• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

7. Peta Kendali ( Control Chart )

3.2. Metode Six Sigma

3.2.1. Strategi Penerapan Six Sigma / DMAIC

Ada banyak strategi yang diterapkan pada proses selama bertahun-tahun sejak gerakan kualitas dimulai. Sebagian besar dari model tersebut didasarkan pada langkah-langkah yang diperkenalkan oleh W. Edwards Deming, yaitu Plan –

V-70

Do – Check – Action, atau PDCA – menggambarkan logika dasar dari perbaikan proses berbasis data. Namun selain itu terdapat juga beberapa model struktur dalam peningkatan kualitas Six Sigma. Salah satu yang paling banyak dipakai adalah model D-M-A-I-C (Define – Measure – Analyze – Improve – Control). Ada banyak variasi yang dapat digunakan sesuai keinginan perusahaan sendiri yang dianggap cocok seperti IDOV (Identify – Design – Optimize – Validate). Sedangkan pada GE, diterapkan model M-A-I-C. DMAIC adalah proses untuk peningkatan terus menerus menuju target Six Sigma. Proses closed-loop ini menghilangkan langkah-langkah proses yang tidak produktif, sering berfokus pada pengukuran-pengukuran baru, dan menerapkan teknologi untuk peningkatan kualitas menuju target Six Sigma. Adapun langkah-langkah operasional DMAIC adalah sebagai berikut:

1. Define (D)

Merupakan langkah operasional pertama dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini kita perlu mendefinisikan beberapa hal yang terkait dengan:

a. Kriteria pemilihan proyek Six Sigma

b. Peran dan tanggung jawab dari orang-orang yang akan terlibat dalam proyek Six Sigma

c. Kebutuhan pelatihan untuk orang-orang yang terlibat dalam proyek Six Sigma

d. Proses-proses kunci dalam proyek Six Sigma beserta pelanggannya e. Kebutuhan spesifik dari pelanggan

V-71

f. Persyaratan tujuan proyek Six Sigma

2. Measure (M)

Merupakan langkah operasional kedua dalam program peningkatankualitas Six Sigma. Terdapat tiga hal pokok yang harus dilakukan dalamtahap Measure (M) yaitu:

a. Memilih atau menentukan karakteristik kualitas (CTQ) kunci yangberhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan

b. Mengembangkan suatu rencana pengumpulan data melaluipengukuran yang dapat dilakukan pada tingkat proses, output, danoutcome

c. Mengukur kinerja sekarang (current performance) pada tingkatproses, output, dan outcome untuk ditetapkan sebagai baseline kinerja(performance baseline) pada awal proyek Six Sigma.

3. Analyze (A)

Merupakan langkah operasional ketiga dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini kita perlu melakukan beberapa hal berikut: a. Menentukan stabilitas (stability) dan kapabilitas/kemampuan (capability) dari

proses

b. Menetapkan target-target kinerja dari karakteristik kunci (CTQ) yang akan ditingkatkan dalam proyek Six Sigma

c. Mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab kegagalan atau kecacatan

V-72

d. Mengkonversikan banyak kegagalan ke dalam biaya kegagalan kualitas (cost of poor quality)

Defect per Million Opportunities (DPMO) merupakan ukuran kegagalan dalam program peningkatan Six Sigma, yang menunjukkan kegagalan per satu juta kesempatan. Target dari pengendalian kualitas Six Sigma Motorola sebesar 3,4 DPMO seharusnya tidak diinterpretasikan sebagai 3,4 unit output yang cacat dari satu juta unit output yang diproduksi, tetapi diinterpretasikan sebagai dalam satu unit produk tunggal terdapat rata-rata kesempatan gagal dari suatu karakteristik CTQ adalah hanya 3,4

kegagalan per satu juta kesempatan (Gaspersz,V. 2002). Tingkat sigma sering dihubungkan dengan kapabilitas proses, yang dihitung dalam defect per milion opportunities. Beberapa tingkat pencapaian sigma:

Tabel 3.1. Tingkat Pencapaia Sigma

Sumber : Gaspersz,V. 2002

4. Improve (I)

Merupakan langkah operasional keempat dalam program peningkatankualitas Six Sigma. Pada tahap ini kita menetapkan suatu rencana tindakan(action plan) untuk melaksanakan peningkatan kualitas Six Sigma. Pada

V-73

dasarnya rencana-rencana tindakan (action plan) akan mendeskripsikan tentang alokasi sumber-sumber daya serta prioritas dan alternatif yang dilakukan dalam implementasi dari rencana itu. Dalam tahap ini tim peningkatan kualitas Six Sigma dapat menggunakan metoda 5W+2H dalam pengembangan rencana tindakan. 5W+2H adalah what (apa), why (mengapa), where (dimana), when (bilamana), who (siapa), how (bagaimana), dan how much (berapa). Selain metode 5W+2H juga dapat digunakan metode FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) dalam mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab masalah kualitas sekaligus memonitor efektifitas dari rencana tindakan yang dilakukan sepanjang waktu.

a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) di dalam suatu organisasi atau perusahaan adalah kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan. Bagian utama dari pemikiran ulang yang mencakup persoalan inti dan strategi sumber daya manusia adalah (Cane, 1998):

1. Bagaimana memotivasi manusia.

2. Bagaimana memberikan penghargaan pada manusia. 3. Bagaimana mendidik manusia.

4. Bagaimana mengembangkan manusia.

Berdasarkan bagiannya, ada 2 bagian besar dalam pengembangan sumber daya manusia, yaitu masalah kepemimpinan dan masalah karyawan. Ada lima syarat untuk menjadi pemimpin yang baik (Kato, 2012), yaitu:

V-74

1. Memahami pekerjaan. 2. Memahami tanggung jawab. 3. Terampil memberikan instruksi. 4. Terampil mengembangkan metode. 5. Terampil bekerja dengan orang lain.

Menurut survei Badan Perencanaan Nasional Amerika, menjelaskan bahwa setiap karyawan harus memiliki beberapa sikap dan motivasi untuk bisa mengembangkan organisasinya atupun perusahaannya, antara lain:

1. Intelegensi / Kreativitas 2. Kemampuan interpersonal

3. Kemampuan mempelajari dan menerapkan teknologi baru 4. Kemampua bekerja dalam tim

5. Kepercayaan diri

6. Kemempuan berkomunikasi 7. Inisiatif.

8. Kepemimpinan 9. Disiplin

10. Kemempuan memecahkan masalah 11. Kedewasaan

12. Komitmen pada perusahaan 13. Ketertarikan pada pekerjaan 14. Ambisi

15. Kemampuan berorganisasi

V-75

16. Kemampuan presentasi 17. Pengalaman

18. Kemampuan komputer 19. Kemampuan bahasa asing 20. Fleksibilitas.

b. Metode

Metoda adalah kegiatanpencatatan secara sistematis dan peneriksaan secara seksama mengenai cara-carayang berlaku atau diusulkan untuk melaksanakan kerja. Sasaran pokok dari studi ini adalah mencari, mengembangkan, dan menerapkan suatu metoda kerja yang lebih efektif dan efisien. Dan dapat diartikan sebagai upaya untuk menerapkan prinsip dan teknik pengaturan tata cara kerja yang optimal dalam sebuah sistem kerja. Yang dimaksud dengan sistem kerja komponen sistem yang terdiri dari manusia, mesin, fasilitas, material dan lingkungan kerja yang terintegrasi untuk menghasilkan output yang diinginkan.

Dalam perancangan dan pengaturan komponen dalam suatu sistem kerja harus memperhatkan hal-hal berikut ini(Wignjosoebroto, Sritomo, 2006):

1. Komponen manusia : Posisi kerja seseorang agar mampu memberikan gerakan gerakan yang efektif dan efisien.

2. Komponen material : Penempatan material yang mudah terjangkau dan terdeteksi dengan baik.

V-76

3. Komponen mesin : Penggunaan mesin yang dilihat dari produktifitas , efektifitas, dan efisiensi mesin tersebut.

4. Komponen lingkungan fisik kerja : Keadaan lingkungan sekitar kegiatan tersebut yang dilihat dari pencahayaan, temperatur, dan kebisingan.

Tujuan pokok kegiatan telaah metoda kerja adalah sebagai berikut :

1. Perbaikan proses, prosedur, dan tata cara pelaksanaan kegiatan tersebut.

2. Perbaikan dan penghematan penggunaan material, tenaga mesin, dan tenaga kerja manusia.

3. Pendayagunaan usaha manusia dan pengurangan keletihan yang tidak perlu. 4. Perbaikan tata ruang kerja untuk mendapatkan keamanan dan kenyamanan di

lingkungan kerja.

Beberapa pertimbangan untuk melaksanakan kegiatan telaah metoda kerja adalah sebagai berikut :

1. Keuntungan ekonomis dan penghematan yang diharapkan dari studi telaah metoda ini yang dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan studi tersebut.

2. Pengetahuan teknis yang melatar belakangi metoda kerja yang akan di telaah. 3. Pertimbangan dampak negatif yang akan dari semua aspek yang ada.

V-77

c. Mesin

Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Biasanya membutuhkan sebuah masukan sebagai pelatuk, mengirim energi yang telah diubah menjadi sebuah keluaran, yang melakukan tugas yang telah disetel. Mesin telah mengembangkan kemampuan manusia sejak sebelum adanya catatan tertulis. Perbedaan utama dari alat sederhana dan mekanisme atau pesawat sederhana adalah sumber tenaga dan mungkin pengoperasian yang bebas. Istilah mesin biasanya menunjuk ke bagian yang bekerja bersama untuk melakukan kerja. Biasanya alat-alat ini mengurangi intensitas gaya yang dilakukan, mengubah arah gaya, atau mengubah suatu bentuk gerak atau energi ke bentuk lainnya.

d. Material

Material atau bahan adalah zat atau benda yang dari mana sesuatu dapat dibuat darinya, atau barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu. Material adalah sebuah masukan dalam produksi. Mereka seringkali adalah bahan mentah - yang belum diproses, tetapi kadang kala telah diproses sebelum digunakan untuk proses produksi lebih lanjut. Umumnya, dalam masyarakat teknologi maju, material adalah bahan konsumen yang belum selesai.

V-78

e. Lingkungan Kerja

Setiap organisasi, pada umumnya baik yang berskala besar, menengah, maupun kecil, semuanya akan berinteraksi dengan lingkungan dimana organisasi atau perusahaan tersebut berada. Lingkungan itu sendiri mengalami perubahan- parubahan sehingga, organisasi atau perusahaan yang bisa bertahan hidup adalah organisasi yang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Sebaliknya, organisasi akan mengalami masa kehancuran apabila organisasi tersebut tidak memperhatikan perkembangan dan perubahan lingkungan disekitarnya.

Lingkungan kerja dapat diartikan sebagai kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja organisasi atau perusahaan (George R. Terry, 2006:23).

Pengertian lain tentang lingkungan kerja adalah bahwa lingkungan kerja merujuk pada lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan yang berada didalam maupun diluar organisasi tersebut dan secara potensial mempengaruhi kinerja organisasi itu (Budiyono, Amirulah Haris, 2004:51).

Selanjutnya pendapat ahli lain mengatakan bahwa lingkungan kerja adalah proses kerja dimana lingkungan saling berinteraksi menurut pola tertentu, dan masing-masing memiliki karakteristik dan/atau nilai-nilai tertentu mengenai organisasi yang tidak akan lepas dari pada lingkungan dimana organisasi itu berada, dan manusianya yang merupakan sentrum segalanya (Gomes, Fautisno Cardoso, 2003:25).

V-79

Sesuai dengan pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah komponen-komponen yang merujuk pada lembaga atau kekuatan yang berinteraksi langsung maupun tidak langsung menurut pola tertentu mengenai organisasi atau perusahaan yang tidak akan lepas dari pada lingkungan dimana organisasi atau peruasahaan itu berada.

Kinerja dalam suatu organisasi atau perusahaan dilakukan oleh segenap sumber daya manusia dalam organisasi, baik unsur pimpinan maupun pekerja. Banyak sekali Faktor yang dapat mempengaruhi sumber daya manusia dalam menjalankan kinerjanya sehingga tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dapat berubah.

5. Control (C)

Merupakan tahap operasional terakhir dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan proses distandarisasikan dan disebarluaskan, prosedur prosedur didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja standar, serta kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer dari timSix Sigma kepada pemilik atau penanggung jawab proses, yang berarti proyek Six Sigma berakhir pada tahap ini.

3.3. Kaizen

Dokumen terkait