• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemimpin dalam Membangun Kembali Kepercayaan Masyarakat

BAB IV ANALISIS

B. Strategi Pemimpin dalam Membangun Kembali Kepercayaan Masyarakat

Pasca Rush di BMT Mitra Usaha Sruwen

1. Strategi Pemimpin untuk Membangun Kembali Kepercayaan Masyarakat

Timbulnya masalah rush pada BMT Mitra Usaha Sruwen terjadi karena ada risiko operasional yang menimbulkan risiko reputasi bagi pihak BMT. Risiko operasional disini terjadi karena adanya kesalahan atau masalah yang ditimbulkan

oleh marketing BMT yang membawa atau menggunakan uang anggota untuk

keperluan pribadi. Dari masalah tersebut maka menimbulkan risiko lain bagi pihak BMT yaitu risiko reputasi, dimana reputasi disini menyangkut nama baik pihak BMT atau lembaga koperasi.

Dari masalah yang ditimbulkan marketing tersebut, dapat berdampak buruk bagi reputasi BMT Mitra Usaha Sruwen. Dan hal ini dapat membuat

berkurangnya rasa percaya para anggota dan kepuasan anggota kepada pihak BMT tersebut. Namun dari pihak BMT itu sendiri juga percaya apabila ada persoalan tentang uang anggota yang dibawa oleh marketing, maka persoalan tersebut harus dijelaskan kepada anggota apa adanya. Bahwa masalah tersebut bukan kesalahan dari pihak lembaga namun hal tersebut adalah kesalahan dari salah satu oknum pengelola lembaga itu sendiri, bukan pengelola lembaga secara umum. Oleh karena itu pihak BMT memberikan pengertian kepada anggota yang bersangkutan tentang permasalahan tersebut. Apabila anggota tersebut masih memberikan kepercayaannya kepada BMT Mitra Usaha silahkan, dan semua selisih akan diganti oleh lembaga.

Tanggapan dari para anggota, menurut manajer, anggotanya berpendapat bahwa masalah yang melanda BMT Mitra Usaha Sruwen ini tergantung dari cara pihak lembaga dalam menangani masalah tersebut. Kalau dari pihak BMT, sebelum terjadi kecurigaan dari anggota tabungan yang tahu persoalan tentang

marketing yang membawa uang anggota, maka pihak BMT akan memberitahukan

secara jelas kepada anggota tentang persoalan itu terlebih dahulu. Pihak lembaga memberi tahukan satu persatu seperti layaknya sistem pengambilan uang anggota yaitu jemput bola. Dari nasabah yang diaudit tadi kemudian diberikan penjelasan bahwa marketing tersebut memiliki masalah. Apabila dari pihak-pihak anggota ada ketakutan terhadap uang yang ia simpan di BMT dan ingin di ambil maka silahkan, selama membawa bukti buku tabungan yang sah, diambil semuanya

66

juga boleh. Tapi apabila masih percaya dan masih mempertahankan maka silahkan. Pada waktu itu hanya sekitar 50 anggota yang keluar atau berhenti mempercayakan uangnya ke BMT Mitra Usaha Sruwen.

Dengan adanya masalah tersebut ternyata tidak mengurangi rasa kepercayaan anggota kepada pihak BMT. BMT pun tidak goyah dalam hal likuiditas, karena penarikan dari anggota. Para anggota semakin percaya kepada pihak BMT Mitra Usaha setelah pihak BMT dapat membeli gedung untuk kantor dari BMT Mitra Usaha. Dimana sebelumnya BMT tersebut masih menyewa, hal ini membuktikan bahwa tidak ada masalah yang berarti bagi pihak BMT, apalagi dalam masalah likuiditas dan aset BMT.

2. Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan di BMT Mitra Usaha Sruwen

Setiap organisasi sangat penting memiliki pemimpin yang tepat. Karena pemimpinlah yang dapat mengkoordinasikan karyawannya supaya dapat mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Peran pemimpinpun sangat penting apalagi dalam penyelesaiaan masalah dan pengambil keputusan dalam suatu organisasi. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat diketahui jenis gaya kepemimpinan seorang manajer di BMT Mitra Usaha Sruwen dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi lembaga.

Secara teoritis telah banyak dikenal gaya kepemimpinan, namun untuk menentukan gaya mana yang terbaik masih sulit ditentukan. Menurut Hersey dan Blanchard (1992) gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari

tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan.

Menurut peneliti jenis gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Fahrudin adalah gaya kepemimpinan partisipatif. Hal ini dilihat dari cara Fahrudin dalam membangun kembali kepercayaan masyarakat pasca rush tahun 2010. Ciri-ciri gaya kepemimpinan partisipatif ialah sebagai berikut:

a. Wewenang pemimpin tidak mutlak;

b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan; c. Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan; d. Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara

pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan; e. Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan;

f. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran,

pertimbangan atau pendapat;

g. Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya, saling menghormati.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Tyas dan Subhan (7 Juli 2015) dan observasi selama satu bulan (26 Januari – 25 Februari 2015) dapat diketahui sifat atau perilaku yang dimiliki oleh Fahrudin, yaitu sebagai berikut: a. Dapat berkomunikasi baik dengan para bawahannya.

68

c. Dalam penyelesaian masalah selalu meminta pendapat para bawahannya terlebih dahulu, meskipun keputusan akhir di tangan manager.

d. Pemimpin yang santai dan tidak disiplin, namun bertanggung jawab. e. Selalu memberikan dorongan atau semangat dalam pekerjaan.

f. Selalu memberikan masukan kepada para bawahan dari masalah yang berhubungan dengan lembaga maupun pribadi.

g. Dalam bekerja mau mendengarkan kritikan dari bawahannya. h. Mau menerima saran dari bawahan.

i. Bersikap adil kepada para bawahannya.

Menurut Tyas (7 Juli 2015), selaku teller BMT Mitra Usaha Sruwen dalam kepemimpinan Fahrudin sebenarnya tidak ada perbedaan yang begitu signifikan antara sebelum dan sesudah masalah itu terjadi. Perbedaannya adalah kalau dulu manager terlalu percaya dengan marketing atau pengelola yang lain. Menurut Fahrudin, dengan adanya masalah krisis kepercayaan itu dapat menjadi pelajaran bagi manajer, karyawan lain dan pihak lembaga. Sekarang dalam memimpin Fahrudin lebih berhati-hati dalam perekrutan dan operasional BMT. Selain itu pihak lembaga harus lebih ketat terhadap aturan-aturan yang ada, dalam kepemimpinan harus lebih aktif untuk mengaudit ke lapangan.

Dari pemaparan di atas mengenai cara memimpin Fahrudin, gaya kepemimpinan yang beliau gunakan selain gaya partisipatif ialah gaya kepemimpinan situasional. Hal ini dilihat dari berbagai sikap yang beliau miliki,

dimana sikap yang dilihatkan dapat berbeda-beda sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi.

C. Kondisi BMT Mitra Usaha Sruwen Sebelum dan Sesudah Terjadinya Rush

Dengan adanya masalah yang disebabkan oleh marketing tersebut, maka penyelesaian dari masalah itu ialah dengan mengembalikan uang para anggota. Meskipun banyak anggota yang mengambil semua uangnya, bahkan ada yang berhenti atau keluar menjadi anggota. Dari pihak BMT pun tidak mempersulit pihak anggota dalam pengambilan uang tabungannya. Para anggota dapat mengambil uangnya asalkan anggota tersebut mempunyai buku tabungan dari BMT Mitra Usaha secara sah yang dikeluarkan oleh pihak BMT. Dari ke-70 anggota yang menabung ke WW, tercatat sebanyak 50 anggota yang menutup rekeningnya atau berhenti menjadi anggota BMT Mitra Usaha Sruwen. Berikut tabel tentang perkembangan nasabah dari tahun 2008-2015;

Tabel 4.1 Perkembangan jumlah anggota BMT Mitra Usaha Sruwen tahun 2008-2015

No. Tahun

Jumlah Anggota secara keseluruhan Jumlah Anggota Tabungan Sirela Jumlah Anggota Tabungan Sisuka 1. 2008 935 645 290 2. 2009 1.050 755 295 3. 2010 1.225 926 299 4. 2011 1.175 876 299

70

5. 2012 1.260 960 300

6. 2013 1.470 1.160 310

7. 2014 1.685 1.350 335

8. 2015 1.865 1.520 345

Sumber: data deskriptif dari pihak BMT Mitra Usaha Sruwen

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa produk yang paling diminati oleh masyarakat sekitar Sruwen ialah produk tabungan Sirela (Simpanan Sukarela Lancar). Dan produk tabungan Sisuka (Simpanan Sukarela Berjangka) yang merupakan tabungan terbanyak kedua setelah Sirela. Untuk jenis tabungan Sisuqur (Simpanan Sukarela Qurban) di BMT Mitra Usaha Sruwen kurang diminati oleh masyarakat. Sehingga untuk jenis tabungan di BMT Mitra Usaha Sruwen yang paling diminati oleh masyarakat ialah jenis tabungan Sirela dan Sisuka.

Demikian juga dengan jumlah anggota BMT Mitra Usaha Sruwen secara keseluruhan yang paling banyak terjadi pada tahun 2014 dengan selisih 215 orang dari tahun sebelumnya. Untuk jumlah anggota BMT Mitra Usaha Sruwen secara keseluruhan yang paling sedikit terjadi pada tahun 2012 dengan selisih 85 orang dari tahun sebelumnya. Selain itu pada tahun 2011 terjadi pengurangan jumlah anggota BMT secara keseluruhan yang cukup besar yaitu sebesar 50 orang dari tahun sebelumnya.

Dari segi anggota berdasarkan pemakai produk di BMT Mitra Usaha Sruwen dapat diketahui besarnya jumlah anggota yang terbanyak yaitu pada jenis tabungan

Sirela. Jumlah anggota yang terbanyak pada Sirela terjadi pada tahun 2013, dengan jumlah masyarakat yang dapat ditarik oleh BMT Mitra Usaha Sruwen sebesar 200 anggota. Untuk jumlah anggota tersedikit pada jenis Sirela terjadi pada tahun 2012 dengan jumlah masyarakat yang dapat ditarik oleh BMT Mitra Usaha Sruwen sebesar 84 anggota. Dan pada tahun 2011 pada jenis tabungan Sirela tercatat bahwa ada pengurangan anggota sebesar 50 orang dari tahun sebelumnya. Pengurangan anggota tersebut terjadi karena, ke-50 orang tersebut telah menutup rekening mereka. Jenis tabungan Sisuka merupakan produk nomer dua yang diminati oleh masyarakat setelah Sirela. Jumlah anggota terbanyak untuk jenis tabungan Sisuka terjadi pada tahun 2014, dengan jumlah masyarakat yang dapat ditarik oleh BMT Mitra Usaha Sruwen sebesar 25 anggota. Pada tahun 2011, jenis tabungan Sisuka tidak terjadi penambahan jumlah anggota, dimana jumlah anggota antara tahun 2010 dan tahun 2011 sama yaitu 299 anggota.

Dengan adanya masalah rush yang melanda BMT Mitra Usaha Sruwen,

kondisi keuangannya tidak mengalami kesulitan yang berarti. Kondisi keuangan BMT Mitra Usaha Sruwen sebelum dan sesudah adanya masalah rush tidak ada perubahan, karena uang anggota yang digunakan oleh marketing sudah diganti semua oleh marketing yang bersangkutan. Sehingga dari segi likuiditas BMT tidak ada masalah, BMT Mitra Usaha Sruwen pun dapat mengembalikan semua uang anggotanya tanpa mengganggu kondisi keuangan BMT Mitra Usaha Sruwen. Dengan

72

hal itu BMT Mitra Usaha Sruwen dapat mengembalikan kepercayaan anggota terhadap pihak BMT.

Selain itu sebelum adanya rush BMT Mitra Usaha Sruwen masih menyewa gedung dalam sistem operasional kantornya. Setelah beberapa tahun yaitu tepatnya pada tahun 2014 BMT Mitra Usaha Sruwen dapat membeli gedung, sebagai kantor BMT Mitra Usaha Sruwen.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Rush yang melanda BMT Mitra Usaha Sruwen tahun 2010 terjadi karena adanya

marketing yang bermasalah. Hal menyebabkan sebagian anggota mengambil

semua uangnya dan ada yang tidak menabung lagi di BMT Mitra Usaha Sruwen. 2) Strategi yang digunakan pihak BMT dalam mengembalikan kepercayaan anggota

sangatlah sederhana, yaitu dengan menangani masalah tersebut terlebih dahulu. Selain itu pihak BMT juga menyakinkan kepada para anggotanya bahwa masalah itu bukan kesalahan dari pihak BMT akan tetapi kesalahan pihak individu karyawan BMT. Dimana dengan adanya masalah ini pihak BMT juga dirugikan oleh tindakan karyawan tersebut. Selain itu gaya kepemimpinan yang digunakan selain gaya partisipatif yaitu gaya situasional.

3) Kondisi BMT Mitra Usaha Sruwen sebelum dan sesudah adanya masalah rush, dari segi jumlah nasabah tercatat bahwa pada tahun 2011 terjadi pengurangan anggota sebesar 50 anggota. Dengan kata lain, rush menyebabkan terjadinya penurunan jumlah anggota sebesar 67%, khususnya diwilayah kerja marketing

yang bermasalah. Meskipun berat dalam mengembalikan kepercayaan anggota terlihat dari jumlah anggota yang dapat ditarik pada tahun 2012 hanya 85 orang

74

saja. Namun tahun demi tahun kepercayaan anggota telah kembali, dilihat dari jumlah anggota semakin bertambah setiap tahunnya. Selain itu sebelum terjadinya

rush pihak BMT masih menyewa gedung untuk kantornya. Selang beberapa

tahun, tepatnya tahun 2014 BMT dapat membeli gedung untuk sistem operasional kantornya.

B. Saran

Dari penelitian tersebut, peneliti memiliki beberapa saran untuk pihak lembaga BMT Mitra Usaha Sruwen yaitu sebagi berikut:

1. Seharusnya seorang pemimpin dalam membuat peraturan dan sanksi harus lebih ketat dan tegas lagi, sehingga para bawahan tidak akan melanggar peraturan tersebut.

2. Seharusnya seorang pemimpin dalam melakukan pengawasan harus dilakukan secara langsung dan lebih diperketat lagi.

3. Seharusnya seorang pemimpin harus dapat melihat karakter dari para bawahannya, sehingga sikap atau tindakan untuk masing-masing bawahan dapat berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

Andini, Alfath. 2014. Pengaruh Kepemimpinan, Lingkunagn Kerja, dan Etika Kerja Islami

Terhadap Kinerja Karyawan BMT Tumang Tahun 2014. Skripsi. Jurusan Syariah.

Program Studi Perbankan Syariah S1. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga: Ahmad Mifdlol M, Lc, M.Si.

Asnawi, Sahlan. 1999. Semangat Kerja dan Gaya Kepemimpinan. Jurnal Psikologi, 1999 (2): 86-92.

Baihaqi, Ahmad. 2014. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Religiusitas Terhadap

Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. Unza Vitalis Salatiga. Jurusan Syariah dan

Ekonomi Islam. Program Studi Perbankan Syari’ah. Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri Salatiga. Pembimbing : Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si.

Cahyono, Andry. 2004. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Semangat dan

Kegairahan Kerja Karyawan PT Telkom Cabang Tulungagung. Skripsi

Tidak Diterbitkan. Malang: Ekonomi Manajemen Universitas Merdeka Malang.

Darmawan, Hanantya Aryana Win. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap

Semangat Kerja Karyawan Divisi Marketing Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) di

Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Syari’ah dan

Ekonomi Islam. Program Studi Perbankan Syari’ah. Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. H. Agus Waluyo, M.Ag.

David, Cravens. 2001. Pemasaran Strategis. Jakarta : Erlangga.

Dirgantoro, Crown. 2007. Manajemen Stratejik “ Konsep, Kasus, dan Implementasi.

Jakarta: Grasindo.

Hasibuan, Malayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hersey, Paul dan Ken Blanchard, 1995, Manajemen Perilaku Organisasi,

Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, Penerjemah : Agus Dharma

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Idroes, Ferry N. 2008. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di

Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Jusmaliani. 2011. Pengelolaan Sumber Daya Insani. Jakarta: Bumi Aksara.

Kartono, Kartini. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

M, Ralona. Tanpa Tahun. Kamus Istilah Ekonomi Popular. :Gorga Media

Melvani, Frecilia Nanda. 2012. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Efektifitas Kominikasi Terhadap Kinerja Pegawai Badan Promosi dan Perizinan

Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan.

Palembang: Universitas Sriwijaya.

Nawawi, Hadari. 1993. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Pandji, Anoraga. 2001. Psikologi Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Cipta.

Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil. Yogyakarta: UII Pres.

Ritawaty, Noor. 2012. Hakikat Seorang Pemimpin (Online). Vol.8, No. I, (http://sia.stiepancasetia.ac.id/download-jurnal.php?id=46, diakses 28 Juni 2015)

Siagian, P. Sondang. 1999. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Spillane, J James. 2006. Managing Quality Customer Service: Pelayanan yang

Berkualitas. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan

Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-17. Bandung: Alfabeta.

Suhardi, Gunarto. 2003. Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum. Yogyakarta: Kanisius.

Sulhan, M., dan Ely Siswanto. 2008. Manajemen Bank: Konvensional dan Syariah. UIN Malang Press: Malang.

Sumarna, Saleem Hardja. 2013. Panduan Praktis Menjadi Pemimpin yang Disukai &

Diidolakan Banyak Orang. Klaten: Galmas Publisher.

Syaiyid Elzi, Hamidah Nayati Utami, Muhammad Faisal Riza. Tanpa Tahun.

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja (Studi Pada

Karyawan Radar Malang PT. Malang Intermedia Pers). Jurnal Tidak

diterbitkan. Malang: Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

Thoha, Miftah. 1993. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta. CV. Rajawali.

Umar, Husein. 2000. Business An Introduction. Jakarta: Gramedia. Umar, Husein. 2008. Strategi Management in Action. Jakarta: Gramedia. Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja edisi 3. Jakarta: Rajawali Pres

Wijaya, Agung. 2008. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, dan Gaya

Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai di PT Nina Album Semarang.

Skripsi Tidak diterbitkan. Semarang: Ekonomi Manajemen: Universitas Katolik Soegijapranata.

Wijaya, Tony. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wirartha, I Made. 2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Andi.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama Lengkap : Galuh Aninditiyah

Tempat, tanggal lahir : Kab. Semarang. 02 September 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraa : Indonesia (WNI)

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Dsn Ngadirno RT15 RW04, Desa

Tengaran, Kab. Semarang.

Klero, Kec. Telepon : 085 627 517 69 E-mail : galuh_nindi@yahoo.co.id PENDIDIKAN FORMAL SD N 2 Klero tahun 2000-2006 SMP N 2 Tengaran tahun 2006-2009 SMA N 1 Tengaran tahun 2009-2012

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga tahun 2012-2015

JUDUL TUGAS AKHIR

“STRATEGI PEMIMPIN DI BMT MITRA USAHA SRUWEN DALAM UPAYA

MEMBANGUN KEMBALI KEPERCAYAAN MASYARAKAT PASCA RUSH

TAHUN 2010”

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan rasa tanggung jawab.

HASIL WAWANCARA

1. Wawancara dengan Fahrudin selaku manager BMT

Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Fahrudin selaku manager BMT Mitra Usaha Sruwen pada tanggal 6 Juli 2015 jam 11.00 WIB di kantor BMT Mitra Usaha Sruwen.

Peneliti :Selamat siang pak, boleh minta waktunya sebentar untuk wawancara?

Pak Fahrudin : Oh ya boleh tentang apa?

Peneliti : Tentang marketing yang menggunakan uang anggota pada tahun

2010 itu pak.

Pak Fahrudin : Oh itu…., iya bagaimana?

Peneliti : Bagaimana awal mula terjadinya krisis kepercayaan yang disebabkan

oleh marketing di BMT Mitra Usaha Sruwen?

Pak Fahrudin : Perkoperasian yang sifatnya jemput bola memiliki kelemahan di marketing, bila marketing tidak jujur karena kebutuhan keluarga atau kebutuhan pribadi karena gaji yang kurang mencukupi untuk kebutuhan pribadi, kadang-kadang kalau imannya kurang kuat maka dapat mengambil uang nasabah. Caranya marketing untuk dapat

mengambil uang dari nasabah, kalau orang lapangan atau marketing memang mudah karena setiap hari mereka yang mengambil uangnya nasabah entah itu tabungan atau angsuran. Sifat pengambilan uang nasabah lewat marketing entah itu simpanan ataupun angsuran misalkan nasabah penabung menabung Rp100.000,- ,namun marketing memasukkan uang nasabah tersebut ke kantor hanya Rp50.000,- kadang-kadang nasabah titip uang tabungan atau angsuran namun uangnya tidak sampai kantor, dengan alasan nasabahnya libur tidak menabung atau mengangsur.

Peneliti : Bagaimana masalah itu dapat diketahui pihak BMT Mitra Usaha

Sruwen?

Pak Fahrudin :Disebuah lembaga koperasi itu ada manager, marketing, dan kasir. Teller atau kasir mempunyai semua data panabung yang akan didatangi marketing, jumlah tabungan yang biasanya ditabung karena setiap hari teller mengimput data-data tersebut. Misalkan si A menabung Rp100.000,- terus, namun suatu ketika dia hanya menabung Rp20.000,- atau Rp50.000,- maka hal ini menimbulkan kecurigaan dari pihak kantor. Maka terungkapnya marketing yang bermasalah yang membawa uang dari nasabah karena adanya kecurigaan- kecurigaan seperti itu. Kemudian pihak BMT mengaudit, dengan mendatangi secara langsung nasabah yang bersangkutan, kemudian

ditanya apakah benar dia menabung sebesar itu selama beberapa bulan? Kemudian dilihat dari buku tabungan yang dimiliki nasabah jika di buku tabungan tertulis Rp100.000,- terus padahal uang yang disetorkan ke kantor dan yang diinput ke komputer hanya sebesar Rp50.000,- atau bahkan hanya Rp20.000,-. Dari sini maka timbullah kecurigaan kemana uang sisa yang seharusnya disetorkan ke kantor? Berarti uang sebesar Rp50.000,- atau Rp80.000,- itu tadi memang dibawa oleh marketing. Selain itu kadang-kadang ada anggota yang ingin mengambil uang tabungannya langsung ke kantor, dimana saldo yang ada di buku tabungan anggota dengan saldo yang ada di data komputer kantor berbeda, misalnya di buku tabungan anggota saldonya sebesar Rp5.000.000,- namun di data komputer hanya ada Rp2.000.000,- sehingga Rp3.000.000,- sisanya telah dibawa oleh marketing.

Peneliti : Bagaimana cara penanganan yang dilakukan oleh pihak BMT Mitra

Usaha terhadap masalah itu?

Pak Fahrudin :Manager mendatangi, menanyai, mengajak ngobrol secara

kekeluargaan bahwa ada kasus seperti itu tadi, kemudian ditanya alasan mengapa marketing tersebut membawa uang anggota, kemudian diaudit kelapangan semua anggota atau nasabah yang di tarik atau yang wilayah pemasarannya oleh marketing tersebut. Ada

tambahan lagi atau tidak, ada lagi nasabah yang uangnya diambil selain itu tidak. Dari 70 orang yang menabung ke marketing tersebut diaudit semuanya, yaitu dengan cara mendatangi semua nasabah kemudian di cocokkan saldo yang ada di buku tabungan dengan saldo yang ada di data komputer kantor. Kemudian dari selisih yang ada pada nasabah yang bersangkutan di kalkulasikan semua. Kemudian diketahuilah jumlah uang nasabah yang telah di gunakan oleh marketing. Kemudian marketing yang bersangkutan tersebut diundang lalu disuruh memberikan pertanggung jawaban atas semua uang nasabah yang telah ia gunakan. Permasalahan ini diselesaikan dengan cara kekeluargaan, jadi dengan ada kasus ini marketing tersebut tidak langsung dipidanakan. Marketing itu diundang diajak ngobrol secara kekeluargaan dan dimintai pertanggung jawaban. Dalam pertemuan

tersebut dibahas cara pengembaliannya, dan batas waktu

pengembaliannya dimana marketing tersebut harus menandatangani surat perjanjian yang bermaterai untuk pengembalian uang tersebut. Yang jelas uang tersebut harus diganti oleh marketing tersebut, karena uang itu bukan uang lembaga namun uang anggota yang dititipkan di lembaga. Apabila sampai jatuh tempo marketing tersebut belum mengembalikan semua uang yang ia gunakan maka diberikan peringatan terakhir dengan diberikan tambahan waktu dengan surat perjanjian baru. Apabila sudah melampaui jatuh tempo dan masih

belum mengembalikan uangnya maka terpaksa dari pihak lembaga akan melaporkannya ke polisi.

Peneliti : Bagaimana keadaan keuangan di BMT Mitra Usaha Sruwen pada

saat terjadinya masalah tersebut?

Pak Fahrudin :Untuk kondisi keuangan di BMT Mitra Usaha Sruwen tidak ada masalah, dari nasabah yang apabila ia sudah tahu masalah tersebut

Dokumen terkait