• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha CV. Bening Jati Anugerah .1 Identifikasi faktor Internal dan Eksternal

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

7) Produk dan Mutu

4.6 Strategi Pengembangan Usaha CV. Bening Jati Anugerah .1 Identifikasi faktor Internal dan Eksternal

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal maupun eksternal CV. BJA berupa faktor kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness), serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang mempengaruhi pengembangan usaha pengolahan bakso ikan CV. BJA. Hasil analisis digunakan untuk menetapkan posisi CV. BJA saat ini dengan menggunakan matriks IFI dan EFE, kemudian dirumuskan strategik yang akan dijalankan dengan menggunakan analisis SWOT.

Analisis faktor internal dan eksternal CV. BJA tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kekuatan

(1) Tenaga kerja.

Keahlian tenaga kerja dan kemampuan sumber daya merupakan faktor yang menyebabkan perusahaan dapat lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Keahlian sumberdaya yang tinggi muncul dari kemampuan membentuk fungsi khusus yang lebih efektif dibandingkan dengan pesaingnya (Day dan Wensley, 1988 dalam Rangkuti 2005). Saat ini jumlah tenaga kerja tetap di CV. BJA berjumlah 20 orang. Jumlah tersebut sudah cukup memadai untuk menjalankan usaha, apalagi didukung latar belakang pendidikan yang cukup baik untuk kriteria tenaga kerja skala UKM, yaitu lebih dari setengahnya merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas.

Latar belakang pendidikan yang baik dan keahlian yang dimiliki tenaga kerja dari pengalaman kerja sangat membantu dalam proses transfer informasi dan pendelegasian tugas dan tanggung jawab yang diberikan pihak manajemen. Pembagian kerja yang jelas antara lain bagian administrasi dan keuangan, bagian produksi dan bagian operasional, serta pimpinan dan kepala bagian yang sangat mumpuni dan berpengalaman dalam bidangnya, sangat membantu efektivitas pelaksanaan usaha di CV.BJA dan menjadi kekuatan untuk pengembangan usaha. Namun demikian monitoring and controlling tetap dilakukan untuk mendeteksi apakah pelaksanaan kegiatan usaha berjalan seperti yang direncanakan.

Adanya pelajar ataupun mahasiswa dari seluruh Indonesia yang melakukan praktek magang di CV.BJA cukup membantu pelaksanaan kegiatan usaha. Disamping bantuan tenaga kerja, para pelajar/mahasiswa ini menjadi jembatan informasi dan ilmu pengetahuan bagi tenaga kerja dan manajemen CV.BJA untuk lebih mengerti secara teori ilmu-ilmu terkait teknologi pengolahan ikan yang diperoleh di sekolah menengah kejuruan, sekolah tinggi maupun

universitas. Berdasarkan hal tersebut, tenaga kerja di CV.BJA merupakan sumber kekuatan perusahaan dalam rangka pengembangan usaha saat ini dan ke depan.

(2) Mutu Produk.

Mutu bakso yang dihasilkan CV.BJA bukanlah mutu bakso yang optimal, yaitu bakso ikan yang berwarna putih bersih, kenyal, dan teksturnya kompak, halus dan tidak mudah rapuh. Bakso ikan tuna yang dihasilkan oleh CV.BJA adalah bakso yang terbuat dari daging merah/tetelan ikan tuna yang menghasilkan warna bakso seperti warna bakso daging sapi pada umumnya. Perbandingan daging ikan dan tepung 1 : 1 mengakibatkan tekstur bakso kurang optimal dan kurang kenyal. Sedangkan bakso surimi yang dihasilkan CV.BJA untuk warna, kekenyalan dan tekstur sudah lebih baik dari bakso ikan tuna. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata respon responden terhadap mutu bakso ikan tuna, surimi dan campuran dari aspek aroma, rasa, warna, tekstur, dan keseluruhan (overall) adalah netral, agak suka dan suka. Penetapan standar mutu bakso ikan yang dihasilkan CV.BJA berdasarkan kepada target konsumen yang dituju CV.BJA adalah konsumen kalangan menengah dengan daya beli yang banyak namun harga yang murah dan terjangkau. Sedangkan dari segi aroma, rasa, warna, bentuk dan keseluruhan (overall) yang masih dapat diterima (cukup disukai) konsumen .

Porter dalam Rangkuti (2005) menyatakan Perusahaan dapat memperoleh keunggulan bersaing yang lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya jika dia dapat memberikan harga jual yang lebih murah daripada harga yang diberikan oleh pesaingnya dengan nilai/mutu produk yang sama. Berdasarkan hasil penelitian, mutu bakso ikan yang diberikan oleh CV.BJA tidak berbeda nyata dengan mutu bakso yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing.

Harga jual yang lebih rendah dapat dicapai oleh perusahaan karena CV. BJA memanfaatkan skala ekonomis, efisiensi produk, penggunaan teknologi, kemudahan akses dengan bahan baku dan sebagainya (Porter dalam Rangkuti, 2005). Jika dibandingkan, harga bakso ikan tuna CV.BJA sebesar Rp. 15.000,- per 50 butir sedangkan harga bakso ikan tuna dipasaran sebesar Rp. 17.500,- per 30 – 32 butir bakso per kemasan. Untuk bakso surimi, harga jual yang ditetapkan CV.BJA sedikit lebih mahal dari bakso tuna yaitu Rp. 13.000,- per 30 butir bakso per kemasan. Jika dibandingkan dengan bakso surimi dipasaran Rp. 17.000 per 34 butir bakso, sehingga harga bakso surimi CV.BJA masih lebih murah dari harga pesaingnya. Berdasarkan hal ini, mutu produk dengan ditunjang harga yang murah dan terjangkau merupakan sumber kekuatan bagi CV.BJA untuk menjaring pasar dalam rangka pengembangan usaha.

(3) Fasilitas Produksi dan Peralatan.

Keberadaan fasilitas produksi dan peralatan dalam kondisi baik sangat penting dan menjadi modal utama pelaksanaan kegiatan produksi. Berdasarkan hasil survey lapangan, fasilitas produksi dan peralatan yang digunakan di CV. BJA cukup mutakhir dengan kapasitas produksi yang cukup besar. Fasilitas produksi dan peralatan tersebut diantaranya mesin pengaduk yang bisa menampung lebih dari 20 kilogram bahan baku, mesin cetak bakso dengan kecepatan 100 butir bakso per menit, mesin penggiling, sillent cutter, vacuum sealer, kompor set dan freezer, serta peralatan lainnya, yang menjadi faktor kekuatan bagi CV. BJA untuk dapat mengembangkan usahanya lebih luas lagi.

(4) Proses Pengolahan.

Proses pengolahan yang dilakukan di CV. BJA telah menerapkan sistem sanitasi dan higienis. Perusahaan telah memperoleh sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) yang dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan dengan Nomor: 213327603099 dan sertifikat HALAL dari MUI Jabar dengan Nomor: 01101031860608. Selain itu, pada tahun 2008 CV.BJA telah dinobatkan sebagai UMKM Terbaik Tingkat Nasional oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hal ini merupakan salah satu kekuatan internal yang telah dimiliki perusahaan untuk dapat berkembang maju. Namun kedepan, untuk menjaring pasar yang lebih luas lagi, perusahaan dapat mengembangkan diri dengan menerapkan sistem manajemen mutu minimal yang dapat diterapkan UMKM.

(5) Manajemen Bersifat kekeluargaan

Manajemen yang bersifat kekeluargaan menjadi kekuatan di CV. BJA. Sistem manajemen kekeluargaan untuk CV. BJA menjadikan koordinasi lebih mudah untuk dilakukan terutama dalam mencapai kesepakatan karena ada lebih banyak tenggang rasa dan toleransi diantara sesama pengelola.

(6) Loyalitas Karyawan.

Loyalitas karyawan sangat penting karena berpengaruh terhadap kestabilan produksi. Pada CV. Bening Jati Anugerah, karyawan yang ada cukup loyal dengan perusahaan, walaupun tetap ada kemungkinan terjadinya sabotase karyawan oleh perusahaan pesaing. Untuk mengantisipasi hal ini, perusahaan telah mengambil langkah-langkah strategis dengan memberikan kesejahteraan yang cukup dan lingkungan yang kondusif bagi karyawan yaitu dengan memberikan tunjangan kesehatan tiap bulan dan memberikan fasilitas tempat tinggal untuk karyawan. Loyalitas karyawan merupakan salah satu kekuatan internal bagi perusahaan untuk dapat terus berkembang.

2) Kelemahan

(1) Ketersediaan Bahan Baku

Ketersediaan bahan baku merupakan faktor penting dalam kontinuitas produksi di perusahaan. Jika pada tahun 2007 dan 2008 bahan baku masih sangat banyak, namun semenjak munculnya perusahaan-perusahaan baru, bahan baku menjadi masalah pokok dalam produksi. Dari siklus produksi bakso ikan dua tahun terakhir (Gambar. 14) terlihat terjadi penurunan dalam jumlah produksi dikarenakan sulitnya mendapatkan bahan baku daging merah ikan tuna. Kesulitan terbesar mendapatkan bahan baku terlihat jelas sejak akhir tahun 2010 sampai dengan pertengah 2011. Kurangnya bahan baku terlihat menurun cukup tajam di bulan April sampai Juni 2011.

Gambar 14. Volume Produksi Bakso Ikan Tuna oleh CV. BJA

Mencari bahan baku pengganti merupakan salah satu langkah yang dilakukan CV. BJA untuk tetap melayani permintaan konsumen terhadap bakso ikan. Namun kurangnya ketersediaan bahan baku tetap masalah yang krusial bagi perusahaan untuk dapat berkembang. Ketersediaan bahan baku ditempatkan sebagai faktor kelemahan pertama dalam usaha pengembangan bakso ikan di CV. BJA.

(2) Tenaga Pemasaran.

Dengan semakin banyaknya usaha sejenis dan keberadaan perusahaan-perusahaan baru memberikan peluang bagi tenaga pemasaran untuk memasarkan bermacam produk yang ditawarkan. Hal ini menjadi kelemahan bagi perusahaan karena menjadi sulit untuk mendapatkan tenaga pemasaran yang tetap loyal memasarkan merk yang diminta. Saat ini tenaga pemasaran yang dimiliki oleh CV. BJA terdiri dari 25 agen dan satu buah outlet yang terletak di Pasar Ikan Higienis Cibinong. Jumlah tenaga tersebut CV. BJA baru mampu menyediakan 50% dari potensi pasar yang ada. Dengan kurangnya loyalitas tenaga pemasaran menjadi suatu kendala / kelemahan bagi CV. BJA untuk mencapat target sasaran memenuhi pangsa pasar 50% yang masih terbuka.

(3) Modal Usaha.

Modal usaha yang digunakan oleh perusahaan saat ini adalah modal sendiri atau modal lancar. Hal ini menjadi kelemahan perusahaan karena keterbatasan dana yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha dalam rangka memenuhi target pasar potensial yang belum dipenuhi. Untuk mengembangkan usahanya CV.BJA sangat mengharapkan adanya bantuan untuk mendapatkan supplai dana berupa pinjaman modal dengan sistem pengembalian yang dapat dijangkau dari pemerintah daerah maupun pusat.

(4) Promosi.

Promosi merupakan aspek penting dalam pemasaran, dengan promosi maka produk akan lebih dikenal dan jaringan pemasarannya akan lebih luas. Pada awal-awal berdirinya CV. Bening Jati Anugerah, yaitu di tahun 2007 dan tahun 2008, promosi dilakukan melalui pameran-pameran yang diadakan di PRJ (Pekan Raya Jakarta). Namun setelah manajemen perusahaan pecah menjadi PT. Sakana dan CV. BJA, maka promosi lebih ditekankan pada pameran yang diadakan oleh Lembaga

Pemerintah seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan dan lainnya. Kurangnya promosi merupakan kelemahan yang dihadapi perusahaan. Promosi merupakan faktor penting dan cara yang paling efektif untuk mengenalkan produk secara luas kepada masyarakat. Tanpa promosi yang baik maka produk akan sulit dikenal luas dipasaran.

3) Peluang

(1) Pangsa Pasar (prospek pasar).

Bakso merupakan makanan olahan yang sangat disukai oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan makanan olahan ini sangat besar baik untuk masyarakat umum maupun untuk catering, hotel, pasar modern dan rumah makan lainnya. Dengan adanya permintaan dibukanya keran impor untuk produk bakso dan olahan sejenis yang mencapai 25 juta butir per bulan pada April 2011 lalu dari importir di Malaysia membuktikan besarnya kebutuhan (pangsa pasar) masyarakat Indonesia akan produk ini. Dengan tertutupnya keran impor oleh Pemerintah memberikan peluang yang sangat besar bagi UKM untuk memasuki posisi strategis dalam penyediaan bakso dan olahan sejenis. Namun munculnya peluang tanpa peningkatan mutu akan kurang diminati masyarakat, oleh karena itu CV. BJA harus terus mengembangkan usahanya melalui peningkatan mutu agar tetap dapat eksis di usaha pengolahan ikan ini.

(2) Kemajuan Teknologi.

Berkembangnya teknologi dengan terciptanya mesin-mesin baru memberikan peluang bagi perusahaan-perusahaan pengolahan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam proses produksinya. Peningkatan teknologi berarti peningkatan kapasitas produksi yang mampu dilakukan oleh perusahaan. Dengan kemajuan teknologi saat ini, sudah lebih banyak industri manufacturing alat-alat industri yang menawarkan mesin-mesin pengolahan dengan spesifikasi yang lebih detail dan harga yang kompetitif. Terciptanya mesin-mesin pengolah

yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan ini, memberikan peluang bagi CV. BJA untuk memilih mesin mana yang paling baik dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Selain itu, kemajuan teknologi informasi juga turut berperan aktif untuk didayagunakan dalam menjaring pasar lebih luas lagi.

(3) Demografi dan Sosial.

Semakin tingginya ilmu pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan mutu, gizi dan kesehatan memberi peluang yang sangat besar untuk berkembangnya jenis-jenis makanan olahan berbahan baku ikan. Bakso ikan dan olahan ikan lainnya merupakan produk yang dipercaya memiliki kandungan gizi (protein tinggi dan lemak rendah) yang sangat baik bagi tubuh, memberikan peluang yang sangat nyata untuk dapat berkembang di masyarakat.

(4) Diversifikasi Produk.

Untuk dapat eksis di masyarakat, diversifikasi produk menjadi sangat penting karena selain dapat berfungsi untuk menghadapi kelangkaan bahan baku, juga untuk tetap menarik pasar yang seringkali mengalami kejenuhan apabila terus-menerus dihadapkan pada produk yang itu itu saja. Diversifikasi produk juga merupakan salah satu strategi dan peluangn yang dapat dilakukan CV. BJA untuk menghadapi munculnya pesaing-pesaing baru. Diversifikasi produk dapat menjadi peluang yang sangat dimungkinkan untuk terus memberikan selera-selera baru bagi masyarakat dan untuk tetap memikat konsumen agar tidak berpaling dari produk lain. Jika di awal tahun 2011, CV. BJA telah melakukan beberapa diversifikasi produk dari bakso tuna menjadi bakso surimi, ke depan diharapkan dapat tercipta produk lain yang lebih kreatif dan inovatif.

(5) Kapasitas Produksi.

Saat ini, proses produksi yang dilakukan di CV.BJA belum optimal. Jika untuk mengolah 10 kilogram daging ikan dibutuhkan waktu

sebesar satu jam dengan kebutuhan tenaga kerja 4 orang per sekali produksi, maka masih tersisa 6 tenaga kerja lainnya yang dapat diberdayakan untuk mengolah produk lain baik bakso maupun produk olahan lainnya sesuai dengan permintaan konsumen. Dan ini merupakan peluang yang sangat baik untuk mengoptimalkan sumberdaya yang ada dikaitkan dengan permintaan konsumen dan kapasitas produksi dimungkinkan oleh mesin-mesin yang dimiliki oleh perusahaan.

4) Ancaman

(1) Keberadaan Perusahaan Sejenis.

Wahyudi (1996), tinggi rendahnya tingkat persaingan antar pesaing di dalam suatu industri tergantung dari jumlah pesaing, besarnya ukuran dan kekuatan dari para pesaing, tingkat pertumbuhan industri, antar produk hanya mempunyai sedikit perbedaan, biaya tetap relatif sangat tinggi. Semakin bertambahnya perusahaan sejenis menjadi ancaman yang significan bagi perkembangan usaha CV.BJA. Jika pada tahun 2008 -2009 perusahaan mampu menjual bakso ikan berkisar antara 10.000 – 15.000 butir bakso perminggu, maka dengan makin banyaknya perusahaan sejenis, penjualan CV.BJA pada April – Juni 2011 menurun hingga mencapai 7.000 butir per hari. Hal ini jelas memperlihatkan bahwa munculnya perusahaan-perusahaan sejenis menjadi ancaman yang nyata bagi perusahaan.

(2) Daya Tawar Menawar.

Wahyudi (1996), para pemasok akan mempunyai kekuatan tawar menawar yang tinggi jika mereka lebih terkonsentrasi pada industri yang mereka pasok, tidak ada pemasok pengganti dan produk mereka merupakan input paling penting bagi industri. Pada CV. BJA munculnya pendatang baru dan produk pengganti menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup perusahaan. Keberadaan perusahaan baru memberikan keuntungan bagi konsumen karena mengakibatkan daya

tawar produsen menurun dan daya tawar konsumen meningkat. Dengan adanya produk baru dan merk baru menjadikan konsumen dapat memilih produk yang lebih disukai dengan harga yang lebih kompetitif. Sehingga dapat dikatakan munculnya pendatang baru dan produk baru menurunkan posisi tawar perusahaan dan menjadi ancaman bagi perusahaan untuk berkembang.

(3) Perusahaan Pendatang Baru.

Wahyudi (1996), banyaknya pendatang baru yang tertarik masuk ke dalam industri akan bergantung dari besar kecilnya halangan-halangan untuk memasuki industri tersebut. Halangan-halangan tersebut antara lain skala ekonomi yaitu biaya satuan produk yang lebih rendah karena bertambahnya kuantitas yang dihasilkan, persyaratan modal yaitu kebutuhan modal untuk produksi dan mengelola bahan baku, differensiasi produk, biaya peralihan dan akses ke saluran distribusi. Pendatang baru yang banyak bermunculan seringkali mengganggu siklus produksi perusahaan baik dari segi penjualan maupun untuk mendapatkan bahan baku. Jika halangan-halangan tersebut dapat dilewati perusahaan pendatang baru, artinya perusahaan lama harus siap mencari alternatif lain dalam mempertahankan konsumennya baik dengan penetrasi pasar maupun diversifikasi produk. Munculnya perusahaan baru merupakan ancaman bagi kelangsungan CV. BJA dan menurunkan daya tawar perusahaan.

(4) Kondisi Ekonomi dan Politik.

Dalam kondisi globalisasi saat ini kemungkinan masuknya produk-produk baru dari luar dengan harga yang kompetitif sangat memungkinkan, sehingga merupakan kompetitor dari luar yang nyata bagi perusahaan. Inflasi yang berfluktuasi sangat berpengaruh terhadap kestabilan harga bahan baku dan bahan bakar dan berimbas kepada biaya produksi yang dikeluarkan, sedangkan kesanggupan masyarakat membeli produk tetap. Inflasi menurut Wikipedia adalah suatu proses

meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Terjadinya inflasi di suatu negara menjadi ancaman bagi perusahaan untuk dapat mengembangkan usaha bakso ikan.

(5) Kebijakan Pemerintah.

Kebijakan pemerintah sangat berperan dalam melindungi UKM untuk tetap dapat eksis mengembangkan usahanya. Namun kebijakan dibidang perbankan belum banyak berpihak kepada UKM, hal ini terlihat dari besarnya bunga yang dibebankan kepada UKM pada saat mengajukan kredit. Sebagai contoh Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang ditetapkan Bank Indonesia pada bank-bank nasional yang ada di Indonesia, sebagai contoh SBDK Bank Mandiri per 30 Juni 2011 yaitu sebesar 11,25% untuk korporasi kredit dan 13% untuk kredit ritel. SBDK adalah suku bunga dasar yang digunakan oleh Bank sebagai acuan dalam penentuan suku bunga kredit rupiah kepada debitur. SBDK belum memperhitungkan risiko kredit yang ditanggung Bank dan besarnya risiko kredit setiap debitur berbeda tergantung pada penilaian Bank atas profil risiko debitur dengan mempertimbangkan kondisi keuangan debitur, prospek pelunasan kredit, prospek sektor industri debitur dan jangka waktu kredit. Sehingga besarnya suku bunga kredit yang dikenakan kepada debitur belum tentu sama dengan

SBDK dan umumnya adalah lebih tinggi. Umumnya kredit yang dibebankan kepada debitur berkisar antara 17,5% - 21% untuk efektif floating dan 30,25% untuk efektif fixed selama 3 tahun. Jumlah angsuran ini jelas masih sangat tinggi dibandingkan dengan kebijakan yang diberikan kepada sektor industri yang umumnya hanya sebesar 14%, sedangkan tingkat suku bunga pada Bank Indonesia itu sendiri hanya pada taraf 6%. Kebijakan pemerintah yang dirasa masih memberatkan bagi UKM untuk mengembangkan usahanya terutama dalam rangka mendapatkan tambahan modal menjadi salah satu ancaman yang diperhitungkan UKM dalam mengembangkan usahanya.

4.6.2 Analisis Matriks IFE dan EFE

Faktor-faktor yang dianalisis disini adalah faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor-faktor tersebut diidentifikasi, diberi bobot dan dirating untuk mendapatkan skor untuk mengetahui faktor strategik mana yang dominan dan kurang dominan berpengaruh terhadap usaha CV. BJA.