• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Peningkatan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

Dalam dokumen KAJIAN PENGEMBANGAN POTENSI DAN SUMBER K (Halaman 151-155)

BAB VI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN YANG DIHADAPI DINAS

7.4. Strategi Peningkatan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

Kelembagaan adalah suatu pola hubungan dan tatanan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat, diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi, yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antara organisasi dengan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal dan non-formal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Bulkis (2010), kelembagaan berarti seperangkat aturan yang mengatur tingkah laku masyarakat untuk mendapatkan tujuan hidup mereka.

Kelembagaan berisi sekelompok orang yang bekerjasama dengan pembagian tugas tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Tujuan peserta kelompok dapat berbeda, tapi dalam organisasi menjadi suatu kesatuan. Kelembagaan lebih ditekankan pada aturan main (the rules) dan kegiatan kolektif (collective action) untuk mewujudkan kepentingan umum atau bersama. Kelembagaan menurut beberapa ahli, sebagian dilihat dari kode etik dan aturan main, sedangkan sebagian lagi dilihat pada organisasi dengan struktur, fungsi dan manajemennya. Saat ini kelembagaan biasanya dipadukan antara organisasi dan aturan main. Kelembagaan merupakan suatu unit sosial yang berusaha untuk mencapai tujuan tertentu dan menyebabkan lembaga tunduk pada kebutuhan tersebut.

Beberapa unsur penting dari kelembagaan adalah institusi, yang merupakan landasan untuk membangun tingkah laku sosial masyarakat; norma tingkah laku yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan telah diterima untuk mencapai tujuan tertentu; peraturan dan penegakan aturan; aturan dalam masyarakat yang memberikan wadah koordinasi dan kerjasama dengan dukungan

hak dan kewajiban serta tingkah laku anggota; kode etik; kontrak; pasar; hak milik; organisasi; insentif. Kelembagaan lokal dan area aktivitasnya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori sektor publik (administrasi lokal dan pemerintah lokal); kategori sektor sukarela (organisasi keanggotaan dan organisasi kemasyarakatan); kategori sektor swasta (organisasi jasa dan bisnis swasta).

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat diketahui pengertian kelembagaan adalah suatu pola hubungan antara anggota masyarakat yang saling mengikat, diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi, yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antara organisasi dengan ditentukan oleh faktorfaktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal dan nonformal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang diinginkan.

Kelembagaan sosial masyarakat dalam konteks pembangunan kesejahteraan sosial menjadi salah satu komponen penting di samping pemerintah dan dunia usaha. Kelembagaan sosial masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai agen sosialisasi perubahan terencana yang tumbuh dari masyarakat dan atau diprakarsai oleh pemerintah. Lebih dari itu, dapat berperan sebagai perekat dan penguat keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat. Dalam konteks pemberdayaan, suatu kegiatan dapat bertahan lama dan berkelanjutan apabila didukung oleh kelembagaan lokal yang berakar pada masyarakat.

Untuk mendukung pemberdayaan kelembagaan sosial masyarakat dalam kerangka mendukung program pemberdayaan sosial, dilakukan beberapa upaya sebagai berikut: (1) Pemberdayaan karang taruna; (2) Pemberdayaan organisasi

sosial; (3) Pemberdayaan pekerja sosial masyarakat; (4) Pengembangan wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat di tingkat desa; dan (5) Pemberdayaan tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK) di tingkat kecamatan;

Serangkaian kegiatan pemberdayaan tersebut akan memperkuat potensi sumberdaya kesejahteraan sosial dari dimensi kelembagaan sosial masyarakat. Peran karang taruna, organisasi sosial, pekerja sosial masyarakat, wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat, dan tenaga kesejahteraan sosial kecamatan sangat vital untuk mengoptimalkan peran serta masyarakat di tingkat lokal dan akar rumput. Untuk itu, perlu dilakukan revitalisasi terhadap kelembagaan yang telah lama eksis seperti karang taruna dan penguatan kapasitas kepada institusi yang baru tumbuh seperti TKSK.

Pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial, juga dapat dilakukan dengan;

(a). Meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam mendukung upaya-upaya penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS; (b). Membentuk jejaring kerja sama pelaku-pelaku Usaha Kesejahteraan Sosial

(UKS), masyarakat dan dunia usaha, termasuk organisasi sosial tingkat lokal; (c). Peningkatan peran dan jejaring sosial dengan mengembangkan pola kemitraan guna mempercepat serta menjangkau pelayanan sosial yang lebih luas dan merata sekaligus menciptakan sistem sumber kesejahteraan sosial yang ada secara mandiri dan sinergis;

(d). Pemantapan dan pembinaan organisasi sosial, dunia usaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan secara kreatif, koodinatif dan saling

mendukung melalui pola pembinaan berkelanjutan, kerja sama, dan berorientasi program pengembangan yang mengarah pada penciptaan peluang pasar dan usaha ekonomis produktif.

(e). Memperkuat dan pengembangan berbagai pola pemberdayaan masyarakat yang menekankan pada potensi dan sumber daya lokal dan insani sebagai basis pembangunan kesejahteraan sosial;

(f). Peningkatan pelayanan sosial dan bantuan sosial yang mengacu pada kebutuhan riil dan kelayakan serta bermanfaat berdasarkan prinsip berkeadilan dan manfaat;

(g) Pemberiaan pelayanan dan bantuan stimulan serta penguatan permodalan usaha melalui kelompok-kelompok usaha masyarakat lembaga keuangan mikro yang handal dan profesional;

(h) Pemberdayaan potensi individu, keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakat melalui berbagai bimbingan, santuan, bantuan sosial serta keterampilan berusaha.

(i) Penguatan dan pelibatan aktif peran pemuda dan tenaga sukarela dalam upaya pencegahan, penanggulangan dan penanganan berbagai masalah sosial melalui pelatihan-pelatihan dasar dan teknis.

(j). Penciptaan dan pembinaan lembaga-lembaga kesejahteraan sosial yang mampu mengelola dan memberikan pelayanan serta perlindungan sosial kepada masyarakat yang membutuh pemecahan masalah atau pertolongan dalam mengatasi masalahnya;

(k) Pendayagunaan sumber dana sosial (PSDS) melalui berbagai sosialisasi dan pemantapan pelaksanaan, penyiapan dan perizinan usaha kesejahteraan sosial.

Beberapa program kegiatan peningkatan kelembagaan kesejahteraan sosial yang sudah dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon, dan dapat terus

dilanjutkan, yaitu:

a. Pemantapan Program Pemberdayaan Karang Taruna, Organisasi Sosial dan PSM.

b. Orientasi dan Seleksi Karang Taruna, Orsos dan PSM Berprestasi. c. Bantuan Stimulan Untuk Karang Taruna, Organisasi Sosial dan PSM. d. Bimbingan Manajemen Organisasi Sosial.

e. Penguatan Jaringan Kerja Orsos Melalui UEP. f. Bimbingan Teknis PSM

g. Bantuan Kinerja Kelembagaan/kapasitas bagi Pengurus Karang Taruna, FK PSM dan BKKKS.

h. Pemantapan Potensi Kader Inti Karang Taruna i. Penghargaan bagi Pembina Karang Taruna j. Pemantapan Fasilitator Pembekalan WKSBM k. Pemantapan Pelaksana WKSBM

l. Pemantapan Fasilitator Pembekalan WKSBM

m. Pemantapan Program Peningkatan Kerjasama Kelembagaan dan Dunia Usaha.

n. Pemantapan Forum Kerjasama Kelembagaan Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha.

o. Penguatan Jaringan Kerjasama Kelembagaan (KKDU).

Dalam dokumen KAJIAN PENGEMBANGAN POTENSI DAN SUMBER K (Halaman 151-155)