• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Hasil Penelitian

2. Strategi pembelajaran yang ilmiah

Berdasarkan observasi dari hari pertama sampai hari ke-10 guru menggunakan model inkuiri. Sesuai dengan perencanaan dalam RPP guru merancang pembelajaran berpendekatan saintifik dengan model inkuiri (lihat lampiran no 7). Pelaksanaan model inkuiri menggunakan metode diskusi, pengamatan, eksplorasi, percobaan, tanya jawab, penugasan dan ceramah. Guru menggunakan bahan konkret dan visual (gambar).

Tabel 4. Beberapa media berbahan konkret yang digunakan guru Observasi

ke

Media berbahan konkret yang digunakan

Media visual yang digunakan 1 Kerikil, kelereng, kartu mainan,

permen, pensil warna, dan lidi

Gambar makanan tradisional

2 Bola voli elastis -

3 Lampu kelas, saklar kelas, kipas angina

- 4 Kincir angin (yang dibuat sendiri

oleh siswa)

Gambar prosedur pembuatan kincir angin

5 Kincir air (yang dibuat sendiri oleh siswa)

Gambar prosedur pembuatan kincir air

6 Tisu, kertas, kain Peta pikiran manfaat energy panas matahari (dibuat sendiri oleh siswa pada hari sebelumnya)

9 Dinding kertas karton, senter, lilin, gelas, cermin, pensil

Peta Jawa Timur

Terlihat pada saat observasi metode-metode tersebut mengaktifkan siswa dalam kegiatan saintifik. Selain itu penggunaan media konkret dan visual tersebut dapatmendukung siswa aktif dalam kegiatan saintifik.

57

Gambar 3. Siswa menggunakan media konkret dan visual

(a) media visual, peta dan (b) media berbentuk konkret, kincir angin.

b. Penciptaan proses belajar yang ilmiah

Dalam pelaksanaan pembelajaran berpendekatan saintifik, terdapat beberapa hal yang harus guru lakukan agar pembelajaran tersebut menjadi pembelajaran yang ilmiah.

Pertama, pembelajaran harus berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu. Berdasarkan observasi dari hari pertama sampai hari ke-10 guru selalu menggunakan contoh nyata yang ada di sekitar siswa dan pengalaman siswa. Siswa lebih antusias ketika mereka dapat mengungkapkan pengalamannya untuk dijadikan contoh dalam pembelajaran. Misalnya pada observasi ke-7 guru menanyakan pengalaman siswamengunjungi bendungan, siswa yang sudah pernah ke bendungan kemudian antusias untuk bercerita (lihat lampiran nomor 2 catatan harian 7). Cerita tersebut dapat dijadikan contoh pemanfaatan bendungan oleh guru. Contoh lain pada observasi ke-8 ketika siswa ditanya pengalamannya mengantri bensin yang terjadi beberapa hari sebelum pelajaran, siswa sangat antusias menceritakan apa yang mereka lihat atau

58

mereka alami (lihat lampiran nomor 2 catatan harian 8). Kemudian guru dapat menjadikan cerita tersebut menjadi suatu media untuk mengarahkan siswa mengetahui sebab mengapa siswa harus hemat energi. Melalui kegiatan mengamati percobaan siswa juga melakukan pembelajaran yang berbasis fakta. Misal siswa mendapatkan informasi bahwa tisu dan kertas yang basah akan cepat kering jika dijemur di tempat yang terkena sinar matahri langsung dengan pengamatan percobaan penjemuran tisu dan kertas pada tempat teduh dan terik.

Kedua, penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka, pemikiran yang subjektif, atau penalaran menyimpang dari alur berpikir logis. Berdasarkan observasi dan perencanaan pembelajaran, siswa diarahkan untuk mengalami sendiri, dengan kegiatan mengamati, diskusi, mencoba, menalar, maupun membaca, dan guru selalu membimbing siswa dalam kegiatan saintifik agar tidak terjadi prasangka. Berdasarkan observasi guru selalu mengadakan diskusi klasikal pada setiap akhir pembelajaran untuk mengkonfirmasi dan mengoreksi pemahaman siswa. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari alur logis.

Ketiga, pembelajaran mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi. Dengan menggunakan peristiwa atau fakta yang sudah dialami siswa guru mengarahkan siswa untuk memahami materi, dan mengembangkan pola berpikirnya dengan memberi tantangan berupa pertanyaan agar siswa dapat memahami dan menerapkan substansi. Misalnya pada observasi ke-9, guru meminta siswa menceritakan pengalamannya merasakan

59

silaunya cahaya yang terkena cermin (lihat lampiran nomor 2 cacatan harian 9). Kemudian guru mengarahkan siswa untuk mencoba, diskusi dan menyimpulkan. Siswa diarahkan untuk memahami sifat cahaya dan mencari contoh benda-benda yang dapat membiaskan cahaya, ditembus cahaya, dan memantulkan cahaya.

Keempat, pembelajaran memotivasi dan menginspirasi peserta didik untuk berpikir secara kritis, analitis dan tepat mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan substansi. Berdasarkan observasi dan wawancara guru, guru menginspirasi siswa untuk berpikir kritis dengan memberikan pertanyaan terbuka, memberikan pertanyaan tentang hal-hal baru dan memberikan kesempatan kepada siswa mengungkapkan pendapatnya. Pertanyaan terbuka yang dimaksud adalah pertanyaan yang menggali pendapat siswa. Misalnya pada observasi ke-4 guru bertanya “apa gunanya kincir angin?” kemudian jawaban masing-masing siswa berbeda, untuk PLTA, untuk hiasan, untuk mainan, untuk tempat wisata dan lain-lain (lihat lampiran nomor 2 cacatan harian 4). Tentunya jawaban siswa haruslah beralasan. Jika alasannya benar maka guru akan membenarkan jawaban siswa, tetapi jika alasannya kurang tepat maka guru dapat melakukan koreksi.

Kelima, peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan mengasosiasi tautan satu dengan yang lain. Untuk mengarahkan siswa pada penalaran yang logis pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan untuk menunjukkan perbedaan, persamaan, dan hubungan setiap materi dengan memberikan tugas mengkatagorikan data dan menghubungkan materi. Guru memberikan tugas tersebut tidak hanya dalam kegiatan menalar tetapi juga setelah

60

kegiatan mengumpulkan informasi bahkan diawal pembelajaran juga, yaitu dengan menghubungkan materi sebelumnya dan materi baru. Siswa sudah dapat menghubungkan materi walaupun sebatas materi pada hari yang sama atau materi sebelumnya yang sejenis. Misalnya pada observasi ke-5 siswa diminta untuk mencari persamaan dan perbedaan kincir air dan kincir angin serta mencari hubungan pembuatan kincir air dan kincir angin dengan pemanfaatannya.

Keenam, kegiatan dan pengetahuan berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.Selama kegiatan pengamatan dan percobaan berlangsung siswa membuat catatan apa saja yang didapatkan serta menyajikan laporan sederhana untuk melaporkan proses dan hasil pengamatan dan percobaan siswa.Guru menggunakan buku pegangan lain selain buku tematik untuk tambahan materi sehingga materi dapat dipertanggungjawabkan.Hasil tugas portofolio disimpan sebagai bukti pertanggungjawaban nyata kegiatan pembelajaran siswa kepada orangtua.

Ketujuh, tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik dalam sistem penyajiannya. Tujuan pembelajaran disajikan melalui apersepsi dan direncanakan secara rinci dalam RPP (lihat lampiran nomor 7). Berdasarkan observasi guru selalu memberikan apersepsi yang menarik untuk terkait tujuan pembelajaran dengan pertanyaan. Pertanyaan yang guru ajukan dalam apersepsi bertujuan untuk mengingatkan siswa pada materi sebelumnya, memperkenalkan materi baru dan tujuan pembelajaran serta menggali pengalaman maupun pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari.

61

Guru mengembangkan kemampuan kognitif siswa melalui beberapa langkah yaitu diberi tambahan materi dari buku pendukung, diberikan tambahan latihan soal, diberi kesempatan menyampaikan pendapatnya agar mereka termotivasi untuk tahu, dan diberikan tambahan catatan. Buku pendukung dipegang oleh guru karena jumlahnya tidak memenuhi jumlah siswa. Siswa dapat membacanya pada jam istirahat secara bergantian karena buku disediakan di almari kelas. Guru memberikan tambahan latihan soal yang di ambil dari buku pendukung atau dibuat sendiri oleh guru. Berdasarkan observasi dan wawancara guru hal ini dilakukan guru pada jam remedial agar siswa secara tuntas memahami materi. Sedangkan di luar jam remedial guru lebih banyak mengikuti panduan buku teks tematik guru maupun siswa.

Berdasarkan wawancara dengan guru, guru mengembangkan kemampuan afektif siswa dengan beberapa langkah yaitu pembiasaan, menasehati, menegur, memberikan contoh sebab akibat pada kehidupan sehari-hari, dan memberikan latihan kerjasama dengan kelompok. Hal tersebut untuk menanamkan rasa tanggung jawab, kemandirian, kerja sama, dan kepedulian.

Guru mengembangkan kemampuan psikomotor siswa dengan praktik-praktik percobaan, meniru, dan mengaplikasikan pada permainan.

3. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Dokumen terkait