STRATEGI PEMIMPIN DI BMT MITRA USAHA SRUWEN
DALAM UPAYA MEMBANGUN KEMBALI KEPERCAYAAN
MASYARAKAT PASCA
RUSH
TAHUN 2010
TUGAS AKHIR
DISUSUN OLEH:
GALUH ANINDITIYAH
NIM : 201 12 011
JURUSAN D III PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
TUGAS AKHIR
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.,Sy)
DISUSUN OLEH:
GALUH ANINDITIYAH
NIM : 201 12 011
JURUSAN D III PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
"
Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah." (Lessing)
Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan sekarang daripada rasa pahitnya
kebodohan kelak
Hidup tidak menghadiahkan barang sesuatupun kepada manusia tanpa bekerja
keras
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk:
1. Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga
membuat saya bisa bertahan sampai saat ini.
2. Ayah dan Ibu saya (Baryono dan Sujarwati) terima kasih atas kasih sayang,
dorongan dan do’a yang ayah dan ibu berikan kepada saya selama ini.
3. Ke-2 kakak saya (Anton Setiawan dan Vera Khristianti) yang selalu
menyemangati dan memberikan do’a kepada saya.
4. Sahabat-sahabat saya terutama Ely Ismawanti dan Umi Fathikhotussolekhah
yang selalu menemani, membantu, mendukung serta menyemangati saya.
5. Teman-teman DIII Perbankan Syariah angkatan 2012 yang selalu memberikan
semangat dan dukungan.
6. Teman-teman KOPMA FATAWA yang selalu memberikan dukungan.
7. Almamater saya, IAIN Salatiga.
Aninditiyah, Galuh. 2015. Strategi Pemimpin Di BMT Mitra Usaha Sruwen Dalam Upaya Membangun Kembali Kepercayaan Masyarakat Pasca
Rush Tahun 2010. Tugas Akhir. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam. Jurusan DIII Perbankan Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : H. Abdul Aziz N.P.,S.Ag.,M.M.
Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui gambaran rush tahun 2010 yang terjadi di BMT Mitra Usaha Sruwen (2) Untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam membangun kembali kepercayaan masyarakat pasca rush tahun 2010 di BMT Mitra Usaha Sruwen (3) Untuk mengetahui kondisi BMT Mitra Usaha Sruwen sebelum dan sesudah terjadinya rush.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Metode pengumpulan data yaitu melalui wawancara kepada manager serta karyawan BMT Mitra Usaha Sruwen, observasi, studi dokumentasi serta studi pustaka.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Rush yang terjadi di BMT Mitra Usaha Sruwen terjadi karena adanya marketing yang bermasalah, hal ini membuat para anggota mengambil seluruh uang tabungannya dan bahkan menutup rekeningnya. (2) Upaya membangun kembali kepercayaan masyarakat pasca rush
tahun 2010 yang dilakukan oleh manajer BMT Mitra Usaha Sruwen ialah dengan mendatangi secara langsung anggota yang bersangkutan dan menjelaskan bahwa kesalahan tersebut dibuat oleh salah satu karyawan dan bukan lembaga yang melakukan kesalahan. (3) Dengan adanya rush tahun 2010 menyebabkan penurunan jumlah anggota sebesar 67% khususnya di wilayah marketing yang bermasalah. Terjadinya rush tidak terlalu berdampak pada kondisi keuangan BMT, karena uang yang digunakan oleh marketing yang bermasalah semuanya sudah diganti.
Kata Kunci : Strategi Pemimpin, Rush, BMT Mitra Usaha Sruwen.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“Strategi Pemimpin Di BMT Mitra Usaha Sruwen Dalam Upaya Membangun
Kembali Kepercayaan Masyarakat Pasca Rush Tahun 2010” ini dengan baik.
Tugas Akhir ini disusun dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat
kelulusan jurusan DIII Perbankan Syari’ah (PS), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
(FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini banyak pihak yang telah membantu dan
memberikan bimbingan, maka selayaknya peneliti mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr Anton Bawono, SE,. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga.
3. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.Si selaku Ketua Jurusan DIII
Perbankan Syariah (PS) IAIN Salatiga.
4. Bapak H. Abdul Aziz N.P., S.Ag., M.M selaku pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
seluruh karyawan yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam
melakukan kegiatan penulisan Tugas Akhir.
6. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan, serta motivasi
sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
7. Teman-teman DIII Perbankan Syari’ah (PS) Angkatan Tahun 2012.
8. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
Dalam penelitian Tugas Akhir ini peneliti sadar bahwa tidak ada sesuatu
apapun yang sempurna kecuali Allah SWT. Oleh karena itu, dengan senang hati
peneliti menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.
Salatiga, 01 September 2015
Peneliti
Galuh Aninditiyah NIM. 20112011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
4. Pengertian Kepemimpinan ... 18
7. Strategi Pemimpin yang Efektif ... 26
8. Pengertian Rush ... 32
BAB III LANDASAN OBYEK A. Gambaran Umum BMT Mitra Usaha Sruwen 1. Sejarah Berdirinya BMT Mitra Usaha Sruwen ... 36
2. Visi dan Misi ... 37
3. Tujuan BMT Mitra Usaha Sruwen... 38
4. Identitas BMT Mitra Usaha Sruwen ... 38
5. Struktur Organisasi ... 38
B. Produk-Produk BMT Mitra Usaha Sruwen 1. Produk Penghimpunan ... 39
2. Produk Pembiayaan... 44
C. Penjabaran Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian 1. Pengurus ... 48
2. Manajer ... 50
3. Teller/Kassir ... 53
4. Marketing ... 55
BAB IV ANALISIS A. Gambaran Umum Rush pada Tahun 2010 di BMT Mitra Usaha Sruwen 1. Awal Mula Terjadinya Rush di BMT Mitra Usaha Sruwen ... 59
2. Penyelesaian Masalah Rush di BMT Mitra Usaha Sruwen ... 62
3. Cara Pihak Lembaga dalam mengantisipasi karyawan yang bermasalah ... 63
B. Strategi Pemimpin dalam Membangun Kembali Kepercayaan Masyarakat Pasca Rush di BMT Mitra Usaha Sruwen 1. Strategi Pemimpin untuk Membangun Kembali Kepercayaan Masyarakat .... 64
2. Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan di BMT Mitra Usaha Sruwen ... 66
C. Kondisi BMT Mitra Usaha Sruwen Sebelum dan Sesudah Terjadinya Rush ... 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran... 74
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
Tabel 3.1 Nisbah Bagi Hasil ... 40
Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Anggota BMT Mitra Usaha Sruwen Tahun 2008-
2015 ... 69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Wawancara.
Lampiran 2 : Gambar BMT Mitra Usaha Sruwen dari Depan.
Lampiran 3 : Brosur BMT Mitra Usaha Sruwen.
Lampiran 4 : Slip Pencairan Debit.
Lampiran 5 : Slip Setoran, Slip Angsuran, dan Slip Pengambilan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan syariah merupakan suatu solusi bagi masyarakat yang tidak ingin
melakukan kegiatan perbankan dengan unsur ribawi. Di Indonesia pun sudah banyak
bank yang berprinsip syariah. Dengan banyaknya bank syariah tersebut membuat
banyak peluang sehingga banyak perguruan tinggi yang membuat program studi atau
jurusan perbankan syariah. Memang tidak dipungkiri bahwa berkualitasnya suatu
bank tidak hanya dilihat dari produknya saja, akan tetapi juga dilihat dari segi
pelayanan dan kinerja SDMnya.
Untuk menunjang keberhasilan fungsi manajemen dalam organisasi
perusahaan atau lembaga, tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat
melaksanakan tugas atau fungsi manajemen. Karena merekalah yang memiliki daya
kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan manusia lainnya untuk bekerja
mencapai tujuan perusahaan. Peranan pimpinan dalam setiap organisasi atau
perusahaan sekecil apapun tingkat kepemimpinannya, sangatlah dominan dalam
mengembangkan dan meningkatkan produktivitas organisasi atau perusahaan
tersebut.
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam
memimpin para bawahannya, perilaku para pemimpin itu disebut dengan gaya
2
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara pemimpin untuk
mempengaruhi bawahannya yang dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku atau
kepribadian. Seorang pemimpin merupakan seseorang yang memiliki suatu program
dan yang berperilaku secara bersama-sama dengan anggota-anggota kelompok
dengan mempergunakan cara atau gaya tertentu, sehingga kepemimpinan mempunyai
peranan sebagai kekuatan dinamik yang mendorong, memotivasi dan
mengkoordinasikan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Wibowo, 2010: 9).
Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan
adalah sesuatu yang diharapkan organisasi untuk dicapai. Tujuan organisasi dapat
berupa perbaikan pelayanan pelanggan, pemenuhan permintaan pasar, peningkatan
kualitas produk atau jasa, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan kinerja
organisasi. Setiap organisasi, tim, atau individu dapat menentukan tujuannya sendiri
(Wibowo, 2010: 9).
Pencapaian tujuan organisasi menunjukkan hasil kerja atau prestasi kerja
organisasi dan menunjukkan sebagai kinerja atau performa organisasi. Hasil kerja
organisasi diperoleh dari serangkaian aktivitas yang dijalankan organisasi. Aktivitas
organisasi dapat berupa pengelolaan sumber daya organisasi maupun proses
pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk
menjamin agar aktivitas tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan
Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan
baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul
tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha
tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga
pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah
(Sudarsono, 2003: 84).
BMT merupakan suatu lembaga keuangan mikro non-bank yang berbasis
koperasi. Seperti halnya lembaga keuangan lainnya, di BMT juga ada banyak risiko
yang harus dihadapi. Salah satunya ialah rush, rush adalah penarikan besar-besaran
oleh masyarakat dari setiap tabungan dan deposito dan jenis lainnya yang mereka
miliki karena ketidak percayaan mereka kepada lembaga keuangan tersebut (Suhardi,
2003: 51). Salah satu BMT yang sempat terkena masalah rush ialah BMT Mitra
Usaha Sruwen. Rush ini melanda BMT Mitra Usaha Sruwen pada tahun 2010. Pada
saat itu terdapat sebagian anggota mengambil semua uangnya dan ada yang tidak
menabung lagi di BMT tersebut. Hal inilah yang membuat BMT Mitra Usaha Sruwen
kehilangan kepercayaan dari sebagian anggotanya, dan ini membuat berkurangnya
kepuasan para anggota.
Melihat banyaknya resiko dan masalah yang mungkin terjadi pada suatu
lembaga keuangan maka peran pemimpin sangatlah penting dalam penyelesaian atau
4
seorang pemimpin haruslah tepat agar tujuan dari suatu lembaga keuangan dapat
tercapai secara maksimal. Maka dari itu penulis akan membuat Tugas Akhir dengan
judul “Strategi Pemimpin di BMT Mitra Usaha Sruwen dalam Upaya Membangun
Kembali Kepercayaan Masyarakat Pasca Rush Tahun 2010”
B. Rumusan Masalah
Melihat pentingnya seorang pemimpin dalam suatu organisasi, maka
diperlukanlah seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang tepat untuk
mencapai tujuan dari BMT Mitra Usaha Sruwen. Maka penulis merumuskan
beberapa rumusan masalah yang akan dibahas di tugas akhir ini yaitu:
1. Bagaimana gambaran rush tahun 2010 di BMT Mitra Usaha Sruwen?
2. Bagaimana strategi pemimpin dalam membangun kembali kepercayaan
masyarakat pasca rush di BMT Mitra Usaha Sruwen?
3. Bagaimana kondisi BMT Mitra Usaha Sruwen sebelum dan sesudah terjadinya
rush?
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
b. Untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam
membangun kembali kepercayaan masyarakat pasca rush di BMT Mitra
Usaha Sruwen.
c. Untuk mengetahui kondisi BMT Mitra Usaha Sruwen sebelum dan sesudah
terjadinya rush.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Penulis
1) Untuk memenuhi salah satu syarat dalam pendidikan pada program
diploma III Perbankan Syari’ah.
2) Memberikan pengetahuan dan informasi dari dunia praktis yang sangat
berguna untuk disinkronkan dengan pengetahuan teori yang didapat di
bangku kuliah.
3) Sebagai sarana untuk dapat berfikir secara sistematis agar mampu
mengidentifikasikan, menganalisis, merumuskan masalah, dan mencari
alternative pemecahan suatu masalah.
4) Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis sebagai bekal
apabila sudah terjun langsung dalam dunia pekerjaan.
b. Bagi Civitas Akademik IAIN Salatiga
1) Memperkenalkan IAIN Salatiga kepada masyarakat luar khususnya
Jurusan DIII Perbankan Syari’ah.
2) Menambah referensi untuk IAIN Salatiga khususnya bagi mahasiswa yang
6
c. Bagi BMT Mitra Usaha Sruwen
Sebagai masukan yang dapat dipertimbangkan dalam sistem operasional di
BMT Mitra Usaha Sruwen.
D. Penegasan Istilah
Kotler (2004: 31) mengemukakan bahwa strategi adalah penempatan misi
suatu organisasi, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal
dan internal, perumusan kebijakan dan teknik tertentu untuk mencapai sasaran dan
memastikan implementasinya secara tepat sehingga tujuan dan sasaran utama dari
organisasi akan tercapai.
Pemimpin adalah orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang
memastikan motivasi, disiplin dan produktivitas jika bekerjasama dengan orang,
tugas dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan (Umar 2000: 77).
Menurut Paul Hersay dan Ken Blanchard dalam Wijaya (2008: 18), gaya
kepemimpinan adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mempengaruhi orang
lain untuk ikut dalam tujuan bersama. Gaya kepemimpinan tersebut meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi, perilaku pegawai
untuk mencapai tujuan dan mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya.
Rush merupakan keadaan dimana para nasabah melakukan penarikan
keuangan untuk menyediakan uang tunai untuk penarikan tersebut (Suhardi, 2003:
51).
Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan
baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul
tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial (Sudarsono,
2003: 84).
E. Metode Penelitian
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis menggunakan beberapa metode
yaitu sebagi berikut :
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu dengan
memperoleh data berupa keterangan-keterangan atau informasi secara tertulis,
yang diberikan oleh BMT Mitra Usaha Sruwen.
2. Lokasi dan waktu penelitian
a) Lokasi
Tempat penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah di Kantor Pusat Baitul
Maal wat Tamwil ( BMT) Mitra Usaha yang terletak di Jl. Raya Sruwen No.
8
b) Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari hari senin tanggal 26 Januari dan berakhir pada
hari Rabu tanggal 25 Februari 2015.
3. Kebutuhan dan Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan mengadakan pengamatan serta
wawancara langsung dengan pimpinan dan para karyawan yang ada
relevansinya dengan objek penulisan.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan
dokumen-dokumen serta literatur-literatur yang erat hubungannya dengan
penulisan ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data meliputi:
a. Observasi
Observasi merupakan cara memperoleh data dengan mengamati
(perilaku-perilaku dari) subyek penelitian dan jawabannya untuk dianalisis.
Metode dalam observasi bisa dalam bentuk terstruktur dan tidak terstruktur.
Dalam observasi bentuk terstruktur, peneliti merinci secara detail sesuai
dengan yang akan diamati dan bagaimana pengukuran dapat direkam. Dalam
fenomena yang berkaitan atau relevan dengan masalah yang sedang ditangani
(Wijaya, 2013: 23).
Observasi dilakukan oleh peneliti selama satu bulan, yaitu pada
tanggal 26 Januari dan berakhir pada tanggal 25 Februari 2015 di BMT Mitra
Usaha Sruwen. Observasi dilakukan untuk mengetahui gaya kepemimpinan
yang digunakan oleh manager BMT Mitra Usaha Sruwen.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan salah satu pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden untuk memperoleh
informasi verbal dari responden. Metode wawancara membutuhkan
kemampuan atau pendekatan personal yang kreatif dalam mengembangkan
bahan wawancara dan mampu mendorong informan bercerita bebas dan
terbuka (Wijaya, 2013: 21).
Wawancara dilaksanakan berdasarkan pedoman wawancara yang
disusun oleh peneliti, mengenai kajian teori tentang gambaran rush, gaya
kepemimpinan, strategi penanganan rush, keadaan BMT sebelum dan pasca
rush. Wawancara dilakukan oleh peneliti pada tanggal 6-7 Juli 2015 di kantor
BMT Mitra Usaha Sruwen. Wawancara dilakukan dengan Fahrudin selaku
manager BMT Mitra Usaha Sruwen, Tyas selaku teller, dan dengan Subhan
10
c. Dokumentasi atau Kepustakaan
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang (Sugiyono, 2012: 240).
4. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode
analisis deskriptif kualitatif yaitu menganalisis, menggambarkan, dan meringkas
berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil
wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi
dilapangan (Winartha, 2006: 155).
Data yang diperoleh kemudian akan disusun secara sistematis sehingga
akan diperoleh gambaran yang komprehensif, dan untuk selanjutnya dianalisis
secara kualitatif yaitu dengan memperhatikan data-data yang ada dalam praktik
kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari kepustakaan. Hasil dari
analisis inilah yang akan menjadi jawaban dari permasalahan yang diajukan.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan beberapa sistematika
penulisan pada bab pertama yang berisikan pendahuluan, dalam bab ini akan
diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan,
penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Kemudian pada bab kedua penulis akan membahas tentang landasan teori,
teoritik berisikan pengertian BMT, pengertian strategi, pengertian pemimpin,
pengertian kepemimpinan, pengertian gaya kepemimpinan, jenis-jenis gaya
kepemimpinan, strategi pemimpin yang efektif, pengertian rush.
Pada bab ketiga berisikan landasan obyek, dalam bab ini akan diuraikan
tentang gambaran umum BMT Mitra Usaha Sruwen, yang berisikan sejarah
berdirinya BMT Mitra Usaha Sruwen, Visi dan Misi, Tujuan BMT Mitra Usaha
Sruwen, Identitas, struktur organisasi. Kemudian akan membahas tentang produk-
produk BMT Mitra Usaha Sruwen, yang berisikan produk penghimpunan dan produk
pembiayaan. Selanjutnya akan diuraikan tentang penjabaran tugas dan wewenang
masing-masing bagian, yang berisikan pengurus, manager, teller/kasir, dan
marketing.
Selanjutnya pada bab keempat berisikan analisis data, dalam bab ini akan
diuraikan tentang analisis terhadap permasalahan yang dibahas.
Pada bab kelima berisikan penutup yang membahas tentang kesimpulan dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Terkait dengan judul tugas akhir yang akan dibuat oleh penulis, terdapat
beberapa telaah pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya, supaya dapat
dijadikan pembeda untuk penelitian ini.
Alfath Andini pada tahun 2014 dalam skripsinya tentang “Pengaruh
Kepemimpinan, Lingkungan Kerja, dan Etika Kerja Islami Terhadap Kinerja
Karyawan BMT Tumang Tahun 2014” mengatakan bahwa kepemimpinan,
lingkungan kerja, dan etika kerja memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
kinerja karyawan, dimana faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan adalah kepemimpinan.
Hanantya Aryana Win Darmawan pada tahun 2014 dalam skripsinya tentang
“Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja Karyawan Divisi
Marketing Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) di Kota Salatiga dan Kabupaten
Semarang” mengatakan bahwa gaya kepemimpinan (otokratik, partisipatif, free rein)
secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja karyawan
divisi marketing BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Sedangkan gaya
kepemimpinan yang paling dominan mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah
gaya kepemimpinan partisipatif.
Ahmad Baihaqi pada tahun 2014 dalam skripsinya tentang “Pengaruh
Kepemimpinan, Motivasi, dan Religiusitas Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
pada PT. UNZA VITALIZ Salatiga”mengatakan bahwa kepemimpinan, motivasi, dan
religiusitas bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan secara
positif dan signifikan, variabel yang paling dominan memperngaruhi kepuasan kerja
adalah motivasi kerja karyawan.
Sumber Daya Manusia merupakan faktor produksi yang tidak dapat diabaikan
dan merupakan aset utama suatu organisasi. SDM berperan sebagi perencana dan
pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Bahkan SDM menempati posisi yang
amat strategis dalam mewujudkan tersedianya barang atau jasa, dalam mendukung
tercapainya tujuan organisasi atau perusahaan.
Oleh karena itu, Sumber Daya Manusia perlu dikelola dan dikembangkan
secara terus menerus agar diperoleh Sumber Daya Manusia yang bermutu dalam arti
yang sebenarnya, yaitu pekerjaan yang dilaksanakannya akan menghasilkan sesuatu
yang memang dikehendaki. Bermutu bukan hanya berarti pandai saja tetapi
memenuhi semua syarat kualitas yang dituntut pekerjaan itu sehingga pekerjaan itu
benar – benar dapat diselesaikan sesuai rencana (Sedarmayanti, 2001 : 17).
Kepemimpinan tentu saja sangat penting bagi jalannya organisasi. Jika
sebuah organisasi berjalan tanpa adanya unsur kepemimpinan yang baik, maka setiap
14
cepat dan efisien. Hal ini mengakibatkan tujuan dari organisasi tersebut terhambat
dan kepuasan dari tercapainya tujuan tersebut rendah. Seorang pemimpin harus
memiliki keahlian dan kemampuan sosial agar menjadi seorang pemimpin yang baik
dan bertanggung jawab. Seorang pemimpin harus benar – benar dapat melaksanakan
tanggung jawabnya, melakukan kontrol dan pengendalian agar tujuan didalam
organisasi tersebut dapat tercapai.
Dengan beberapa penjelasan mengenai beberapa penelitian yang terdahulu,
bahwa penelitian tentang “Strategi Pemimpin di BMT Mitra Usaha Sruwen dalam
Upaya Membangun Kembali Kepercayaan Masyarakat Pasca Rush Tahun 2010”
belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
B. Kerangka Teoritik
1. Pengertian BMT
BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wa Tamwil atau baitul maal
wa baitul tanwil. Secara harfiah baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil
berarti rumah usaha. Baitu Maal dikembangkan berdasarkan sejarah
perkembangannya, yakni dari masa nabi sampai abad pertengahan perkembangan
Islam, dimana baitul maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus
mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan baitul tanwil merupakan lembaga bisnis
yang bermotif laba (Ridwan,2004:126).
Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada
sektor keuangan, yakni simpan-pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan yakni
kepada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Namun demikian,
terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil
maupun sektor keuangan lain dilarang dilakukan oleh lembaga keuangan bank.
Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan.
2. Pengertian Strategi
Strategi adalah hal menetapkan arah kepada “manajemen” dalam arti
orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana
mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk
membantu memenangkan persaingan di dalam pasar (Dirgantoro, 2007: 5).
Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Husein Umar (2008:
31), strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Menurut
Hamel dan Prahalad dalam Husein Umar (2008: 31), startegi merupakan tindakan
yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para
pelanggan di masa depan.
Cravens (2001: 6) strategi adalah rencana yang disatukan dan terintegrasi,
menghubungkan keunggulan strategi organisasi dan dicapai melalui pelaksanaan
yang tepat oleh organisasi. Strategi dimulai dengan konsep menggunakan sumber
16
Kotler (2004: 31) mengemukakan bahwa strategi adalah penempatan misi
suatu organisasi, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan
eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan teknik tertentu untuk mencapai
sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat sehingga tujuan dan
sasaran utama dari organisasi akan tercapai.
Aliminsyah dan Pandji (2004: 81) mengartikan bahwa strategi adalah
wujud rencana yang terarah untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dalam hal
ini strategi dalam setiap organisasi merupakan suatu rencana keseluruhan untuk
mencapai tujuan. Jadi organisasi tidak hanya memilih kombinasi yang terbaik,
tetapi juga harus mengkoordinir berbagai macam elemen untuk melaksanakan
kegiatannya secara efisien dan efektif.
Dengan demikian strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai
tujuan akhir dari suatu organisasi, namun strategi bukanlah sekedar suatu rencana,
melainkan adalah rencana yang menyatukan. Strategi mengikat semua bagian
yang ada dalam organisasi menjadi satu, sehingga strategi meliputi semua aspek
penting dalam suatu organisasi, strategi itu terpadu dari semua bagian rencana
yang harus serasi satu sama lain dan berkesesuaian. Oleh karena itu penentuan
strategi membutuhkan tingkatan komitmen dari suatu organisasi, dimana tim
organisasi tersebut bertanggung jawab dalam memajukan strategi yang mengacu
3. Pengertian Pemimpin
Pemimpin adalah orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang
memastikan motivasi, disiplin dan produktivitas jika bekerjasama dengan orang,
tugas dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan (Umar, 2000: 77).
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa
mengindahkan bentuk alasannya (Thoha, 1983: 255). Menurut Kartini Kartono
(1994: 33), pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan khususnya kecakapan dan kclebihan disatu bidang, sehingga dia
mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Menurut Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994: 33),
pemimpin dalam pengertian ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai
tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau
mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi.
Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing,
memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/
18
4. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Saleem Hardja Sumarna (2013: 10), kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi dan memotivasi mereka yang
dipimpinnya untuk melakukan hal-hal yang diperlukan dalam mencapai tujuan
yang diinginkan bersama. Hal ini meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan yang ingin diraih bersama, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, dan mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya.
Kepemimpinan secara bahasa (etimologi) menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, berasal dari kata “pimpin”. Mendapat awalan “me” menjadi
“memimpin” yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Kata
memimpin bermakna sebagai kegiatan, sedangkan yang melakukannya disebut
pemimpin. Dari kata pemimpin berkembang pula kata kepemimpinan yang
menunjukkan semua hal dalam memimpin, termasuk dalam kegiatannya (Hadari,
1993: 28).
Dari berbagai pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam mengatur atau
mempengaruhi suatu kelompok untuk dapat bekerja secara produktif supaya dapat
tercapainya tujuan dari suatu organisasi atau perusahaan. Tanpa adanya suatu
pemimpin, organisasi hanya merupakan sekumpulan manusia dan peralatan.
penuh. Pemimpin memegang peranan penting tidak hanya secara internal tetapi
juga dalam berbagai pihak di luar organisasi yang semua dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan organisasi serta mencapai tujuannya.
5. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Dalam sebuah organisasi yang dinamis, dimana perilaku masing-masing
individu didalamnya sangat berbeda antara satu dengan lainnya, maka diperlukan
semacam cara penerapan gaya kepemimpinan yang bisa menyesuaikan dengan
tuntutan keadaan agar tercapai suatu efektifitas organisasi. Cara seperti ini biasa
dikenal sebagai gaya kepemimpinan situasional (situational leadership)
(Sumarna, 2013: 12).
Menurut Paul Hersay dan Ken Blanchard dalam Wijaya (2008: 18), gaya
kepemimpinan adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mempengaruhi
orang lain untuk ikut dalam tujuan bersama. Gaya kepemimpinan tersebut
meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi,
perilaku pegawai untuk mencapai tujuan dan mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya
kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu
pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan
tersebut diwujudkan.
Menurut Thoha dalam Cahyono (2004: 11), gaya kepemimpinan adalah
norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
20
menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan dipengaruhi perilaku orang
yang dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya. Menurut Heidjrachman
dan Husnan dalam Wijaya (2008:18), gaya kepemimpinan adalah pola tingkah
laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dan tujuan
individu untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah perilaku yang dimiliki seseorang untuk dapat
mempengaruhi atau memimpin orang lain yang disesuaikan dengan situasi atau
kondisi agar tujuan organisasi yang diinginkan dapat tercapai dengan tidak
mengesampingkan kepentingan individu di dalamnya.
6. Jenis–jenis gaya kepemimpinan
Menurut Saleem Hardja Sumarna (2013: 16), gaya kepemimpinan seorang
pemimpin akan efektif jika menerapkan konsep kepemimpinan K-5 yaitu:
Karakter, Komitmen, Kerjasama, Kompetensi, dan Konsisten. Berikut beberapa
jenis gaya kepemimpinan yang ada, yaitu sebagai berikut:
a. Demokrasi
Ciri khas gaya kepemimpinan demokrasi ditandai dengan adanya suatu
struktur yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan pengambilan
keputusan yang kooperatif. Kepemimpinan yang demokratis cenderung
bermoral tinggi, dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja yang
b. Otokrasi
Gaya kepemimpinan otokrasi lebih menggunakan metode pendekatan
kekuasaan dalam pengambilan keputusan dan pengembangan strukturnya.
Kekuasaan disini sangat dominan digunakan. Kekuasaan dan pengambilan
keputusan terpusat pada diri sang pemimpin. Penataan situasi dan sistem kerja
sengaja dibuat rumit bagi para bawahan supaya tidak bisa melawan atas apa
yang diperintahkan.
Gaya kepemimpinan seperti ini pada umumnya bersifat negatif, karena
dijalankan berdasarkan ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga
beberapa manfaat yang bisa diambil dari gaya kepemimpinan ini, diantaranya
adalah pengambilan keputusan yang relatif cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
c. Coaching (Pembinaan)
Ketika staff yang dipimpin adalah orang-orang yang telah cukup baik
termotivasi dan berpengalaman dalam menjalankan tugas, maka tugas seorang
pemimpin disini adalah memberi kesempatan kepada mereka untuk mengerti
tentang tugasnya tanpa perintah khusus dari pimpinan, dengan cara
meluangkan waktu dalam membangun hubungan dan komunikasi yang baik
dengan mereka.
Gaya kepemimpinan yang tepat untuk situasi ini adalah Coaching.
Karena pemimpin disini tidak hanya memberikan detail proses dan aturan
22
diambil. Selain itu juga menerima berbagai masukan dari bawahan dan
mendukung proses pengembangannya.
d. Partisipatif
Gaya kepemimpinan seperti ini lebih banyak mendelegasikan wewenang
yang dimiliki sang pemimpin, sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat
sepihak.
e. Delegating (Mendelegasikan)
Dalam gaya kepemimpinan ini, seorang pemimpin mendelegasikan
seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya
kepemimpinan seperti ini akan berjalan dengan baik apabila staff yang
dipimpin sepenuhnya paham akan tugas yang diberikan dan efisien dalam
bekerja, sehingga sang pemimpin bisa melepaskan mereka untuk menjalankan
pekerjaan dan tugas-tugasnya atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
f. Directing (Mengarahkan)
Gaya kepemimpinan ini akan tepat digunakan apabila berada dalam
situasi yang cukup rumit dan para staff belum memiliki pengalaman untuk
mengerjakan tugas tersebut. Atau ketika berada di bawah tekanan untuk
menyelesaikan tugas tepat waktu, maka seorang pemimpin disini harus
mampu menjelaskan apa yang perlu dan mendesak untuk dikerjakan. Karena
dalam situasi yang demikian, biasanya terjadi overcommunicating atau
penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan
Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan-
aturan dan proses yang detail kepada bawahan. Dan pelaksanaan di lapangan
pun harus menyesuaikan dengan detail yang sudah diperintahkan.
g. Supporting (Mendukung)
Gaya kepemimpinan seperti ini mensyaratkan seorang pemimpin untuk
memfasilitasi dan membantu upaya para staffnya dalam melaksanakan tugas.
Dalam hal ini, seorang pemimpin tidak perlu memberikan arahan secara detail
tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama
dengan bawahan.
Gaya kepemimpinan seperti ini akan berhasil bila karyawan telah
mengenal teknik-teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan
yang lebih dekat dengan sang pemimpin.
h. Kendali bebas
Seorang pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan seperti ini
akan menyerahkan kekuasaan secara penuh kepada bawahan. Struktur
organisasi bersifat longgar dan pemimpin cenderung pasif. Pemimpin
menghindari wewenang dan tanggung jawab, kemudian menggantungkannya
kepada kelompok dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya
24
Robbins dalam Syaiyid (tt: 2), mengidentifikasikan gaya kepemimpinan
yang dibedakan sebagai berikut:
a) Kepemimpinan direktif, yaitu kepemimpinan memberi kesempatan pada
pengikutnya untuk mengetahui apa yang diharapkan dari mereka,
menjadwalkan pekerjaan yang akan dilakukan dan memberi pedoman yang
spesifik mengenai cara menyelesaikan tugas.
b) Kepemimpinan suportif, yaitu kepemimpinan yang ramah dan menunjukkan
perhatian kepada para pengikutnya atau bawahannya.
c) Kepemimpinan partisipatif, yaitu gaya kepemimpinan dimana pemimpin
berkonsultasi dengan bawahan serta meminta dan menggunakan saran-saran
bawahan dalam rangka mengambil keputusan.
d) Kepemimpinan orientasi prestasi, yaitu gaya kepemimpinan yang mengajukan
tantangan yang menarik bagi bawahan dan merangsang untuk mencapai
tujuan, serta melaksanakannya dengan baik.
Sedangkan dalam penelitian lain, Moch As’ad dalam Cahyono (2004: 11)
membagi gaya kepemimpinan menjadi:
a. The Autocratic Leader (Pemimpin Otokratik)
Seorang pemimpin yang otokratik menganggap bahwa semua kewajiban
untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan untuk
mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahannya terpusat di
berkompeten untuk memutuskan, dan punya perasaan bahwa bawahannya
tidak mampu untuk mengarahkan diri mereka sendiri, atau ia mungkin
mempunyai alasan-alasan lain untuk beranggapan mempunyai posisi yang
kuat untuk mengarahkan dan mengawasi. Seorang otokrat mengawasi
pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk meminimumkan penyimpangan
dari arah yang ia berikan.
b. The Participative Leader (Pemimpin Partisipatif)
Apabila seorang pemimpin menggunakan gaya partisipatif, ia tidak
menggunakan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir untuk
memberikan pengarahan tertentu kepada bawahannya, tetapi ia mencari
berbagai pendapat dan pemikiran dari para bawahannya mengenai keputusan
yang akan diambil. Ia akan secara serius mendengarkan dan menilai pikiran-
pikiran para bawahannya dan menerima sumbangan pikiran mereka, sejauh
pemikiran mereka tersebut bisa dipraktikkan. Pemimpin dengan gaya
partisipatif akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari para
bawahannya sehingga pikiran-pikiran mereka akan selalu meningkat dan
makin matang. Para bawahan juga didorong agar meningkatkan kemampuan
dan mengendalikan diri dan menerima tanggung jawab yang lebih besar.
Pemimpin akan lebih sportif dalam kontak dengan para bawahannya dan
bukan menjadi sikap diktator. Meskipun tentu saja wewenang terakhir dalam
26
c. The Free Rein Leader (Pemimpin Kendali Bebas)
Dalam gaya kepemimpinan free rain, pimpinan menyerahkan tanggung
jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada para bawahan, dalam artian
pemimpin agar para bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri didalam
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-
peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya sedikit
melakukan kontak dengan bawahan. Dengan demikian para bawahan dituntut
untuk memiliki kemampuan atau keahlian yang tinggi.
7. Strategi Pemimpin yang Efektif
Kusnadi, dkk (2005: 354) menyatakan bahwa di dalam mengembangkan
profil kepemimpinan, maka sangat penting untuk memperhatikan posisi
pemimpin di dalam organisasi. Asumsi apa yang akan dipegang oleh pemimpin
dalam mengelola anak buahnya di dalam organisasi agar mau bekerja secara
efektif dan efisien.
Dalam kedudukannya sebagai pemimpin di dalam kelompok sosial
termasuk masyarakat, seorang pemimpin akan dituntut oleh beberapa hal, yang
meliputi kumpulan peran yang kompleks, dan demikian pula fungsinya. Dalam
keluasan fungsi dan peran, seorang pemimpin dapat mendelegasikan wewenang
dan tanggung jawab kepada para pengikutnya, sesuai dengan kedudukan yang ada
Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin ini, Goleman (2003: 2)
menjelaskan ada dua hal yang biasanya dilakukan olehnya terhadap pengikut,
yakni: perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung. Perilaku mengarahkan
hanya dalam komunikasi satu arah, sedangkan perilaku mendukung diartikan
dalam komunikasi dua arah. Oleh karena fungsi kepemimpinan yang lazim ialah
membuat keputusan, maka gaya kepemimpinan tersebut akan tampak jika
dipraktekkan dalam hal melakukan pembuatan keputusan. Posisi kontrol atas
pemecahan masalah atau pembuatan keputusan dipegang bergantian antara
pemimpin dan bawahannya, sehingga penampilan, bobot, dan perilakunya
disenangi dan diterima oleh bawahannya. Bawahan menyukainya dan
menganggapnya sebagai sumber informasi, dan tempat bertanya. Pemimpin
sering mendiskusikan masalah bersama-sama bawahan, sehingga tercapai
kesepakatan. Pembuatan keputusan didelegasikan kepada bawahan. Sumber
kekuasaan yang ada padanya kekuasaan keahlian dan informasi.
Demikianlah inti pokok pembicaraan kepemimpinan dalam hubungannya
dengan kekuasaan. Kedua istilah ini pemimpin atau kepemimpinan dengan
kekuasaan mempunyai relevansi yang sukup tinggi. Kepemimpinan adalah suatu
proses untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Untuk mempengaruhi
membutuhkan kekuasaan. Sedangkan kekuasaan itu sendiri merupakan potensi
pengaruh dari seorang pemimpin.
Anoraga (2001: 22) mengemukakan bahwa pemimpin mempunyai tugas
28
mengendalikan hubungan internal di dalam kelompoknya, karena pada dasarnya
dalam suatu kelompok manusia selalu mengadakan interaksi. Pemimpin
mempunyai tugas untuk menjadi pengamat dan pengendali kelancaran hubungan-
hubungan yang terjadi. Melalui kelancaran dan kebaikan hubungan-hubungan
antar manusia, kecakapan untuk mengadakan komunikasi dan mendidik,
kecakapan sosial, serta kemampuan teknis yang meliputi penganalisass situasi
menjadi tuntutan bagi dirinya sebagai pemimpin.
Di dalam kedudukan sebagai seorang pemimpin, pengaruh keadaan sekitar
tetap tidak dapat dilepaskan sama sekali, baik pengaruh dari dalam, maupun
pengaruh dari luar kelompok atau organisasinya. Atas pengaruh-pengaruh yang
ada, maka dalam pembuatan kebijakan akan terdapat tiga sumber penting.
Sebagaimana yang dikemukakan Anoraga (2001: 23) yaitu : (1) Bersumber dari
pihak yang lebih berkuasa, termasuk di dalamnya aturan-aturan yang berada di
luar kelompoknya akan tetapi tetap memberikan pengaruh terhadap kehidupan
kelompoknya, (2) Bersumber dari pihak bawahan, bagaiman juga bawahan
sebagai pengikut, tetap memegang peran yang tidak kecil dalam menentukan
pencapaian tujuan bersama, (3) Bersumber dari dirinya selaku pemimpin, maka
sebagai seorang pemimpin otonomi dipegangnya untuk menetapkan keputusan
mengenai suatu kebijakan yang akan diambil.
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa melalui wewenang yang
luas, pemimpin mempunyai ruang gerak yang luas pula. Ketajaman pandangan
dan penilaian terhadap diri pemimpin dapat terjadi. Sejauh itu pula kebaikan dan
keburukan yang dilakukan pimpinan menjadi perhatian para pengikut. Terlepas
dari baik dan buruk, tentunya sikap, tindak dan cara dari seseorang pemimpin,
diharapkan dapat dijadikan contoh atau teladan untuk ditiru dan diikuti oleh para
pengikutnya. Tingkat penilaian yang dihasilkan oleh para pengikut, dapat
mencerminkan akan kebaikan atau keburukan kelompok secara keseluruhan. Atas
dasar pandangan-pandangan ini pemimpin selaku tokoh dengan tingkat
wewenang yang tinggi mendapatkan penilaian dari para pengikut melalui
pencerminannya, maka dapat dianggap bahwa seorang pemimpin mencapai
menempati kedudukan sebagai lambang dari kelompoknya. Cap terhadap
kelompok secara menyeluruh, dapat timbul dan terbentuk dari cap yang
diterapkan terhadap pimpinannya secara tersendiri.
Dalam keadaan yang demikian turut memegang peran dalam masalah
kedudukan seorang pemimpin. Kesediaannya menerima kesalahan turut
memegang peran dalam masalah kedudukan sebagai pemimpin. Mengakui
kesalahan tidak berarti pula menurunkan derajat pimpinan, melainkan menaikkan
tingkat derajat seorang pemimpin, daripada mencari alasan-alasan yang tidak
masuk akal hanya untuk menutupi kesalahan yang memang salah.
Anoraga (2001: 24) berpendapat bahwa kecakapan-kecakapan yang
diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin, tidak terlepas pula dari masalah
30
kemungkinan pula untuk dibentuk dalam diri setiap orang, demikian dengan
kecakapan-kecakapan yang diperlukan untuk menjadi pemimpin.
Dengan demikian peran-peran dari seorang pemimpin seperti disebutkan
di atas, dapat dikatakan sebagai suatu bagian terkecil dari tuntutan-tuntutan yang
timbul terhadap dirinya. Peran-peran itupun menuntut pula berbagai masalah yang
menyangkut kecakapan dan kemampuan, serta kepribadian tertentu yang
kompleks sifatnya.
John Kotter, mengatakan bahwa kepemimpinan yang efektif pada tingkat
manajemen senior memerlukan pengetahuan yang luas tentang dunia usaha,
kedekatan dengan bawahan, reputasi yang tak tercela, memiliki pengalaman yang
kuat, integritas yang tinggi, enerjetik dan memiliki kemauan yang keras untuk
memimpin. Pemimpin tipe-tipe ini, juga harus mampu mengantisipasi kondisi
yang akan datang, membangun citra budaya korporat, serta mampu meningkatkan
motivasi dan partisipasi yang optimal. Untuk menjadi pemimpin yang efektif di
masa mendatang diperlukan persyaratan yang lebih komplek.
Untuk menjembatani antara kesuksesan sesaat dan keefektifan jangka
panjang, Seorang pemimpin harus mengembangkan 3 (tiga) kemampuan dalam
bekerja sama dengan sejumlah orang. Kemampuan ini sangat penting bagi
seorang manager di tempat kerja, orang tua di rumah, ataupun guru ketika
mengajar di kelas. Karena itu, jenis keahlian yang diperlukan para pemimpin yang
efektif dalam mempengaruhi perilaku orang lain dan bekerjasama dengan orang
perilaku di masa mendatang; (3) Memimpin, mengubah dan mengendalikan
perilaku.
Dari sini, dapat dilihat bahwa tanpa aktivitas, memimpin, mengubah dan
mengendalikan perilaku bawahan, maka seorang bawahan akan bersikap terus
selamanya seperti di masa lampaunya. Organisasi yang berhasil memiliki sebuah
siri utama yang membedakannya dengan organisasi yang tidak berhasil yaitu
kepemimpinan yang dinamis dan efektif.
Kepemimpinan yang konsisten menunjukkan keteladanan dalam
mempengaruhi orang lain berarti memberikan daya dorong untuk memotivasi
dirinya dalam membangun integritas, yang secara tak langsung mendorong orang
lain untuk memahami secara mendalam prinsip dalam menumbuh kembangkan
integritas yang kita sebut dengan prinsip pertama adalah menumbuh kembangkan
kepercayaan dan keyakinan dalam merubah kesadaran inderawi ke tingkat yang
lebih baik; prinsip kedua adalah memberi saling menghormati dan menghargai
orang lain; prinsip ketiga adalah memiliki kemampuan dalam kedewasaan
rohaniah, sosial, emosional dan intelektual.
Dengan pemahaman itu diharapkan menjadi daya dorong untuk bersikap
dan berperilaku bahwa “dapatkah kepemimpinan anda dan pengikutnya mencapai
keberhasilan untuk tetap memiliki “integritas” dalam usaha-usaha membangun
32
dalam perubahan sikap dan perilaku untuk mengikat diri kita bersama dan
membangkitkan jiwa kepuasaan di dalam diri kita.
8. Pengertian Rush
Menurut Gunarto Suhardi (2003: 51), rush merupakan keadaan dimana
para nasabah melakukan penarikan simpanannya secara tiba-tiba dan bersama-
sama dan hal ini memaksa pihak lembaga keuangan untuk menyediakan uang
tunai untuk penarikan tersebut. Menurut Ralona M (tt: 304), rush merupakan
penarikan tunai secara besar-besaran diluar perkiraan karena menurunnya
kepercayaan nasabah penyimpan dana karena kekhawatiran bank akan ditutup.
Rush merupakan keadaan dimana nasabah secara ramai-ramai (serentak) meminta
kembali uangnya, karena bank kehilangan kepercayaan dari nasabah (Gilarso,
2004: 261).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rush adalah
penarikan besar-besaran oleh masyarakat dari setiap tabungan dan deposito dan
jenis lainnya yang mereka miliki karena ketidak percayaan mereka kepada
lembaga keuangan tersebut. Selain itu kepuasan nasabah pun berkurang, bahkan
masyarakat tidak mau lagi mempercayakan uangnya di lembaga keuangan
tersebut.
Rush dapat timbul sebagai akibat dari suatu risiko, sebagai sebuah
metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap,
menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang
berlangsung pada setiap aktivitas atau proses (Idroes, 2008: 5).
Risiko adalah kemungkinan kejadian hasil yang menyimpang dari harapan
yang bersifat merugikan (M. Sulhan dan Ely Siawanto, 2008: 105). Risiko
muncul akibat adanya ketidakpastian hasil yang dicapai dari suatu usaha.
Ketidakpastian ini meliputi ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty), yaitu
ketidakpastian yang diakibatkan oleh perubahan pasar, selera konsumen,
kebijakan ekonomi pemerintah yang mengakibatkan terjadinya potensi kerugian.
Ketidakpastian alam (uncertainty of nature), yaitu ketidakpastian yang
diakibatkan oleh perubahan kondisi alam seperti gempa bumi, musim yang tidak
menentu yang dapat menyebabkan kerugian. Dan ketidakpastian manusia, yaitu
ketidakpastian akibat perbedaan karakter, keteledoran dan sifat-sifat lain manusia
yang meningkatkan potensi terjadinya kerugian (Sulhan dan Siawanto, 2008:
107).
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011 tentang
Penerapan Manajemen Risiko untuk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah, terdapat 10 macam jenis risiko yaitu:
a. Risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam
34
b. Risiko pasar
Risiko pasar ialah risiko kerugian pada posisi neraca serta pencatatan tagihan
dan kewajiban di luar neraca (on-and off-balance sheet) yang timbul dari
pergerakan harga pasar (market prices), antara lain risiko berupa perubahan
nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
c. Risiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset
likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa menggangu aktivitas
dan kondisi keuangan bank. Risiko likuiditas muncul manakala bank
mengalami ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow)
dengan segera, dan dengan biaya yang sesuai.
d. Risiko operasional
Risiko operasional ialah risiko kerugian atau ketidakcukupan dari proses
internal, sumber daya manusia, dan sistem yang gagal atau dari peristiwa
eksternal. Risiko operasional berkaitan dengan kesalahan manusiawi (human
error), kegagalan sistem, dan ketidakcukupan prosedur dan kontrol.
e. Risiko hukum
Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek
f. Risiko strategik
Resiko strategik adalah risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka
panjang yang dibuat oleh senior manajemen bank. Risiko ini dapat juga
dikaitkan dengan implementasi dari strategi-strategi mereka.
g. Risiko reputasional
Risiko reputasional adalah risiko kerusakan potensial pada suatu perusahaan
yang dihasilkan dari opini publik yang negatif.
h. Risiko kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku
serta prinsip syariah.
i. Risiko imbal hasil (rate of return risk)
Risiko imbal hasil adalah akibat perubahan tingkat imbal hasil yang
dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil
yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat memperngaruhi prilaku
nasabah dana pihak ketiga bank.
j. Risiko investasi (equity investment risk)
Risiko investasi adalah risiko akibat ikut menanggung kerugian usaha nasabah
BAB III
LANDASAN OBYEK
A. Gambaran Umum BMT MITRA USAHA SRUWEN
1. Sejarah Berdirinya BMT MITRA USAHA SRUWEN
BMT Mitra Usaha Sruwen berdiri pada hari senin tanggal 20 November
2006. Pada jam 10.00-13.00 WIB di Jl. Bima Raya No. 68 RT 02/ RW 01 desa
Klepu, Kec Pringapus, Kab. Semarang telah diadakan rapat pendirian koperasi
Serba Usaha “Mitra Usaha” yang berkedudukan dan berkantor di Jl Bima Raya
No 68 RT02/RW01 desa Klepu, Kec. Pringapus, Kab. Semarang. Sedangkan
susunan pengurus dimuat dalam berita acara rapat tanggal 20 November 2006
bermaterai cukup. Rapat tersebut dihadiri oleh 22 orang yang merupakan pendiri
koperasi Serba usaha “Mitra Usaha”. Selanjutnya para penghadap bertindak
berdasarkan kuasa tersebut menyatakan bahwa rapat anggota pendirian koperasi
telah memutuskan antara lain: menyetujui susunan pengurus koperasi dan
menyetujui isi anggaran dasar.
BMT Mitra Usaha adalah unit otonomi dari Koperasi Serba Usaha “Mitra
Usaha” yang disingkat dengan Koperasi Mitra Usaha yang mempunyai nomor
badan hukum 353/BH/KDK.11.1/188.4/XII/06. Kegiatan operasional BMT Mitra
Usaha berada di Jl. Raya Sruwen No.24 Sruwen, Tengaran, Kab. Semarang.
Tujuan dari koperasi ataupun BMT ini berdiri adalah untuk menggiatkan
ekonomi umat sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial
ekonomi terutama muslimin dengan sasaran utama para pengusaha kecil dan para
pedagang serta masyarakat umum. Adapun target yang ingin dicapai adalah
terbentuknya pusat ekonomi umat melalui kegiatan usaha produktif - sosial-
prospektif guna menggairahkan dinamika usaha dalam mencapai kesejahteraan
hidup umat.
Saat ini BMT Mitra Usaha Sruwen telah menjalin kerja sama dengan LKD
(lembaga keuangan desa) Klepu, BMT Sumber Usaha Tuntang, dan BMT Amal
Mulia Suruh. Kerjasama yang dijalin ialah dalam bentuk permodalan atau
pinjaman modal.
2. Visi dan Misi
Visi dari BMT Mitra Usaha Sruwen adalah menjadi BMT yang amanah,
professional dan mandiri.
Sedangkan misi dari BMT Mitra Usaha Sruwen adalah:
a. Memperluas syi’ar ekonomi Islam di wilayah Tengaran, terutama diSruwen
dan sekitarnya.
b. Berpartisipasi membangun perekonomian berskala mikro di wilayah Sruwen
dan sekitarnya.
c. Lembaga intermediasi syari’ah bagi kaum muslim dan pengusaha untuk bisa
38
3. Tujuan BMT MITRA USAHA SRUWEN
a) Mengenalkan kepada masyarakat sekitar Sruwen tentang keberadaan lembaga
keuangan yang dikelola dengan sistem syari’ah untuk menghindari perputaran
dana dari unsur riba.
b) Melayani kebutuhan dana masyarakat dan memberikan jasa simpan pinjam di
daerah Sruwen dengan sistem yang sesuai dengan syari’ah islam.
c) Ikut mengembangkan usaha ekonomi produktif pada pengusaha kecil / mikro
dengan modal pembiayaan di daerah Sruwen.
4. Identitas BMT MITRA USAHA SRUWEN
Kantor Pusat Baitul Maal wat Tamwil ( BMT) Mitra Usaha terletak di Jl.
Raya Sruwen No. 24 Kab. Semarang, telp. 081575027879.
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang dimiliki oleh BMT Mitra Usaha Sruwen pada
tahun 2015 ialah sebagai berikut:
Pengurus
Ketua : Drs. H. Nur Budi Harso
Sekretaris : Andi Setiawan
Bendahara : Nanik Atiani A.md
Pengelola
Teller : Trias Ani Purnomowati, ST
Marketing : M. Subhan
Jakfar Ma’ruf
B. Produk-Produk BMT Mitra Usaha Sruwen
Sebagai lembaga keuangan yang berbadan hukum koperasi Serba Usaha, pada
tahun keempat koperasi BMT Mitra Usaha mulai berupaya untuk mengembangkan
unit usaha yaitu simpan pinjam syariah dan jasa koperasi BMT Mitra Usaha sebagai
unit usaha yang beroperasi diwilayah kecamatan Tengaran. BMT Mitra Usaha
Sruwen memiliki beberapa produk yaitu sebagai berikut:
1. Produk Penghimpunan
Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan simpanan sirela dan sisuka yang
ada di BMT Mitra Usaha menggunakan akad mudharabah.
a) SISUKA (Simpanan Sukarela Berjangka)
Kharakteristik :
Simpanan suka rela berjangka (si Suka) adalah simpanan berjangka
(deposito) yang dikelola dengan pola bagi hasil yang kompetitif dengan
jangka waktu 3, 6 dan 12 bulan. Pembukaan rekening Sisuka dengan setoran
40
SISUKA merupakan simpanan sukarela dari pihak ketiga yang dalam
penarikan dan penyetorannya dapat dilakukan setiap saat atau sewaktu-waktu
selama jam kas kantor. Bagi hasil keuntungan dihitung atas dasar saldo rata-
rata harian dan diberikan setiap bulannya langsung menambah saldo rekening
tabungan SIRELA.
Keuntungan :
1. BMT memberikan bagi hasil yang menguntungkan atas pendapatan usaha
dengan nisbah bagi hasil sebagai berikut:
Tabel 3.1 Nisbah bagi hasil
Jangka waktu Nisbah
3 bulan 40:60
6 bulan 45:55
12 bulan 50:50
Sumber: Brosur BMT Mitra Usaha Sruwen
2. Bagi hasil keuntungan diberikan kepada nasabah setiap bulannya dan
dapat diambil setiap bulannya oleh para nasabah.
3. Bagi hasil keuntungan ini juga dapat ditransfer ke rekening lain.
4. Nasabah tidak menanggung kerugian operasional yang terjadi.
5. Jenis tabungan ini dapat digunakan sebagi jaminan pembiayaan pada
Kendala yang dihadapi untuk simpanan ini:
1. Kurangnya sosialisasi ke nasabah
2. Kebanyakan nasabah memilih simpanan sukarela lancar (SIRELA)
3. Setoran yang terlalu besar untuk nasabah pengusaha mikro
4. Uang nasabah yang tidak mengendap lama, karena banyak kebutuhan
setiap harinya dari nasabah.
Syarat :
1. Perorangan : KTP nasabah
2. Lembaga : KTP pengurus
3. Setoran awal minimum Rp 1.000.000
b) SIRELA (Simpanan Sukarela Lancar)
Karakteristik:
Simpanan sukarela lancar (si Rela) adalah simpanan pihak ketiga yang
setoran dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu selama jam kas
kantor. setoran awal simpanan sukarela lancar untuk adalah Rp. 10.000,- dan
setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,-. Saldo minimal pada jenis tabungan
ini adalah sebesar Rp. 5.000,-. Jika anggota ingin menutup rekening ini, maka
42
Keuntungan:
Bagi hasil keuntungan dihitung atas dasar saldo rata-rata harian
nasabah dengan kadar keuntungan sebesar 35:65. Bagi hasil yang diberikan
BMT Mitra Usaha pada nasabah akan diberikan tiap bulannya terhitung dari
berapa lama pengendapan dana tabungan di BMT Mitra Usaha.
Manfaat :
1. Perasaan nyaman karena dikelola dengan system syariah islam.
2. Berperan serta dalam pengembangan ekonomi umat, karena jaminan
pengalokasian dana dalam bentuk pembiayaan kepada pengusaha mikro
muslim.
3. Dapat digunakan sebagai kas pribadi atau lembaga
c) SISUQUR (Simpanan Sukarela Qurban)
Karakteristik :
SISUQUR adalah simpanan sukarela yang dikhususkan untuk
persiapan niat suci berqurban berupa pembelian hewan qurban dan dapat
diambil pada waktu Idul Qurban.
Manfaat :
1. Merupakan jenis tabungan yang memberikan sarana dalam
2. Dana yang terkumpul dapat dimanfaatkan untuk permodalan usaha kecil
atau mikro selama menunggu waktu qurban.
3. Agar niat berqurban dapat terlaksana maka penarikan hanya dapat
dilakukan saat anda benar-benar hendak berqurban yaitu pada tanggal 4
dzulhijjah tiap tahunnya.
Syarat :
1. Perorangan
2. Mengisi formulir permohonan pembukaan rekening tabungan
3. Fotocopy kartu identitas diri
4. Setoran awal Rp 15.000,-
5. Setoran selanjutnya Rp 10.000,-
Keuntungan :
1. Penyetoran dapat dilakukan setiap jam kerja.
2. BMT Mitra Usaha akan memberikan laporan akhir tahun per 4 dzulhijjah
atas nominal saldo simpanan dengan tambahan keterangan harga hewan
yang dapat dibeli.
3. Saldo sisa atas nominal harga hewan qurban pada saat jatuh tempo secara
otomatis akan dimasukkan sebagai saldo awal untuk SISUQUR tahun
44
4. Selain itu BMT Mitra Usaha juga memberikan pelayanan pembelian
hewan qurban.
Kendala yang dihadapi oleh BMT Mitra Usaha :
1. Kurangnya minat dari nasabah
2. Nasabah banyak yang memilih simpanan SIRELA dan SISUKA
3. Pengelola kurang sosialisasi pada nasabah
4. Lingkungan yang kurang mendukung
2. Produk Pembiayaan
Pembiayaan yang dapat dilakukan oleh nasabah BMT Mitra Usaha pada
dasarnya berlandaskan konsep syariah akad jual beli dan akad kerjasama yaitu :
a) Mudharabah
Merupakan jenis pembiayaan yang dilakukan untuk membiayai
seluruh modal yang diperlukan nasabah. Dan atas keuntungan yang diperoleh
nasabah telah disepakati pembagiannya antara nasabah dengan pihak BMT
Mitra Usaha. Modal yang dimanfaatkan ini dikembalikan sesuai dengan
jangka waktu yang disepakati.
Pembiayaan ini berjalan tapi tidak dimaksimalkan oleh BMT Mitra
Usaha karena pembiayaan ini mengandalkan kepercayaan. Hal ini
menyulitkan BMT Mitra Usaha dalam mengelola pembiayaan ini, sebab
banyak kelemahan yang memberatkan BMT Mitra Usaha dalam pendanaan.