• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengelolaan jejaring lanskap ekologis lanskap Kampus IPB Dramaga dapat ditentukan dengan menggunakan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Terdapat dua jenis faktor yaitu internal (dari dalam) yang terdiri atas kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) serta faktor eksternal yang terdiri atas peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat).

Identifikasi Faktor Strategis Internal

Faktor strategis internal adalah faktor yang dimiliki oleh tapak, faktor ini ditentukan berdasarkan hasil kuesioner, pengamatan lapang serta hasil wawancara dengan pengelola dan civitas akademika IPB.

a. Kekuatan

1. Kampus IPB Dramaga memiliki berbagai jenis tipe ekosistem.

Terdapat hutan, arboretum, sawah, danau, sungai dan ruang terbuka lainnya yang dijadikan lokasi praktikum dari berbagai jurusan di IPB sehingga keragaman ekosistem tersebut dipertahankan hingga saat ini. Keragaman ekosistem tersebut menjadi habitat dari berbagai satwa liar

2. Curah hujan tinggi di Dramaga

Hampir setiap hari Kota Bogor dan sekitarnya termasuk Dramaga terkena hujan. Hal ini dapat meminimalisir resiko kekeringan yang dapat memutus daur hidup tanaman

3. Adanya jalan mobil lingkar kampus

Jalan mobil lingkar kampus membuat sebagian besar objek lanskap alami sebagai daerah inti dalam jejaring ekologis terhubung satu sama lain. Jalan tersebut berperan sebagai koridor yang dapat membantu mempertahankan kestabilan ekologi

b. Kelemahan

1. Berkurangnya area hijau akibat pembangunan

Bertambahnya fasilitas dan bangunan baru membuat area hijau beralih fungsi menjadi perkerasan.

2. Pembangunan tidak memperhatikan aspek ekologi.

Lokasi didirikannya bangunan-bangunan baru di IPB tidak memperhatikan aspek ekologi. Hal ini dapat mengancam terputusnya koridor ekologi. 3. Belum adanya jadwal rutin pengelolaan.

Jadwal pengelolaan rutin dibutuhkan untuk mengevaluasi kondisi lingkungan kampus sebagai bentuk pencegahan terhadap kerusakan.

Identifikasi Faktor Strategis Eksternal

Faktor strategis eksternal adalah faktor dari luar yang mempengaruhi tapak, faktor ini ditentukan berdasarkan hasil kuesioner, pengamatan lapang serta hasil wawancara dengan pengelola dan civitas akademika IPB. Terdapat dua peluang yang teridentifikasi, yaitu pengajuan IPB sebagai kampus biodiversitas dan banyaknya penelitian yang dilakukan oleh civitas akademik IPB maupun non IPB. Ancaman yang teridentifikasi terdapat tiga hal, yaitu batas lingkungan kampus yang tidak jelas, banyaknya masyarakat sekitar yang datang ke area kampus, dan perburuan satwaliar.

38

a. Peluang

1. Pengajuan IPB sebagai kampus biodiversitas

Kampus IPB menjadi salah satu kampus dengan keragaman hayati tinggi di Indonesia. Informasi tersebut telah diketahui sebagian besar civitas akademika IPB, sehingga motivasi untuk melestarikan lingkungan berpotensi lebih besar.

2. Banyaknya penelitian yang dilakukan oleh civitas akademik IPB maupun dari luar IPB.

Kegiatan penelitian mengenai lingkungan kampus bermanfaat untuk memberikan informasi penunjang untuk evaluasi dan kegiatan pengelolaan.

b. Ancaman

1. Batas lingkungan kampus yang tidak jelas

Kampus IPB tidak memiliki batas yang jelas sehingga orang luar bebas keluar-masuk tanpa sepengetahuan petugas keamanan.

2. Banyaknya penduduk sekitar yang berkunjung ke area kampus pada saat akhir pekan.

Pengunjung non IPB cenderung tidak menjaga kebersihan lingkungan pada saat melakukan kegiatan di area kampus.

3. Perburuan liar

Terdapat banyak perburuan satwaliar di Kampus IPB yang dilakukan oleh penduduk sekitar, hal tersebut dapat menurunkan keragaman satwaliar.

Penilaian Faktor Strategis Internal dan Faktor Strategis Eksternal

Setiap faktor strategis internal dan eksternal diberi keterangan tingkat kepentingannya (Tabel 14 dan 15).

Tabel 14. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Jejaring Lanskap Ekologis

Simbol Faktor Kekuatan (Strength) Tingkat Kepentingan S1 Kampus IPB Dramaga memiliki berbagai jenis

tipe ekosistem

Kekuatan Sangat Besar S2 Curah hujan tinggi di Dramaga Kekuatan yang Besar S3 Adanya jalan mobil lingkar kampus Kekuatan yang Besar Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) Tingkat Kepentingan

W1 Berkurangnya area hijau akibat pembangunan Kelemahan yang sangat berarti W2 Pembangunan tidak memperhatikan aspek

ekologi

Kelemahan yang sangat berarti

Tabel 15 Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Jejaring Lanskap Ekologis

Simbol Faktor Peluang (Opportunity) Tingkat Kepentingan O1 Pengajuan IPB sebagai kampus biodiversitas Peluang yang sedang O2 Banyaknya penelitian yang dilakukan oleh

civitas akademik IPB maupun dari luar IPB

Peluang yang besar Simbol Faktor Ancaman (Threats) Tingkat Kepentingan

T1 Batas lingkungan kampus yang tidak jelas Ancaman yang sedang T2 Banyaknya penduduk sekitar yang berkunjung

ke area kampus pada saat akhir pekan

Ancaman yang besar

T3 Perburuan liar Ancaman yang besar

Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Setelah memperoleh nilai tingkat kepentingan masing-masing faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode Paired Comparison (Tabel 16 dan Tabel 17), yaitu membandingkan masing-masing faktor terhadap faktor lainnya secara berpasangan. Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan strategi pengelolaan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Skala yang digunakan untuk mengisi kolom dalam menentukan tiap bobot adalah: 1. Bobot 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal. 2. Bobot 2 jika indikator faktor horizontal sama penting daripada faktor vertikal. 3. Bobot 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal. 4. Bobot 4 jika indikator faktor horizontal sangat lebih penting daripada faktor

vertikal.

Tabel 16 Penilaian Bobot Strategis Internal Pengelolaan Jejaring Ekologis Simbol S1 S2 S3 W1 W2 W3 Total Bobot

S1 3 3 2 2 1 11 0,15 S2 3 2 3 3 3 14 0,20 S3 3 2 3 3 3 14 0,20 W1 2 1 1 2 1 7 0,10 W2 2 1 1 2 3 9 0,13 W3 4 3 3 3 3 16 0,23 Total 71 1

Tabel 17. Penilaian Bobot Strategis Eksternal Pengelolaan Jejaring Ekologis Simbol O1 O2 T1 T2 T3 Total Bobot

O1 3 2 2 3 10 0,27 O2 1 1 2 2 6 0,16 T1 2 3 3 1 9 0,24 T2 1 2 1 2 6 0,16 T3 1 2 1 2 6 0,16 Total 37 1

40

Berdasarkan penilaian bobot, faktor-faktor tersebut diurutkan berdasarkan prioritas strategi pengelolaan jejaring lanskap ekologis Kampus IPB Dramaga. Peringkat strategi terdapat dalam Matriks IFE dan EFE (Tabel 18 dan 19).

Tabel 18. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Jejaring Ekologis

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan (Strength)

Curah hujan tinggi di Dramaga 0,20 3 0,6

Adanya jalan mobil lingkar kampus 0,20 3 0,6

Kampus IPB Dramaga memiliki berbagai jenis tipe ekosistem 0,15 4 0,6

Kelemahan (Weakness)

Belum adanya jadwal rutin pengelolaan 0,23 2 0,46

Pembangunan tidak memperhatikan aspek ekologi 0,13 1 0,13 Berkurangnya area hijau akibat pembangunan 0,10 1 0,1

Total 1,0 14 2,49

Tabel 19. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Jejaring Ekologis

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

Peluang (Opportunity)

Pengajuan IPB sebagai kampus biodiversitas 0,27 4 1,08 Banyaknya penelitian yang dilakukan oleh civitas

akademik IPB maupun dari luar IPB

0,16 4 0,64

Ancaman (Threat)

Batas lingkungan kampus yang tidak jelas 0,24 1 0,24 Banyaknya penduduk sekitar yang berkunjung ke area

kampus pada saat akhir pekan

0,16 2 0,32

Perburuan liar 0,16 1 0,16

Total 1,0 12 2,44

Berdasarkan perhitungan IFE dan EFE yang ditampilkan pada Tabel 18 dan Tabel 19, kondisi internal dan eksternal jejaring lanskap ekologi Kampus IPB Dramaga sebesar 2,49 untuk kondisi internal dan 2,44 untuk total skor kondisi eksternal. Menurut David (2003), jika nilai total skor IFE dan EFE kurang dari 2,5 maka nilai tersebut menunjukkan kondisi yang lemah. Oleh karena itu, posisi jejaring lanskap ekologi Kampus IPB Dramaga pada saat ini dapat dikatakan lemah. Nilai total masing-masing kondisi dipetakan ke Matriks Internal – Eksternal (IE) (Gambar 26). Berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE, Jejaring lanskap ekologis Kampus IPB Dramaga berada pada kuadran V. Posisi tersebut menunjukkan bahwa Jejaring lanskap ekologis berada pada kondisi hold and maintain

Total Skor IFE I II III IV V VI VII VIII IX

Gambar 26. Matriks Internal – Eksternal (IE) Matriks SWOT

Terdapat tujuh alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks faktor internal dan eksternal, yaitu a) mempertahankan area ekosistem alami agar tidak beralih fungsi, b) meningkatkan sosialisasi kampus biodiversitas, c) meningkatkan keamanan kampus, d) mengadakan evaluasi secara rutin, e) mengintegrasikan tujuan kampus biodiversitas dengan pembangunan di IPB, f) melibatkan ahli ekologi dalam membuat keputusan mengenai pembangunan, dan g) membuat papan peraturan pada objek-objek lanskap alami (Tabel 20). Strategi tersebut disusun berdasarkan keadaan pengelolaan jejaring lanskap ekologis di Kampus IPB Darmaga.

Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi

Penentuan rangking alternatif strategi dilakukan berdasarkan nilai yang didapatkan dari analisis kuantitatif terhadap skor pembobotan faktor internal eksternal. Faktor-faktor yang dianalisis merpakan faktor yang mempengaruhi strategi tersebut. Setelah semua alternatif strategi mendapatkan nilai, kemudian disusun urutan rangking dari strategi yang memiliki total nilai yang terbesar hingga yang terkecil (Tabel 21). Urutan rangking tersebut merupakan urutan prioritas pelaksanaan alternatif strategi tersebut. Alternatif strategi yang memiliki nilai total tertinggi adalah mempertahankan area ekosistem agar tidak beralih fungsi 2,92. Sedangkan alternatif strategi yang memiliki nilai terkecil adalah pembuatan papan peraturan pada objek-objek lanskap alami dengan total nilai 0,71.

Kuat Sedang T ot al S ko r E F E K ua t L em ah 4,0 3,0 2,0 Lemah 1,0 3,0 2,0 1,0 S eda ng

42

Tabel 20. Matriks SWOT Jejaring Lanskap Ekologis Kampus IPB Dramaga

Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)

(O1) Pengajuan IPB sebagai kampus biodiversitas

(O2) Banyaknya penelitian yang dilakukan oleh civitas akademik IPB maupun dari luar IPB

(T1) Batas lingkungan kampus yang tidak jelas

(T2) Banyaknya penduduk sekitar yang berkunjung ke area kampus saat akhir pekan (T3) Perburuan liar

Kekuatan (Strength) Strategi SO Strategi ST

(S1) Kampus IPB Dramaga memiliki berbagai jenis tipe ekosistem.

1. Mempertahankan area ekosistem alami agar tidak beralih fungsi

1. Meningkatkan keamanan kampus

(S2) Curah hujan tinggi di Dramaga

2. Meningkatkan sosialisasi kampus biodiversitas

2. Mengadakan evaluasi secara rutin

Kelemahan (Weakness) Strategi WO Strategi WT

(W1) Berkurangnya area hijau akibat pembangunan

(W2)Pembangunan tidak memperhatikan aspek ekologi (W3) Belum adanya jadwal rutin pengelolaan

1.Mengintegrasikan tujuan kampus biodiversitas dengan pembangunan di IPB 2. Melibatkan ahli ekologi

dalam membuat keputusan mengenai pembangunan

1. Membuat papan peraturan pada objek-objek lanskap alami

Tabel 21. Perangkingan Alternatif Strategi Pengelolaan Jejaring Lanskap Ekologis Alternatif Strategi Faktor yang

berpengaruh

Total

Nilai Ranking Mempertahankan area ekosistem alami

agar tidak beralih fungsi S1, S2, O1, O2 2,92 I Melibatkan ahli ekologi dalam

membuat keputusan mengenai pembangunan

W1, W2, W3, O1, O2

2,41

II Meningkatkan sosialisasi kampus

biodiversitas S1, O1, O2 2,32

III Mengintegrasikan tujuan kampus

biodiversitas dengan pembangunan di IPB

W1, W2, W3, O1

1,77

IV Meningkatkan keamanan kampus S1, T1, T2, T3 1,32 V Mengadakan evaluasi secara rutin S1, T2, T3 1,08 VI Membuat papan peraturan pada

objek-objek lanskap alami

W1, W2, T2, T3 0,71

VII

Berdasarkan hasil analisis, tersusun strategi pengelolaan yang dapat digunakan sebagai rekomendasi pihak pengelola lanskap Kampus IPB Dramaga (Tabel 21). Alternatif strategi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Faktor Eksternal

Faktor Internal

1. Mempertahankan area ekosistem alami agar tidak beralih fungsi

Area ekosistem alami mencakup hutan, kebun, arboretum, situ, sungai, yang berperan sebagai daerah konservasi pada area kampus IPB tetap dipertahankan dan tidak diubah fungsinya sehingga tidak ada patch yang hilang serta tetap saling terhubung sebagai jejaring lanskap ekologis.

2. Melibatkan ahli ekologi dalam membuat keputusan mengenai pembangunan Pembangunan yang dilakukan di area kampus tidak memperhatikan aspek ekologi, sehingga beresiko terhadap kerusakan lingkungan yang berdampak pada menurunnya keragaman vegetasi dan satwa. Oleh karena itu, diperlukan tim khusus yang memiliki keahlian dalam bidang ekologi untuk mengelola lanskap Kampus IPB Dramaga.

3. Meningkatkan Sosialisasi Kampus Biodiversitas

Sosialisasi mengenai identitas IPB sebagai kampus biodiversitas dapat meningkatkan motivasi civitas akademika untuk lebih menjaga lingkungan sekitar. Adanya informasi tersebut dapat membuat rasa kepemilikan terhadap lingkungan kampus meningkat, sehingga setiap pengguna lebih bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan di area kampus. Hal ini dapat mengurangi kegiatan yang bersifat merusak lingkungan.

4. Mengintegrasikan Tujuan Kampus Biodiversitas dengan Pembangunan

Adanya tujuan kampus biodiversitas, seharusnya dapat membuat IPB lebih berupaya untuk melestarikan berbagai jenis vegetasi dan satwa yang sudah ada. Oleh karena itu, diperlukan kesamaan visi dari pihak pengelola lanskap dan pihak lainnya untuk berhati-hati dalam menentukan lokasi pembangunan. Pembangunan pada daerah inti dan koridor penghubung sebaiknya dihindari agar jejaring lanskap ekologis tidak terputus sehingga interaksi antar komponen lanskap dapat menuju ke arah berkelanjutan.

5. Meningkatkan Keamanan Kampus

IPB memiliki luas area cukup besar, yaitu ± 256,97 Ha. Lokasi kampus yang berbatasan langsung dengan permukiman penduduk menyebabkan sulitnya membatasi kegiatan yang dilakukan oleh non civitas akademik IPB. Kasus seperti penebangan pohon dan perburuan satwa seringkali terjadi. Penemuan jebakan satwa di beberapa lokasi menjadi bukti adanya ancaman bagi satwa langka yang berhabitat di area kampus IPB. Oleh karena itu diperlukan peningkatan keamanan dengan pengecekan secara rutin pada lokasi yang sering dijadikan target perburuan. Selain itu, penyusunan aturan resmi bagi hukuman pencurian satwaliar juga harus segera disusun agar pelaku dapat ditindak tegas.

6. Mengadakan Evaluasi Secara Rutin

Arifin et.al (2008) menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk menaksir kinerja dan keluaran yang dihasilkan oleh suatu program. Evaluasi dilakukan untuk menentukan keputusan apakah akan melanjutkan suatu program yang dinilai sukses atau apakah akan menghentikannya. Evaluasi diperlukan untuk memberikan gambaran kondisi saat ini, sehingga kegiatan pengelolaan dapat disesuaikan dengan

44

melihat potensi dan kendala yang ada pada tapak. Evaluasi dapat dilakukan dengan melibatkan berbagai organisasi dan seluruh civitas akademik IPB.

Gambar 27 Perburuan Liar dengan Memasang Jebakan 7. Membuat Papan Peraturan pada Objek-Objek Lanskap Alami

Papan tulisan pada taman bertujuan untuk memberikan informasi maupun himbauan kepada para pengguna taman. Papan tulisan tersebut dapat berupa papannama tanaman atau papan himbauan bagi pengguna taman. Papan tulisan tersebut dapat bermanfaat untuk mencegah kerusakan taman akibat ketidaktahuan dan ketidakpedulian pengguna taman (Arifin dan Arifin 2005). Pembuatan papan peraturan atau himbauan dapat dilakukan dengan menggunakan desain yang memudahkan pengguna untuk membaca serta menggunakan material sesuai dengan lingkungan outdoor.

5 SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait