• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi penyaluran kredit KKB

Dalam dokumen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 29-34)

Berdasarkan hasil analisis matrik IFE dan EFE, dapat disusun matrik SWOT yang menghasilkan empat tipe strategi yang dapat dilakukan, yaitu strategi S-O, W-O, S-T dan W-T (David, 2006). Hasil analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Matriks SWOT program KKB

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S) 1. Prosedur pengurusan

tidak berbelit

2. Syarat pengajuan mudah 3. Proses realisasi kredit

cepat

4. Tingkat suku bunga pinjaman rendah 5. Organisasi UKM

bersifat sederhana 6. UKM yang bergerak

cepat menghasilkan 7. Petugas pendamping dari

LP LPPM proaktif Kelemahan (W) 1. Keterbatasan modal program KKB 2. Masih lemahnya SDM dan kemampuan manajerial UKM 3. Program KKB belum populer di masyarakat 4. Keterbatasan petugas bank Peluang (O) 1. UKM memiliki potensi

pasar yang besar 2. KKB didukung program pemerintah 3. Masih banyak masyarakat terjerat rentenir Strategi S-O a. Melakukan perluasan

pasar dan jaringan pemasaran kredit b. Mempertahankan

komitmen terhadap pengembangan UKM tangguh dan mandiri c. Meningkatkan volume

kredit UKM

Strategi W-O a. Meningkatkan

pengenalan citra produk dan menjaga eksistensi bank BUMN

b. Memaksimalkan sumber daya yang ada c. Melakukan pelatihan

SDM UKM Ancaman (T)

1. Bank pesaing sejenis (BUMN atau swasta) 2. Lembaga non bank

(BUMN lainnya) 3. Perubahan kondisi

sosial, ekonomi dan politik yang bersifat dinamis

Strategi S-T a. Mengembangkan model

analisa kredit yang sederhana

b. Meningkatkan mutu pelayanan

Strategi W-T a. Peningkatan mutu

produk UKM dan pengembangan kemitraan dengan usaha yang lebih besar b. Koordinasi internal

untuk memantapkan posisi UKM dalam peta usaha potensial

a. Strategi Kekuatan-Peluang (S-O)

1) Melakukan perluasan pasar dan jaringan pemasaran kredit

Pangsa pasar yang dilayani secara geografis lebih banyak terpusat di daerah Bogor Kota. Dalam hal ini, memperluas pangsa pasar masih sangat mungkin dilakukan pada daerah-daerah transisi, perkotaan dan perdesaan, mengingat pasar pasar yang berada di daerah tersebut mempunyai daya serap yang cukup besar dengan banyaknya industri-industri kecil yang berkembang. Dengan mempertahankan tentang kemudahan persyaratan yang diperlukan dalam pengajuan kredit, memungkinkan dapat diterima di berbagai segmen pasar, baik di daerah kota maupun kabupaten.

2) Mempertahankan komitmen terhadap pengembangan UKM tangguh dan mandiri.

Sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No. KEP-236/MBU/2006 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, maka sebagai BUMN, bank BNI berkewajiban mendorong upaya pengembangan potensi UKM agar menjadi tangguh dan mandiri. Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap pengusaha UKM, sebaiknya pengusaha UKM agar lebih diberikan kemudahan dalam proses pengurusan dan pengajuan kredit, mengingat potensi pasar yang masih luas. Selain itu program-program pembinaan terhadap UKM untuk lebih diintensifkan, karena masih banyaknya masyarakat yang memilih pembiayaan pada lembaga-lembaga illegal, seperti rentenir yang sifatnya sangat merugikan pengusaha itu sendiri, yaitu adanya fakta bunga berbunga beserta angsuran tetap.

3) Meningkatkan volume kredit UKM

Potensi pasar yang masih luas dapat dimanfaatkan dengan melakukan penetrasi pasar, dengan cara mencari debitur baru yang

potensial. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan produk pinjaman dengan skim take over. Selain itu, pengusaha-pengusaha UKM yang sudah memiliki tabungan atau pinjaman lainnya di bank, dapat ditawarkan pinjaman dengan prosedur yang mudah dan proses yang cepat.

b. Strategi Kekuatan-Ancaman (S-T)

1) Mengembangkan model analisa kredit yang sederhana

Model analisa kredit yang sederhana ditambah prosedur pengurusan yang tidak berbelit dan tingkat bunga pinjaman yang bersaing, diharapkan mampu meningkatkan volume kredit yang ada. Prosedur penyaluran kredit kemitraan yang ada saat ini dinilai tidak terlalu memberatkan UKM, dengan proses realisasi pengajuan kredit yang cepat menjadi nilai tambah keberlangsungan program dalam menarik minat UKM, yang merupakan pangsa pasar utama program ini. Pada umumnya bank menerapkan prinsip Character, Capacity, Capital,

Condition of Economic dan Collateral (5C) dalam penyaluran kredit.

Dalam implementasinya, kelima faktor tersebut akan berbeda penerapannya untuk UKM. UKM pada umumnya tidak memiliki jaminan yang dapat diandalkan apalagi permodalan, maka dalam penyaluran kredit kepada UKM prinsip yang perlu ditekankan hanya pada

Character, Capacity dan Condition of Economic (3C) (Yusuf, 2005).

Berdasarkan karakternya, mitra binaan memiliki track record baik dalam pengembalian pinjaman/pembayaran angsuran. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa karakter yang dimiliki oleh mitra binaan adalah baik, sehingga layak untuk menjadi mitra binaan dan diberi kredit oleh bank BNI.

Dilihat dari kapasitas mitra binaan, mayoritas belum pernah mendapatkan kredit dari pihak manapun sebelumnya dan dengan omzet pendapatan yang bervariasi mulai dari Rp 1.200.000,- sampai dengan Rp

150.000.000,- (Lampiran 8) tiap bulannya, maka hal tersebut dapat dijadikan jaminan kepastian pengembalian kredit yang diberikan.

Dilihat dari kondisi ekonomi, produk-produk mitra binaan yang pada umumnya berada di sektor perdagangan, khususnya makanan dan minuman dapat diterima oleh konsumen dan UKM tersebut juga bersifat fleksibel, artinya mampu bersaing dalam skala usaha tertentu. Maka dari itu mitra binaan tersebut layak diberi pinjaman dan pembinaan, agar nantinya menjadi UKM tangguh dan mandiri.

2) Meningkatkan mutu pelayanan

Dengan semakin banyaknya bank-bank pesaing dan tumbuh suburnya lembaga-lembaga keuangan non-bank yang menawarkan produk serupa, maka hal ini dapat dianggap sebagai ancaman yang harus diwaspadai. Untuk itu, peningkatan mutu pelayanan terhadap mitra binaan merupakan salah satu cara agar kerjasama dengan mitra binaan tetap berjalan. Dengan dukungan dari petugas pendamping yang proaktif, maka perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang begitu cepat bukan merupakan suatu ancaman berarti, malah dapat dijadikan suatu peluang untuk meningkatkan kegiatan program kemitraan.

c. Strategi Kelemahan-Peluang (W-O)

1) Meningkatkan pengenalan citra produk dan menjaga eksistensi bank BUMN.

Usaha untuk lebih mengenalkan program kepada masyarakat luas dinilai sangat penting dilakukan, mengingat program ini belum populer di masyarakat. Kegiatan pameran, bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan citra produk sekaligus menjaga eksistensi program.

2) Memaksimalkan sumber daya yang ada

Dengan memaksimalkan sumber daya yang ada, terutama untuk menutupi keterbatasan petugas bank BNI, diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan para pengusaha UKM yang ada. Selain itu, dengan potensi pasar yang masih terbuka, optimasi sumber-sumber daya yang ada dengan menambah portofolio kredit, misalnya dengan melakukan kerjasama dengan lembaga lainnya, seperti koperasi atau kelompok usaha kecil lainnya.

3) Melakukan pelatihan SDM UKM

Mutu SDM UKM sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan manajerial usahanya. Dalam hal ini, sudah seharusnya pihak bank menganggarkan biaya untuk kegiatan tersebut, diantaranya melakukan pelatihan, baik yang bersifat pengembangan diri kewirausahaan maupun pengelolaan usaha dan keuangannya dalam waktu singkat (3-5 hari) atau kontinu (1-3 bulan), baik bersertifikat ataupun tidak. Pelatihan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu tentang proses memperbaharui teknologi produksi, penampilan produk, penambahan pengetahuan tentang pemasaran dan pengelolaan keuangan yang relatif sederhana. Kelancaran dan keberhasilan dalam pengembangan usaha akan berdampak pada kelancaran dalam pengembalian kredit. Selain itu, indikasi keberhasilan mitra binaan akan berpengaruh positif terhadap keberadaan program kemitraan, sehingga akan lebih mempopulerkan program kemitraan di mata pengusaha dan masyarakat luas.

d. Strategi Kelemahan-Ancaman (W-T)

1) Peningkatan mutu produk UKM dan pengembangan kemitraan dengan usaha yang lebih besar

Sesuai dengan prinsip kemitraan bahwa kemitraan dilaksanakan dengan pengembangan bidang produksi dan pengolahan, pemasaran dan

teknologi, maka koordinasi yang optimal, terutama dalam memasarkan produk UKM sangat diperlukan suatu pengembangan produk bermutu yang disukai konsumen. Dalam hal ini, peran program KKB diharapkan dapat menemukan cara menghasilkan produk bermutu dengan cara lebih efektif dan efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin. Selain melakukan kemitraan yang dilakukan dengan UKM, program ini hendaknya dapat dikembangkan pula dengan menggandeng para pengusaha yang lebih besar.

2) Koordinasi internal untuk memantapkan posisi UKM dalam peta usaha. Banyaknya kegagalan yang terjadi dalam hal pembiayaan pada UKM disebabkan kurang adanya koordinasi, selain antar petugas di lapangan juga dengan pihak pengusaha UKM. Pihak perbankan sudah seharusnya melakukan langkah-langkah untuk menjaga hubungan yang baik, antar petugas maupun dengan para pengusaha. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengetahui informasi dan kondisi para pengusaha.

Dalam dokumen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 29-34)

Dokumen terkait