• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Strategi Pengembangan Kelompok Tani d

Setiap kelompok tani tentunya menghadapi masalah. Namun masalah-masalah dalam menghadapi tujuan tersebut harus dapat menentukan strategi pengembangan yang tepat agar mampu menempatkan diri pada posisi yang menguntungkan. Dalam menetapkan strategi pengembangan yang tepat bagi kelompok tani, dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang memberikan dampak bagi kelompok tani tersebut. Melalui faktor internal dapat

diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kelompok tani. Sedangkan melalui faktor-faktor eksternal dapat diketahui peluang dan ancaman bagi kelompok tani tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari kelompok tani di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi pengembangan kelompok tani sebagai berikut :

Tabel 12. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Pengembangan Kelompok Tani

Faktor-Faktor Parameter

Faktor Internal

1. Kekuatan a. Memiliki Badan Hukum

b. Keanggotaan yang Terbuka dan Sukarela c. Struktur Organisasi yang Tertata dengan Baik 2. Kelemahan a. Lemahnya Modal

b. Partisipasi Anggota Rendah c. Penguasaan Teknologi Kurang Faktor Eksternal

1. Peluang a. Potensi Daerah

b. Kebijakan Pemerintah

c. Tuntutan Masyarakat untuk Mengembangkan Kelompok Tani

2. Ancaman a. Persaingan Usaha b. Terbatasnya Teknologi

c. Persepsi Berbeda Sesama Kelompok Tani

Sumber: Data Diolah dari Lampiran 4 dan 5

Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal dalam pengembangan kelompok tani di daerah penelitian, tahap selanjutnya adalah tahap pengumpulan data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS).

Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, rating dan pembobotan dipindahkan ke table matriks IFAS untuk diberi skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut:

Tabel 13. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-FaktorStrategi Internal Rating Bobot Skor

Strength (Kekuatan)

Memiliki Badan Hukum 3 15 45

Keanggotaan yang Terbuka

dan Sukarela 4 20 80

Struktur Organisasi yang Tertata

dengan Baik 3 15 45

Jumlah 10 50 170

Weakness (Kelemahan)

Lemahnya Modal 3 18,75 56,25

Partisipasi Anggota Rendah 2 12,5 25

Penguasaan Teknologi Kurang 3 18,75 56,25

Jumlah 8 50 137,5

Sumber :Data Diolah dari Lampiran 5

Perhitungan bobot menurut Rangkuti (1997), didapat dari:

Sedangkan perhitungan skor didapat dari Bobot x Rating. Selanjutnya, hasil identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dari ancaman juga dilakukan pemberian rating dan bobot. Rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks EFAS untuk di beri skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut :

Tabel 14. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor

Oppurtunity (Peluang)

Potensi Daerah 4 22,22 88,88

Kebijakan Pemerintah 3 16,67 50,01

Tuntutan Masyarakat untuk

Mengembangkan Kelompok Tani 2 11,11 22,22 Jumlah 9 50 161,11

Threats (Ancaman)

Persaingan Usaha 2 14,29 28,58

Terbatasnya Teknologi 3 21,42 64,28

Persepsi Berbeda Sesama

Kelompok Tani 2 14,29 28,58

Jumlah 7 50 121,44 Sumber :Data Diolah dari Lampiran 6

Perhitungan bobot menurut Rangkuti (1997), didapat dari:

Sedangkan perhitungan skor didapat dari Bobot x Rating. Setelah dilakukan pemindahan rating dan bobot untuk table matrik EFAS, selanjutnya dilakukan penggabungan antara factor strategis internal dan factor strategis eksternal sebagai berikut :

Tabel 15. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Eksternal Pengembangan Kelompok Tani

Faktor-Faktor Strategis Rating Bobot Skor Faktor Strategi Internal

Strength (Kekuatan)

Memiliki Badan Hukum 3 15 45

Keanggotaan yang Terbuka

Dan Sukarela 4 20 80

Struktur Organisasi yang Tertata

dengan Baik 3 15 45

Total Skor Kekuatan 10 50 170

Weakness (Kelemahan)

Lemahnya Modal 3 18,75 56,25

Partisipasi Anggota Rendah 2 12,5 25

Penguasaan Teknologi Kurang 3 18,75 56,25

Total Skor Kelemahan 8 50 137,50

Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 32,5

Faktor Strategis Eksternal

Oppurtunity (Peluang)

Potensi Daerah 4 22,22 88,88

Kebijakan Pemerintah 3 16,67 50,01

Tuntutan Masyarakat untuk

Mengembangkan Kelompok Tani 2 11,11 22,22 Total Skor Peluang 9 50 161,11

Threats (Ancaman)

Persaingan Usaha 2 14,29 28,58

Terbatasnya Teknologi 3 21,42 64,28

Persepsi Berbeda Sesama

Kelompok Tani 2 14,29 28,58

Total Skor Ancaman 7 50 121,44

Selisih (Peluang – Ancaman) 39,67

Sumber :Data Diolah dari Lampiran 7

Tabel 15 menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan – kelemahan) adalah sebesar 32,5 yang artinya pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan pengaruh kelemahan pada pengembangan kelompok tani di daerah penelitian. Sedangkan selisih faktor strategis eksternal (peluang – ancaman) sebesar39,67 yang artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan pengaruh ancaman pada pengembangan kelompok tani di daerah penelitian.

95,47

Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut, maka dapat diketahui posisi strategi pengembangan di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Posisi strategis pengembangan kelompok tani dianalisis menggunakan matriks posisi, sehingga akan menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan – kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang – ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat sebagai berikut :

Y ( + )

Kuadran III Kuadran I Strategi Turn Around Strategi Agresif

X ( - ) X ( + )

32,5

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Y ( - )

Gambar 3. Matriks Posisi Strategi Pengembangan Kelompok Tani Pengembangan kelompok tani di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai berada pada posisi yang menguntungkan. Posisi berada di kuadran I, yaitu strategi agresif yang artinya posisi ini menandakan bahwa kelompok tani memiliki kekuatan lebih besar daripada kelemahan sehingga dapat memanfaatkan peluang untuk mengembangkan kelompok tani tersebut. Untuk itu, maka strategi yang harus diterapkan dalam kondisi yang demikian adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

F a k t o r i n t e r n a l 39,67

Penentuan alternatif dapat dilakukan dengan beberapa alternatif strategi bagi pengembangan kelompok tani yang sesuai dengan cara membuat matriks SWOT. Matriks SWOT ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi baik internal (kekuatan-kelemahan) maupun eksternal (peluang-ancaman).

Setelah mengetahui hasil pada gambar 3 diatas, perlu dilakukan analisis dengan menyusun faktor-faktor strategis dalam matriks SWOT. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis yaitu strategi SO (Strengths- Oppurtunities), strategi ST (Strengths-Threats), strategi WO (Weaknesses- Oppurtunities) dan strategi WT (Weaknesses-Threats).

Tabel 16. Matriks SWOT Pengembangan Kelompok Tani

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN (S)

1. Memiliki badan hukum(S1) 2. Keanggotaan yang terbuka

dan sukarela(S2)

3. Struktur organisasi yang tertata dengan baik(S3)

KELEMAHAN (W) 1. Lemahnya modal(W1) 2. Partisipasi anggota rendah(W2) 3. Penguasaan teknologi kurang (W3) PELUANG (O) 1. Potensi daerah (O1) 2. Kebijakan pemerintah

(O2)

3. Tuntutan masyarakat untuk mengembangkan kelompok tani (O3)

STRATEGI SO

1. Dengan memanfaatkan keanggotaan yang terbuka dan sukarela dan kebijakan pemerintah membantu masyarakat untuk mengembangkan kelompok tani (S2,O2,03) 2. Memanfaatkan struktur organisasi yang memiliki badan hukum sehingga dapat meningkatkan potensi daerah. (S1,S3,O1) STRATEGI WO 1. Mengajukan tambahan modal kepada

pemerintah agar dapat meningkatkan potensi daerah (W1,O1,O2) 2. Mengaktifkan partisipasi anggota untuk mengembangkan kelompok tani (W2,03) ANCAMAN (T) 1. Persaingan usaha (T1) 2. Terbatasnya ketersediaan teknologi(T2) 3. Persepsi berbeda sesama kelompok tani(T3) STRATEGI ST 1. Memanfaatkan keanggotaan yang terbuka dan sukarela dalam struktur organisasi bisa mengurangi persepsi berbeda sesama kelompok tani. (S2,S3,T3)

2. Memanfaatkan keanggotaan yang terbuka dan sukarela agar dapat memaksimalkan terbatasnya teknologi sehingga dapat memasuki persaingan usaha. (S2,T1,T2) STRATEGI WT 1. Memaksimalkan penguasaan teknologi demi memasuki persaingan usaha yang sehat. (W3,T1) 2. Mengoptimalkan

partisipasi anggota kelompok tani sehingga perbedaan persepsi dapat diminimalkan. (W2,T3)

Keempat berbagai kemungkinan strategi di atas tidak digunakan seluruhnya dalam pengembangan kelompok tani di daerah penelitian melainkan disesuaikan dengan posisi yang telah diketahui dalam matriks posisi SWOT. Di daerah penelitian, posisi dalam mengembangkan kelompok tani berada di kuadran I, sehingga strategi yang tepat digunakan dalam posisi tersebut adalah strategi agresif. Strategi agresif merupakan strategi yang fokus pada strategi SO (Strenghts- Oppurtunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Sehingga strategi-strategi yang tepat digunakan dalam mengembangkan kelompok tani di daerah penelitian adalah :

1. Dengan memanfaatkan keanggotaan yang terbuka dan sukarela dan kebijakan pemerintah membantu masyarakat untuk mengembangkan kelompok tani (S2,O2,03).

Keanggotaan kelompok tani merupakan keanggotaan yang terbuka dan sukarela dimana setiap anggota kelompok tani memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Perkembangan kelompok tani selayaknya mendapat dukungan dari pihak-pihak lain termasuk pemerintah. Dalam hal ini pemerintah harusnya memfasilitasi kelompok tani dengan memberikan benih padi sawah, pupuk dan pestisida yang bersubsidi serta penerapan teknologi yang lebih maju serta kegiatan pelatihan dan penyuluhan agar keanggotaan kelompok tani dapat lebih baik lagi.

2. Memanfaatkan struktur organisasi yang memiliki badan hukum sehingga dapat meningkatkan potensi daerah. (S1,S3,O1)

Organisasi kelompok tani yang terstruktur dan memiliki badan hukum ditandai dengan sertifikat pengukuhan kelompok tani yang ditandatangani

oleh kepala daerah. Hal ini tentunya mengisyaratkan bahwa kelompok tani berperan besar dalam memperkenalkan bahkan meningkatkan potensi daerah penelitian. Melalui kelompok tani yang memiliki struktur organisasi yang baik maka dapat dihasilkan perkembangan produksi usaha tani sehingga potensi daerah dapat lebih dimaksimalkan.

Dokumen terkait