaran ini akan membuahkan proses dan hasil belajar yang dapat memacu kreativitas sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran.

Dokumen terkait