• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMIMPIN DI BMT MITRA USAHA SRUWEN DALAM UPAYA MEMBANGUN KEMBALI KEPERCAYAAN MASYARAKAT PASCA RUSH TAHUN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI PEMIMPIN DI BMT MITRA USAHA SRUWEN DALAM UPAYA MEMBANGUN KEMBALI KEPERCAYAAN MASYARAKAT PASCA RUSH TAHUN 2010"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMIMPIN DI BMT MITRA USAHA SRUWEN

DALAM UPAYA MEMBANGUN KEMBALI KEPERCAYAAN

MASYARAKAT PASCA

RUSH

TAHUN 2010

TUGAS AKHIR

DISUSUN OLEH:

GALUH ANINDITIYAH

NIM : 201 12 011

JURUSAN D III PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

TUGAS AKHIR

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.,Sy)

DISUSUN OLEH:

GALUH ANINDITIYAH

NIM : 201 12 011

JURUSAN D III PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

(3)
(4)
(5)
(6)

"

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah." (Lessing)

Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan sekarang daripada rasa pahitnya

kebodohan kelak

Hidup tidak menghadiahkan barang sesuatupun kepada manusia tanpa bekerja

keras

(7)

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk:

1. Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga

membuat saya bisa bertahan sampai saat ini.

2. Ayah dan Ibu saya (Baryono dan Sujarwati) terima kasih atas kasih sayang,

dorongan dan do’a yang ayah dan ibu berikan kepada saya selama ini.

3. Ke-2 kakak saya (Anton Setiawan dan Vera Khristianti) yang selalu

menyemangati dan memberikan do’a kepada saya.

4. Sahabat-sahabat saya terutama Ely Ismawanti dan Umi Fathikhotussolekhah

yang selalu menemani, membantu, mendukung serta menyemangati saya.

5. Teman-teman DIII Perbankan Syariah angkatan 2012 yang selalu memberikan

semangat dan dukungan.

6. Teman-teman KOPMA FATAWA yang selalu memberikan dukungan.

7. Almamater saya, IAIN Salatiga.

(8)

Aninditiyah, Galuh. 2015. Strategi Pemimpin Di BMT Mitra Usaha Sruwen Dalam Upaya Membangun Kembali Kepercayaan Masyarakat Pasca

Rush Tahun 2010. Tugas Akhir. Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam. Jurusan DIII Perbankan Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : H. Abdul Aziz N.P.,S.Ag.,M.M.

Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui gambaran rush tahun 2010 yang terjadi di BMT Mitra Usaha Sruwen (2) Untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam membangun kembali kepercayaan masyarakat pasca rush tahun 2010 di BMT Mitra Usaha Sruwen (3) Untuk mengetahui kondisi BMT Mitra Usaha Sruwen sebelum dan sesudah terjadinya rush.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Metode pengumpulan data yaitu melalui wawancara kepada manager serta karyawan BMT Mitra Usaha Sruwen, observasi, studi dokumentasi serta studi pustaka.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Rush yang terjadi di BMT Mitra Usaha Sruwen terjadi karena adanya marketing yang bermasalah, hal ini membuat para anggota mengambil seluruh uang tabungannya dan bahkan menutup rekeningnya. (2) Upaya membangun kembali kepercayaan masyarakat pasca rush

tahun 2010 yang dilakukan oleh manajer BMT Mitra Usaha Sruwen ialah dengan mendatangi secara langsung anggota yang bersangkutan dan menjelaskan bahwa kesalahan tersebut dibuat oleh salah satu karyawan dan bukan lembaga yang melakukan kesalahan. (3) Dengan adanya rush tahun 2010 menyebabkan penurunan jumlah anggota sebesar 67% khususnya di wilayah marketing yang bermasalah. Terjadinya rush tidak terlalu berdampak pada kondisi keuangan BMT, karena uang yang digunakan oleh marketing yang bermasalah semuanya sudah diganti.

Kata Kunci : Strategi Pemimpin, Rush, BMT Mitra Usaha Sruwen.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

Strategi Pemimpin Di BMT Mitra Usaha Sruwen Dalam Upaya Membangun

Kembali Kepercayaan Masyarakat Pasca Rush Tahun 2010” ini dengan baik.

Tugas Akhir ini disusun dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat

kelulusan jurusan DIII Perbankan Syari’ah (PS), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

(FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini banyak pihak yang telah membantu dan

memberikan bimbingan, maka selayaknya peneliti mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr Anton Bawono, SE,. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam IAIN Salatiga.

3. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.Si selaku Ketua Jurusan DIII

Perbankan Syariah (PS) IAIN Salatiga.

4. Bapak H. Abdul Aziz N.P., S.Ag., M.M selaku pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir

ini.

(10)

seluruh karyawan yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam

melakukan kegiatan penulisan Tugas Akhir.

6. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan, serta motivasi

sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

7. Teman-teman DIII Perbankan Syari’ah (PS) Angkatan Tahun 2012.

8. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

Dalam penelitian Tugas Akhir ini peneliti sadar bahwa tidak ada sesuatu

apapun yang sempurna kecuali Allah SWT. Oleh karena itu, dengan senang hati

peneliti menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga Tugas Akhir

ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya.

Salatiga, 01 September 2015

Peneliti

Galuh Aninditiyah NIM. 20112011

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

4. Pengertian Kepemimpinan ... 18

(12)

7. Strategi Pemimpin yang Efektif ... 26

8. Pengertian Rush ... 32

BAB III LANDASAN OBYEK A. Gambaran Umum BMT Mitra Usaha Sruwen 1. Sejarah Berdirinya BMT Mitra Usaha Sruwen ... 36

2. Visi dan Misi ... 37

3. Tujuan BMT Mitra Usaha Sruwen... 38

4. Identitas BMT Mitra Usaha Sruwen ... 38

5. Struktur Organisasi ... 38

B. Produk-Produk BMT Mitra Usaha Sruwen 1. Produk Penghimpunan ... 39

2. Produk Pembiayaan... 44

C. Penjabaran Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian 1. Pengurus ... 48

2. Manajer ... 50

3. Teller/Kassir ... 53

4. Marketing ... 55

BAB IV ANALISIS A. Gambaran Umum Rush pada Tahun 2010 di BMT Mitra Usaha Sruwen 1. Awal Mula Terjadinya Rush di BMT Mitra Usaha Sruwen ... 59

2. Penyelesaian Masalah Rush di BMT Mitra Usaha Sruwen ... 62

3. Cara Pihak Lembaga dalam mengantisipasi karyawan yang bermasalah ... 63

B. Strategi Pemimpin dalam Membangun Kembali Kepercayaan Masyarakat Pasca Rush di BMT Mitra Usaha Sruwen 1. Strategi Pemimpin untuk Membangun Kembali Kepercayaan Masyarakat .... 64

(13)

2. Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan di BMT Mitra Usaha Sruwen ... 66

C. Kondisi BMT Mitra Usaha Sruwen Sebelum dan Sesudah Terjadinya Rush ... 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran... 74

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

(14)

Tabel 3.1 Nisbah Bagi Hasil ... 40

Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Anggota BMT Mitra Usaha Sruwen Tahun 2008-

2015 ... 69

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Wawancara.

Lampiran 2 : Gambar BMT Mitra Usaha Sruwen dari Depan.

Lampiran 3 : Brosur BMT Mitra Usaha Sruwen.

Lampiran 4 : Slip Pencairan Debit.

Lampiran 5 : Slip Setoran, Slip Angsuran, dan Slip Pengambilan.

(16)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbankan syariah merupakan suatu solusi bagi masyarakat yang tidak ingin

melakukan kegiatan perbankan dengan unsur ribawi. Di Indonesia pun sudah banyak

bank yang berprinsip syariah. Dengan banyaknya bank syariah tersebut membuat

banyak peluang sehingga banyak perguruan tinggi yang membuat program studi atau

jurusan perbankan syariah. Memang tidak dipungkiri bahwa berkualitasnya suatu

bank tidak hanya dilihat dari produknya saja, akan tetapi juga dilihat dari segi

pelayanan dan kinerja SDMnya.

Untuk menunjang keberhasilan fungsi manajemen dalam organisasi

perusahaan atau lembaga, tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat

melaksanakan tugas atau fungsi manajemen. Karena merekalah yang memiliki daya

kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan manusia lainnya untuk bekerja

mencapai tujuan perusahaan. Peranan pimpinan dalam setiap organisasi atau

perusahaan sekecil apapun tingkat kepemimpinannya, sangatlah dominan dalam

mengembangkan dan meningkatkan produktivitas organisasi atau perusahaan

tersebut.

Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam

memimpin para bawahannya, perilaku para pemimpin itu disebut dengan gaya

(17)

2

kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara pemimpin untuk

mempengaruhi bawahannya yang dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku atau

kepribadian. Seorang pemimpin merupakan seseorang yang memiliki suatu program

dan yang berperilaku secara bersama-sama dengan anggota-anggota kelompok

dengan mempergunakan cara atau gaya tertentu, sehingga kepemimpinan mempunyai

peranan sebagai kekuatan dinamik yang mendorong, memotivasi dan

mengkoordinasikan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(Wibowo, 2010: 9).

Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan

adalah sesuatu yang diharapkan organisasi untuk dicapai. Tujuan organisasi dapat

berupa perbaikan pelayanan pelanggan, pemenuhan permintaan pasar, peningkatan

kualitas produk atau jasa, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan kinerja

organisasi. Setiap organisasi, tim, atau individu dapat menentukan tujuannya sendiri

(Wibowo, 2010: 9).

Pencapaian tujuan organisasi menunjukkan hasil kerja atau prestasi kerja

organisasi dan menunjukkan sebagai kinerja atau performa organisasi. Hasil kerja

organisasi diperoleh dari serangkaian aktivitas yang dijalankan organisasi. Aktivitas

organisasi dapat berupa pengelolaan sumber daya organisasi maupun proses

pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk

menjamin agar aktivitas tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan

(18)

Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan

baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan

penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul

tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha

tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga

pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah

(Sudarsono, 2003: 84).

BMT merupakan suatu lembaga keuangan mikro non-bank yang berbasis

koperasi. Seperti halnya lembaga keuangan lainnya, di BMT juga ada banyak risiko

yang harus dihadapi. Salah satunya ialah rush, rush adalah penarikan besar-besaran

oleh masyarakat dari setiap tabungan dan deposito dan jenis lainnya yang mereka

miliki karena ketidak percayaan mereka kepada lembaga keuangan tersebut (Suhardi,

2003: 51). Salah satu BMT yang sempat terkena masalah rush ialah BMT Mitra

Usaha Sruwen. Rush ini melanda BMT Mitra Usaha Sruwen pada tahun 2010. Pada

saat itu terdapat sebagian anggota mengambil semua uangnya dan ada yang tidak

menabung lagi di BMT tersebut. Hal inilah yang membuat BMT Mitra Usaha Sruwen

kehilangan kepercayaan dari sebagian anggotanya, dan ini membuat berkurangnya

kepuasan para anggota.

Melihat banyaknya resiko dan masalah yang mungkin terjadi pada suatu

lembaga keuangan maka peran pemimpin sangatlah penting dalam penyelesaian atau

(19)

4

seorang pemimpin haruslah tepat agar tujuan dari suatu lembaga keuangan dapat

tercapai secara maksimal. Maka dari itu penulis akan membuat Tugas Akhir dengan

judul “Strategi Pemimpin di BMT Mitra Usaha Sruwen dalam Upaya Membangun

Kembali Kepercayaan Masyarakat Pasca Rush Tahun 2010

B. Rumusan Masalah

Melihat pentingnya seorang pemimpin dalam suatu organisasi, maka

diperlukanlah seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang tepat untuk

mencapai tujuan dari BMT Mitra Usaha Sruwen. Maka penulis merumuskan

beberapa rumusan masalah yang akan dibahas di tugas akhir ini yaitu:

1. Bagaimana gambaran rush tahun 2010 di BMT Mitra Usaha Sruwen?

2. Bagaimana strategi pemimpin dalam membangun kembali kepercayaan

masyarakat pasca rush di BMT Mitra Usaha Sruwen?

3. Bagaimana kondisi BMT Mitra Usaha Sruwen sebelum dan sesudah terjadinya

rush?

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

(20)

b. Untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam

membangun kembali kepercayaan masyarakat pasca rush di BMT Mitra

Usaha Sruwen.

c. Untuk mengetahui kondisi BMT Mitra Usaha Sruwen sebelum dan sesudah

terjadinya rush.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Penulis

1) Untuk memenuhi salah satu syarat dalam pendidikan pada program

diploma III Perbankan Syari’ah.

2) Memberikan pengetahuan dan informasi dari dunia praktis yang sangat

berguna untuk disinkronkan dengan pengetahuan teori yang didapat di

bangku kuliah.

3) Sebagai sarana untuk dapat berfikir secara sistematis agar mampu

mengidentifikasikan, menganalisis, merumuskan masalah, dan mencari

alternative pemecahan suatu masalah.

4) Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis sebagai bekal

apabila sudah terjun langsung dalam dunia pekerjaan.

b. Bagi Civitas Akademik IAIN Salatiga

1) Memperkenalkan IAIN Salatiga kepada masyarakat luar khususnya

Jurusan DIII Perbankan Syari’ah.

2) Menambah referensi untuk IAIN Salatiga khususnya bagi mahasiswa yang

(21)

6

c. Bagi BMT Mitra Usaha Sruwen

Sebagai masukan yang dapat dipertimbangkan dalam sistem operasional di

BMT Mitra Usaha Sruwen.

D. Penegasan Istilah

Kotler (2004: 31) mengemukakan bahwa strategi adalah penempatan misi

suatu organisasi, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal

dan internal, perumusan kebijakan dan teknik tertentu untuk mencapai sasaran dan

memastikan implementasinya secara tepat sehingga tujuan dan sasaran utama dari

organisasi akan tercapai.

Pemimpin adalah orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang

memastikan motivasi, disiplin dan produktivitas jika bekerjasama dengan orang,

tugas dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan (Umar 2000: 77).

Menurut Paul Hersay dan Ken Blanchard dalam Wijaya (2008: 18), gaya

kepemimpinan adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mempengaruhi orang

lain untuk ikut dalam tujuan bersama. Gaya kepemimpinan tersebut meliputi proses

mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi, perilaku pegawai

untuk mencapai tujuan dan mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan

budayanya.

Rush merupakan keadaan dimana para nasabah melakukan penarikan

(22)

keuangan untuk menyediakan uang tunai untuk penarikan tersebut (Suhardi, 2003:

51).

Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan

baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan

penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul

tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial (Sudarsono,

2003: 84).

E. Metode Penelitian

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis menggunakan beberapa metode

yaitu sebagi berikut :

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu dengan

memperoleh data berupa keterangan-keterangan atau informasi secara tertulis,

yang diberikan oleh BMT Mitra Usaha Sruwen.

2. Lokasi dan waktu penelitian

a) Lokasi

Tempat penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah di Kantor Pusat Baitul

Maal wat Tamwil ( BMT) Mitra Usaha yang terletak di Jl. Raya Sruwen No.

(23)

8

b) Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari hari senin tanggal 26 Januari dan berakhir pada

hari Rabu tanggal 25 Februari 2015.

3. Kebutuhan dan Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan mengadakan pengamatan serta

wawancara langsung dengan pimpinan dan para karyawan yang ada

relevansinya dengan objek penulisan.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan

dokumen-dokumen serta literatur-literatur yang erat hubungannya dengan

penulisan ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data meliputi:

a. Observasi

Observasi merupakan cara memperoleh data dengan mengamati

(perilaku-perilaku dari) subyek penelitian dan jawabannya untuk dianalisis.

Metode dalam observasi bisa dalam bentuk terstruktur dan tidak terstruktur.

Dalam observasi bentuk terstruktur, peneliti merinci secara detail sesuai

dengan yang akan diamati dan bagaimana pengukuran dapat direkam. Dalam

(24)

fenomena yang berkaitan atau relevan dengan masalah yang sedang ditangani

(Wijaya, 2013: 23).

Observasi dilakukan oleh peneliti selama satu bulan, yaitu pada

tanggal 26 Januari dan berakhir pada tanggal 25 Februari 2015 di BMT Mitra

Usaha Sruwen. Observasi dilakukan untuk mengetahui gaya kepemimpinan

yang digunakan oleh manager BMT Mitra Usaha Sruwen.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan salah satu pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden untuk memperoleh

informasi verbal dari responden. Metode wawancara membutuhkan

kemampuan atau pendekatan personal yang kreatif dalam mengembangkan

bahan wawancara dan mampu mendorong informan bercerita bebas dan

terbuka (Wijaya, 2013: 21).

Wawancara dilaksanakan berdasarkan pedoman wawancara yang

disusun oleh peneliti, mengenai kajian teori tentang gambaran rush, gaya

kepemimpinan, strategi penanganan rush, keadaan BMT sebelum dan pasca

rush. Wawancara dilakukan oleh peneliti pada tanggal 6-7 Juli 2015 di kantor

BMT Mitra Usaha Sruwen. Wawancara dilakukan dengan Fahrudin selaku

manager BMT Mitra Usaha Sruwen, Tyas selaku teller, dan dengan Subhan

(25)

10

c. Dokumentasi atau Kepustakaan

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang (Sugiyono, 2012: 240).

4. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode

analisis deskriptif kualitatif yaitu menganalisis, menggambarkan, dan meringkas

berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil

wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi

dilapangan (Winartha, 2006: 155).

Data yang diperoleh kemudian akan disusun secara sistematis sehingga

akan diperoleh gambaran yang komprehensif, dan untuk selanjutnya dianalisis

secara kualitatif yaitu dengan memperhatikan data-data yang ada dalam praktik

kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari kepustakaan. Hasil dari

analisis inilah yang akan menjadi jawaban dari permasalahan yang diajukan.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan beberapa sistematika

penulisan pada bab pertama yang berisikan pendahuluan, dalam bab ini akan

diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan,

penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Kemudian pada bab kedua penulis akan membahas tentang landasan teori,

(26)

teoritik berisikan pengertian BMT, pengertian strategi, pengertian pemimpin,

pengertian kepemimpinan, pengertian gaya kepemimpinan, jenis-jenis gaya

kepemimpinan, strategi pemimpin yang efektif, pengertian rush.

Pada bab ketiga berisikan landasan obyek, dalam bab ini akan diuraikan

tentang gambaran umum BMT Mitra Usaha Sruwen, yang berisikan sejarah

berdirinya BMT Mitra Usaha Sruwen, Visi dan Misi, Tujuan BMT Mitra Usaha

Sruwen, Identitas, struktur organisasi. Kemudian akan membahas tentang produk-

produk BMT Mitra Usaha Sruwen, yang berisikan produk penghimpunan dan produk

pembiayaan. Selanjutnya akan diuraikan tentang penjabaran tugas dan wewenang

masing-masing bagian, yang berisikan pengurus, manager, teller/kasir, dan

marketing.

Selanjutnya pada bab keempat berisikan analisis data, dalam bab ini akan

diuraikan tentang analisis terhadap permasalahan yang dibahas.

Pada bab kelima berisikan penutup yang membahas tentang kesimpulan dan

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Terkait dengan judul tugas akhir yang akan dibuat oleh penulis, terdapat

beberapa telaah pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya, supaya dapat

dijadikan pembeda untuk penelitian ini.

Alfath Andini pada tahun 2014 dalam skripsinya tentang “Pengaruh

Kepemimpinan, Lingkungan Kerja, dan Etika Kerja Islami Terhadap Kinerja

Karyawan BMT Tumang Tahun 2014” mengatakan bahwa kepemimpinan,

lingkungan kerja, dan etika kerja memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap

kinerja karyawan, dimana faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja

karyawan adalah kepemimpinan.

Hanantya Aryana Win Darmawan pada tahun 2014 dalam skripsinya tentang

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja Karyawan Divisi

Marketing Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) di Kota Salatiga dan Kabupaten

Semarang” mengatakan bahwa gaya kepemimpinan (otokratik, partisipatif, free rein)

secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja karyawan

divisi marketing BMT di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang. Sedangkan gaya

kepemimpinan yang paling dominan mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah

gaya kepemimpinan partisipatif.

(28)

Ahmad Baihaqi pada tahun 2014 dalam skripsinya tentang “Pengaruh

Kepemimpinan, Motivasi, dan Religiusitas Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

pada PT. UNZA VITALIZ Salatiga”mengatakan bahwa kepemimpinan, motivasi, dan

religiusitas bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan secara

positif dan signifikan, variabel yang paling dominan memperngaruhi kepuasan kerja

adalah motivasi kerja karyawan.

Sumber Daya Manusia merupakan faktor produksi yang tidak dapat diabaikan

dan merupakan aset utama suatu organisasi. SDM berperan sebagi perencana dan

pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Bahkan SDM menempati posisi yang

amat strategis dalam mewujudkan tersedianya barang atau jasa, dalam mendukung

tercapainya tujuan organisasi atau perusahaan.

Oleh karena itu, Sumber Daya Manusia perlu dikelola dan dikembangkan

secara terus menerus agar diperoleh Sumber Daya Manusia yang bermutu dalam arti

yang sebenarnya, yaitu pekerjaan yang dilaksanakannya akan menghasilkan sesuatu

yang memang dikehendaki. Bermutu bukan hanya berarti pandai saja tetapi

memenuhi semua syarat kualitas yang dituntut pekerjaan itu sehingga pekerjaan itu

benar – benar dapat diselesaikan sesuai rencana (Sedarmayanti, 2001 : 17).

Kepemimpinan tentu saja sangat penting bagi jalannya organisasi. Jika

sebuah organisasi berjalan tanpa adanya unsur kepemimpinan yang baik, maka setiap

(29)

14

cepat dan efisien. Hal ini mengakibatkan tujuan dari organisasi tersebut terhambat

dan kepuasan dari tercapainya tujuan tersebut rendah. Seorang pemimpin harus

memiliki keahlian dan kemampuan sosial agar menjadi seorang pemimpin yang baik

dan bertanggung jawab. Seorang pemimpin harus benar – benar dapat melaksanakan

tanggung jawabnya, melakukan kontrol dan pengendalian agar tujuan didalam

organisasi tersebut dapat tercapai.

Dengan beberapa penjelasan mengenai beberapa penelitian yang terdahulu,

bahwa penelitian tentang “Strategi Pemimpin di BMT Mitra Usaha Sruwen dalam

Upaya Membangun Kembali Kepercayaan Masyarakat Pasca Rush Tahun 2010”

belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

B. Kerangka Teoritik

1. Pengertian BMT

BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wa Tamwil atau baitul maal

wa baitul tanwil. Secara harfiah baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil

berarti rumah usaha. Baitu Maal dikembangkan berdasarkan sejarah

perkembangannya, yakni dari masa nabi sampai abad pertengahan perkembangan

Islam, dimana baitul maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus

mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan baitul tanwil merupakan lembaga bisnis

yang bermotif laba (Ridwan,2004:126).

Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada

sektor keuangan, yakni simpan-pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan yakni

(30)

kepada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Namun demikian,

terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil

maupun sektor keuangan lain dilarang dilakukan oleh lembaga keuangan bank.

Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan.

2. Pengertian Strategi

Strategi adalah hal menetapkan arah kepada “manajemen” dalam arti

orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana

mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk

membantu memenangkan persaingan di dalam pasar (Dirgantoro, 2007: 5).

Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Husein Umar (2008:

31), strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan

suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Menurut

Hamel dan Prahalad dalam Husein Umar (2008: 31), startegi merupakan tindakan

yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta

dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para

pelanggan di masa depan.

Cravens (2001: 6) strategi adalah rencana yang disatukan dan terintegrasi,

menghubungkan keunggulan strategi organisasi dan dicapai melalui pelaksanaan

yang tepat oleh organisasi. Strategi dimulai dengan konsep menggunakan sumber

(31)

16

Kotler (2004: 31) mengemukakan bahwa strategi adalah penempatan misi

suatu organisasi, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan

eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan teknik tertentu untuk mencapai

sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat sehingga tujuan dan

sasaran utama dari organisasi akan tercapai.

Aliminsyah dan Pandji (2004: 81) mengartikan bahwa strategi adalah

wujud rencana yang terarah untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dalam hal

ini strategi dalam setiap organisasi merupakan suatu rencana keseluruhan untuk

mencapai tujuan. Jadi organisasi tidak hanya memilih kombinasi yang terbaik,

tetapi juga harus mengkoordinir berbagai macam elemen untuk melaksanakan

kegiatannya secara efisien dan efektif.

Dengan demikian strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai

tujuan akhir dari suatu organisasi, namun strategi bukanlah sekedar suatu rencana,

melainkan adalah rencana yang menyatukan. Strategi mengikat semua bagian

yang ada dalam organisasi menjadi satu, sehingga strategi meliputi semua aspek

penting dalam suatu organisasi, strategi itu terpadu dari semua bagian rencana

yang harus serasi satu sama lain dan berkesesuaian. Oleh karena itu penentuan

strategi membutuhkan tingkatan komitmen dari suatu organisasi, dimana tim

organisasi tersebut bertanggung jawab dalam memajukan strategi yang mengacu

(32)

3. Pengertian Pemimpin

Pemimpin adalah orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang

memastikan motivasi, disiplin dan produktivitas jika bekerjasama dengan orang,

tugas dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan (Umar, 2000: 77).

Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya

memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa

mengindahkan bentuk alasannya (Thoha, 1983: 255). Menurut Kartini Kartono

(1994: 33), pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan

kelebihan khususnya kecakapan dan kclebihan disatu bidang, sehingga dia

mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Menurut Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994: 33),

pemimpin dalam pengertian ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai

tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau

mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi.

Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing,

memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/

(33)

18

4. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Saleem Hardja Sumarna (2013: 10), kepemimpinan adalah

kemampuan seseorang dalam mempengaruhi dan memotivasi mereka yang

dipimpinnya untuk melakukan hal-hal yang diperlukan dalam mencapai tujuan

yang diinginkan bersama. Hal ini meliputi proses mempengaruhi dalam

menentukan tujuan yang ingin diraih bersama, memotivasi perilaku pengikut

untuk mencapai tujuan, dan mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan

budayanya.

Kepemimpinan secara bahasa (etimologi) menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, berasal dari kata “pimpin”. Mendapat awalan “me” menjadi

“memimpin” yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Kata

memimpin bermakna sebagai kegiatan, sedangkan yang melakukannya disebut

pemimpin. Dari kata pemimpin berkembang pula kata kepemimpinan yang

menunjukkan semua hal dalam memimpin, termasuk dalam kegiatannya (Hadari,

1993: 28).

Dari berbagai pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam mengatur atau

mempengaruhi suatu kelompok untuk dapat bekerja secara produktif supaya dapat

tercapainya tujuan dari suatu organisasi atau perusahaan. Tanpa adanya suatu

pemimpin, organisasi hanya merupakan sekumpulan manusia dan peralatan.

(34)

penuh. Pemimpin memegang peranan penting tidak hanya secara internal tetapi

juga dalam berbagai pihak di luar organisasi yang semua dimaksudkan untuk

meningkatkan kemampuan organisasi serta mencapai tujuannya.

5. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Dalam sebuah organisasi yang dinamis, dimana perilaku masing-masing

individu didalamnya sangat berbeda antara satu dengan lainnya, maka diperlukan

semacam cara penerapan gaya kepemimpinan yang bisa menyesuaikan dengan

tuntutan keadaan agar tercapai suatu efektifitas organisasi. Cara seperti ini biasa

dikenal sebagai gaya kepemimpinan situasional (situational leadership)

(Sumarna, 2013: 12).

Menurut Paul Hersay dan Ken Blanchard dalam Wijaya (2008: 18), gaya

kepemimpinan adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mempengaruhi

orang lain untuk ikut dalam tujuan bersama. Gaya kepemimpinan tersebut

meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi,

perilaku pegawai untuk mencapai tujuan dan mempengaruhi untuk memperbaiki

kelompok dan budayanya. Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya

kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu

pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan

tersebut diwujudkan.

Menurut Thoha dalam Cahyono (2004: 11), gaya kepemimpinan adalah

norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba

(35)

20

menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan dipengaruhi perilaku orang

yang dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya. Menurut Heidjrachman

dan Husnan dalam Wijaya (2008:18), gaya kepemimpinan adalah pola tingkah

laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dan tujuan

individu untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya

kepemimpinan adalah perilaku yang dimiliki seseorang untuk dapat

mempengaruhi atau memimpin orang lain yang disesuaikan dengan situasi atau

kondisi agar tujuan organisasi yang diinginkan dapat tercapai dengan tidak

mengesampingkan kepentingan individu di dalamnya.

6. Jenis–jenis gaya kepemimpinan

Menurut Saleem Hardja Sumarna (2013: 16), gaya kepemimpinan seorang

pemimpin akan efektif jika menerapkan konsep kepemimpinan K-5 yaitu:

Karakter, Komitmen, Kerjasama, Kompetensi, dan Konsisten. Berikut beberapa

jenis gaya kepemimpinan yang ada, yaitu sebagai berikut:

a. Demokrasi

Ciri khas gaya kepemimpinan demokrasi ditandai dengan adanya suatu

struktur yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan pengambilan

keputusan yang kooperatif. Kepemimpinan yang demokratis cenderung

bermoral tinggi, dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja yang

(36)

b. Otokrasi

Gaya kepemimpinan otokrasi lebih menggunakan metode pendekatan

kekuasaan dalam pengambilan keputusan dan pengembangan strukturnya.

Kekuasaan disini sangat dominan digunakan. Kekuasaan dan pengambilan

keputusan terpusat pada diri sang pemimpin. Penataan situasi dan sistem kerja

sengaja dibuat rumit bagi para bawahan supaya tidak bisa melawan atas apa

yang diperintahkan.

Gaya kepemimpinan seperti ini pada umumnya bersifat negatif, karena

dijalankan berdasarkan ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga

beberapa manfaat yang bisa diambil dari gaya kepemimpinan ini, diantaranya

adalah pengambilan keputusan yang relatif cepat serta memungkinkan

pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.

c. Coaching (Pembinaan)

Ketika staff yang dipimpin adalah orang-orang yang telah cukup baik

termotivasi dan berpengalaman dalam menjalankan tugas, maka tugas seorang

pemimpin disini adalah memberi kesempatan kepada mereka untuk mengerti

tentang tugasnya tanpa perintah khusus dari pimpinan, dengan cara

meluangkan waktu dalam membangun hubungan dan komunikasi yang baik

dengan mereka.

Gaya kepemimpinan yang tepat untuk situasi ini adalah Coaching.

Karena pemimpin disini tidak hanya memberikan detail proses dan aturan

(37)

22

diambil. Selain itu juga menerima berbagai masukan dari bawahan dan

mendukung proses pengembangannya.

d. Partisipatif

Gaya kepemimpinan seperti ini lebih banyak mendelegasikan wewenang

yang dimiliki sang pemimpin, sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat

sepihak.

e. Delegating (Mendelegasikan)

Dalam gaya kepemimpinan ini, seorang pemimpin mendelegasikan

seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya

kepemimpinan seperti ini akan berjalan dengan baik apabila staff yang

dipimpin sepenuhnya paham akan tugas yang diberikan dan efisien dalam

bekerja, sehingga sang pemimpin bisa melepaskan mereka untuk menjalankan

pekerjaan dan tugas-tugasnya atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.

f. Directing (Mengarahkan)

Gaya kepemimpinan ini akan tepat digunakan apabila berada dalam

situasi yang cukup rumit dan para staff belum memiliki pengalaman untuk

mengerjakan tugas tersebut. Atau ketika berada di bawah tekanan untuk

menyelesaikan tugas tepat waktu, maka seorang pemimpin disini harus

mampu menjelaskan apa yang perlu dan mendesak untuk dikerjakan. Karena

dalam situasi yang demikian, biasanya terjadi overcommunicating atau

penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan

(38)

Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan-

aturan dan proses yang detail kepada bawahan. Dan pelaksanaan di lapangan

pun harus menyesuaikan dengan detail yang sudah diperintahkan.

g. Supporting (Mendukung)

Gaya kepemimpinan seperti ini mensyaratkan seorang pemimpin untuk

memfasilitasi dan membantu upaya para staffnya dalam melaksanakan tugas.

Dalam hal ini, seorang pemimpin tidak perlu memberikan arahan secara detail

tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama

dengan bawahan.

Gaya kepemimpinan seperti ini akan berhasil bila karyawan telah

mengenal teknik-teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan

yang lebih dekat dengan sang pemimpin.

h. Kendali bebas

Seorang pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan seperti ini

akan menyerahkan kekuasaan secara penuh kepada bawahan. Struktur

organisasi bersifat longgar dan pemimpin cenderung pasif. Pemimpin

menghindari wewenang dan tanggung jawab, kemudian menggantungkannya

kepada kelompok dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya

(39)

24

Robbins dalam Syaiyid (tt: 2), mengidentifikasikan gaya kepemimpinan

yang dibedakan sebagai berikut:

a) Kepemimpinan direktif, yaitu kepemimpinan memberi kesempatan pada

pengikutnya untuk mengetahui apa yang diharapkan dari mereka,

menjadwalkan pekerjaan yang akan dilakukan dan memberi pedoman yang

spesifik mengenai cara menyelesaikan tugas.

b) Kepemimpinan suportif, yaitu kepemimpinan yang ramah dan menunjukkan

perhatian kepada para pengikutnya atau bawahannya.

c) Kepemimpinan partisipatif, yaitu gaya kepemimpinan dimana pemimpin

berkonsultasi dengan bawahan serta meminta dan menggunakan saran-saran

bawahan dalam rangka mengambil keputusan.

d) Kepemimpinan orientasi prestasi, yaitu gaya kepemimpinan yang mengajukan

tantangan yang menarik bagi bawahan dan merangsang untuk mencapai

tujuan, serta melaksanakannya dengan baik.

Sedangkan dalam penelitian lain, Moch As’ad dalam Cahyono (2004: 11)

membagi gaya kepemimpinan menjadi:

a. The Autocratic Leader (Pemimpin Otokratik)

Seorang pemimpin yang otokratik menganggap bahwa semua kewajiban

untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan dan untuk

mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahannya terpusat di

(40)

berkompeten untuk memutuskan, dan punya perasaan bahwa bawahannya

tidak mampu untuk mengarahkan diri mereka sendiri, atau ia mungkin

mempunyai alasan-alasan lain untuk beranggapan mempunyai posisi yang

kuat untuk mengarahkan dan mengawasi. Seorang otokrat mengawasi

pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk meminimumkan penyimpangan

dari arah yang ia berikan.

b. The Participative Leader (Pemimpin Partisipatif)

Apabila seorang pemimpin menggunakan gaya partisipatif, ia tidak

menggunakan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir untuk

memberikan pengarahan tertentu kepada bawahannya, tetapi ia mencari

berbagai pendapat dan pemikiran dari para bawahannya mengenai keputusan

yang akan diambil. Ia akan secara serius mendengarkan dan menilai pikiran-

pikiran para bawahannya dan menerima sumbangan pikiran mereka, sejauh

pemikiran mereka tersebut bisa dipraktikkan. Pemimpin dengan gaya

partisipatif akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari para

bawahannya sehingga pikiran-pikiran mereka akan selalu meningkat dan

makin matang. Para bawahan juga didorong agar meningkatkan kemampuan

dan mengendalikan diri dan menerima tanggung jawab yang lebih besar.

Pemimpin akan lebih sportif dalam kontak dengan para bawahannya dan

bukan menjadi sikap diktator. Meskipun tentu saja wewenang terakhir dalam

(41)

26

c. The Free Rein Leader (Pemimpin Kendali Bebas)

Dalam gaya kepemimpinan free rain, pimpinan menyerahkan tanggung

jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada para bawahan, dalam artian

pemimpin agar para bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri didalam

menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-

peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya sedikit

melakukan kontak dengan bawahan. Dengan demikian para bawahan dituntut

untuk memiliki kemampuan atau keahlian yang tinggi.

7. Strategi Pemimpin yang Efektif

Kusnadi, dkk (2005: 354) menyatakan bahwa di dalam mengembangkan

profil kepemimpinan, maka sangat penting untuk memperhatikan posisi

pemimpin di dalam organisasi. Asumsi apa yang akan dipegang oleh pemimpin

dalam mengelola anak buahnya di dalam organisasi agar mau bekerja secara

efektif dan efisien.

Dalam kedudukannya sebagai pemimpin di dalam kelompok sosial

termasuk masyarakat, seorang pemimpin akan dituntut oleh beberapa hal, yang

meliputi kumpulan peran yang kompleks, dan demikian pula fungsinya. Dalam

keluasan fungsi dan peran, seorang pemimpin dapat mendelegasikan wewenang

dan tanggung jawab kepada para pengikutnya, sesuai dengan kedudukan yang ada

(42)

Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin ini, Goleman (2003: 2)

menjelaskan ada dua hal yang biasanya dilakukan olehnya terhadap pengikut,

yakni: perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung. Perilaku mengarahkan

hanya dalam komunikasi satu arah, sedangkan perilaku mendukung diartikan

dalam komunikasi dua arah. Oleh karena fungsi kepemimpinan yang lazim ialah

membuat keputusan, maka gaya kepemimpinan tersebut akan tampak jika

dipraktekkan dalam hal melakukan pembuatan keputusan. Posisi kontrol atas

pemecahan masalah atau pembuatan keputusan dipegang bergantian antara

pemimpin dan bawahannya, sehingga penampilan, bobot, dan perilakunya

disenangi dan diterima oleh bawahannya. Bawahan menyukainya dan

menganggapnya sebagai sumber informasi, dan tempat bertanya. Pemimpin

sering mendiskusikan masalah bersama-sama bawahan, sehingga tercapai

kesepakatan. Pembuatan keputusan didelegasikan kepada bawahan. Sumber

kekuasaan yang ada padanya kekuasaan keahlian dan informasi.

Demikianlah inti pokok pembicaraan kepemimpinan dalam hubungannya

dengan kekuasaan. Kedua istilah ini pemimpin atau kepemimpinan dengan

kekuasaan mempunyai relevansi yang sukup tinggi. Kepemimpinan adalah suatu

proses untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Untuk mempengaruhi

membutuhkan kekuasaan. Sedangkan kekuasaan itu sendiri merupakan potensi

pengaruh dari seorang pemimpin.

Anoraga (2001: 22) mengemukakan bahwa pemimpin mempunyai tugas

(43)

28

mengendalikan hubungan internal di dalam kelompoknya, karena pada dasarnya

dalam suatu kelompok manusia selalu mengadakan interaksi. Pemimpin

mempunyai tugas untuk menjadi pengamat dan pengendali kelancaran hubungan-

hubungan yang terjadi. Melalui kelancaran dan kebaikan hubungan-hubungan

antar manusia, kecakapan untuk mengadakan komunikasi dan mendidik,

kecakapan sosial, serta kemampuan teknis yang meliputi penganalisass situasi

menjadi tuntutan bagi dirinya sebagai pemimpin.

Di dalam kedudukan sebagai seorang pemimpin, pengaruh keadaan sekitar

tetap tidak dapat dilepaskan sama sekali, baik pengaruh dari dalam, maupun

pengaruh dari luar kelompok atau organisasinya. Atas pengaruh-pengaruh yang

ada, maka dalam pembuatan kebijakan akan terdapat tiga sumber penting.

Sebagaimana yang dikemukakan Anoraga (2001: 23) yaitu : (1) Bersumber dari

pihak yang lebih berkuasa, termasuk di dalamnya aturan-aturan yang berada di

luar kelompoknya akan tetapi tetap memberikan pengaruh terhadap kehidupan

kelompoknya, (2) Bersumber dari pihak bawahan, bagaiman juga bawahan

sebagai pengikut, tetap memegang peran yang tidak kecil dalam menentukan

pencapaian tujuan bersama, (3) Bersumber dari dirinya selaku pemimpin, maka

sebagai seorang pemimpin otonomi dipegangnya untuk menetapkan keputusan

mengenai suatu kebijakan yang akan diambil.

Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa melalui wewenang yang

luas, pemimpin mempunyai ruang gerak yang luas pula. Ketajaman pandangan

(44)

dan penilaian terhadap diri pemimpin dapat terjadi. Sejauh itu pula kebaikan dan

keburukan yang dilakukan pimpinan menjadi perhatian para pengikut. Terlepas

dari baik dan buruk, tentunya sikap, tindak dan cara dari seseorang pemimpin,

diharapkan dapat dijadikan contoh atau teladan untuk ditiru dan diikuti oleh para

pengikutnya. Tingkat penilaian yang dihasilkan oleh para pengikut, dapat

mencerminkan akan kebaikan atau keburukan kelompok secara keseluruhan. Atas

dasar pandangan-pandangan ini pemimpin selaku tokoh dengan tingkat

wewenang yang tinggi mendapatkan penilaian dari para pengikut melalui

pencerminannya, maka dapat dianggap bahwa seorang pemimpin mencapai

menempati kedudukan sebagai lambang dari kelompoknya. Cap terhadap

kelompok secara menyeluruh, dapat timbul dan terbentuk dari cap yang

diterapkan terhadap pimpinannya secara tersendiri.

Dalam keadaan yang demikian turut memegang peran dalam masalah

kedudukan seorang pemimpin. Kesediaannya menerima kesalahan turut

memegang peran dalam masalah kedudukan sebagai pemimpin. Mengakui

kesalahan tidak berarti pula menurunkan derajat pimpinan, melainkan menaikkan

tingkat derajat seorang pemimpin, daripada mencari alasan-alasan yang tidak

masuk akal hanya untuk menutupi kesalahan yang memang salah.

Anoraga (2001: 24) berpendapat bahwa kecakapan-kecakapan yang

diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin, tidak terlepas pula dari masalah

(45)

30

kemungkinan pula untuk dibentuk dalam diri setiap orang, demikian dengan

kecakapan-kecakapan yang diperlukan untuk menjadi pemimpin.

Dengan demikian peran-peran dari seorang pemimpin seperti disebutkan

di atas, dapat dikatakan sebagai suatu bagian terkecil dari tuntutan-tuntutan yang

timbul terhadap dirinya. Peran-peran itupun menuntut pula berbagai masalah yang

menyangkut kecakapan dan kemampuan, serta kepribadian tertentu yang

kompleks sifatnya.

John Kotter, mengatakan bahwa kepemimpinan yang efektif pada tingkat

manajemen senior memerlukan pengetahuan yang luas tentang dunia usaha,

kedekatan dengan bawahan, reputasi yang tak tercela, memiliki pengalaman yang

kuat, integritas yang tinggi, enerjetik dan memiliki kemauan yang keras untuk

memimpin. Pemimpin tipe-tipe ini, juga harus mampu mengantisipasi kondisi

yang akan datang, membangun citra budaya korporat, serta mampu meningkatkan

motivasi dan partisipasi yang optimal. Untuk menjadi pemimpin yang efektif di

masa mendatang diperlukan persyaratan yang lebih komplek.

Untuk menjembatani antara kesuksesan sesaat dan keefektifan jangka

panjang, Seorang pemimpin harus mengembangkan 3 (tiga) kemampuan dalam

bekerja sama dengan sejumlah orang. Kemampuan ini sangat penting bagi

seorang manager di tempat kerja, orang tua di rumah, ataupun guru ketika

mengajar di kelas. Karena itu, jenis keahlian yang diperlukan para pemimpin yang

efektif dalam mempengaruhi perilaku orang lain dan bekerjasama dengan orang

(46)

perilaku di masa mendatang; (3) Memimpin, mengubah dan mengendalikan

perilaku.

Dari sini, dapat dilihat bahwa tanpa aktivitas, memimpin, mengubah dan

mengendalikan perilaku bawahan, maka seorang bawahan akan bersikap terus

selamanya seperti di masa lampaunya. Organisasi yang berhasil memiliki sebuah

siri utama yang membedakannya dengan organisasi yang tidak berhasil yaitu

kepemimpinan yang dinamis dan efektif.

Kepemimpinan yang konsisten menunjukkan keteladanan dalam

mempengaruhi orang lain berarti memberikan daya dorong untuk memotivasi

dirinya dalam membangun integritas, yang secara tak langsung mendorong orang

lain untuk memahami secara mendalam prinsip dalam menumbuh kembangkan

integritas yang kita sebut dengan prinsip pertama adalah menumbuh kembangkan

kepercayaan dan keyakinan dalam merubah kesadaran inderawi ke tingkat yang

lebih baik; prinsip kedua adalah memberi saling menghormati dan menghargai

orang lain; prinsip ketiga adalah memiliki kemampuan dalam kedewasaan

rohaniah, sosial, emosional dan intelektual.

Dengan pemahaman itu diharapkan menjadi daya dorong untuk bersikap

dan berperilaku bahwa “dapatkah kepemimpinan anda dan pengikutnya mencapai

keberhasilan untuk tetap memiliki “integritas” dalam usaha-usaha membangun

(47)

32

dalam perubahan sikap dan perilaku untuk mengikat diri kita bersama dan

membangkitkan jiwa kepuasaan di dalam diri kita.

8. Pengertian Rush

Menurut Gunarto Suhardi (2003: 51), rush merupakan keadaan dimana

para nasabah melakukan penarikan simpanannya secara tiba-tiba dan bersama-

sama dan hal ini memaksa pihak lembaga keuangan untuk menyediakan uang

tunai untuk penarikan tersebut. Menurut Ralona M (tt: 304), rush merupakan

penarikan tunai secara besar-besaran diluar perkiraan karena menurunnya

kepercayaan nasabah penyimpan dana karena kekhawatiran bank akan ditutup.

Rush merupakan keadaan dimana nasabah secara ramai-ramai (serentak) meminta

kembali uangnya, karena bank kehilangan kepercayaan dari nasabah (Gilarso,

2004: 261).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rush adalah

penarikan besar-besaran oleh masyarakat dari setiap tabungan dan deposito dan

jenis lainnya yang mereka miliki karena ketidak percayaan mereka kepada

lembaga keuangan tersebut. Selain itu kepuasan nasabah pun berkurang, bahkan

masyarakat tidak mau lagi mempercayakan uangnya di lembaga keuangan

tersebut.

Rush dapat timbul sebagai akibat dari suatu risiko, sebagai sebuah

(48)

metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap,

menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang

berlangsung pada setiap aktivitas atau proses (Idroes, 2008: 5).

Risiko adalah kemungkinan kejadian hasil yang menyimpang dari harapan

yang bersifat merugikan (M. Sulhan dan Ely Siawanto, 2008: 105). Risiko

muncul akibat adanya ketidakpastian hasil yang dicapai dari suatu usaha.

Ketidakpastian ini meliputi ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty), yaitu

ketidakpastian yang diakibatkan oleh perubahan pasar, selera konsumen,

kebijakan ekonomi pemerintah yang mengakibatkan terjadinya potensi kerugian.

Ketidakpastian alam (uncertainty of nature), yaitu ketidakpastian yang

diakibatkan oleh perubahan kondisi alam seperti gempa bumi, musim yang tidak

menentu yang dapat menyebabkan kerugian. Dan ketidakpastian manusia, yaitu

ketidakpastian akibat perbedaan karakter, keteledoran dan sifat-sifat lain manusia

yang meningkatkan potensi terjadinya kerugian (Sulhan dan Siawanto, 2008:

107).

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011 tentang

Penerapan Manajemen Risiko untuk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah, terdapat 10 macam jenis risiko yaitu:

a. Risiko kredit

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam

(49)

34

b. Risiko pasar

Risiko pasar ialah risiko kerugian pada posisi neraca serta pencatatan tagihan

dan kewajiban di luar neraca (on-and off-balance sheet) yang timbul dari

pergerakan harga pasar (market prices), antara lain risiko berupa perubahan

nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.

c. Risiko likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi

kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset

likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa menggangu aktivitas

dan kondisi keuangan bank. Risiko likuiditas muncul manakala bank

mengalami ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow)

dengan segera, dan dengan biaya yang sesuai.

d. Risiko operasional

Risiko operasional ialah risiko kerugian atau ketidakcukupan dari proses

internal, sumber daya manusia, dan sistem yang gagal atau dari peristiwa

eksternal. Risiko operasional berkaitan dengan kesalahan manusiawi (human

error), kegagalan sistem, dan ketidakcukupan prosedur dan kontrol.

e. Risiko hukum

Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek

(50)

f. Risiko strategik

Resiko strategik adalah risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka

panjang yang dibuat oleh senior manajemen bank. Risiko ini dapat juga

dikaitkan dengan implementasi dari strategi-strategi mereka.

g. Risiko reputasional

Risiko reputasional adalah risiko kerusakan potensial pada suatu perusahaan

yang dihasilkan dari opini publik yang negatif.

h. Risiko kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku

serta prinsip syariah.

i. Risiko imbal hasil (rate of return risk)

Risiko imbal hasil adalah akibat perubahan tingkat imbal hasil yang

dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil

yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat memperngaruhi prilaku

nasabah dana pihak ketiga bank.

j. Risiko investasi (equity investment risk)

Risiko investasi adalah risiko akibat ikut menanggung kerugian usaha nasabah

(51)

BAB III

LANDASAN OBYEK

A. Gambaran Umum BMT MITRA USAHA SRUWEN

1. Sejarah Berdirinya BMT MITRA USAHA SRUWEN

BMT Mitra Usaha Sruwen berdiri pada hari senin tanggal 20 November

2006. Pada jam 10.00-13.00 WIB di Jl. Bima Raya No. 68 RT 02/ RW 01 desa

Klepu, Kec Pringapus, Kab. Semarang telah diadakan rapat pendirian koperasi

Serba Usaha “Mitra Usaha” yang berkedudukan dan berkantor di Jl Bima Raya

No 68 RT02/RW01 desa Klepu, Kec. Pringapus, Kab. Semarang. Sedangkan

susunan pengurus dimuat dalam berita acara rapat tanggal 20 November 2006

bermaterai cukup. Rapat tersebut dihadiri oleh 22 orang yang merupakan pendiri

koperasi Serba usaha “Mitra Usaha”. Selanjutnya para penghadap bertindak

berdasarkan kuasa tersebut menyatakan bahwa rapat anggota pendirian koperasi

telah memutuskan antara lain: menyetujui susunan pengurus koperasi dan

menyetujui isi anggaran dasar.

BMT Mitra Usaha adalah unit otonomi dari Koperasi Serba Usaha “Mitra

Usaha” yang disingkat dengan Koperasi Mitra Usaha yang mempunyai nomor

badan hukum 353/BH/KDK.11.1/188.4/XII/06. Kegiatan operasional BMT Mitra

Usaha berada di Jl. Raya Sruwen No.24 Sruwen, Tengaran, Kab. Semarang.

(52)

Tujuan dari koperasi ataupun BMT ini berdiri adalah untuk menggiatkan

ekonomi umat sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial

ekonomi terutama muslimin dengan sasaran utama para pengusaha kecil dan para

pedagang serta masyarakat umum. Adapun target yang ingin dicapai adalah

terbentuknya pusat ekonomi umat melalui kegiatan usaha produktif - sosial-

prospektif guna menggairahkan dinamika usaha dalam mencapai kesejahteraan

hidup umat.

Saat ini BMT Mitra Usaha Sruwen telah menjalin kerja sama dengan LKD

(lembaga keuangan desa) Klepu, BMT Sumber Usaha Tuntang, dan BMT Amal

Mulia Suruh. Kerjasama yang dijalin ialah dalam bentuk permodalan atau

pinjaman modal.

2. Visi dan Misi

Visi dari BMT Mitra Usaha Sruwen adalah menjadi BMT yang amanah,

professional dan mandiri.

Sedangkan misi dari BMT Mitra Usaha Sruwen adalah:

a. Memperluas syi’ar ekonomi Islam di wilayah Tengaran, terutama diSruwen

dan sekitarnya.

b. Berpartisipasi membangun perekonomian berskala mikro di wilayah Sruwen

dan sekitarnya.

c. Lembaga intermediasi syari’ah bagi kaum muslim dan pengusaha untuk bisa

(53)

38

3. Tujuan BMT MITRA USAHA SRUWEN

a) Mengenalkan kepada masyarakat sekitar Sruwen tentang keberadaan lembaga

keuangan yang dikelola dengan sistem syari’ah untuk menghindari perputaran

dana dari unsur riba.

b) Melayani kebutuhan dana masyarakat dan memberikan jasa simpan pinjam di

daerah Sruwen dengan sistem yang sesuai dengan syari’ah islam.

c) Ikut mengembangkan usaha ekonomi produktif pada pengusaha kecil / mikro

dengan modal pembiayaan di daerah Sruwen.

4. Identitas BMT MITRA USAHA SRUWEN

Kantor Pusat Baitul Maal wat Tamwil ( BMT) Mitra Usaha terletak di Jl.

Raya Sruwen No. 24 Kab. Semarang, telp. 081575027879.

5. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang dimiliki oleh BMT Mitra Usaha Sruwen pada

tahun 2015 ialah sebagai berikut:

Pengurus

Ketua : Drs. H. Nur Budi Harso

Sekretaris : Andi Setiawan

Bendahara : Nanik Atiani A.md

Pengelola

(54)

Teller : Trias Ani Purnomowati, ST

Marketing : M. Subhan

Jakfar Ma’ruf

B. Produk-Produk BMT Mitra Usaha Sruwen

Sebagai lembaga keuangan yang berbadan hukum koperasi Serba Usaha, pada

tahun keempat koperasi BMT Mitra Usaha mulai berupaya untuk mengembangkan

unit usaha yaitu simpan pinjam syariah dan jasa koperasi BMT Mitra Usaha sebagai

unit usaha yang beroperasi diwilayah kecamatan Tengaran. BMT Mitra Usaha

Sruwen memiliki beberapa produk yaitu sebagai berikut:

1. Produk Penghimpunan

Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan simpanan sirela dan sisuka yang

ada di BMT Mitra Usaha menggunakan akad mudharabah.

a) SISUKA (Simpanan Sukarela Berjangka)

Kharakteristik :

Simpanan suka rela berjangka (si Suka) adalah simpanan berjangka

(deposito) yang dikelola dengan pola bagi hasil yang kompetitif dengan

jangka waktu 3, 6 dan 12 bulan. Pembukaan rekening Sisuka dengan setoran

(55)

40

SISUKA merupakan simpanan sukarela dari pihak ketiga yang dalam

penarikan dan penyetorannya dapat dilakukan setiap saat atau sewaktu-waktu

selama jam kas kantor. Bagi hasil keuntungan dihitung atas dasar saldo rata-

rata harian dan diberikan setiap bulannya langsung menambah saldo rekening

tabungan SIRELA.

Keuntungan :

1. BMT memberikan bagi hasil yang menguntungkan atas pendapatan usaha

dengan nisbah bagi hasil sebagai berikut:

Tabel 3.1 Nisbah bagi hasil

Jangka waktu Nisbah

3 bulan 40:60

6 bulan 45:55

12 bulan 50:50

Sumber: Brosur BMT Mitra Usaha Sruwen

2. Bagi hasil keuntungan diberikan kepada nasabah setiap bulannya dan

dapat diambil setiap bulannya oleh para nasabah.

3. Bagi hasil keuntungan ini juga dapat ditransfer ke rekening lain.

4. Nasabah tidak menanggung kerugian operasional yang terjadi.

5. Jenis tabungan ini dapat digunakan sebagi jaminan pembiayaan pada

(56)

Kendala yang dihadapi untuk simpanan ini:

1. Kurangnya sosialisasi ke nasabah

2. Kebanyakan nasabah memilih simpanan sukarela lancar (SIRELA)

3. Setoran yang terlalu besar untuk nasabah pengusaha mikro

4. Uang nasabah yang tidak mengendap lama, karena banyak kebutuhan

setiap harinya dari nasabah.

Syarat :

1. Perorangan : KTP nasabah

2. Lembaga : KTP pengurus

3. Setoran awal minimum Rp 1.000.000

b) SIRELA (Simpanan Sukarela Lancar)

Karakteristik:

Simpanan sukarela lancar (si Rela) adalah simpanan pihak ketiga yang

setoran dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu selama jam kas

kantor. setoran awal simpanan sukarela lancar untuk adalah Rp. 10.000,- dan

setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,-. Saldo minimal pada jenis tabungan

ini adalah sebesar Rp. 5.000,-. Jika anggota ingin menutup rekening ini, maka

(57)

42

Keuntungan:

Bagi hasil keuntungan dihitung atas dasar saldo rata-rata harian

nasabah dengan kadar keuntungan sebesar 35:65. Bagi hasil yang diberikan

BMT Mitra Usaha pada nasabah akan diberikan tiap bulannya terhitung dari

berapa lama pengendapan dana tabungan di BMT Mitra Usaha.

Manfaat :

1. Perasaan nyaman karena dikelola dengan system syariah islam.

2. Berperan serta dalam pengembangan ekonomi umat, karena jaminan

pengalokasian dana dalam bentuk pembiayaan kepada pengusaha mikro

muslim.

3. Dapat digunakan sebagai kas pribadi atau lembaga

c) SISUQUR (Simpanan Sukarela Qurban)

Karakteristik :

SISUQUR adalah simpanan sukarela yang dikhususkan untuk

persiapan niat suci berqurban berupa pembelian hewan qurban dan dapat

diambil pada waktu Idul Qurban.

Manfaat :

1. Merupakan jenis tabungan yang memberikan sarana dalam

(58)

2. Dana yang terkumpul dapat dimanfaatkan untuk permodalan usaha kecil

atau mikro selama menunggu waktu qurban.

3. Agar niat berqurban dapat terlaksana maka penarikan hanya dapat

dilakukan saat anda benar-benar hendak berqurban yaitu pada tanggal 4

dzulhijjah tiap tahunnya.

Syarat :

1. Perorangan

2. Mengisi formulir permohonan pembukaan rekening tabungan

3. Fotocopy kartu identitas diri

4. Setoran awal Rp 15.000,-

5. Setoran selanjutnya Rp 10.000,-

Keuntungan :

1. Penyetoran dapat dilakukan setiap jam kerja.

2. BMT Mitra Usaha akan memberikan laporan akhir tahun per 4 dzulhijjah

atas nominal saldo simpanan dengan tambahan keterangan harga hewan

yang dapat dibeli.

3. Saldo sisa atas nominal harga hewan qurban pada saat jatuh tempo secara

otomatis akan dimasukkan sebagai saldo awal untuk SISUQUR tahun

(59)

44

4. Selain itu BMT Mitra Usaha juga memberikan pelayanan pembelian

hewan qurban.

Kendala yang dihadapi oleh BMT Mitra Usaha :

1. Kurangnya minat dari nasabah

2. Nasabah banyak yang memilih simpanan SIRELA dan SISUKA

3. Pengelola kurang sosialisasi pada nasabah

4. Lingkungan yang kurang mendukung

2. Produk Pembiayaan

Pembiayaan yang dapat dilakukan oleh nasabah BMT Mitra Usaha pada

dasarnya berlandaskan konsep syariah akad jual beli dan akad kerjasama yaitu :

a) Mudharabah

Merupakan jenis pembiayaan yang dilakukan untuk membiayai

seluruh modal yang diperlukan nasabah. Dan atas keuntungan yang diperoleh

nasabah telah disepakati pembagiannya antara nasabah dengan pihak BMT

Mitra Usaha. Modal yang dimanfaatkan ini dikembalikan sesuai dengan

jangka waktu yang disepakati.

Pembiayaan ini berjalan tapi tidak dimaksimalkan oleh BMT Mitra

Usaha karena pembiayaan ini mengandalkan kepercayaan. Hal ini

menyulitkan BMT Mitra Usaha dalam mengelola pembiayaan ini, sebab

banyak kelemahan yang memberatkan BMT Mitra Usaha dalam pendanaan.

Gambar

Tabel 3.1 Nisbah bagi hasil
Tabel 4.1 Perkembangan jumlah anggota BMT Mitra Usaha Sruwen tahun 2008-2015
GAMBAR BMT MITRA USAHA SRUWEN DARI DEPAN

Referensi

Dokumen terkait

k enyatrulnnya ketiga domain itu berkaitan cmt dan saling mcmpengaruhi. Jika salah satu domain tc r pengaruh atau berubah, maka domain lainnyajuga bisa berubah. 13 e

1) Memberikan penjelasan pelaksanaan penelitian kepada responden. 2) Mengumpulkan responden dan memberikan penjelasan tujuan, risiko, dan manfaat penelitian. 3) Meminta

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013) dan Wijayani (2016) menemukan bahwa pengaruh ROA berpengaruh negative terhadap tax

Dapat disimpulkan bahwa pasar tersedia dari Toko Bening Audio adalah sejumlah 71% untuk penjualan dan 89% untuk perbaikan dari total pasar potensial yang terdiri dari 22

Berdasarkan hasil pemeriksaan uji pendahuluan yang sudah dilakukan, penambahan koagulan feri klorida dapat menurunkan kadar TSS pada limbah cair batik

1. Implementasi Pasal 25 Perda Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Sampah Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat adalah dengan cara adanya strategi

Hal tersebut dibuktikan oleh sikap responden yang sangat menyukai pekerjaan mereka yang dilakukan saat ini dengan nilai rata-rata tertinggi dibanding indikator

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini