• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KIAT DAN PERJUANGAN HIDUP PEREMPUAN PASCA

D. Strategi dan Perjuangan Hidup Perempuan Pasca Perceraian

1. Strategi Perempuan janda dalam Mencukupi Kebutuhan Ekonomi

Sebuah usaha dari seseorang untuk menuntaskan perkara yang sedang ia hadapi untuk mencapai solusi melalui sebuah tindakan. Solusi tersebut diharapkan dapat menghantarkan menuju kehidupannya yang lebih baik lagi. Pada perempuan pasca bercerai ia tentu mempunyai strategi untuk melanjutkan kehidupannya setelah ia lepas dari kontak biologis dan tanggung jawab suaminya. Perempuan pasca bercerai memiliki banyak beban yang akan ia rasakan. Oleh karenanya ia tentu akan mengantur strategi menuju kehidupan yang lebih baik tanpa ikatan dari suaminya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2) Perempuan

Secara biologis perempuan dapat diartikan sebagai seorang mempunyai organ reproduksi, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui5. Dalam kajian feminisme perempuan adalah sosok yang dianggap setara dengan laki-laki ia juga bisa kuat seperti laki-laki dan juga dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki. Penilaian feminisme mengenai perempuan adalah perempuan dapat rmenyadari jika peran mereka di masyarakat selalu dibelakang laki-laki. Sehingga dengan adanya feminisme, diharapkan posisi perempuan di masyarakat bisa lebih baik atau setidaknya setara dengan laki-laki.

3) Problematika

Problematika berasal dari bahasa inggris yaitu “problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa indonesia, problematika berarti hal yang belum dapat dipecahkan6. Dalam penelitian ini problematika mengandung makna berbagai macam persoalan yang berbeda-beda dan bervariasi dari masalah yang dihadapi. Problematika dalam kasus yang terjadi pada perempuan pasca bercerai menyangkut beberapa aspek yaitu ekonomi, peran ganda, hak asuh anak, dan seksualitas.

Problematika yang terjadi tersebut belum sepenuhnya

terselesaikan. Perempuan pasca bercerai mempunyai strategi untuk

5Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002) hlm 251

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mengatasi berbagai masalah yang terjadi yag diharapkan dapat

menyelesaikan problematikanya pasca pereceraian. 4) Perceraian

Perceraian dianggap sebagai sebuah kesialan bagi orang atau sebagian orang di dalam masyarakat manapun, tetapi juga dipandang sebagai sebuah penemuan sosial, suatu macam pengaman bagi ketegangan yang ditimbulkan bagi perkawinan itu sendiri7. Perceraian dalam suatu keluarga dianggap sebagai tanda adanya disfungsi keluarga. Pada sebagian orang menganggap bahwa perceraian adalah sebuah keputusan yang berat tetapi harus dilakukan dengan banyak pertimbangan. Misalnya saja terjadi perselingkungan yang dilakukan oleh salah satu pasangan. Karena dianggap menodai keskaralan perikahan dan kepercayaan, maka memutuskan bercerai sebagai solusinya. Dalam konteks ini perceraian dilakuukan harus dengan proses pengadilan, karena dengan itu pasanga menikah baruu bisa dinyatakan bercerai.

F. Sistematika Pembahasan

1. Bab I Pendahuluan

Peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah yang di teliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, metode penelitian yang terdiri dari pendekatan dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id jenis penelitian, subyek penelitian, jenis dan sumberdata, tahap-tahap

penelitian, tehnik pengumpulan data, tehnik analisa data dan tehnik keabsahan data dan sistematika pembahasan.

2. Bab II Mengurai Problematika Perceraian dalam Perspektif Teori Tindakan Sosial dan Feminimse Radikal

Meliputi kajian pustaka yang terdiri dari beberapa referensi yang di gunakan untuk menelaah obyek kajian, kajian teori yaitu teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian, dan peneliti terdahulu yang relevan yaitu referensi hasil penelitian oleh peneliti terdahulu yang mirip dengan kajian peneliti

Penelitian ini menggunkan kajian teori feminisme radikal dan teori tindakan sosial. Kedua teori tersebut digunakan sebagai pembantu dalam melihat fenomena dan menganalisis fenomena yang terjadi dengan teori-teori sosial.

3. Bab III Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan sebagai cara untuk memperoleh data hasil lapangan. Dalam penelitian sksripsi kali ini peneliti menggunakan metode penelitian deksriptif kualitatif, Metode penelitian berisi tentang langkah-langkah peneliti untuk memperoleh data lapangan. Metode penelitian yang digunakan adalah tekhnik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4. Bab IV Kiat dan Perjuangan Hidup Para Perempuan Pasca Perceraian

Dalam bab empat peneliti menjelaskan tentang analisis data yang berisi tentang hasil penelitian lapangan. Bab empat ini adalah bab inti dari isi skripsi kali ini. Peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang di peroleh. Penyajian data-data dapat berupa tertulis atau dapat juga di sertakan gambar. Sedangkan analisis data dapat di gambarkan berbagai macam data-data yang kemudian di tulis dalam analisis deskriptif. Analisis data yang dilakukan peneliti ini menyangkut strategi perempuan pasca perceraian dalam menghadapi problematika kehidupan. Analisis dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ada, sesuai dengan yang sudah dilakukan dengan berbagai tahapan mulai dari observasi, wawancara, dokumentasi dan trianggulasi. Analisis dilakukan setelah data terkumpul dan menggabungkannya dengan teori yang sudah ada.

5. Penutup

Peneliti menuliskan kesimpulan dari permasalahan dalam penelitian, dan memberikan rekomendasi atau saran.

13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

MENGURAI PROBLEMATIKA PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF TEORI TINDAKAN SOSIAL DAN FEMINISME RADIKAL

A. Penelitian Terdahulu

Dalam judul penelitian tentang “Strategi Perempuan dalam Menghadapi Problematika Kehidupan Pasca Perceraian” peneliti berupaya membandingkan dengan penelitian yang sudah ada dan relevan agar bisa mengetahui posisi penelitian ini dengan penelitian lainnya. Ada tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Aziz Velansyah dari Fakultas Dakwah jurusan Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul “Pemaknaan Hidup Perempuan Pasca

Perceraian” yang dilakukannya pada tahun 2012 penelitian ini sepenuhnya membahas tentang kondisi mental dan dampak psikologis perempuan pasca perceraian.

Perempuan pasca bercerai dianggap memiliki ketakukan tersendiri dalam lingkungan masyarakat tempat ia tinggal. Masyarakat menganggap bahwa perempuan “single parent” atau “janda” merasa lemah karena ia sudah lepas dari ikatan laki-laki. Selain itu beban moral juga ia rasakan ketika makna janda sering

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id disalahkan artikan oleh masyarakat sekitar sebagai sesuatu yang

rendah dan seringkali menjadi bahan tertawaan dalam kesempatan formal atupun informal. Bagi seorang wanita yang hidup dalam budaya patriarkhi seperti negara kita ini, beban sosial yang harus dipikulakibat perubahan status dari seorang istri menjadi seorang janda karena perceraian tentunya memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan seorang duda. Selain itu konotasi negatif yang melekat pada perempuan berstatus janda juga merupakan beban berat tersendiri yang harus dijalani setelah bercerai. Hal tersebut menjadi alasan peneliti untuk mengambil informan wanita daripada pria.

Dari aspek lain, yang ditemukan oleh Abdul Aziz adalah ketakutan ibu rumah tangga yang masih bersuami terhadap seorang janda. Ia takut suaminya akan tergoda dengan seorang janda. Menurut seorang informannya, janda adalah seorang yang butuh kasih sayang laki-laki serta nafkah ekonomi. Karenanya ia takut jika janda dapat menjadi seorang penggoda suami dari orang lain.8

2. Penelitian kedua dilakukan oleh Saiful Mubin Mz dari Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2015 judulnya adalah “Interaksi Sosial Wanita Single Parent”.

Penelitian tersebut membahas tentang stigma masyarakat yang

8

Abdul Aziz, (Pemaknaan Perempuan Pasca Perceraian), skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2012, Digilibuinsby.ac.id (diakses pada tanggal 10/10/2016 pukul 14.11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memandang “single parent” karena perceraian sebagai sebuah

kecacatan dalam nilai sosial. Sebab statusnya dianggap sebagai kegagalan dari pihak perempuan. Adanya anggapan dan pelabelan tersebuat menjadikan perempuan single parent merasa emosi dan menimbulkan tekanan batin. Faktor ekonomi juga menjadi kendala karena mereka tidak lagi diberi nafkah oleh pihak laki-laki. Hal itu menjadikan perempuan harus berusaha untuk dapat menghidupi anaknya seorang diri dengan banyak sekali kebutuhan.

Interaksi sosial yang terjadi pada perempuan single parent seringkali menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat, karena masyarakat menganggap single parent mempunyai banyak masalah dalm kehidupannya. Seorang single parent mempunyai kondisi psikologis yang kurang baik karena persepsi masyarakat tersebut. Akibatnya, interaksi dengan masyarakat sekitar juga jarang dilakukan. Selain terganggu dengan stigma masyarakat ia juga disibukkan dengan pekerjaanya dalam memenuhi kebutuhan ekonominya9.

3. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Wintarti dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Penyuluhan IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Problematika Perceraian

dan Dampaknya Terhadap Tingkah Laku Anak Desa

9 Saiful Mubin Mz, ( Interaksi Sosial Wanita Single Parent), Skripsi Fakultas Psikologi dan Kesehatan, 2015, Digilib.uinsby.ac.id (diakses pada tanngal 20/10/2016 pukul 15.11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Purworejo Kabupaten Kendal” pada tahun 2014. Penelitian ini membahas tentang kasus perceraian yang sering dianggap suatu peristiwa tersendiri dan menegangkan dalam kehidupan keluarga. Perceraian dalam keluarga berawal dari suatu konflik antar anggota keluarga. Bila konflik sudah pada titik kritis, kasus perceraian berada diambang pintu. Peristiwa perceraian selalu mendatangkan ketidak tenangan berfikir dan ketegangan yang memakan waktu lama. Saat kemelut, masing-masing pihak keluarga mencari jalan keluar mengatasi berbagai rintangan dan berusaha menyesuaikan dengan hidup baru. Masing-masing pihak menerima kenyataan baru, seperti pindah rumah, tetangga baru, anggaran rumah baru. Situasi rumah menjadi lain, karena diatur oleh satu orang tua saja.

Peristiwa perceraian dalam keluarga senantiasa akan membawa dampak yang mendalam, antara lain dapat menimbulkan stress dan perubahan fisik serta mental. Dengan demikian untuk membina suatu rumah tangga yang bahagia tidak mudah, perkawinan bisa kandas ditengah jalan. Bukan kebahagiaan yang didapat tetapi hanyalah pertengkaran. Bukan kecocokan yang terjadi antara suami istri melainkan semakin menonjolnya perbedaan satu sama lain yang tidak bisa disatukan10.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian kali ini adalah lebih berfokus terhadap usaha-usaha perempuan dalam

10 Wintarti, (Problematika Perceraian dan Dampaknya terhadap Tingkah Laku Anak), Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Walisongo Semarang, 2014, Eprints.walisongo.ac.id (diakses pada tanggal 28/02/2014 pukul 14.10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id keluarganya yang merangkap perannya sekaligus sebagai seorang

laki-laki. Artinya ia harus siap bekerja mencari nafkah yang biasanya dilakukan oleh seorang laki-laki sekaligus mendidik anaknya sebagai seorang ibu. Ketahanan perempuan dalam kasus ini dipertaruhkan oleh problema di dalam masyarakat dan keluarga tentang kegagalan pernikahan yang terjadi terhadap dirinya.

Penelitian ini juga mengulas tentang strategi perempuan pasca bercerai dengan berbagai upaya yang ia lakukan. Peneliti menggali data untuk mengetahui bagaimana usaha yang dilakukan seorang perempuan pasca perceraian. Kemudian menganalisisnya menggunakan teori berdasarkan dengan permasalahan yang terjadi. Peneliti menggunkan teori feminisme radikal dan tindakan sosial sebagai pisau analisis terkait dengan peran ganda perempuan pasca bercerai dan strateginya.

B. Perceraian sebagai Tanda Adanya Disfungsi Keluarga

Pada hakikatnya perempuan identik dengan karakter yang lemah lembut, keibuan, dan mempunyai hati yang sensitif. Dalam masyarakat kebanyakan perempuan mempunyai peran dan posisi dibawah laki-laki, artinya mayoritas perempuan selalu dipimpin dan cenderung mengikuti kehendak dari laki-laki. Dalam kehidupan keluarga, kebanyakan perempuan berperan sebagai ibu rumah tangga yang tugasnya hanya pada kegiatan rumah tangga seperti membersihkan rumah, mengurus anak, dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mengatur keuangan keluarga. Sementara untuk mengurus hal lain yang

bersifat penting akan tetap laki-laki sebagai penentu keputusan. Tetapi dalam era modern seperti sekarang tidak jarang perempuan yang merangkap tugas menjadi ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah tambahan.

Perceraian memang erat kaitannya dengan konflik, meskipun konflik dalam kasus perceraian bersumber dari kedua belah pihak namun pada dasarnya tidak seorang pun mengharapkan demikian11. Perceraian memang banyak sekali sebabnya, misalnya dalam kasus pernikahan dini. Pasangan yang masih dalam tahap labil terkadang mempunyai emosi yang sulit dikendalikan karena mereka sama-sama mempunyai keinginan dan tujuan hidup berbeda satu sama lain. Meskipun begitu sebuah pemutusan tali pernikahan memang selalu berakar dari peran antar hubungan suami istri, pembinaan hubungan keluarga akan kurang berjalan dengan baik ketika pasangan itu sendiri tidak memiliki keinginan untuk membina hubungan keluarga yang harmonis.

Di Indonesia perceraian diamanatkan pada Undang-Undang Perkawinan Pasal 39 ayat 1 sampai 3 yang dengan tegas menyatakan bahwa : (1) perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan yang bersangkutan tidak berhadil mendamaikan kedua belah pihak. (2) untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa diantara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri. (3) tata cara

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan

perundang-undangan tersendiri.12

Dalam kasus perceraian di Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya, perempuan yang telah bercerai mempunyai peran yang besar dalam kehidupan rumah tangganya. Status sebagai janda atau

single parent menjadi akibat dari sebuah keputusan yang telah diambil.

Perempuan mempunyai permasalahan yang kompleks setelah ia lepas dari ikatan laki-laki. Permasalahan perempuan dalam kasus ini mengarah pada kondisi perekonomian, hak asuh anak, peran ganda, persepsi masyarakat dan penyesuaian seksualitas. Maka dari itu, perempuan mempunyai stratregi dalam menghadapi problematika kehidupan pasca perceraian.

Perceraian dalam suatu keluarga dianggap sebagai tanda adanya disfungsi keluarga. Pada sebagian orang menganggap bahwa perceraian adalah sebuah keputusan yang berat tetapi harus dilakukan dengan banyak pertimbangan. Misalnya terjadi perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pasangan. Karena dianggap menodai kesakralan pernikahan dan kepercayaan, maka memutuskan bercerai sebagai solusinya.

Salah satu penyebab pada pasangan menikah adalah pengabaian kewajiban rumah tangga. Hal ini bisa terjadi ketika antara pasangan terlalu sibuk dengan kegiatannya di luar rumah, misalnya kedua orang tua sama-sama bekerja sehingga anak menjadi kurang perhatian dan tidak terurus

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dengan baik. Persoalan keuangan nampaknya juga menjadi problema

tersendiri bagi pasangan sebelum terjadinya perceraian. Tidak cukupnya penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya juga dapat dijadikan alasan bagi pasangan untuk bercerai. Ketidakcocokan dalam hubungan seksual juga masuk dalam problematika yang melanda pasangan menikah. Misalnya terjadi penolakan dalam hubungan seksual atau terjadi keengganan dari salah satu pihak13.

Dalam kaitanya dengan keengganan dalam ranah seksualitas ini dapat menimbulkan perselingkuhan, sebab antar pasangan merasa tidak mendapatkan nafkah biologis. Perselingkuhan yang terjadi menjadikan ketidakterimaan dari pasangan sehingga menimbulkan perkataan kasar, kekerasan fisik yang menimbulkan tindak KDRT dalam lingkup rumah tangga. Hal lain adalah ketidakcocokan dengan keluarga besar dari pihak suami maupun istri, banyak diantar kasus perceraian didasari oleh keterlibatan keluarga terlalu jauh. Karena merasa banyak tekanan mereka memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dengan bercerai.

Dalam kasus perceraian yang marak terjadi belakangan ini memang menjadi keresahan sendiri bagi pasangan suami istri. Pasangan suami istri yang dihadapakan pada konflik rumah tangga tentu mempunyai tantangan untuk tetap menjaga tali pernikahan agar terhindar dari

13T.O Ikhromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, ( Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2004) hlm 153-155

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id perceraiaan. Karena memang perceraian dianggap sebagai kegagalan yang

mempunyai beberapa dampak besar, diantaranya adalah :

1) Penyesuaian Status Baru Mantan Pasangan Suami-Istri dengan Lingkungan Sosial

Dampak yang dirasakan bagi mantan suami dan istri pasca bercerai yang biasanya terjadi adalah masalah penyesuaian kembali terhadap peranan masing-masing serta hubungan dengan lingkungan sosial. Penyesuaian yang harus dilakukan adalah untuk proses terhadap peran baru, seseorang pada masa tersebut tentu mengalami perasaan bimbang yang melihat sebuah perceraian sebagai sesuatu yang melegakan karena dianggap sebuah puncak dari penyelesaian konflik rumah tangga, sekaligus sebagai tekanan tersendiri bagi mantan pasangan suami istri yang biasanya masih mengenang masa-masa ketika mereka masih bersama.

Penyesuaian kembali ini termasuk upaya mantan pasangan suami istri untuk mempunyai hak dan kewajiban individu. Meskipun kehidupan setelah bercerai merupakan suatu kehidupan baru, namun masih ada ikatan-ikatan diantara pasangan yang bercerai. Ikatan yang paling penting adalah ikatan sebagai orang tua dari anak yang dilahirkan selama perkawinan. Setelah bercerai, mantan suami istri harus mendefiniskan kembali hubungan dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id peran mereka sebagai ayah dan ibu yang sudah tidak tinggal lagi

dalam satu rumah.14

Pasangan bercerai memang banyak sekali macamnya, beberapa diantara mereka masih menjaga ikatan kekerabatan demi hubungan yang baik terhadap anak-anak mereka. Pasangan macam ini biasanya adalah pasangan yang bercerai karena sudah ada pertimbangan yang matang. Mereka menganggap perceraian adalah satu-satunya jalan yang ditempuh demi mendapatkan solusi dari masalah yang mereka alami.

Kedua adalah pasangan bercerai dengan meninggalkan perasaan benci, mereka menganggap mantan pasangan sebagai musuh yang patut untuk dibenci. Mereka cenderung menghindari pertemuan satu sama lain, biasanya model pasangan seperi ini menganggap bahwa perceraian memang harus dilakukan karena adanya kesenjangan dalam lingkup keluarga. Misalnya terjadi perselingkuhan atau kekerasan dalam rumah tangga.

2) Tekanan Psikologis Terhadap Anak

Peran anak dalam sebuah perceraian memang penting. Persepsi anak tentang perceraian tergantung dari pandangan anak terhadap hubungan orang tuanya selama pernikahan. Jika pada masa pernikahan kedua orang tua anak sering mempunyai konflik

14T.O Ikhromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, ( Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2004) hlm 157-158

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id atau hubungan tidak harmonis, maka reaksi anak akan cinderung

memahami bahwa perceraian bukan menjadi tekanan bagi mereka. Tetapi, jika sebelumnya dalam keluarganya mempunyai ikatan yang harmonis maka perceraian akan menjadi tekanan yang sangat besar bagi anak.

Masalah yang dihadapi anak dari pasangan bercerai mengarah pada kondisi psikologis, perceraian dapat membuat kondisi mental anak sangat tertekan, sering gelisah dan stres. Hal-hal tersebut tentu akan mempengaruhi perkembangan anak didalam kehidupan sosialnya baik dalam lingkup sekolah maupun masyarakat. Dalam kasus seperti ini biasanya akan menyebabkan perilaku menyimpang bagi anak. Akibatnya anak dari pasangan bercerai akan membuat mereka salah pergaulan, mengkonsumsi narkotika, prestasi menurun dan sulit bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

Konflik psikologis anak sebenarnya dimulai dari sebelum perceraian terjadi. Konflik yang sering terjadi sebelum bercerai bisa jadi menjadi tekanan tersendiri oleh anak, pertengkaran yang kadang kala melibatkan anak dianggap menjadi sebuah konflik yang berat bagi anak. Dalam kasus ini dampak negatif dari perceraian terhadap anak lebih kecil dibandingkan apabila kedua

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id orang tua tetap mempertahankan perkawinan mereka yang tidak

Dokumen terkait