• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Kurikulum di MTs NU Salatiga

BAB IV ANALISIS DATA

B. Strategi Pengembangan Kurikulum di MTs NU Salatiga

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dapat diketahui bahwa strategi pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di MTs NU Salatiga diantaranya adalah dengan menambah beberapa mata pelajaran

pendidikan agama Islam diantaranya adalah: Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam serta Bahasa Arab. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diganti dengan lima mata pelajaran agama yaitu

Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam serta Bahasa

Arab.

Dalam pelaksanaannya alokasi waktu tiap mata pelajaran dari DIKNAS 45 menit dikurangi menjadi 40 menit, hasil dari pengurangan waktu tersebut digunakan untuk tambahan mata pelajaran agama Islam. Dari DIKNAS terdapat 15 mata pelajaran, apabila alokasi waktu dipotong menjadi 40 menit maka sekolah mempunyai 5 menit x 15 yaitu 75 menit yang akan dipakai untuk mata pelajaran agama.

Alokasi waktu tersebut tidaklah cukup sehingga sekolah menambah 125 menit jam pelajaran. Selain penambahan lima mata pelajaran untuk pendidikan agama Islam, strategi pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam yang biasa dipakai adalah dalam metode pengajaran. Misalnya dalam

pelajaran Qur’an Hadits adalah metode hafalan dan qiroati. Hafalan dapat

membantu siswa dalam mempelajari surat, ayat-ayat serta hadits-hadits penting yang nantinya akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Metode qiroati dapat membantu pengajar dalam membiasakan peserta didik

dalam membaca Al’Qur’an tidak hanya bisa tetapi juga dapat membaca dengan baik dan benar.

Dalam mata pelajaran Fiqih metode yang digunakan adalah mengimplementasikan teori Fiqih yang ada dalam praktek kehidupan sehari- hari dalam kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Hal ini bertujuan agar para siswa dapat melakukan teori tersebut dengan benar. Selain itu praktek tersebut juga bertujuan untuk memahamkan siswa makna-makna yang terkandung dalam gerakan atau amalan-amalan yang ada pada teori.

C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga

Ada dua faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum pendidikan agama islam di MTs NU Salatiga yaitu faktor pendudkung dan faktor penghambat.

1. Faktor Pendukung Pengembangan Kurikulum di MTs NU Salatiga

Faktor pendukung dalam proses pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga ini adalah adanya fasilitas yang berupa TV dan VCD, LCD, kartu silih Tanya, serta tempat atau keberadaan Madrasah yang sangat strategis. Selain itu program sekolah yang diadakan sebulan 2 kali oleh kepala sekolah, dimana program tersebut mempertemukan para guru dalam satu forum untuk mempresentasikan metode pembelajaran oleh para guru, sehingga selalu terjadi inovasi metode pembelajaran. Faktor pendukung diatas sesuai dengan teori supervisi oleh kepala sekolah. Supervisi lebih merupakan kegiatan dalam proses pembinaan kurikulum. Program sekolah setiap bulan 2

kali yang diprakarsai oleh kepala sekolah tersebut merupakan bukti bahwa kepala sekolah di MTs NU Salatiga telah mengadakan supervisi.

Sasaran kegiatan supervisi ini menyangkut proses pelaksanaan, sarana, maupun hasil belajar murid. Dalam supervisi ini, seorang supervisor (kepala sekolah) langsung memberikan koreksi/pengarahan/petunjuk kepada petugas- petugas pendidikan yang dibinanya. Di MTs NU Salatiga ini, kegiatan supervisi dilakukan oleh Kepala Sekolah. Beliau sebagai kepala sekolah memberikan pembinaan langsung dalam proses pengembangan kurikulum. Kemudian jika didalam pelaksanaan lapanganya ditemui kendala-kendala maka akan segera dicarikan solusi alternatif untuk mengatasinya.

2. Faktor Penghambat Pengembangan Kurikulum di MTs NU Salatiga

Faktor penghambat dalam proses pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga yang paling dirasa diantaranya adalah fasilitas yang ada masih dirasa terbatas. Sedangkan hambatan yang berasal dari siswa maupun guru, semuanya bisa diatasi dengan baik. Dalam sebuah proses pengembangan kurikulum memang akan dijumpai hambatan-hambatan yang menyertai proses pengembangan kurikulum tersebut. Demikian juga hambatan yang dihadapi MTs NU Salatiga seperti diatas.

D. Manfaat Pengembangan Kurikulum PAI di MTs NU Salatiga

Setelah Penulis mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan kurikulum PAI di MTs NU Salatiga penulis akan mengambil manfaatnya yaitu membentuk siswa yang beriman, bertaqwa terhadap Allah SWT, berilmu, beramal, siswa mempunyai wawasan pendidikan agama secara luas, siswa

memiliki skil terapi misalnya fiqih ibadah lebih mampu dari segi teoritis/praktis. Sehingga anak bisa disiplin dengan ilmu yang dimiliki dan anak terampil sekaligus paham terhadap apa yang telah dipelajari.

Dengan demikian hasil penelitian membuktikan bahwa pengembangan kurikulum memberikan nilai yang bermanfaat bagi guru, murid dan lembaga.

BAB 1V ANALISIS DATA

Pada bab ini peneliti akan menyajikan uraian bahasan sesuai dengan temuan penelitian, sehingga dalam pembahasan ini akan mengintregasikan temuan yang ada sekaligus akan memodifikasinya dengan teori yang ada. Sebagaimana yang telah ditegaskan dalam teknik analisis kualitatif deskriptif (pemaparan) dari data yang telah diperoleh baik melalui observasi, dokumentasi, dan interview diidentifikasi agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari hasil tersebut akan dikaitkan dengan teori yang ada diantaranya sebagaimana berikut:

E. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MTs NU Salatiga Berdasarkan temuan yang peneliti dapatkan di lapangan, dapat diketahui bahwa alasan pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di MTs NU Salatiga adalah dikarenakan yayasan yang menaungi sekolah tersebut adalah yayasan yang bercirikan keislaman yaitu yayasan Imaratul Madaris (YAIMAM). Yayasan ini didirikan ditengah masyarakat yang masih abangan (masyarakat awam), sehingga satuan pendidikan yang dinaungi tidak hanya memiliki tujuan dalam pendidikan formal tetapi juga dalam dakwah.

Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di MTs NU Salatiga juga menyesuaikan dengan kebutuhan para siswa. Siswa yang pada awalnya hanya mendapatkan materi pelajaran Agama Islam menjadi mendapatkan banyak tambahan materi pelajaran sehingga para siswa dapat mengetahui banyak hal tentang agama Islam. Materi tersebut diantaranya adalah Aqidah Akhlaq, Bahasa Arab, Qur’an Hadits, Fiqih serta Sejarah Kebudayaan Islam. Sesuai dengan pendekatan dalam pengembangan kurikulum yang diungkapkan

oleh Muhaimin (2005: 139). dalam bukunya bahwa pendekatan dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam (PAI) dapat menggunakan pendekatan elektik, yaitu dapat memilih yang terbaik dari keempat pendekatan tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Pendekatan tersebut adalah pendekatan subjek akademis, pendekatan humanistik, pendekatan teknologis, dan pendekatan rekonstrksi sosial.

Berdasarkan data diatas, peneliti menemukan bahwa dalam melakukan pengembangan kurikulum, MTs NU Salatiga menggunakan pendekatan Rekonstruksi sosial dan pendekatan Subjek akademis.

Hal di atas juga sesuai dengan prinsip pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Abdullah Idi (2010: 1790). Salah satunya adalah prinsip relevansi. Pengembangan kurikulum yang dilakukan memiliki kesesuaian antara (program) pendidikan dengan tuntunan kehidupan masyarakat (the needs of society). Pendidikan dikatakan relevan bila hasil yang diperoleh akan berguna bagi kehidupan seseorang. Tujuan, isi, dan proses beajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Komponen-komponen tersebut memiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dapat diketahui bahwa strategi pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di MTs NU Salatiga diantaranya adalah dengan menambah beberapa mata pelajaran pendidikan agama Islam diantaranya adalah: Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam serta Bahasa Arab. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diganti dengan lima mata pelajaran agama yaitu

Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam serta Bahasa

Arab.

Dalam pelaksanaannya alokasi waktu tiap mata pelajaran dari DIKNAS 45 menit dikurangi menjadi 40 menit, hasil dari pengurangan waktu tersebut digunakan untuk tambahan mata pelajaran agama Islam. Dari DIKNAS terdapat 15 mata pelajaran, apabila alokasi waktu dipotong menjadi 40 menit maka sekolah mempunyai 5 menit x 15 yaitu 75 menit yang akan dipakai untuk mata pelajaran agama.

Alokasi waktu tersebut tidaklah cukup sehingga sekolah menambah 125 menit jam pelajaran. Selain penambahan lima mata pelajaran untuk pendidikan agama Islam, strategi pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam yang biasa dipakai adalah dalam metode pengajaran. Misalnya dalam

pelajaran Qur’an Hadits adalah metode hafalan dan qiroati. Hafalan dapat

membantu siswa dalam mempelajari surat, ayat-ayat serta hadits-hadits penting yang nantinya akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Metode qiroati dapat membantu pengajar dalam membiasakan peserta didik

dalam membaca Al’Qur’an tidak hanya bisa tetapi juga dapat membaca dengan baik dan benar.

Dalam mata pelajaran Fiqih metode yang digunakan adalah mengimplementasikan teori Fiqih yang ada dalam praktek kehidupan sehari- hari dalam kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Hal ini bertujuan agar para siswa dapat melakukan teori tersebut dengan benar. Selain itu praktek tersebut juga bertujuan untuk memahamkan siswa makna-makna yang terkandung dalam gerakan atau amalan-amalan yang ada pada teori.

G. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga

Ada dua faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum pendidikan agama islam di MTs NU Salatiga yaitu faktor pendudkung dan faktor penghambat.

3. Faktor Pendukung Pengembangan Kurikulum di MTs NU Salatiga

Faktor pendukung dalam proses pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga ini adalah adanya fasilitas yang berupa TV dan VCD, LCD, kartu silih Tanya, serta tempat atau keberadaan Madrasah yang sangat strategis. Selain itu program sekolah yang diadakan sebulan 2 kali oleh kepala sekolah, dimana program tersebut mempertemukan para guru dalam satu forum untuk mempresentasikan metode pembelajaran oleh para guru, sehingga selalu terjadi inovasi metode pembelajaran. Faktor pendukung diatas sesuai dengan teori supervisi oleh kepala sekolah. Supervisi lebih merupakan kegiatan dalam proses pembinaan kurikulum. Program sekolah setiap bulan 2

kali yang diprakarsai oleh kepala sekolah tersebut merupakan bukti bahwa kepala sekolah di MTs NU Salatiga telah mengadakan supervisi.

Sasaran kegiatan supervisi ini menyangkut proses pelaksanaan, sarana, maupun hasil belajar murid. Dalam supervisi ini, seorang supervisor (kepala sekolah) langsung memberikan koreksi/pengarahan/petunjuk kepada petugas- petugas pendidikan yang dibinanya. Di MTs NU Salatiga ini, kegiatan supervisi dilakukan oleh Kepala Sekolah. Beliau sebagai kepala sekolah memberikan pembinaan langsung dalam proses pengembangan kurikulum. Kemudian jika didalam pelaksanaan lapanganya ditemui kendala-kendala maka akan segera dicarikan solusi alternatif untuk mengatasinya.

4. Faktor Penghambat Pengembangan Kurikulum di MTs NU Salatiga

Faktor penghambat dalam proses pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga yang paling dirasa diantaranya adalah fasilitas yang ada masih dirasa terbatas. Sedangkan hambatan yang berasal dari siswa maupun guru, semuanya bisa diatasi dengan baik. Dalam sebuah proses pengembangan kurikulum memang akan dijumpai hambatan-hambatan yang menyertai proses pengembangan kurikulum tersebut. Demikian juga hambatan yang dihadapi MTs NU Salatiga seperti diatas.

H. Manfaat Pengembangan Kurikulum PAI di MTs NU Salatiga

Setelah Penulis mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan kurikulum PAI di MTs NU Salatiga penulis akan mengambil manfaatnya yaitu membentuk siswa yang beriman, bertaqwa terhadap Allah SWT, berilmu, beramal, siswa mempunyai wawasan pendidikan agama secara luas, siswa

memiliki skil terapi misalnya fiqih ibadah lebih mampu dari segi teoritis/praktis. Sehingga anak bisa disiplin dengan ilmu yang dimiliki dan anak terampil sekaligus paham terhadap apa yang telah dipelajari.

Dengan demikian hasil penelitian membuktikan bahwa pengembangan kurikulum memberikan nilai yang bermanfaat bagi guru, murid dan lembaga.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil pembahasan dan analisis pada bab 1V, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai strategi pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam di MTs NU Salatiga adalah sebagai berikut:

1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MTs NU Salatiga

a. Dalam kurikulum pendidikan Agama Islam semua guru di MTs NU Salatiga selalu mengadakan evaluasi sepanjang proses pelaksanaan kurikulum semester serta penilaian ahir formatif dan sumartif yang mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi pelaksanaan kurikulum.

b. Pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam di MTs. NU juga disesuaikan dengan kebutuhan para siswa. Siswa yang pada awalnya hanya mendapatkan materi pelajaran Agama Islam menjadi mendapatkan banyak tambahan materi pelajaran sehingga para siswa diantaranya adalah Aqidah Akhlaq, Bahasa Arab, Qur’an Hadits, Fiqih serta sejarah kebudayaan Islam.

2. Strategi pengembangan kurikulum yang digunakan di MTs NU Salatiga a. Strategi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum PAI di MTs

1) Perencanaan pembelajaran (a) Pengembangan program

(b) Penyusunan persiapan mengajar 2) Pelaksanaan kegiatan Pembelajaran

(c) Penggunaan metode atau strategi pembelajaran (d) Penggunaan sumber belajar

3) Evaluasi hasil belajar

Penilaian KTSP menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan komprehensip guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri.

b. Pelaksanaannya alokasi waktu tiap mata pelajaran dari DIKNAS 45 menit dikurangi menjadi 40 menit, hasil dari pengurangan waktu dapat mengetahui banyak hal tentang agama Islam. Materi tersebut tersebut digunakan untuk tambahan mata pelajaran agama Islam.

Dari DIKNAS terdapat 15 mata pelajaran, apabila alokasi waktu dipotong menjadi 40 menit maka sekolah mempunyai 5 menit x 15 yaitu 75 menit yang akan dipakai untuk mata pelajaran agama. Alokasi waktu tersebut tidaklah cukup sehingga sekolah menambah 125 menit jam pelajaran.

3. Faktor Yang mempengaruhi pengembangan kurikulum di MTs NU Salatiga 1) Kurikulum

2) Bangunan dan Sarana 3) Guru

4) Peserta didik 5) Dinamika kelas 6) Lingkungan keluarga 7) Fasilitas

B. Saran Saran

Dengan ini, penulis mengajukan beberapa saran yang penulis harapkan mampu memberikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait, diantaranya:

1. Sumberdaya Manusia pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam yang ada di MTs. NU Salatiga mulai dari pakar-pakar ilmu pendidikan, administrasi pendidikan, guru, orang tua, serta siswa agar senantiasa saling mendukung dan bekerja sama dalam upaya pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam, sehingga proses pengembangan kurikulum dapat berjalan sesuai de ngan harapan dari tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik.

2. MTs NU Salatiga dalam mengembangkan kurikulum pendidikan agama Islam hendaknya mencakup empat hal yaitu tujuan, isi, metode dan evaluasi karena keempat komponen tersebut saling berkaitan erat.

3. Sarana dan prasarana di MTs NU Salatiga penunjang proses pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam agar terus dibenahi dan dilengkapi supaya benar-benar dapat memenuhi kebutuhan peserta didik.

4. Penulis menyarankan kepada penulis selanjutnya, agar dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai kajian untuk diadakan

penelitian lebih lanjut tentang strategi pengembangan kurikulum pendidikan Islam. Serta hendaklah peneliti selanjutnya dapat memperluas ruang lingkup yang terkait dengannya.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Asep Sopyana

Tempat/tanggal lahir : Kab. Cireon, 11, Agustus, 1987

NIM : 11107170

Jurusan : Tarbiyah PAI

Alamat Asal : Dusun Pahing, Rt/Rw 01/01. Kec. Greged Kab. Cirebon Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia Nama Orang Tua

a. Ayah : Jaid

b. Ibu : Saonah Jenjang Pendidikan :

1. SDN Kamarang Lebak tamat 2001 2. MTs PUI Cilimus tamat Tahun 2004 3. MAN 5 Jombang tamat Tahun 2007 4. SI Jurusan Tarbiyah PAI STAIN Salatiga.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 14 Maret 2013 Penulis

Dokumen terkait