• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum

1. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.

Menyusul penunjukkan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.

Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero),

(2)

sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.

Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan mutu kinerja secara terus-menerus. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan negara.

a. Visi BNI

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang sudah berdiri sejak tahun 1946 mempunyai Visi, yaitu menjadi Bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja, menjadi Bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer (PT BNI, 2007a).

b. Misi BNI

Memaksimalkan stakeholder value dengan menyediakan solusi keuangan yang fokus pada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer, sedangkan value BNI memberikan kenyamanan dan kepuasan.

c. Budaya Perusahaan

1. BNI adalah bank umum berstatus perusahaan publik. 2. BNI berorientasi kepada pasar dan pembangunan nasional.

(3)

3. BNI secara terus menerus membina hubungan yang saling menguntungkan dengan nasabah dan mitra usaha.

4. BNI mengakui peranan dan menghargai kepentingan pegawai.

5. BNI mengupayakan terciptanya semangat kebersamaan agar pegawai melaksanakan tugas dan kewajiban secara profesional.

2. LPPM IPB

Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB) dibentuk sejak 6 Nopember 2003 melalui SK Rektor IPB Nomor 180/K13/0T/2003. Lembaga ini merupakan gabungan dari lembaga Penelitian (LP) dan Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) IPB.

IPB yang saat ini berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN) sedang menata diri, baik dalam bidang akademik, penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat. IPB di masa mendatang diarahkan sebagai Universitas Berbasis Riset, dimana kegiatan pendidikan dan pengabdiannya selalu didasarkan atau didukung oleh hasil riset yang dilakukan. Selain itu, komitmen institut untuk senantiasa meningkatkan mutu penyelenggaraan perguruan tinggi (academic excellent). Uraian tentang LPPM IPB (2007) adalah sebagai berikut :

a. Visi

LPPM sebagai lembaga terkemuka dan bermutu internasional dalam penelitian dan pemberdayaan masyarakat berbasis IPTEKS di bidang pertanian tropika.

b. Misi

1) Meningkatkan budaya penelitian dan pemberdayaan masyarakat (PPM) yang menjunjung tinggi nilai etika dan moral, dalam rangka mewujudkan academic excellent.

2) Mengembangkan program-program penelitian di bidang pertanian tropis berkelanjutan yang dapat diterapkan dan didayagunakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.

(4)

3) Mengembangkan program-program pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada hasil penelitian yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan kompetensi IPB.

4) Mendorong, memfasilitasi, meningkatkan dan mengembangkan kerjasama kemitraan dan jaringan kerjasama PPM, baik internal maupun eksternal (Nasional-Internasional) secara efektif, efisien dan terbuka.

c. Tujuan

1) Terciptanya kelembagaan PPM sebagai organisasi yang efektif, efisien dan sehat.

2) Mengembangkan, memutakhirkan dan memanfaatkan IPTEKS secara arif dan bertanggungjawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan mendukung peningkatan mutu pendidikan.

3) Terbentuk dan berkembangnya kemitraan dalam rangka alih IPTEKS ke masyarakat dan terciptanya program PPM berkelanjutan.

4) Mendukung perkembangan institut menjadi Universitas Berbasis Riset.

d. Tugas dan Fungsi

1) Menetapkan arah dan kebijakan PPM bagi terwujudnya Visi, Misi dan Tujuan IPB.

2) Melaksanakan jaminan mutu (quality assurance) penyelenggara PPM oleh pusat-pusat di lingkungan IPB.

3) Menyusun tata cara kelembagaan pusat dan antar pusat. 4) Mengkoordinasikan pelaksanaan program PPM antar pusat.

5) Melakukan koordinasi dengan Dekan berkenaan dengan kegiatan PPM yang dilakukan di departemen.

6) Memfasilitasi administrasi dan kontrak kegiatan PPM yang dilakukan di departemen.

7) Mengevaluasi kinerja tahunan pusat-pusat berkenaan dengan output dan outcome PPM.

(5)

8) Menyarankan pendirian, penghapusan dan penggabungan pusat-pusat kepada pimpinan IPB.

Dalam mewujudkan kemudahan akses UKM untuk berhubungan dengan pihak penyandang dana, IPB berperanserta dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dengan membentuk LP yang berada dalam koordinasi Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM). Dasar pembentukan LP tercantum dalam Nota Kesepahaman tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui program kemitraan antara IPB dengan bank BNI yang ditanda-tangani pada tanggal 21 Februari 2006 di Jakarta.

Fungsi LP adalah (a) Memberikan rekomendasi calon mitra binaan untuk mendapatkan pinjaman, (b) Verifikasi kelayakan usaha calon mitra binaan, serta (c) Pembinaan/kunjungan, pelatihan dan pendampingan mitra binaan.

3. Pelaksanaan program kemitraan a. Latar belakang

Latar belakang dilaksanakannya program kemitraan yang dilakukan oleh Bank BNI dengan LPPM IPB sebagai LP berikut :

1) Membangun capacity building masyarakat mikro dan kecil melalui upaya meningkatkan kemampuan akses masyarakat mikro di perbankan dan memperkuat pengelolaan bisnis mikro, agar mampu mengakomodasikan karakter dan dinamika serta kebutuhan masyarakat mikro.

2) Mengupayakan percepatan realisasi technical assistance dalam bentuk mewujudkan lembaga konsultasi dan edukasi, mendukung dan berpartisipasi aktif dalam pembentukan konsultan keuangan mitra bank yang diinisiasikan Bank Indonesia.

3) Menyalurkan pendanaan dalam bentuk pinjaman yang mengakomodasi kebutuhan usaha kecil dan mikro, yaitu (a) prosedur mudah dipahami, (b) akses ke nasabah mudah dan longgar, (c) maksimum kredit relatif kecil, (d) jangka waktu pendek, (e) agunan rendah/ada agunan alternatif dan (f) tingkat bunga kompetitif.

(6)

b. Dasar hukum

1) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia No. KEP-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003.

2) Surat Edaran Kementrian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia No. SE-433/MBU/2003 tanggal 16 September 2003.

3) Peraturan bersama Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia dengan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. KEP-18/MBU/2005 dan 02/SKB/M.UMKM/IV/2005 tanggal 06 April 2005.

4) Perjanjian Kerjasama antara PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Bogor dengan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor No. BGC/02/91/R tanggal 21 Februari 2006.

c. Pola penyaluran

1) Penyaluran KKB hanya diperuntukkan bagi kegiatan usaha produktif dan tidak dimaksudkan untuk kegiatan konsumtif.

2) Pola penyaluran adalah langsung kepada end user (mitra binaan), dengan sasaran untuk semua sektor usaha mikro, kecil dan koperasi yang meliputi pertanian, perdagangan, industri, peternakan, perikanan dan jasa-jasa usaha mikro dan kecil lainnya, di antaranya pedagang kaki lima, pedagang pasar, industri rumah tangga, perbengkelan dan jasa lainnya. 3) Pola penyaluran melalui lembaga pendamping dilakukan dengan

memperhatikan hal-hal berikut :

i. Tidak dibenarkan memberikan kredit dalam bentuk fasilitas credit line (pemberian fasilitas kredit kepada lembaga pendamping yang akan disalurkan kembali kepada end user dalam bentuk pinjaman dengan mengambil selisih bunga).

ii. Pemberian kredit melalui lembaga pendamping tetap harus diproses secara individu, walaupun analisa dan persetujuan kreditnya dapat dilakukan secara paket untuk mempercepat pelayanan, namun dalam

(7)

hal pemberian Surat Keputusan Kredit (SKK), penandatanganan Perjanjian Kredit (PK), pencairan kredit dan penatalaksanaan rekening pinjaman dilakukan langsung kepada penerima kredit (end

user/mitra binaan).

iii. Fungsional Lembaga Pendamping hanya sebatas mengorganisir mitra binaan atau kelompok usaha mikro dan kecil yang menjadi binaannya, dalam hal :

i) Membantu Bank BNI dalam pelaksanaan kegiatan seleksi, administrasi penyaluran dan kegiatan penagihan.

ii) Mengingatkan mitra binaan atau kelompok usaha mikro dan kecil yang menunggak angsuran.

iii) Memberikan sanksi kepada mitra binaan atau kelompok usaha mikro dan kecil yang telah menunggak angsuran sampai batas maksimal yang diperkenankan.

iv) Menyampaikan laporan perkembangan usaha dan fasilitas kredit dari mitra binaan atau kelompok usaha mikro dan kecil secara triwulanan kepada Bank BNI.

v) Membantu dan memfasilitasi terselenggaranya pelaksanaan program pembinaan yang ditujukan kepada mitra binaan atau kelompok usaha mikro dan kecil.

d. Bentuk hubungan kerjasama

Bentuk hubungan kerjasama antara Bank BNI dengan Lembaga Pendamping dapat dilihat pada Gambar 2, yang melibatkan tiga pihak, yaitu BNI SKC Bogor, LP IPB dan mitra binaan. Adapun fungsi BNI SKC Bogor dan LP IPB adalah :

(8)

Gambar 2. Bentuk hubungan kerjasama (PT BNI, 2007b)

1) Bank BNI memberikan fasilitas pinjaman lunak kepada Mitra Binaan yang direkomendasikan oleh LP dengan melalui mekanisme proses persetujuan yang telah ditetapkan, sehingga Bank BNI mempunyai hak untuk menyetujui dan atau menolak permohonan kredit yang telah direkomendasikan dengan tanpa perlu menyebutkan alasannya, tetapi dalam prakteknya bank BNI memberi laporan tertulis ke LP LPPM IPB. 2) LP tidak berkeberatan dan bersedia untuk memberikan jaminan dan

guarantee dalam bentuk :

i. Memfasilitasi dan merekomendasikan permohonan Mitra Binaan atau Kelompok Usaha Mikro dan Kecil yang menjadi binaannya untuk mendapatkan fasilitas KKB, melalui proses seleksi sesuai dengan yang telah ditetapkan Bank BNI.

Pengelolaan (Organizer) - Seleksi Mitra Binaan - Pengusul/memberikan rekomendasi Mitra Binaan - Pemantauan pinjaman dan collecting - Pendamping Mitra Binaan - Technical Assistance Owner Program - Kebijakan -

Penyedia/Penge-lola dana kredit kemitraan - Pemutus kredit - Pemegang

(9)

ii. Membantu proses administrasi penyaluran kredit kepada mitra binaannya.

iii. Untuk memberi kepastian, ketenangan, keyakinan dan dampak psikologis dalam berusaha, bagi Mitra Binaan diberikan surat, tanda pengenal/kartu anggota, sertifikasi usaha dan lain-lain sejenisnya, antara lain sebagai contoh, misalnya Mitra Binaan di bawah Institusi Perguruan Tinggi memberikan surat keterangan kelayakan usaha, penggunaan teknologi tepat guna dan lain sebagainya.

iv. Membantu mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penagihan. v. Menyampaikan laporan perkembangan usaha dan fasilitas kredit dari

Mitra Binaan atau Kelompok Usaha Mikro dan Kecil yang menjadi binaannya kepada Bank BNI secara triwulan, sesuai dengan format laporan yang telah ditetapkan.

vi. Dapat memberikan masukan/usulan berkenaan dengan pembinaan yang ditujukan kepada Mitra Binaan dalam segi peningkatan usaha, manajemen dan proses pencatatan/pembukuan sederhana.

vii. Membantu dan memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan pembinaan yang ditujukan kepada Mitra Binaan.

viii. Mengingatkan dan menegur Mitra Binaan yang telah menunggak angsuran melalui surat dengan tembusan kepada Bank BNI.

ix. Memberikan sanksi kepada Mitra Binaan yang telah menunggak angsuran sampai batas maksimal yang diperkenankan, antara lain dengan mencabut surat, tanda pengenal/kartu anggota, sertifikasi usaha, surat penunjukkan sebagai penyalur, distributor, agen atau pemasok dan atau memberikan sanksi lainnya yang secara psikologis dapat menekan mitra binaan untuk segera menyelesaikan tunggakan angsurannya.

x. Membantu dan memfasilitasi penyelesaian atas permasalahan-permasalahan yang timbul berkenaan dengan pemberian fasilitas pinjaman KKB kepada mitra binaan.

(10)

xi. Dilaksanakan melalui suatu perjanjian kerjasama antara Bank BNI dengan lembaga pendamping, yang didalamnya mengatur hak dan kewajiban para pihak.

e. Persyaratan umum nasabah program kemitraan 1) Prioritas KKB.

i. Ditujukan terutama bagi Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi yang belum memiliki kemampuan akses perbankan.

ii. Lebih diutamakan pelaksanaan penyaluran kredit KKB kepada End

User melalui Lembaga Pendamping.

iii. Dapat diberikan kepada Usaha Mikro, Kecil atau Koperasi yang tidak memiliki kaitan usaha maupun yang memiliki keterkaitan usaha dengan Bank.

2) Klasifikasi Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi.

i. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau tempat tinggal.

ii. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

iii. Milik Warga Negara Indonesia.

iv. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.

v. Berbentuk usaha orang perorangan, Badan Usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. vi. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun, mempunyai

potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. 3) Bentuk dan Sifat Pinjaman.

Pemberian pinjaman, dalam bentuk pinjaman untuk modal kerja (KMK) dan atau untuk investasi (KI) dalam rangka pembelian barang-barang modal (aktiva tetap produktif) seperti mesin alat produksi, alat

(11)

bantu produksi dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan produksi dan penjualan, dengan batas maksimum kredit sampai dengan Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah). Batas maksimum kredit dimaksud merupakan satu kesatuan (keseluruhan jumlah maksimum kredit yang diberikan), apabila KMK dan KI diberikan secara sekaligus (satu paket). Jangka waktu pinjaman ditetapkan sebagai berikut :

i. Untuk Kredit Modal Kerja maksimal 3 (tiga) tahun (Aflopend).

ii. Untuk Kredit Investasi maksimal 5 (lima) tahun termasuk pemberian

Grace Period maksimal 1 (tahun).

4) Tingkat Suku Bunga Pinjaman.

i. Tingkat bunga yang dikenakan kepada mitra binaan bersifat regresif proporsional, yaitu semakin besar jumlah pinjaman semakin besar pula tingkat bunga yang dikenakan dengan batasan seperti yang termuat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tingkat bunga kredit

No. Jumlah Pinjaman

Yang Diberikan Bunga (%) Tingkat

1 s/d Rp. 10.000.000,- 6,00

2 >Rp. 10.000.000,- s/d Rp. 30.000.000,- 8,00 3 >Rp. 30.000.000,- s/d Rp. 50.000.000,- 10,00 4 >Rp. 50.000.000,- s/d Rp. 100.000.000,- 12,00

ii. Bunga pinjaman dihitung dengan sistem bunga efektif.

iii. Tingkat suku bunga berlaku sampai dengan berakhirnya masa pinjaman.

iv. Apabila masa pinjaman telah berakhir dan mitra binaan belum melunasi pinjamannya, maka tingkat suku bunga atas sisa pinjaman tersebut tetap mengacu pada tingkat suku bunga di atas.

(12)

5) Penatalaksanaan, Biaya Administrasi dan Materai.

i. Calon Mitra Binaan diwajibkan membuka rekening tabungan sebagai sarana untuk pencairan pinjaman dan pembayaran angsuran (rekening afiliasi).

ii. Calon Mitra Binaan wajib memelihara saldo minimal sesuai ketentuan Bank BNI yang berlaku untuk jenis rekening tabungan.

iii. Atas rekening tabungan dimaksud dilakukan pemblokiran sebesar satu kali angsuran pinjaman (pokok dan bunga).

iv. Untuk semua permohonan KKB dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) per masing-masing calon Mitra Binaan.

v. Penggunaan materai sesuai keperluan dan menjadi beban calon Mitra Binaan.

6) Jaminan.

i. Pemberian KKB sampai dengan Rp. 30.000.000,- tidak dipersyaratkan adanya jaminan, tetapi diganti dengan agunan alternatif berupa ijazah anak, asli Akte Kelahiran anak, asli SK Pengangkatan Pegawai Negeri dan SK terakhir, Jamsostek dan lain-lain.

ii. Pemberian KKB dari Rp. 30.000.000,- s/d Rp. 50.000.000,- dipersyaratkan adanya agunan yang tidak dapat diikat secara sempurna, seperti halnya tanah dengan status kepemilikan berupa Girik, Petuk, Letter C atau jaminan berupa kendaraan roda empat yang berumur di atas 5 tahun.

iii. Pemberian KKB dari Rp. 50.000.000,- s/d Rp. 100.000.000,- dipersyaratkan adanya agunan yang dapat diikat secara sempurna, seperti halnya tanah dengan status kepemilikan berupa sertifikat atau jaminan berupa kendaraan roda empat yang berumur di bawah 5 tahun.

(13)

iv. Apabila dari hasil skoring dipersyaratkan adanya jaminan tambahan, maka jaminan yang diserahkan berupa agunan yang tidak dapat diikat secara sempurna sebagaimana ketentuan di atas atau jaminan berupa kendaraan roda dua.

v. Pengikatan jaminan dilaksanakan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dan apabila terdapat biaya berkenaan dengan pengikatan tersebut menjadi beban dan tanggungan calon mitra binaan.

7) Asuransi.

i. Penentuan asuransi terhadap jiwa dan barang-barang jaminan tidak diwajibkan.

ii. Apabila calon Mitra Binaan menghendaki adanya penutupan asuransi, maka Bank BNI akan melakukan penutupan sesuai dengan jenis asuransinya pada Maskapai Asuransi yang ditunjuk dan disetujui oleh Bank dengan biaya atas beban calon Mitra Binaan.

iii. Dalam polis asuransi dicantumkan klausula dengan syarat Banker’s

Clause, sehingga jika ada pembayaran ganti rugi dari pihak Maskapai

Asuransi, maka Bank BNI berhak untuk memperhitungkan hasil pembayaran klaim tersebut dengan seluruh kewajiban Mitra Binaan. f. Persyaratan khusus nasabah program kemitraan.

1) Untuk menghindari adanya Double Financing diberlakukan aturan-aturan berikut :

i Dilarang memberikan KKB kepada calon Mitra Binaan yang telah menjadi atau mendapatkan fasilitas dari BUMN pembina lainnya. ii Pemberian KKB kepada beberapa calon Mitra Binaan yang satu

dengan lainnya memiliki hubungan keluarga, dapat diberikan sepanjang :

a) Masing-masing memang mempunyai kegiatan usaha tersendiri. b) Bukan dalam satu susunan keluarga (satu KK) dan atau yang

(14)

iii Radius pelayanan untuk setiap unit operasional yang melaksanakan program Kemitraan BUMN tanpa melalui Lembaga Pendamping (langsung kepada User) dibatasi sampai dengan radius 15 kilometer. 2) Usaha Orang Perorangan.

Mitra Binaan yang mempunyai usaha berbentuk orang-perorangan, disyaratkan tambahan berikut :

i. Berusia antara 21 - 60 tahun atau sudah menikah. ii. Telah menjadi penduduk setempat minimal 3 tahun.

iii. Memiliki bukti diri berupa : KTP (Kartu Tanda Penduduk), KK (Kartu Keluarga) dan surat nikah.

iv. Memiliki paling tidak surat keterangan usaha dari Kepala Desa, Dinas pasar atau Otorita setempat dimana Mitra Binaan berusaha. 3) Badan Usaha yang Tidak Berbadan Hukum.

Badan usaha yang tidak berbadan hukum adalah Badan Usaha yang berbentuk selain Perseorangan, CV, Perseroan atau Koperasi, antara lain Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Keuangan Mikro (LKM), Asosiasi dan lain-lain sejenisnya. Pemberian KKB atas Badan Usaha yang tidak Berbadan Hukum, dapat diberikan sepanjang yang bersangkutan memang benar-benar mempunyai kegiatan usaha produktif dan bukan dimaksudkan untuk disalurkan kembali kepada anggotanya dalam bentuk pinjaman dengan mengambil keuntungan atas selisih bunga. Persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain menyampaikan :

i. Neraca dan laba rugi minimal 1 (satu) tahun terakhir. ii. Laporan arus kas (Cash Flow).

iii. Sebagai dasar laporan keuangan yang dianalisa adalah neraca dan laba rugi tahun terakhir, sedangkan tahun sebelumnya dipergunakan sebagai referensi.

iv. Fotocopy akte pendirian beserta perubahannya. v. Fotocopy KTP Pengurus.

(15)

vi. Fotocopy Surat Ijin Usaha.

vii. Surat rekomendasi dari Departemen/Instansi Pembina atau Sertifikasi yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

g. Formulir kredit KKB

Formulir pengajuan kredit (Lampiran 2) yang harus diisi oleh calon mitra binaan terbagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu FAP KKB-1 dan FAP KKB-2 tergantung bentuk usaha yang ditekuni oleh calon mitra binaan dan besarnya jumlah pinjaman.

Tabel 5. Formulir pengajuan KKB

No Jumlah Pinjaman Bentuk Usaha Penggunaan

Formulir

1 s/d Rp. 10.000.000,- Perorangan FAP KKB-1

2 > Rp. 10.000.000,- s/d Rp.

30.000.000,- Perorangan FAP KKB-1

3 s/d Rp. 30.000.000,-

Berbadan Hukum FAP KKB-2 Tidak Berbadan

Hukum FAP KKB-2

4 > Rp. 30.000.000,- s/d Rp. 50.000.000,-

Perorangan FAP KKB-2

Berbadan Hukum FAP KKB-2 Tidak Berbadan

Hukum FAP KKB-2

5 > Rp. 50.000.000,- s/d Rp. 100.000.000,-

Perorangan FAP KKB-2

Berbadan Hukum FAP KKB-2 Tidak Berbadan

(16)

h. Alur proses kredit KKB melalui LP

Gambar 3. Alur proses kredit KKB Bank BNI (PT BNI, 2005) Lembaga Pendamping

Dokumen Persetujuan Kredit Permohonan Kredit Analisa kredit Persetujuan Kredit Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Kebenaran Dokumen Kelengkapan Persyaratan Ditolak Disetujui

Pengembalian Dokumen BNI SKC/STA

Kegiatan adm kredit - Perjanjian kredit - Perjanjian ikutan - Penutupan asuransi - Realisasi kredit - Administrasi kredit lainnya Mitra Binaan Surat Persetujuan Kredit Pendokumentasian Pemantauan dan Penyelamatan

(17)

B. HASIL KAJIAN

1. Pola penyaluran Kredit Usaha Kecil Bank BNI

Pola penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) yang dilaksanakan bank BNI khususnya BNI SKC Bogor dua tahun terakhir berupa terobosan pemanfaatan pengalokasian dana keuntungan bank BNI (sebagai institusi BUMN) sebesar 1-3%. Pola penyaluran KUK ini dinamakan fasilitas kredit kemitraan BUMN (KKB). Adapun pola penyaluran KUK yang umum dilakukan melalui jalur perbankan secara langsung (non LP IPB) dapat dilihat dari berbagai macam jenis kredit yang telah rutin dilaksanakan bank BNI selama ini seperti KMK, KI dan kredit konsumtif.

2. Langkah pendekatan penyaluran kredit KKB

Di dalam kajian ini komponen yang diteliti berkaitan dengan kebutuhan dasar yang bersifat kritis bagi usaha kecil dan pengaruh kredit KKB terhadap perkembangan usaha kecil. Dari hasil penyebaran kuesioner yang diisi oleh 75 responden terdiri dari 50 responden yang merupakan mitra binaan IPB dan 25 responden yang bukan mitra binaan IPB didapatkan data seperti yang termuat pada Tabel 6 dan 7.

Tabel 6. Data realisasi kredit mitra binaan IPB Realisasi

Kredit (juta)

Sektor

Perdagangan Sektor Jasa Industri Sektor Lainnya Sektor Total

Jumlah

(orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) (orang) Jumlah Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%)

1 -< 5 0 0 0 0 1 2 0 0 1 2 5 -< 10 3 6 0 0 1 2 0 0 4 8 10 -< 15 7 14 4 8 10 20 2 4 23 46 15 -< 20 8 16 2 4 3 6 0 0 13 26 20 -< 25 2 4 0 0 1 2 1 2 4 8 25 – 30 3 6 2 4 0 0 0 0 5 10 Total 23 46 8 6 16 32 3 6 50 100

(18)

Tabel 7. Data realisasi kredit mitra binaan Non IPB Realisasi Kredit (juta) Sektor Perdagangan Sektor Jasa Sektor Industri Total Jumlah (orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) Jumlah (orang) Persen (%) 5 - < 10 5 20 1 4 0 0 6 24 10 - < 15 1 4 2 8 0 0 3 12 15 - < 20 2 8 0 0 2 8 4 16 20 - < 25 1 4 0 0 1 4 2 8 25 – 30 7 28 1 4 2 8 10 40 Total 16 64 4 16 5 20 25 100 a. Karakteristik usaha

Berdasarkan pengumpulan data dari 75 responden yang dikumpulkan dari nasabah yang merupakan mitra binaan IPB dan non mitra binaan IPB dapat diperoleh gambar karakteristik usaha yang ditekuninya sebagai berikut :

1) Identitas pemilik usaha

Nasabah kredit KKB mempunyai berbagai latar belakang sosial ekonomi. Jenis kelamin responden menunjukkan bahwa 68% nasabah adalah pria dan 32% nasabah adalah wanita. Alamat nasabah berada pada lingkup kabupaten dan kota Bogor. Dilihat dari tingkat pendidikan responden, 72% pemilik usaha mempunyai pendidikan setingkat SMP dan SMA, sedangkan sisanya (28%) berpendidikan di atas SMA, yaitu setara D3 dan Sarjana. Tingkat usia responden mayoritas berada pada usia matang, yakni 34-47 tahun (78%).

2) Permodalan

Sebelum mendapatkan kredit KKB, sebagian besar nasabah belum pernah mendapatkan bantuan kredit dari pihak manapun sebelumnya. Dilihat dari aspek pendapatan total sebelum mendapatkan kredit, didapatkan bahwa mayoritas responden beromzet Rp. 10.000.000,-

(19)

hingga Rp. 20.000.000,- dan setelah bergabung dengan program KKB mayoritas pendapatan responden mengalami peningkatan 10 - 20%. 3) Jenis Pembiayaan

Jenis pembiayaan yang diterima responden mayoritas kurang dari Rp. 25.000.000 (90%), baik untuk pembiayaan KI maupun KMK. Hal ini sesuai dengan karakteristik usaha kecil yang mempunyai usaha dan modal kecil, serta ada unsur perlu tidaknya agunan, terutama bagi mitra binaan. Sedangkan jangka waktu kredit untuk KMK mayoritas selama 3 (tiga) tahun (72%) dan untuk KI selama 5 (lima) tahun (14%).

4) Jenis usaha

Bidang usaha yang dipilih responden meliputi bidang usaha yang mempunyai potensi di daerah Bogor, yakni industri (32%), perdagangan (46%), jasa (16%) dan bidang usaha lainnya (6%) yang meliputi bidang pertanian dan perkebunan. Lama usaha yang dilakukan responden adalah belum lama, yakni 2-5 tahun. Jenis usaha yang ditekuni sebagian besar adalah perdagangan yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman, serta sembako. Tempat yang dijadikan untuk usaha kebanyakan adalah rumah tempat kediaman sendiri.

5) Persyaratan kredit

Mayoritas responden menyatakan bahwa persyaratan awal mengajukan kredit KKB dinilai berat/sulit dipenuhi diantaranya, yaitu persyaratan mengumpulkan ijasah dan membuat profil perusahaan.

6) Proses realisasi kredit

Sebanyak 84% responden menyatakan bahwa proses realisasi kredit KKB dinilai sedang, yaitu antara 3-7 hari kerja. Hal ini sebagian besar dikarenakan persyaratan kredit belum semuanya dapat dipenuhi oleh mitra binaan dalam satu waktu. Proses realisasi dilaksanakan jika semua persyaratan telah diterima secara lengkap oleh pihak bank.

(20)

b. Hasil Analisis Khi Kuadrat

Tabel 8. Rekapitulasi realisasi kredit Program KKB Realisasi kredit ( Rp. juta) Mitra Binaan IPB (orang) Mitra Binaan Non IPB (orang) Total binaan (orang) Persentase (%) 1- < 5 1 0 1 1,33 5 - < 10 4 6 10 13,33 10 - < 15 23 3 26 34,67 15 - < 20 13 4 17 22,67 20 - < 25 4 2 6 8,00 25 – 30 5 10 5 20,00 Jumlah 50 25 75 100,00

Berdasarkan data di atas, maka data yang dianalisis adalah data yang memiliki persentase di atas 10% untuk mendapatkan tabel kontingensi dan selanjutnya dihitung berdasarkan rumus khi kuadrat dengan nilai fh seperti yang termuat dalam Tabel 9 dan 10.

Tabel 9. Kontingensi realisasi kredit

Mitra Binaan 5-< 10 10-< 15 15-< 20 25-30Realisasi kredit (Rp juta) Total

IPB (orang) 4 23 13 5 45

Persen (%) 6 34 19 7 66

Non IPB (orang) 6 3 4 10 23

Persen (%) 9 4 6 15 34

Jumlah (orang) 10 26 17 15 68

Persen (%) 15 38 25 22 100

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa, total frekuensi tertinggi adalah kelompok realisasi kredit Rp. 10 -< 15 juta (38%). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok tersebut merupakan pasar potensial, sehingga memerlukan perhatian yang lebih bila dibandingkan kelompok lainnya. Kelompok realisasi kredit Rp. 10-<15 juta lebih banyak menekuni sektor ekonomi perdagangan dan industri dibandingkan sektor ekonomi lainnya, maka Bank BNI diharapkan dapat memprioritaskan sektor ekonomi yang diminati kelompok tersebut.

(21)

Tabel 10. Perhitungan khi kuadrat untuk kelompok realisasi kredit Mitra Binaan Kelompok Realisasi (Rp. Juta)

F fh fo (fo-fh) (fo-fh)2 (fo-fh)2/fh

IPB 5-<10 45 6,62 4 -2,62 6,85 1,04 10-<15 45 17,21 23 5,79 33,57 1,95 15-<20 45 11,25 13 1,75 3,06 0,27 25-30 45 9,93 5 -4,93 24,27 2,44 Non IPB 5-<10 23 3,38 6 2,62 6,85 2,03 10-<15 23 8,79 3 -5,79 33,57 3,85 15-<20 23 5,75 4 -1,75 3,06 0,53 25-30 23 5,07 10 4,93 24,27 4,78 Jumlah 68,00 68 0 135,50 16,86

Dari data pada Tabel 10 dilakukan perhitungan untuk khi kuadrat hitung sebesar 16,86 pada taraf nyata 5% dan db = (3-1)x(2-1) = 3. Nilai khi kuadrat tabel adalah 7,82 pada α 5% dan 11,34 pada α 1%. Dalam hal ini khi kuadrat hitung lebih besar bila dibandingkan dengan khi kuadrat tabel, yaitu 16,86 > 7,82 dan 11,34 pada α 5% dan 1%, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dalam hal ini dapat dikatakan telah terjadi perbedaan realisasi kredit antara mitra binaan IPB dan mitra binaan non IPB.

Besarnya dana yang dapat disalurkan pada program KKB adalah Rp. 10-100 juta, tetapi pada realisasinya baik mitra binaan IPB maupun mitra binaan non IPB hanya mendapatkan kredit Rp. 10–25 juta. Hal ini menunjukkan meskipun program KKB merupakan salah satu program

Corporate Social Responsibility (CSR) atau program bina lingkungan, tetapi

pihak perbankan tetap memberlakukan prinsip keberhati-hatian dibalik status binaan yang telah disepakati dengan pihak yang dijadikan mitra (misal LP LPPM IPB ataupun LSM).

Dilihat dari jumlah realisasi kredit, mitra binaan non IPB mayoritas mendapatkan kredit antara Rp. 25-30 juta, sedangkan mitra binaan IPB mayoritas realisasi kreditnya Rp. 10-15 juta. Perbedaan ini disebabkan karena

(22)

mitra binaan IPB pada umumnya masih berbentuk usaha perorangan yang dinilai belum memenuhi syarat-syarat perbankan, seperti kemampuan permodalan dan kolateral, disamping tentunya risiko yang dinilai dari prinsip manajemen risiko.

Target realisasi program KKB bank BNI SKC Bogor pada tahun 2007 sebesar Rp. 1,5 Miliar, dengan kelompok realisasi kredit mayoritas antara Rp. 10-15 juta/mitra binaan, maka semakin banyak jumlah mitra binaan yang mendapatkan fasilitas kredit.

c. Kinerja kemitraan

Analisis terhadap kinerja kemitraan ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari program kemitraan. Faktor internal kemitraan terdiri dari kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor internal dan eksternal tersebut diuraikan sebagai berikut :

1) Strenghts (kekuatan)

i. Prosedur pengurusan yang tidak berbelit

Untuk mengajukan permohonan kredit para nasabah tidak dipersulit dengan berbagai berkas yang harus diisi, cukup dengan mengisi formulir permohonan kredit KKB (Lampiran 10).

ii. Syarat pengajuan mudah

Syarat pengajuan juga mudah dan ditambah dengan tidak diwajibkannya memiliki agunan, terutama untuk pengajuan kredit di bawah Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah). Sedangkan khusus untuk mitra binaan non IPB diwajibkan untuk memiliki agunan.

iii. Proses realisasi kredit cepat

Dalam proses realisasi kredit tidak diperlukan waktu yang lama, yaitu 3 (tiga) - 7 (tujuh) hari kerja sejak data yang telah lengkap diterima oleh petugas Bank BNI.

(23)

iv. Tingkat suku bunga pinjaman rendah

Dibandingkan dengan suku bunga pinjaman produk kredit usaha kecil lainnya yang sejenis seperti BNI Usaha Mikro yang memiliki bunga 14,75% -15,25 % efektif/tahun, maka tingkat suku bunga pinjaman kredit KKB jauh lebih rendah (6% - 12% /tahun).

v. Organisasi UKM yang bersifat sederhana, sehingga pengelolaannya lebih mudah.

vi. UKM yang ada bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan. vii. Petugas pendamping dari LP LPPM IPB proaktif, karena selain

memberikan ilmu dan keterampilan, petugas LP LPPM IPB juga mendampingi nasabah dalam pengelolaan usahanya, sehingga dapat diminimalkan nasabah yang pailit.

2) Weaknesses (kelemahan) i. Keterbatasan modal

Program ini sangat tergantung pada laba yang diperoleh oleh Bank BNI pada tahun sebelumnya, karena Program kredit Kemitraan KKB ini modalnya berasal dari 1- 3% dari laba bersih perusahaan.

ii. Masih lemahnya mutu SDM dan kemampuan manajerial UKM. iii. Program KKB belum populer di masyarakat

Program KKB ini baru berjalan kurang lebih 3 (tiga) tahunan dan bukan merupakan produk inti dari kredit perbankan, sehingga belum populer di masyarakat.

iv. Keterbatasan petugas Bank BNI, sehingga mengalami kesulitan dalam memantau semua mitra binaan.

3) Opportunities (peluang)

i. UKM memiliki potensi pasar yang besar

Potensi industri/usaha mikro masih cukup besar untuk dijadikan lahan pemberian kredit.

(24)

ii. KKB didukung program pemerintah

Program KKB ini didukung oleh pemerintah dalam rangka program pengentasan kemiskinan.

iii. Masih banyak masyarakat terjerat rentenir

Masyarakat masih banyak mencari sumber dana pembiayaan dari rentenir, sehingga masyarakat punya potensi untuk beralih dari program KKB.

4) Threats (ancaman)

i. Bank pesaing sejenis (BUMN atau swasta)

Sebelum program ini dikembangkan telah banyak bank-bank pesaing lainnya yang telah terlebih dahulu berhubungan dengan UMKM, terutama bank-bank yang mempunyai jaringan yang lebih luas seperti BRI dan Bank Danamon.

ii. Lembaga Non Bank (BUMN lainnya)

Program kemitraan ini merupakan program pemerintah (Kementerian BUMN), maka setiap BUMN saling berlomba dalam memberikan kredit kepada UMKM dengan penawaran yang lebih menarik, di antaranya oleh PT Telkom dan PT Sucofindo.

iii. Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang bersifat dinamis.

d. Analisis Matriks IFE dan EFE

Analisis matriks IFE dan EFE dilakukan terhadap lingkungan internal dan internal program kemitraan, sehingga diperoleh faktor-faktor kunci yang termasuk ke dalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman program. Skor yang diperoleh dari matriks ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki, serta menunjukkan kemampuan dalam meraih peluang dan mengatasi ancaman eksternalnya.

(25)

1) Matriks IFE

Faktor yang menjadi kekuatan utama program adalah prosedur pengurusan yang tidak berbelit dengan bobot 0,110 dan rating 4, sehingga diperoleh skor 0,441. Selain itu, faktor kekuatan lain yang dapat dimanfaatkan adalah syarat pengajuan yang mudah (0,432) dan tingkat suku bunga pinjaman rendah (0,400), UKM yang bergerak cepat menghasilkan (0,384), petugas pendamping dari LPPM proaktif (0,316), proses realisasi kredit cepat (0,307) dan organisasi UKM yang bersifat sederhana (0,263). Secara lebih rinci hasil perhitungan faktor strategi internal dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Matriks IFE program KKB

Faktor Internal Bobot (a) Rating (b) (c=axb)Skor Kekuatan :

1. Prosedur pengurusan tidak berbelit 2. Syarat pengajuan mudah

3. Proses realisasi kredit cepat

4. Tingkat suku bunga pinjaman rendah 5. Organisasi UKM bersifat sederhana 6. UKM yang bergerak cepat menghasilkan 7. Petugas pendamping dari LP LPPM proaktif

0,110 0,108 0,082 0,100 0,075 0,102 0,084 4,000 4,000 3,750 4,000 3,500 3,750 3,750 0,441 0,432 0,307 0,400 0,263 0,384 0,316 Jumlah (A) 2,544 Persentase (%) 84 Kelemahan :

1. Keterbatasan modal untuk program KKB 2. Masih lemahnya SDM dan kemampuan

manajerial UKM

3. Program KKB belum populer di masyarakat 4. Keterbatasan petugas bank BNI

0,064 0,116 0,069 0,089 1,750 1,500 1,500 1,250 0,112 0,174 0,104 0,111 Jumlah (B) 0,501 Persentase (%) 16 Total (A+B) 3,044

Kelemahan utama program ini adalah masih lemahnya SDM dan kemampuan manajerial UKM dengan bobot 0,116 dan rating 1,5, sehingga diperoleh skor 0,174. Selain itu, faktor kelemahan lain yang perlu mendapat perhatian adalah keterbatasan petugas bank BNI (0,111),

(26)

keterbatasan modal program KKB (0,112) dan belum populernya program KKB ini di masyarakat (0,104), sehingga keberadaannya belum banyak diketahui.

Dari hasil analisis perhitungan faktor-faktor internal didapatkan total skor 3,044, nilai ini berada di atas rataan 2,5, menunjukkan posisi internal program kemitraan yang cukup kuat, dimana program memiliki kemampuan di atas rataan dalam memanfaatkan kekuatan dan mengantisipasi kelemahan internal (David, 2006).

Dengan nilai sebesar 84% untuk faktor kekuatan dan 16% untuk faktor kelemahan hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor kelemahan bukan merupakan keterbatasan bagi suatu program yang memiliki ruang lingkup tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang.

2) Matriks EFE

UKM memiliki potensi pasar yang besar merupakan peluang utama program ini, dengan bobot 0,205 dan rating 3,25 sehingga diperoleh skor 0,666. Faktor peluang lain yang dapat mendukung perkembangan program adalah masih banyaknya masyarakat yang terjerat rentenir (0,531) dan adanya dukungan program pemerintah (0,408).

Tabel 12. Matriks EFE program KKB

Faktor Eksternal Bobot (a) Rating (b) (c=axb)Skor Peluang :

1. UKM memiliki potensi pasar yang besar 2. KKB didukung program pemerintah 3. Masih banyak masyarakat terjerat rentenir

0,205 0,163 0,163 3,250 2,500 3,250 0,666 0,408 0,531 Jumlah (A) 1,605 Persentase (%) 57 Ancaman :

1. Bank pesaing sejenis (BUMN atau swasta) 2. Lembaga non bank (BUMN lainnya) 3. Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan

politik yang bersifat dinamis

0,142 0,163 0,163 3,000 2,250 2,500 0,427 0,367 0,407 Jumlah (B) 1,201 Persentase (%) 43 Total (A+B) 2,807

(27)

Sementara itu, faktor yang menjadi ancaman utama program ini adalah keberadaan keberadaan bank pesaing sejenis seperti BRI dan Bank Danamon, yang saat ini memiliki segmen pasar sama dengan bobot 0,142 dan rating 3, sehingga diperoleh skor 0,427. Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang bersifat dinamis (0,407) dan Lembaga non bank (BUMN lainnya) dengan bobot 0,367 merupakan ancaman lain yang dapat mempengaruhi keberlangsungan program. Lebih rinci hasil perhitungan faktor strategi internal dapat dilihat pada Tabel 12.

Dari hasil analisis perhitungan faktor strategi eksternal didapatkan total skor 2,807. Nilai ini berada di atas rataan 2,5, berarti menunjukkan bahwa program kemitraan memiliki strategi efektif untuk memanfaatkan peluang dan meminimalkan ancaman/pengaruh negatif eksternal (David, 2006). Dengan nilai peluang sebesar 57% dan ancaman sebesar 43%, maka ancaman dari bank pesaing seperti BRI dan Bank Danamon, BUMN lainnya dan perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik bukan merupakan ancaman yang serius.

e. Analisis Matriks IE

Penentuan posisi strategi matriks IE didasarkan pada hasil total nilai matriks IFE yang diberi bobot pada sumbu X dan total nilai matriks EFE pada sumbu Y (David, 2006). Total nilai matriks IFE sebesar 3,044 dan nilai matriks EFE sebesar 2,807. Dengan demikian posisi program kemitraan terletak pada sel IV, yaitu stabil. Strategi yang sesuai untuk diterapkan pada sel ini adalah mempertahankan strategi yang telah ada. Dengan posisi program KKB yang berada pada posisi stabil, maka dapat ditunjukkan bahwa program kemitraan memiliki hubungan yang saling memperkuat dan saling menguntungkan bagi ketiga belah pihak, yaitu bagi bank BNI program KKB merupakan salah satu jalan masuk untuk menggarap kredit sektor UKM yang terkenal dengan tingkat risiko kredit bermasalah yang kecil dan nantinya akan memperkuat NPL yang dapat meningkatkan keuntungan.

(28)

Bagi mitra binaan dengan adanya program KKB ini mendapatkan perhatian dalam hal permodalan, teknologi, informasi dan dukungan pemasaran produk. Sedangkan bagi Perguruan Tinggi (PT), khususnya IPB, program KKB sebagai bentuk pengabdian PT yang sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam aspek pemberdayaan masyarakat, khususnya UKM dan membantu bank BNI dalam menyiapkan tenaga pendamping di lapangan.

Hasil identifikasi dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman program kemitraan, serta posisi persaingan program yang berada pada sel IV dan selanjutnya akan digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT. Posisi program kemitraan berdasarkan matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.

Total Sk

or Faktor Strate

gi

Ekst

ernal

Total Skor Faktor Strategi Internal

Kuat Rataan Lemah

4,0 3,0 2,0

Tinggi I II III

Menengah IV V VI

Rendah VII VIII IX

Gambar 4. Matriks IE program KKB

f. Analisis Matriks SWOT

Pengembangan strategi pada matriks ini dilakukan sesuai hasil matriks IE, dimana posisi program kemitraan terletak pada sel IV, yaitu stabil. Pencocokan faktor strategi internal dan eksternal dalam keadaan saat ini, lingkup strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah

3,0 2,0 1,0

(29)

ditetapkan. Namun untuk pengembangan program ke depan dapat dilakukan dengan penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3. Strategi penyaluran kredit KKB

Berdasarkan hasil analisis matrik IFE dan EFE, dapat disusun matrik SWOT yang menghasilkan empat tipe strategi yang dapat dilakukan, yaitu strategi S-O, W-O, S-T dan W-T (David, 2006). Hasil analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Matriks SWOT program KKB

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S) 1. Prosedur pengurusan

tidak berbelit

2. Syarat pengajuan mudah 3. Proses realisasi kredit

cepat

4. Tingkat suku bunga pinjaman rendah 5. Organisasi UKM

bersifat sederhana 6. UKM yang bergerak

cepat menghasilkan 7. Petugas pendamping dari

LP LPPM proaktif Kelemahan (W) 1. Keterbatasan modal program KKB 2. Masih lemahnya SDM dan kemampuan manajerial UKM 3. Program KKB belum populer di masyarakat 4. Keterbatasan petugas bank Peluang (O) 1. UKM memiliki potensi

pasar yang besar 2. KKB didukung program pemerintah 3. Masih banyak masyarakat terjerat rentenir Strategi S-O a. Melakukan perluasan

pasar dan jaringan pemasaran kredit b. Mempertahankan

komitmen terhadap pengembangan UKM tangguh dan mandiri c. Meningkatkan volume

kredit UKM

Strategi W-O a. Meningkatkan

pengenalan citra produk dan menjaga eksistensi bank BUMN

b. Memaksimalkan sumber daya yang ada c. Melakukan pelatihan

SDM UKM Ancaman (T)

1. Bank pesaing sejenis (BUMN atau swasta) 2. Lembaga non bank

(BUMN lainnya) 3. Perubahan kondisi

sosial, ekonomi dan politik yang bersifat dinamis

Strategi S-T a. Mengembangkan model

analisa kredit yang sederhana

b. Meningkatkan mutu pelayanan

Strategi W-T a. Peningkatan mutu

produk UKM dan pengembangan kemitraan dengan usaha yang lebih besar b. Koordinasi internal

untuk memantapkan posisi UKM dalam peta usaha potensial

(30)

a. Strategi Kekuatan-Peluang (S-O)

1) Melakukan perluasan pasar dan jaringan pemasaran kredit

Pangsa pasar yang dilayani secara geografis lebih banyak terpusat di daerah Bogor Kota. Dalam hal ini, memperluas pangsa pasar masih sangat mungkin dilakukan pada daerah-daerah transisi, perkotaan dan perdesaan, mengingat pasar pasar yang berada di daerah tersebut mempunyai daya serap yang cukup besar dengan banyaknya industri-industri kecil yang berkembang. Dengan mempertahankan tentang kemudahan persyaratan yang diperlukan dalam pengajuan kredit, memungkinkan dapat diterima di berbagai segmen pasar, baik di daerah kota maupun kabupaten.

2) Mempertahankan komitmen terhadap pengembangan UKM tangguh dan mandiri.

Sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri BUMN No. KEP-236/MBU/2006 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, maka sebagai BUMN, bank BNI berkewajiban mendorong upaya pengembangan potensi UKM agar menjadi tangguh dan mandiri. Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap pengusaha UKM, sebaiknya pengusaha UKM agar lebih diberikan kemudahan dalam proses pengurusan dan pengajuan kredit, mengingat potensi pasar yang masih luas. Selain itu program-program pembinaan terhadap UKM untuk lebih diintensifkan, karena masih banyaknya masyarakat yang memilih pembiayaan pada lembaga-lembaga illegal, seperti rentenir yang sifatnya sangat merugikan pengusaha itu sendiri, yaitu adanya fakta bunga berbunga beserta angsuran tetap.

3) Meningkatkan volume kredit UKM

Potensi pasar yang masih luas dapat dimanfaatkan dengan melakukan penetrasi pasar, dengan cara mencari debitur baru yang

(31)

potensial. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan produk pinjaman dengan skim take over. Selain itu, pengusaha-pengusaha UKM yang sudah memiliki tabungan atau pinjaman lainnya di bank, dapat ditawarkan pinjaman dengan prosedur yang mudah dan proses yang cepat.

b. Strategi Kekuatan-Ancaman (S-T)

1) Mengembangkan model analisa kredit yang sederhana

Model analisa kredit yang sederhana ditambah prosedur pengurusan yang tidak berbelit dan tingkat bunga pinjaman yang bersaing, diharapkan mampu meningkatkan volume kredit yang ada. Prosedur penyaluran kredit kemitraan yang ada saat ini dinilai tidak terlalu memberatkan UKM, dengan proses realisasi pengajuan kredit yang cepat menjadi nilai tambah keberlangsungan program dalam menarik minat UKM, yang merupakan pangsa pasar utama program ini. Pada umumnya bank menerapkan prinsip Character, Capacity, Capital,

Condition of Economic dan Collateral (5C) dalam penyaluran kredit.

Dalam implementasinya, kelima faktor tersebut akan berbeda penerapannya untuk UKM. UKM pada umumnya tidak memiliki jaminan yang dapat diandalkan apalagi permodalan, maka dalam penyaluran kredit kepada UKM prinsip yang perlu ditekankan hanya pada

Character, Capacity dan Condition of Economic (3C) (Yusuf, 2005).

Berdasarkan karakternya, mitra binaan memiliki track record baik dalam pengembalian pinjaman/pembayaran angsuran. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa karakter yang dimiliki oleh mitra binaan adalah baik, sehingga layak untuk menjadi mitra binaan dan diberi kredit oleh bank BNI.

Dilihat dari kapasitas mitra binaan, mayoritas belum pernah mendapatkan kredit dari pihak manapun sebelumnya dan dengan omzet pendapatan yang bervariasi mulai dari Rp 1.200.000,- sampai dengan Rp

(32)

150.000.000,- (Lampiran 8) tiap bulannya, maka hal tersebut dapat dijadikan jaminan kepastian pengembalian kredit yang diberikan.

Dilihat dari kondisi ekonomi, produk-produk mitra binaan yang pada umumnya berada di sektor perdagangan, khususnya makanan dan minuman dapat diterima oleh konsumen dan UKM tersebut juga bersifat fleksibel, artinya mampu bersaing dalam skala usaha tertentu. Maka dari itu mitra binaan tersebut layak diberi pinjaman dan pembinaan, agar nantinya menjadi UKM tangguh dan mandiri.

2) Meningkatkan mutu pelayanan

Dengan semakin banyaknya bank-bank pesaing dan tumbuh suburnya lembaga-lembaga keuangan non-bank yang menawarkan produk serupa, maka hal ini dapat dianggap sebagai ancaman yang harus diwaspadai. Untuk itu, peningkatan mutu pelayanan terhadap mitra binaan merupakan salah satu cara agar kerjasama dengan mitra binaan tetap berjalan. Dengan dukungan dari petugas pendamping yang proaktif, maka perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang begitu cepat bukan merupakan suatu ancaman berarti, malah dapat dijadikan suatu peluang untuk meningkatkan kegiatan program kemitraan.

c. Strategi Kelemahan-Peluang (W-O)

1) Meningkatkan pengenalan citra produk dan menjaga eksistensi bank BUMN.

Usaha untuk lebih mengenalkan program kepada masyarakat luas dinilai sangat penting dilakukan, mengingat program ini belum populer di masyarakat. Kegiatan pameran, bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan citra produk sekaligus menjaga eksistensi program.

(33)

2) Memaksimalkan sumber daya yang ada

Dengan memaksimalkan sumber daya yang ada, terutama untuk menutupi keterbatasan petugas bank BNI, diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan para pengusaha UKM yang ada. Selain itu, dengan potensi pasar yang masih terbuka, optimasi sumber-sumber daya yang ada dengan menambah portofolio kredit, misalnya dengan melakukan kerjasama dengan lembaga lainnya, seperti koperasi atau kelompok usaha kecil lainnya.

3) Melakukan pelatihan SDM UKM

Mutu SDM UKM sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan manajerial usahanya. Dalam hal ini, sudah seharusnya pihak bank menganggarkan biaya untuk kegiatan tersebut, diantaranya melakukan pelatihan, baik yang bersifat pengembangan diri kewirausahaan maupun pengelolaan usaha dan keuangannya dalam waktu singkat (3-5 hari) atau kontinu (1-3 bulan), baik bersertifikat ataupun tidak. Pelatihan yang dapat dilakukan diantaranya yaitu tentang proses memperbaharui teknologi produksi, penampilan produk, penambahan pengetahuan tentang pemasaran dan pengelolaan keuangan yang relatif sederhana. Kelancaran dan keberhasilan dalam pengembangan usaha akan berdampak pada kelancaran dalam pengembalian kredit. Selain itu, indikasi keberhasilan mitra binaan akan berpengaruh positif terhadap keberadaan program kemitraan, sehingga akan lebih mempopulerkan program kemitraan di mata pengusaha dan masyarakat luas.

d. Strategi Kelemahan-Ancaman (W-T)

1) Peningkatan mutu produk UKM dan pengembangan kemitraan dengan usaha yang lebih besar

Sesuai dengan prinsip kemitraan bahwa kemitraan dilaksanakan dengan pengembangan bidang produksi dan pengolahan, pemasaran dan

(34)

teknologi, maka koordinasi yang optimal, terutama dalam memasarkan produk UKM sangat diperlukan suatu pengembangan produk bermutu yang disukai konsumen. Dalam hal ini, peran program KKB diharapkan dapat menemukan cara menghasilkan produk bermutu dengan cara lebih efektif dan efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin. Selain melakukan kemitraan yang dilakukan dengan UKM, program ini hendaknya dapat dikembangkan pula dengan menggandeng para pengusaha yang lebih besar.

2) Koordinasi internal untuk memantapkan posisi UKM dalam peta usaha. Banyaknya kegagalan yang terjadi dalam hal pembiayaan pada UKM disebabkan kurang adanya koordinasi, selain antar petugas di lapangan juga dengan pihak pengusaha UKM. Pihak perbankan sudah seharusnya melakukan langkah-langkah untuk menjaga hubungan yang baik, antar petugas maupun dengan para pengusaha. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengetahui informasi dan kondisi para pengusaha.

4. Pemilihan alternatif strategi

Berdasarkan matriks IE, dapat dikatakan bahwa program KKB berada pada kuadran IV yang digambarkan sebagai daerah stabil, maka rumusan alternatif strateginya adalah melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk.

a. Strategi Penetrasi Pasar

Strategi ini lebih mengarah kepada implementasi secara teknis, khususnya pengelolaan program KKB di Bank BNI, diantaranya dengan tetap mempertahankan prosedur kepengurusan yang telah ada saat ini sudah cukup sederhana dan dengan melakukan peningkatan kemampuan pengelola, terutama petugas bank BNI yang jumlahnya relatif sedikit. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan, diantaranya :

(35)

1) Dapat diminimalkan biaya pada proses pengurusan kredit seperti biaya administrasi.

2) Menambah tenaga administrasi outsourcing dengan pola kontrak atau magang mahasiswa tingkat akhir dari Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dari Perguruan Tinggi (PTN/S) di kota/kabupaten Bogor yang bersifat saling memperkuat dan menguntungkan program penyaluran dana KKB.

b. Strategi pengembangan produk

Strategi pengembangan produk dapat dilakukan dengan cara peningkatan kegiatan promosi yang lebih intensif, sehingga program KKB dapat lebih dikenal masyarakat luas, yaitu melalui :

1) Promosi yang dapat dilakukan dengan memasang halaman iklan di surat kabar lokal, ataupun brosur yang berisi paparan logis dan menarik tentang program KKB. Isi materi dibuat semenarik mungkin, agar para pembaca dapat terpengaruh.

2) Mengadakan pertemuan-pertemuan dengan mengundang para nasabah dari kelompok UKM. Pertemuan tersebut untuk meyakinkan bahwa program KKB ini didukung oleh pemerintah, disamping bagian dari

Gambar

Gambar 2. Bentuk hubungan kerjasama (PT BNI, 2007 b )
Tabel 5. Formulir pengajuan KKB
Gambar 3. Alur proses kredit KKB Bank BNI (PT BNI, 2005) Lembaga Pendamping
Tabel 6. Data realisasi kredit mitra binaan IPB  Realisasi  Kredit  (juta) Sektor  Perdagangan  Sektor Jasa  Sektor  Industri  Sektor  Lainnya  Total Jumlah  (orang)  Persen (%)  Jumlah  (orang)  Persen (%)  Jumlah (orang)  Persen (%)  Jumlah  (orang)  Per
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tahap kedua, data-data yang diperlukan untuk proses simulasi, seperti lamanya waktu pengamatan, besar mean dan varian yang diinginkan, penentuan jumlah pelanggan dan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Yonathan,2017) mengenai analisis pengaruh pengetahuan tentang pengelolaan sampah terhadap perilaku warga dalam mengelola

Pengelolaan kelas yang efektif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan yaitu pendekatan perubahan tingkah laku dimana pengelolaan kelas dilakukan

masalah-masalah/isu-isu strategis, pemilihan strategi alternatif, pengambilan BALANCED SCORECARD Pelanggan Proses Internal Pertumbuhan Keuangan Dipetakan Diterjemahkan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi guru, fasilitas belajar dan lingkungan sekolah terhadap minat belajar siswa kelas VIII di MTsN Lubuk

Pemilihan respirator harus berdasarkan pada tingkat pemaparan yang sudah diketahui atau diantisipasi, bahayanya produk dan batas keselamatan kerja dari alat pernafasan yang

Ebû­Bekr’in­yerine­kardeşi­Özbek­atabeg­oldu.­Irak-ı­Acem­hâkimi­Ay-

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebermanfaatan kit praktikum multifunction equipment dalam eksperimen sains realistik; kegunaan modul eksperimen dan LKS