SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial ( S. Sos ) Dalam Bidang Sosiologi
Oleh :
NURINDAH DWI ASTUTI B75213063
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ABSTRAK
Nurindah Dwi Astuti, 2017, Strategi Perempuan dalam Menghadapi Berbagai Problematika Kehidupan Pasca Perceraian di Kelurahan
Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya, Skripsi Program Studi
Sosiologi Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Perempuan,Problematika, Perceraian
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi yang dilakukan perempan dalam menghadapi berbagai problematika kehidupan pasca perceraian. Dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan masalah yaitu mengapa banyak kasus perceraian di Kelurahan Petemon, apa saja problematika yang dihadapi perempuan usai bercerai dan bagaimana strategi yang dilakukan oleh perempuan dalam mengatasi probelamatike kehidupannya pasca becerai.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan tekhnik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang diguanakan sebagai alat analisis penelitian ini adalah teori tindakan sosial Max Weber dan fenimisme radikal.
ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PENANGGUNGJAWABAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah. ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Konsep ... 8
F.Sistematika Pembahasan ... ..10
BAB II MENGURAI PROBLEMATIKA PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF TEORI TINDAKAN SOSIAL DAN FEMINISME RADIKAL A. Penelitian Terdahulu ... 13
B. Perceraian sebagai Tanda Adanya Disfungsi Keluarga ... 17
1. Penyesuaian Status Baru Mantan Pasangan Suami-Istri dengan Lingkungan Sosial ... 21
2. Tekanan Psikologis Terhadap Anak... 22
3. Konflik dengan Keluarga Besar Kedua Pihak yang Bercerai ... 25
C. Problematika Kehidupan Perempuan Pasca Perceraian ... 26
D. Perubahan Nilai dan Tatanan Kehidupan di Kalangan Perempuan Pasca Bercerai ... 31
E.Teori Tindakan Sosial dan Feminisme Radikal sebagai Pisau Analisa ... 32
1. Teori Tindakan Sosial Max Weber ... 32
2. Teori Feminisme Radikal ... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48
x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
D. Tahap-tahap penelitian ... 51
1. Penelitian Pra Lapangan ... 51
2. Tahap Lapangan ... 52
E.Tekhnik Pengumpulan Data ... 52
1. Observasi ... 52
2. Wawancara ... 53
3. Dokumentasi ... 54
4. Data Online ... 55
F.Tahap Analisis Data ... 55
1. Reduksi Data ... 56
2. Penyajian Data ... 56
3. Penarikan Kesimpulan ... 56
G. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 57
BAB IV KIAT DAN PERJUANGAN HIDUP PEREMPUAN PASCA PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF TEORI TINDAKAN SOSIAL DAN FEMINISME RADIKAL A. Kondisi Sosio Kultur masyarakat Kelurahan Petemon Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. ... 57
B. Penyebab terjadinya banyak perceraian di Kelurahan Petemon ... 58
C. Perempuan dan Perceraian ... 65
1. Problematika dan sebab-sebab perceraian di Kelurahan Petemon ... 65
2. Perceraian menurut pandangan Orang tua ... 73
3. Perceraian menurut pandangan dari keluarga yang bercerai... 74
4. Makna janda dalam persepektif masyarakat ... 77
D. Strategi dan Perjuangan Hidup Perempuan Pasca Perceraian... 80
1. Strategi Perempuan janda dalam Mencukupi Kebutuhan Ekonomi ... 81
2. Strategi Perempuan janda dalam Pola Pengasuhan Anak ... 84
3. Strategi Perempuan janda dalam Penyesuaian Seksualitas ... 88
4. Strategi Perempuan dalam Menghadapi Stigma Negatif Masyarakat tentang Makna Janda ... 90
E.Strategi dan Perjuangan Perempuan Pasca Perceraian dalam Tinjauan Teori Tindakan Sosial dan Feminisme Radikal ... 93
1. Strategi Perempuan dalam Menghadapi Problematika Kehidupan Pasca Perceraian Tinajuannya dengan Teori Tindakan Sosial ... 96
2. Strategi Perempuan dalam Menghadapi Problematika Kehidupan Pasca Perceraian Tinajuannya dengan Teori Feminisme Radikal ... 99
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 103
B. Saran ... 105
xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara
2. Dokumen Yang Relevan
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum perceraian merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan
bagi pasangan menikah dimanapun. Karena pada dasarnya pernikahan adalah
sebuah usaha dari sepasang antar laki-laki dan perempuan untuk membentuk
sebuah keluarga yang harmonis. Dalam perceraian menyangkut beberapa
aspek, seperti ekonomi maupun sosial. Meskipun diperbolehkan, namun
perceraian dianggap sebagai masalah sosial. Setiap masyarakat yang terikat
oleh perkawinan tak jarang mendapat problema yang berujung pada
pemutusan ikatan pernikahan (perceraian). Hal tersebut dapat dipicu dari
berbagai aspek diantaranya, kesenjangan ekonomi, kekerasan dalam rumah
tangga, perselingkuhan maupun KDRT. Pada sebagaian masyarakat,
perceraian dianggap sebagai sebuah kegagalan. Karena didalamnya terdapat
pemutusan tali pernikahan yang sebelumnya dianggap sakral. Oleh karenanya
ketika ada perceraian pasti ada masalah didalamnya.
Melihat fenomena-fenomena yang terjadi pada masyarakat kota yang
banyak sekali dilanda masalah sosial tentu perceraian tidak luput darinya.
Dilihat dari prosentase perceraian yang selalu naik dari tahun ke tahun. Hal
tersebut tidak melulu pada konflik yag disebabkan oleh kesenjangan dalam
hubungan perkawinan. Tetapi jika dilihat dari perspektif budaya dengan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dalam ajaran Islam diperbolehkan apabila suami menjatuhkan talak pada
istrinya. Atau dari kasus perkawinan siri yang hanya dengan syarat laki-laki
mengatakan bahwa pasangan bercerai maka perkara selesai. Walaupun kasus
ini juga masih menggukan media pengadilan untuk meresmikan sebuah
perceraian. Hal tersebut juga menjadi faktor banyaknya angka perceraian.
Di kota Surabaya angka perceraian dari tahun ke tahun kian tinggi.
Sepanjang tahun 2016 terdapat 4938 kasus perceraian dengan klasifikasi 1580
cerai talak dan 3358 cerai gugat. Di tahun 2017 dalam periode bulan Januari
hingga April terdapat 1869 kasus yang masuk ke Pengadilan Agama. Ada 593
kasus cerai talak dan 1276 cerai gugat. Jika dihitung rata, setiap bulan adalah
148 suami di Surabaya menalak istrinya. Sedangkan, untuk istri ada sebanyak
319 wanita menggugat suami setiap bulannya. Artinya dalam sehari ada lima
orang suami menalak istrinya, dan ada sebelas wanita di Surabaya mengugat
cerai suaminya1.
Analisa mengapa pasangan bisa bercerai, hal tersebut dapat terjadi akibat
dari nilai-nilai dan kecenderungan pasangan itu.2 Ketidakmampuan mereka
untuk menjaga ikatan pernikahan juga menyebabkan pasangan tersebut mudah
mengakhiri hubungan pernikahan, banyak hal yang mendorong mereka untuk
bercerai salah satunya adalah faktor ketergesaan dari salah satu pihak, dapat
juga disebabkan karena mereka kurang menyadari hak dan kewajiban mereka
sebagai pasangan dalam lingkup rumah tangga . Tak jarang masalah juga
1Data Perkara Perkawinan Pengadilan Agama Kota Surabaya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id timbul dari faktor internal. Misalnya saja dorongan dari keluarganya yang
memang menginginkan bercerai dengan berbagai alasan yang kurang rasional.
Pasangan pasca bercerai memang dihadapkan dengan berbagai permasalahan
sosial. Masalah yang dihadapi biasanya terkait dengan perekonomian, peran
ganda, hak asuh anak, penyesuaian seksual dan persepsi negatif di dalam
masyarakat. Hal ini menjadi bagian problema yang melanda keluarga pasca
bercerai.
Memang tampaknya perempuan mempunyai lebih banyak beban sosial.
Perempuan pasca perceraian tentu akan melakukan strategi untuk memulai
babak baru usai terputusnya tali pernikahan. Selain perempuan mempunyai tanggung jawab pada dirinya sebagai “janda” ia juga berpotensi melakukan
dua pekerjaan sekaligus, yaitu sebagai orang tua tunggal dan pencari nafkah
keluarganya. Disini peran perempuan memang mendominasi, selain ketahanan di lingkungan sosial yang dianggap “negatif”. Perempuan pasca
bercerai tentu beranggapan bahwa perceraian menjadi penyebab seseorang
kehilangan lingkungan dan kehidupan sosialnya. Karena pada kenyataannya
status mereka yang baru sebagai seorang “janda” dianggap masyarakat
sebagai status yang bermakna negatif3.
Ketika suatu keluarga dihadapakan dengan perceraian tentu akan
menimbulkan masalah setelahnya. Baik didalam masyarakat, keluarganya
ataupun individu itu sendiri. Seperti halnya dalam pola pengasuhaan anak.
Setelah dinyatakan bercerai hak asuh anak akan diberikan kepada salah satu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id orang tuanya sebagai pemilik hak asuhnya. Hal ini biasanya akan
menimbulkan konflik dengan keduanya. Perebutan hak asuh anak antara ibu
dan ayah si anak akan berujung pada pertengakaran. Misalnya saja ketika
salah satu dari mereka tidak memperbolehkan untuk bertemu dengan anaknya.
Problematika perempuan pasca bercerai memang banyak sekali dijumpai
pada masyarakat kota. Untuk itu, sebagai perempuan single parent ia
memiliki strategi untuk menghadapi berbagai problematika di masyarakat.
Dalam hal perekonomian, perempuan single parent memang diharuskan untuk
memenuhi kebutuhannya setelah ia lepas dari tanggung jawab laki-laki
sebagai suaminya. Ia akan bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Ketika perempuan dihadapkan dengan pekerjaan ia tentu akan sibuk dengan
aktivitasnya dalam mencari uang. Ketika hak asuh anak jatuh ditangan
perempuan ini juga akan mempengaruhi pola pengasuhan anak. Karena terlalu
sibuk dengan urusannya sendiri, anak-anak dari pasangan pasca bercerai
terkadang juga mempunyai perilaku menyimpang akibat kurangnya kasih
sayang dan perhatian orang tuanya. Dengan begitu tak jarang dari kasus
perempuan pasca bercerai, mereka memilih menitipkan anaknya kepada orang
tua mereka untuk menghindari penyimpangan perilaku.
Penyesuaian seksusalitas juga masuk kedalam problematika keluarga
pasca perceraian. Memang dalam hal ini laki-laki yang lebih leluasa dalam
tindak seksual terlebih dia bebas melakukan kegiatan diluar rumah. Berbeda
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dalam masyarakat4. Memang dalam hal seksualitas ruang perempuan terbatas,
tidak seperti laki-laki yang leluasa bertindak seksual terhadap perempuan lain
setelah perceraian terjadi.
Dengan keadaan sosial yang terjadi pada pasangan pasca perceraian tentu
menjadikan perempuan merangkap tugasnya menjadi sosok ayah atau sosok
laki-laki dengan pribadi yang tangguh, perkasa sekaligus tetap menjalankan perannya sebagai “ibu” yang lemah lembut, penyayang dan panutan. Disini
terdapat kesetaraan gender dimana peran yang seharusnya dilakukan oleh
laki-laki dapat dirangkap oleh perempuan. Mengenai peran ganda yang dijalani
perempuan pasca perceraian ia akan menjalani berbagai upaya untuk
meneruskan kehidupannya dengan sebuah keputusan yang sudah ia buat.
Dengan strategi yang ia lakukan perempuan tentu berharap usahanya untuk
meneruskan kehidupannya tanpa suami dapat menjadikan kehidupannya bisa
terus baik dan selalu berdampak positif bagi keluarganya maupun dirinya
sendiri.
Melihat dari konsep feminisme, perempuan mempunyai peran dan hak
yang setara dengan laki-laki, perempuan dalam kajian feminisme mengacu
pada kemampuannya untuk bisa menyeimbangi laki-laki. Dari fenomena yang
menjadi topik peneliti mengenai strategi perempuan dalam mengatsi berbagai
problematika kehidupan pasca perceraian, tentu dapat dilihat usaha-usaha dan
startegi perempuan setelah ia lepas dari laki-laki.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dengan fenomena seperti diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat
masalah ini dalam penelitian yang berjudul “Strategi Perempuan dalam
Menghadapi Berbagai Problematika Kehidupan Pasca Perceraian di
Kelurahan Petemon Surabaya”.
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat
ditelaah untuk melakukan penelitian lebih lanjut adalah sebagai berikut :
1. Apa yang menjadi penyebab terdapat banyak kasus perceraian di
Kelurahan Petemon Surabaya ?
2. Apa masalah yang timbul bagi perempuan pasca perceraian di
Kelurahan Petemon Surabaya ?
3. Bagaimana strategi perempuan dalam menghadapi berbagai
problematika kehidupan pasca perceraian di Kelurahan Petemon
Surabaya ?
C. Tujuan Penelitian
Bersadarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui mengapa di Kelurahan Petemon Surabaya
terdapat banyak kasus perceraian.
2. Untuk mengetahui masalah apa saja yang timbul bagi perempuan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan perempuan
dalam menghadapi problematika kehidupan pasca perceraian di
Kelurahan Petemon Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian mengenai Strategi Perempuan dalam
Menghadapi Berbagai Problematika Pasca Perceraian diharapkan berdaya
guna sebagai berikut :
1. Secara Akademis
a. Secara akademis penelitian ini diharapkan mampu menambah
khazanah keilmuan dalam bidang Sosiologi khususnya
Sosiologi Gender dan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan program studi Ilmu Sosiologi. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi bagi penelitian
selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan
menambah wawasan bagi pembaca baik dari kalangan
akademis maupun masyarakat umum tentang strategi
perempuan dalam menhadapi problematika kehidupan pasca
pereceraian di Kelurahan Petemon Surabaya.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id perempuan dalam menghadapi problematika kehidupan pasca
perceraian.
E. Definisi Konseptual
Definisi konseptual merupakan penjelasan dari setiap kata dalam judul
penelitian yang memebutuhkan penjelasan lebih lanjut. Definisi konsep
berguna untuk menjelaskan judul kepada setiap pembaca. Karena hal tersebut
berguna untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam
mengartikan maksud dari judul penelitian.
Peneliti perlu kiranya membatasi sejumlah konsep yang diajukan dalam
penelitian dalam judul “Strategi Perempuan dalam Menghadapi Berbagai
Problematika Kehidupan Pasca Perceraian di Kelurahan Petemon Surabaya adalah yang mempunyai konsep-konsep sebagai berikut:
1) Strategi
Sebuah usaha dari seseorang untuk menuntaskan perkara yang
sedang ia hadapi untuk mencapai solusi melalui sebuah tindakan.
Solusi tersebut diharapkan dapat menghantarkan menuju
kehidupannya yang lebih baik lagi. Pada perempuan pasca bercerai
ia tentu mempunyai strategi untuk melanjutkan kehidupannya
setelah ia lepas dari kontak biologis dan tanggung jawab suaminya.
Perempuan pasca bercerai memiliki banyak beban yang akan ia
rasakan. Oleh karenanya ia tentu akan mengantur strategi menuju
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2) Perempuan
Secara biologis perempuan dapat diartikan sebagai seorang
mempunyai organ reproduksi, dapat menstruasi, hamil, melahirkan
anak dan menyusui5. Dalam kajian feminisme perempuan adalah
sosok yang dianggap setara dengan laki-laki ia juga bisa kuat
seperti laki-laki dan juga dapat melakukan pekerjaan yang
dilakukan oleh laki-laki. Penilaian feminisme mengenai perempuan
adalah perempuan dapat rmenyadari jika peran mereka di
masyarakat selalu dibelakang laki-laki. Sehingga dengan adanya
feminisme, diharapkan posisi perempuan di masyarakat bisa lebih
baik atau setidaknya setara dengan laki-laki.
3) Problematika
Problematika berasal dari bahasa inggris yaitu “problematic” yang
artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa
indonesia, problematika berarti hal yang belum dapat dipecahkan6.
Dalam penelitian ini problematika mengandung makna berbagai
macam persoalan yang berbeda-beda dan bervariasi dari masalah
yang dihadapi. Problematika dalam kasus yang terjadi pada
perempuan pasca bercerai menyangkut beberapa aspek yaitu
ekonomi, peran ganda, hak asuh anak, dan seksualitas.
Problematika yang terjadi tersebut belum sepenuhnya
terselesaikan. Perempuan pasca bercerai mempunyai strategi untuk
5Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002) hlm 251
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mengatasi berbagai masalah yang terjadi yag diharapkan dapat
menyelesaikan problematikanya pasca pereceraian.
4) Perceraian
Perceraian dianggap sebagai sebuah kesialan bagi orang atau
sebagian orang di dalam masyarakat manapun, tetapi juga
dipandang sebagai sebuah penemuan sosial, suatu macam
pengaman bagi ketegangan yang ditimbulkan bagi perkawinan itu
sendiri7. Perceraian dalam suatu keluarga dianggap sebagai tanda
adanya disfungsi keluarga. Pada sebagian orang menganggap
bahwa perceraian adalah sebuah keputusan yang berat tetapi harus
dilakukan dengan banyak pertimbangan. Misalnya saja terjadi
perselingkungan yang dilakukan oleh salah satu pasangan. Karena
dianggap menodai keskaralan perikahan dan kepercayaan, maka
memutuskan bercerai sebagai solusinya. Dalam konteks ini
perceraian dilakuukan harus dengan proses pengadilan, karena
dengan itu pasanga menikah baruu bisa dinyatakan bercerai.
F. Sistematika Pembahasan
1. Bab I Pendahuluan
Peneliti memberikan gambaran tentang latar belakang masalah
yang di teliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
definisi konseptual, metode penelitian yang terdiri dari pendekatan dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id jenis penelitian, subyek penelitian, jenis dan sumberdata, tahap-tahap
penelitian, tehnik pengumpulan data, tehnik analisa data dan tehnik
keabsahan data dan sistematika pembahasan.
2. Bab II Mengurai Problematika Perceraian dalam Perspektif Teori Tindakan Sosial dan Feminimse Radikal
Meliputi kajian pustaka yang terdiri dari beberapa referensi
yang di gunakan untuk menelaah obyek kajian, kajian teori yaitu teori
yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian, dan peneliti
terdahulu yang relevan yaitu referensi hasil penelitian oleh peneliti
terdahulu yang mirip dengan kajian peneliti
Penelitian ini menggunkan kajian teori feminisme radikal dan
teori tindakan sosial. Kedua teori tersebut digunakan sebagai pembantu
dalam melihat fenomena dan menganalisis fenomena yang terjadi
dengan teori-teori sosial.
3. Bab III Metode Penelitian
Metode penelitian digunakan sebagai cara untuk memperoleh
data hasil lapangan. Dalam penelitian sksripsi kali ini peneliti
menggunakan metode penelitian deksriptif kualitatif, Metode
penelitian berisi tentang langkah-langkah peneliti untuk memperoleh
data lapangan. Metode penelitian yang digunakan adalah tekhnik
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4. Bab IV Kiat dan Perjuangan Hidup Para Perempuan Pasca Perceraian
Dalam bab empat peneliti menjelaskan tentang analisis data yang
berisi tentang hasil penelitian lapangan. Bab empat ini adalah bab inti
dari isi skripsi kali ini. Peneliti memberikan gambaran tentang
data-data yang di peroleh. Penyajian data-data dapat berupa tertulis atau dapat
juga di sertakan gambar. Sedangkan analisis data dapat di gambarkan
berbagai macam data-data yang kemudian di tulis dalam analisis
deskriptif. Analisis data yang dilakukan peneliti ini menyangkut
strategi perempuan pasca perceraian dalam menghadapi problematika
kehidupan. Analisis dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ada,
sesuai dengan yang sudah dilakukan dengan berbagai tahapan mulai
dari observasi, wawancara, dokumentasi dan trianggulasi. Analisis
dilakukan setelah data terkumpul dan menggabungkannya dengan teori
yang sudah ada.
5. Penutup
Peneliti menuliskan kesimpulan dari permasalahan dalam
13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
MENGURAI PROBLEMATIKA PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF TEORI TINDAKAN SOSIAL DAN FEMINISME RADIKAL
A. Penelitian Terdahulu
Dalam judul penelitian tentang “Strategi Perempuan dalam
Menghadapi Problematika Kehidupan Pasca Perceraian” peneliti berupaya
membandingkan dengan penelitian yang sudah ada dan relevan agar bisa
mengetahui posisi penelitian ini dengan penelitian lainnya. Ada tiga
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Aziz Velansyah dari
Fakultas Dakwah jurusan Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul “Pemaknaan Hidup Perempuan Pasca
Perceraian” yang dilakukannya pada tahun 2012 penelitian ini
sepenuhnya membahas tentang kondisi mental dan dampak
psikologis perempuan pasca perceraian.
Perempuan pasca bercerai dianggap memiliki ketakukan
tersendiri dalam lingkungan masyarakat tempat ia tinggal. Masyarakat menganggap bahwa perempuan “single parent” atau
“janda” merasa lemah karena ia sudah lepas dari ikatan laki-laki.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id disalahkan artikan oleh masyarakat sekitar sebagai sesuatu yang
rendah dan seringkali menjadi bahan tertawaan dalam kesempatan
formal atupun informal. Bagi seorang wanita yang hidup dalam
budaya patriarkhi seperti negara kita ini, beban sosial yang harus
dipikulakibat perubahan status dari seorang istri menjadi seorang
janda karena perceraian tentunya memiliki porsi yang lebih besar
dibandingkan seorang duda. Selain itu konotasi negatif yang
melekat pada perempuan berstatus janda juga merupakan beban
berat tersendiri yang harus dijalani setelah bercerai. Hal tersebut
menjadi alasan peneliti untuk mengambil informan wanita daripada
pria.
Dari aspek lain, yang ditemukan oleh Abdul Aziz adalah
ketakutan ibu rumah tangga yang masih bersuami terhadap seorang
janda. Ia takut suaminya akan tergoda dengan seorang janda.
Menurut seorang informannya, janda adalah seorang yang butuh
kasih sayang laki-laki serta nafkah ekonomi. Karenanya ia takut
jika janda dapat menjadi seorang penggoda suami dari orang lain.8
2. Penelitian kedua dilakukan oleh Saiful Mubin Mz dari Fakultas
Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun
2015 judulnya adalah “Interaksi Sosial Wanita Single Parent”.
Penelitian tersebut membahas tentang stigma masyarakat yang
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memandang “single parent” karena perceraian sebagai sebuah
kecacatan dalam nilai sosial. Sebab statusnya dianggap sebagai
kegagalan dari pihak perempuan. Adanya anggapan dan pelabelan
tersebuat menjadikan perempuan single parent merasa emosi dan
menimbulkan tekanan batin. Faktor ekonomi juga menjadi kendala
karena mereka tidak lagi diberi nafkah oleh pihak laki-laki. Hal itu
menjadikan perempuan harus berusaha untuk dapat menghidupi
anaknya seorang diri dengan banyak sekali kebutuhan.
Interaksi sosial yang terjadi pada perempuan single parent
seringkali menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat, karena
masyarakat menganggap single parent mempunyai banyak masalah
dalm kehidupannya. Seorang single parent mempunyai kondisi
psikologis yang kurang baik karena persepsi masyarakat tersebut.
Akibatnya, interaksi dengan masyarakat sekitar juga jarang
dilakukan. Selain terganggu dengan stigma masyarakat ia juga
disibukkan dengan pekerjaanya dalam memenuhi kebutuhan
ekonominya9.
3. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Wintarti dari Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Penyuluhan IAIN
Walisongo Semarang dengan judul “Problematika Perceraian
dan Dampaknya Terhadap Tingkah Laku Anak Desa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Purworejo Kabupaten Kendal” pada tahun 2014. Penelitian ini
membahas tentang kasus perceraian yang sering dianggap suatu
peristiwa tersendiri dan menegangkan dalam kehidupan keluarga.
Perceraian dalam keluarga berawal dari suatu konflik antar anggota
keluarga. Bila konflik sudah pada titik kritis, kasus perceraian
berada diambang pintu. Peristiwa perceraian selalu mendatangkan
ketidak tenangan berfikir dan ketegangan yang memakan waktu
lama. Saat kemelut, masing-masing pihak keluarga mencari jalan
keluar mengatasi berbagai rintangan dan berusaha menyesuaikan
dengan hidup baru. Masing-masing pihak menerima kenyataan
baru, seperti pindah rumah, tetangga baru, anggaran rumah baru.
Situasi rumah menjadi lain, karena diatur oleh satu orang tua saja.
Peristiwa perceraian dalam keluarga senantiasa akan
membawa dampak yang mendalam, antara lain dapat menimbulkan
stress dan perubahan fisik serta mental. Dengan demikian untuk
membina suatu rumah tangga yang bahagia tidak mudah,
perkawinan bisa kandas ditengah jalan. Bukan kebahagiaan yang
didapat tetapi hanyalah pertengkaran. Bukan kecocokan yang
terjadi antara suami istri melainkan semakin menonjolnya
perbedaan satu sama lain yang tidak bisa disatukan10.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian kali ini
adalah lebih berfokus terhadap usaha-usaha perempuan dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id keluarganya yang merangkap perannya sekaligus sebagai seorang
laki-laki. Artinya ia harus siap bekerja mencari nafkah yang
biasanya dilakukan oleh seorang laki-laki sekaligus mendidik
anaknya sebagai seorang ibu. Ketahanan perempuan dalam kasus
ini dipertaruhkan oleh problema di dalam masyarakat dan keluarga
tentang kegagalan pernikahan yang terjadi terhadap dirinya.
Penelitian ini juga mengulas tentang strategi perempuan
pasca bercerai dengan berbagai upaya yang ia lakukan. Peneliti
menggali data untuk mengetahui bagaimana usaha yang dilakukan
seorang perempuan pasca perceraian. Kemudian menganalisisnya
menggunakan teori berdasarkan dengan permasalahan yang terjadi.
Peneliti menggunkan teori feminisme radikal dan tindakan sosial
sebagai pisau analisis terkait dengan peran ganda perempuan pasca
bercerai dan strateginya.
B. Perceraian sebagai Tanda Adanya Disfungsi Keluarga
Pada hakikatnya perempuan identik dengan karakter yang lemah
lembut, keibuan, dan mempunyai hati yang sensitif. Dalam masyarakat
kebanyakan perempuan mempunyai peran dan posisi dibawah laki-laki,
artinya mayoritas perempuan selalu dipimpin dan cenderung mengikuti
kehendak dari laki-laki. Dalam kehidupan keluarga, kebanyakan
perempuan berperan sebagai ibu rumah tangga yang tugasnya hanya pada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mengatur keuangan keluarga. Sementara untuk mengurus hal lain yang
bersifat penting akan tetap laki-laki sebagai penentu keputusan. Tetapi
dalam era modern seperti sekarang tidak jarang perempuan yang
merangkap tugas menjadi ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah
tambahan.
Perceraian memang erat kaitannya dengan konflik, meskipun
konflik dalam kasus perceraian bersumber dari kedua belah pihak namun
pada dasarnya tidak seorang pun mengharapkan demikian11. Perceraian
memang banyak sekali sebabnya, misalnya dalam kasus pernikahan dini.
Pasangan yang masih dalam tahap labil terkadang mempunyai emosi yang
sulit dikendalikan karena mereka sama-sama mempunyai keinginan dan
tujuan hidup berbeda satu sama lain. Meskipun begitu sebuah pemutusan
tali pernikahan memang selalu berakar dari peran antar hubungan suami
istri, pembinaan hubungan keluarga akan kurang berjalan dengan baik
ketika pasangan itu sendiri tidak memiliki keinginan untuk membina
hubungan keluarga yang harmonis.
Di Indonesia perceraian diamanatkan pada Undang-Undang
Perkawinan Pasal 39 ayat 1 sampai 3 yang dengan tegas menyatakan
bahwa : (1) perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan
yang bersangkutan tidak berhadil mendamaikan kedua belah pihak. (2)
untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa diantara suami
istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri. (3) tata cara
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan
perundang-undangan tersendiri.12
Dalam kasus perceraian di Kelurahan Petemon Kecamatan
Sawahan Kota Surabaya, perempuan yang telah bercerai mempunyai peran
yang besar dalam kehidupan rumah tangganya. Status sebagai janda atau
single parent menjadi akibat dari sebuah keputusan yang telah diambil.
Perempuan mempunyai permasalahan yang kompleks setelah ia lepas dari
ikatan laki-laki. Permasalahan perempuan dalam kasus ini mengarah pada
kondisi perekonomian, hak asuh anak, peran ganda, persepsi masyarakat
dan penyesuaian seksualitas. Maka dari itu, perempuan mempunyai
stratregi dalam menghadapi problematika kehidupan pasca perceraian.
Perceraian dalam suatu keluarga dianggap sebagai tanda adanya
disfungsi keluarga. Pada sebagian orang menganggap bahwa perceraian
adalah sebuah keputusan yang berat tetapi harus dilakukan dengan banyak
pertimbangan. Misalnya terjadi perselingkuhan yang dilakukan oleh salah
satu pasangan. Karena dianggap menodai kesakralan pernikahan dan
kepercayaan, maka memutuskan bercerai sebagai solusinya.
Salah satu penyebab pada pasangan menikah adalah pengabaian
kewajiban rumah tangga. Hal ini bisa terjadi ketika antara pasangan terlalu
sibuk dengan kegiatannya di luar rumah, misalnya kedua orang tua
sama-sama bekerja sehingga anak menjadi kurang perhatian dan tidak terurus
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dengan baik. Persoalan keuangan nampaknya juga menjadi problema
tersendiri bagi pasangan sebelum terjadinya perceraian. Tidak cukupnya
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya juga dapat
dijadikan alasan bagi pasangan untuk bercerai. Ketidakcocokan dalam
hubungan seksual juga masuk dalam problematika yang melanda pasangan
menikah. Misalnya terjadi penolakan dalam hubungan seksual atau terjadi
keengganan dari salah satu pihak13.
Dalam kaitanya dengan keengganan dalam ranah seksualitas ini
dapat menimbulkan perselingkuhan, sebab antar pasangan merasa tidak
mendapatkan nafkah biologis. Perselingkuhan yang terjadi menjadikan
ketidakterimaan dari pasangan sehingga menimbulkan perkataan kasar,
kekerasan fisik yang menimbulkan tindak KDRT dalam lingkup rumah
tangga. Hal lain adalah ketidakcocokan dengan keluarga besar dari pihak
suami maupun istri, banyak diantar kasus perceraian didasari oleh
keterlibatan keluarga terlalu jauh. Karena merasa banyak tekanan mereka
memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dengan bercerai.
Dalam kasus perceraian yang marak terjadi belakangan ini
memang menjadi keresahan sendiri bagi pasangan suami istri. Pasangan
suami istri yang dihadapakan pada konflik rumah tangga tentu mempunyai
tantangan untuk tetap menjaga tali pernikahan agar terhindar dari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id perceraiaan. Karena memang perceraian dianggap sebagai kegagalan yang
mempunyai beberapa dampak besar, diantaranya adalah :
1) Penyesuaian Status Baru Mantan Pasangan Suami-Istri dengan
Lingkungan Sosial
Dampak yang dirasakan bagi mantan suami dan istri pasca
bercerai yang biasanya terjadi adalah masalah penyesuaian kembali
terhadap peranan masing-masing serta hubungan dengan
lingkungan sosial. Penyesuaian yang harus dilakukan adalah untuk
proses terhadap peran baru, seseorang pada masa tersebut tentu
mengalami perasaan bimbang yang melihat sebuah perceraian
sebagai sesuatu yang melegakan karena dianggap sebuah puncak
dari penyelesaian konflik rumah tangga, sekaligus sebagai tekanan
tersendiri bagi mantan pasangan suami istri yang biasanya masih
mengenang masa-masa ketika mereka masih bersama.
Penyesuaian kembali ini termasuk upaya mantan pasangan
suami istri untuk mempunyai hak dan kewajiban individu.
Meskipun kehidupan setelah bercerai merupakan suatu kehidupan
baru, namun masih ada ikatan-ikatan diantara pasangan yang
bercerai. Ikatan yang paling penting adalah ikatan sebagai orang
tua dari anak yang dilahirkan selama perkawinan. Setelah bercerai,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id peran mereka sebagai ayah dan ibu yang sudah tidak tinggal lagi
dalam satu rumah.14
Pasangan bercerai memang banyak sekali macamnya,
beberapa diantara mereka masih menjaga ikatan kekerabatan demi
hubungan yang baik terhadap anak-anak mereka. Pasangan macam
ini biasanya adalah pasangan yang bercerai karena sudah ada
pertimbangan yang matang. Mereka menganggap perceraian adalah
satu-satunya jalan yang ditempuh demi mendapatkan solusi dari
masalah yang mereka alami.
Kedua adalah pasangan bercerai dengan meninggalkan
perasaan benci, mereka menganggap mantan pasangan sebagai
musuh yang patut untuk dibenci. Mereka cenderung menghindari
pertemuan satu sama lain, biasanya model pasangan seperi ini
menganggap bahwa perceraian memang harus dilakukan karena
adanya kesenjangan dalam lingkup keluarga. Misalnya terjadi
perselingkuhan atau kekerasan dalam rumah tangga.
2) Tekanan Psikologis Terhadap Anak
Peran anak dalam sebuah perceraian memang penting.
Persepsi anak tentang perceraian tergantung dari pandangan anak
terhadap hubungan orang tuanya selama pernikahan. Jika pada
masa pernikahan kedua orang tua anak sering mempunyai konflik
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id atau hubungan tidak harmonis, maka reaksi anak akan cinderung
memahami bahwa perceraian bukan menjadi tekanan bagi mereka.
Tetapi, jika sebelumnya dalam keluarganya mempunyai ikatan
yang harmonis maka perceraian akan menjadi tekanan yang sangat
besar bagi anak.
Masalah yang dihadapi anak dari pasangan bercerai
mengarah pada kondisi psikologis, perceraian dapat membuat
kondisi mental anak sangat tertekan, sering gelisah dan stres.
Hal-hal tersebut tentu akan mempengaruhi perkembangan anak didalam
kehidupan sosialnya baik dalam lingkup sekolah maupun
masyarakat. Dalam kasus seperti ini biasanya akan menyebabkan
perilaku menyimpang bagi anak. Akibatnya anak dari pasangan
bercerai akan membuat mereka salah pergaulan, mengkonsumsi
narkotika, prestasi menurun dan sulit bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar.
Konflik psikologis anak sebenarnya dimulai dari sebelum
perceraian terjadi. Konflik yang sering terjadi sebelum bercerai
bisa jadi menjadi tekanan tersendiri oleh anak, pertengkaran yang
kadang kala melibatkan anak dianggap menjadi sebuah konflik
yang berat bagi anak. Dalam kasus ini dampak negatif dari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id orang tua tetap mempertahankan perkawinan mereka yang tidak
bahagia dan harmonis lagi.15
Namun ada hal yang membuat perkembangan anak korban
perceraian lebih sulit dibanding dengan konflik yang tengah
dialami orang tuanya. Anak dalam fase remaja memang sedang
aktif dalam lingkungan sosialnya, anak dalam tahap ini kerap
penasaran dengan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya. Dengan
konflik yang tengah melanda keluarganya tentu akan membuat
anak terlibat sepenuhnya terhadap kejadian yang tengah menimpa
orang tua mereka. Kekhawatiran akan perkembangan anak korban
perceraian juga menjadi ketakutan tersendiri oleh orang tua yang
bercerai.
Faktanya, sebagian anak yang mengalami problema
tersebut justru dapat menjadi pribadi yang cepat matang. Anak
dalam kasus ini dituntut dengan keadaan agar mandiri dan sigap
dalam berbagai permasalahan yang tengah dihadapi. Memang,
permasalahan yang dihadapi bagi anak begitu signifikan mengingat
problema ini menyangkut dengan institusi kecil yang sehari-hari ia
gunakan untuk belajar.
Sebetulnya bagi orang tua atau anak perlu melihat
perubahan dalam keluarga dengan memperhatikan hal-hal yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id lebih berkualitas untuk membangun harmoni dalam keluarga,
meskipun faktanya kedua orang tua telah bercerai. Karena proses
sosialisasi dalam keluarga itu penting. Dimana orang tua
menanamkan nilai-nilai kepada anak, agar mereka nantinya mampu
berperilaku di masyarakat sesuai dengan yang diharapkan oleh
masyarakat16.
3) Konflik dengan Keluarga Besar Kedua Pihak yang Bercerai
Pernikahan memang ikatan antara dua individu laki-laki
dan perempuan, tetapi dalam proses pernikahan tentu melibatkan
keluarga besar dari pihak suami maupun istri. Begitupun dengan
perceraian, konflik dalam perceraian memang timbul dari pasangan
menikah tersebut tetapi dampaknya juga akan melibatkan keluarga
besar. Konflik yang terjadi pada pasangan pernikahan sebelum
akhirnya memutuskan untuk bercerai juga akan menyebabkan
konflik bagi keluarga mereka. Biasanya konflik ditengerai dengan
adanya perbedaan pendapat antar keluarga, ketidakterimaan karena
adanya kesenjangan dalam kehidupan keluarga dan konflik usai
perceraian mengenai pembagian harta gono gini maupun
perberutan hak asuh anak.
Perceraian tentu akan mengikutsertakan keluarga untuk
menyelesaikan konflik, alhasil antar keluarga dari pasangan
bercerai akan ikut berkonflik. Hal-hal semacam ini menjadikan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id perpecahan dari kedua belah pihak yang sebelumnya disatukan
dengan kondisi yang baik dan harmonis.
C. Problematika Kehidupan Perempuan Pasca Perceraian
Problematika yang dihadapi perempuan pasca bercerai cukup
banyak, dimulai dari tuntutan ekonomi, kemandirian, peran ganda, sampai
pada perspektif masyarakat yang menganggap janda adalah status yang
mempunyai makna berbeda.
Dalam kegiatan ekonomi perempuan yang dihadapkan dalam kasus
perceraian memang dituntut untuk lebih pintar mengatur perekonomian
rumah tangga, terlepas dari apakah perempuan masih mendapatkan nafkah
lahir dari mantan suaminya. Melihat dari perspektif Islam tentang hak-hak
anak misalnya disebutkan bahwa seorang ayah tidak hanya berkewajiban
membuatkan anaknya akta kelahiran yang sah, yang membuktikan bahwa
anak tersebut adalah anak sahnya tetapi uga berkewajiban untuk memberi
nafkah dan keperluan lainnya seperti keperluan pendidikan sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya17.
Perekonomian agaknya menjadi hal yang pokok dalam lingkup
rumah tangga, perekonomian menjadi standarisasi bagi kesejahteraan
keluarga. Perekonomian adalah salah satu faktor kuat pendukung
keharmonisan keluarga. Karena terpenuhinya kebutuhan rumah tangga
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sangat bergantng pada kondisi perekonomian keluarga itu sendiri.
Semakin besar kemampuan ekonomi keluarga semakin, maka semakin
banyak pula kebutuhan-kebutuhan yang mereka penuhi. Kemudian
semakin kecil kemampuan ekonomi dalam keluarga maka semakin sedikit
pula kebutuhan ekonomi yang dapat terpenuhi18.
Masalah ekonomi inilah yang seringkali menjadi pemicu
permasalahan dalam keluarga. Perempuan menggugat cerai laki-laki juga
dapat didasarkan dengan kondisi ekonomi yang tidak stabil atau
penghasilan perempuan lebih banyak dari laki-laki, bisa juga laki-laki
tidak bekerja dengan hanya menggantungkan hidupnya pada perempuan.
Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa perempuan mempunyai kuasa penuh
dalam lingkup rumah tangganya. Namun, setelah bercerai perempuan juga
menghadapi kendala perekonomian yang signifikan. Perempuan dituntut
utuk bekerja dan memenuhi kebutuhan ekonominya secara mandiri, jika
sebelumnya ia adalah pencari nafkah tambahan setelah bercerai ia akan
menjadi pencari nafkah utama.
Dalam hal perekonomian sepak terjang perempuan memang
berbeda dan terbatas dibanding dengan laki-laki. seringkali terdapat
ketimpangan antara laki-laki dan perempuan sebagaimana telah
digambarkan hal tersebut mempengaruhi pola kehidupan perempuan diluar
rumah. Disini timbul anggapan bahwa rumah tangga termasuk dalam
aliansi kuat untuk menghadapi persoalan ekonomi, tetapi dalam konteks
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id berbeda keluarga dianggap sebagai penghambat kemandirian perempuan
dalam perekonomian19.
Kasus tersebut tentu menjadikan perempuan berada dalam
belenggu kebimbangan, dilain soal perempuan mempunyai peranan
sebagai ibu rumah tangga yang sepenuhnya dihadapkan pada tugas di
dalam rumah. Namun, dalam kasus lain jika hanya berdiam diri di dalam
rumah banyak perekonomian yang tidak tercover dengan baik jika tidak
diimbangi dengan perempuan sebagai pencari nafkah tambahan. Pada
perempuan modern juga banyak mengalami hal serupa, menjadi ibu rumah
tangga atau meniti karier akan menjadi persoalan bagi mereka.
Dalam pola pengasuhan anak juga menjadi kendala tersendiri yang
dialami perempuan pasca bercerai. Anak dalam didikan dua orang tua
tentu akan berbeda dengan didikan hanya dengan satu orang tua saja. Hal
ini bisa saja mempengaruhi perilaku anak, jika anak kekurangan perhatian
dari orang tua akan menyebabkan berperilaku menyimpang. Pola
pengasuhan anak tentu menjadi masalah yang berarti bagi semua orang
tua. Dengan itu tentu menjadi tugas tersendiri bagi perempuan single
parent untuk dapat mendidik anak-anak agar terhindar dari penyimpangan
perilaku akibat dari perceraian dari kedua orang tuanya.
Sosialiasasi orang tua terhadap anak sangatlah penting. Anak
adalah sebagai center dalam keluarga. Baik buruk sikap dan perilaku anak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id didasarkan pada pola pengasuhan orang tuanya. Untuk itu anak akan
menjadi fokus perhatian keluarga, anak-anak harus betul-betul
diperhatikan oleh orang tua supaya menghasilkan generasi yang kelak
mampu bersosialisasi di masyarakat dengan baik dan sesuai dengan nilai
dan norma yang ada.20
“....Kurangnya perhatian orang tua tentu akan mempengaruhi pola interaksi anak terhadap lingkungan sekitar. Sulitnya orang tua meluangkan waktunya untuk anak-anaknya kerap ditemukan masalahnya, seperti anak sulit diajak berbicara, bandel, dan nilai sekolah anjlok. Hal tersebut karena kurangnya komunikasi dan interaksi antar orang tua dan anak”.21
Persepsi masyarakat juga menjadi masalah tersendiri bagi
perempuan. Bagi sebagian orang perceraian kerap dipandang sebagai
sebuah aib, baik dari segi status atau proses terputusnya ikatan pernikahan
tersebut. Makna janda dalam masyarakat nampaknya juga menjadi
masalah tersendiri, seringkali masyarakat memandang janda adalah sebuah
status yang memiliki makna berbeda. Janda sering diidentikan dengan aib
dari gambaran sebuah kegagalan pernikahan. Timbulnya stigma negatif
dari masyarakat terkadang menjadikan janda mempunyai pergaulan yang
terbatas di lingkungan sekitarnya. Problema yang terjadi pada kasus ini
tentu akan menjadi penghambat bagi perempuan usai bercerai dalam
bersosialisasi di masyarakat.
20Dr. Linda Darmajanti, “Majalah Wanita Kartini” Februuari tahun 2012, hlm 73
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Penyesuaian seksualitas dapat juga dikatakan sebagai problematika
kehidupan perempuan pasca bercerai. Hal ini menjadi sesuatu yang sangat
sensitif bagi perempuan. Perempuan pasca bercerai akan dihadapkan
dengan tatanan kehidupan baru yang lepas dari ikatan biologis laki-laki.
Banyak hal yang menjadi kendala tersendiri bagi perempuan terkait
dengan penyesuain seksualitas. Seperti halnya pandangan laki-laki
terhadap seorang janda. Hal ini juga dapat menajdi pemicu adanya
perselingkuhan dari pihak laki-laki yang biasanya masih menjadi suami
dari wanita lain.
Penyesuaian hubungan seksual dimaknai berbeda pada laki-laki
dan perempuan. Laki-laki lebih cinderung mengeluhkan hubungan seks
daripada wanita, hal tersebut karena laki-laki manganggap lebih penting
untuk mengevaluasi hubungan perkawinan dibandingkan dengan kepuasan
wanita akan keseluruhan hubungan perkawinan mereka22. Pada dasarnya
laki-laki lebih bebas jika terlibat dalam tingkah laku yang mungkin
dianggap kurang wajar atau tidak dianggap hal ini akan berbeda pada
perempuan, laki-laki pada umumnya mempunyai pergaulan yang lebih
luas dibanding dengan wanita.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
D. Perubahan Nilai dan Tatanan Kehidupan di Kalangan Perempuan Pasca Bercerai
Masyarakat, secara umum menempatkan perempuan dilingkungan
keluarga dan rumah tangga. Peranan perempuan dalam lingkup keluarga
antara lain sebagai pemelihara tradisi, norma, dan nilai serta penghubung
untuk generasi kedepannya23. Dengan anggapan ini perempuan yang
menjadi janda, setelah perceraian aka menghadapi tantangan tantangan
kehidupan didalam masyarakat. Mereka dianggap sebagai perempuan yang
tidak benar.
Sebenarnya keputusan perempuan untuk bercerai tidaklah
dilakukan dengan mudah, perempuan mempunyai hati yang sensitif,
Perceraian akan menimbulkan prahara jiwa bagi mereka. Namun, opsi
untuk bercerai ini mereka ambil demi menyelesaikan konflik yang terjadi
dalam lingkup rumah tangganya. Pasca bercerai akan dimulailah peran
yang baru. Sebagai seorang janda atau single parent dia harus
menghadapi berbagai problematika hidup dengan kekuatan dirinya.
Mereka harus menyadari bahwa mereka yang memutuskan kemunculan
peran baru terebut.
Jika perempuan yang bercerai mempunyai anak, maka peran baru
dalam pengasuhan anak akan dimulai. Setelah bercerai tugas pengasuhan
anak akan berubah dengan dilakukan sendiri, pola pengasuhan anak tentu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id akan berbeda saat dilakukan oleh mantan suami. Tentunya semua yang ada
dalam lingkup rumah tangga akan berubah. Perubahan dalam lingkup
keluarga bercerai akan ikut merubah struktur didalamnya. Sehingga
perubahan peran dan status akan berdampak pada perekambangan anak,
tentunya perempuan single parent harus mengupayakan kehidupan
keluarga yang tetap berjalan sesuai dengan strukurnya walaupun ia telah
bercerai.
E. Teori Tindakan Sosial dan Feminisme Radikal sebagai Pisau Analisa
I. Teori Tindakan Sosial Max Weber
Max Weber adalah salah satu ahli sosiologi dan sejarah
bangsa Jerman, lahir di Erfurt, 21 April 1864 dan meninggal di
Munchen, 14 Juni 1920. Teori tindakan sosial masuk dalam
paradigma definisi sosial yang terfokus pada kekuatan individual,
individu sebagai anggota masyarakat memformulasikan sendiri
tentang peristiwa atau tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
orang lain. Kemudian individu sendirilah yang mendefinisikan
situasi yang dihadapinya24.
Pemahamannya terhadap teori tindakan sosial bermula
ketika Weber melihat sosiologi sebagai sebuah studi tentang
tindakan sosial antar hubungan sosial. Weber membuat perbedaan
antara memahami sebuah tingkah laku dan menjelaskannya secara
kausal. Dia menunjukkan bahwa pemahaman sosiologis tantang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id tindakan yang dilakukan dengan melihat makna-makna yang
muncul dalam tindakan yang diungkapkan melalui simbol-simbol
bersama25.
Weber membedakan tindakan dengan perilaku yang murni
reaktif. Ia memusatkan perhatiannya pada tindakan yang jelas-jelas
dilakukan dengan proses pemikiran antara terjadinya stimulus dan
respon. Dalam teori tindakan sosialnya tujuan lain Weber adalah
untuk memfokuskan perhatian pada individu bukan pada
kolektivitas artinya Weber memfokuskan sebuah tindakan
dilakukan oleh individu bukan kelompok. Tujuan ini sama dengan
tindakan yang ditentukan oleh perilaku individu dalam lingkungan
dan perilakunya terhadap manusia lain.
Weber menekankan tindakan pada makna dan pemahaman
untuk menunjukan betapa pentingnya hermeneutik dan
fenomenologi didalam teori tindakan sosial. Tindakan sosial yang
dimaksudkan Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata
diarahan kepada orang lain. juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat subjektif yang mungkin terjadi
karena pengaruh positif dari situasi tertentu26.
Didalam teorinya tentang tindakan, Weber berfokus pada
individu, pola-pola dan regularitas-regularitas tindakan dan bukan
25Tom Cambell, Tujuh Teori Sosial, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), hlm 205
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pada kolektivitas. Weber membedakannya kedalam empat tipe.
Semakin rasional tindakan itu akan semakin mudah dipahami. Ada
beberapa tipe tindakan yang dijelaskan oleh Weber. Yang pertama
adalah tindakan yang murni atau biasanya disebut dengan Zwerk
Rasional. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai
cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya tetapi juga
menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Tujuan dalam zwerk
rasional tidak absolut. Ia juga dapat menjadi cara dari tujuan
berikutnya. Bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling
rasional maka dengan mudah memahami tindakannya itu.
Bentuk orientasi ini mencakup perhitungan yang tepat dan
pengambilan sarana-saran yang paling efektif untuk tujuan-tujuan
yang dipilih dan mempertimbangkan dengan jelas antara
sarana-sarana yang paling efektif untuk tujuan-tujuan yang dipilih dan
mempertimbangkan dengan jelas atau sasaran, seorang pelaku dan
terang keadaan-keadaan khusus tindakannya dan efek samping
yang timbul akibat tindakan yang dilakukannya. Menurut Weber
kerangka berfikir ini bersifat logis, ilmiah,dan ekonomis.27
Analisis Weber tentang tindakan rasional ini tidak
menyiratkan bahwa manusia selalu bertindak rasional. Sejauh
tingkah laku aktual mendekati tipe ideal rasional, tingkah laku
tersebut langsung dapat dimengerti. Namun pada kenyataannya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id tingkah laku aktual sangat sering menyimpang dari model rasional
tersebut.28
Tindakan selanjutnya adalah sebuah tindakan dimana aktor
tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu
merupakan cara yang tepat atau lebih tepat untuk mencapai tujuan
lain ini merujuk kepada tujuannya itu sendiri, tindakan ini disebut
dengan (Werktrational action). Dalam tindakan ini memang antara
tujuan dan cara-cara mencapainya cenderung sukar untuk
dibedakan. Namun tindakan ini rasional, karena pilihan terhadap
cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan yang diinginkan.29
Menurut tindakan ini seorang pelaku terlibat dalam nilai
penting yang mutlak atau nilai kegiatan yang bersangkutan.
Mereka lebih gencar megejar nilai daripada memperhitungkan
sarana-sarana dengan cara yang evaluatif. Manusia yang
mengatkan kebenaran apa adanya jelas bertindak secara
rasionalitas nilai karena tujuan secara logis dalam segala bentuk
dapat mengendalikan tujuan tersebut yang dinilai oleh pelaku.30
Kemudian Weber juga menjelaskan tentang Affectual
Action yaitu tidakan yang dibuat-buat, yang dipenuhi dengan emosi
dan kepura-puraan aktor. Menurut Weber tindakan ini sulit
28Tom Cambell, Tujuh Teori Sosial, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), hlm 208
29George Ritzer, Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda, (Jakarta : CV Rajawali, 1985) hlm 47
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dipahami dan tidak rasional. Tindakan efektif ini dinilai sebagai
tingkah laku yang berada langsung dibawah dominasi perasaan.
Disini tidak ada rumusan sadar atas nilai atau kalkulasi rasional
dengan sarana-saran yang cocok. Tindakan ini merupakan tindakan
yang emosional karena bukan tindakan yang rasional.31
Terkhir tentang empat tipe tindakan menurut Weber adalah
tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam
mengerjakan pekerjaan di masa lalu saja, tindakan ini disebut
dengan Tradisional Action32. Jenis tingkah laku ini tak bisa
dianggap cukup sebagai tingkah laku yang sebenarnya, dan karena
tindakan ini adalah tindakan sejati. Dengan itu Weber
memperhitungkan tindakan ini sebagai interasionalitas sebagai
sesuatu yang implisit dan relatif berada di bawah kesadaran.33
Meskipun Weber membedakan empat bentuk tindakan yang
khas dan ideal, ia sadar betul bahwa setiap tindakan tertentu
biasanya memuat kombinasi keempat tipe-tipe ideal tindakan.
Selain itu Weber mengatakan bahwa sosiolog mempunyai peluang
yang jauh lebih baik untuk memahami tindakan dari varietas yang
31Tom Cambell, Tujuh Teori Sosial, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), hlm 209
32 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda, (Jakarta : CV Rajawali, 1985) hlm 48
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id lebih rasional daripada untuk memahami tindakan yang didominasi
oleh perasaan atau tradisi34.
Dengan mempergunakan tipe-tipe tindakannya, Weber bisa
menyusun sebuah gambaran terpadu mengenai manusia indvidual
menurut kombinasi jenis tindakan yang mencirikan tingkah laku
mereka. Individu-individu akan menjadi berbeda sesuai dengan
kegiatan yang mereka lakukan. Weber juga memasukkan
pandangannya tentang kodrat manusia yang cinderung untuk
membuat pilihan dan nilai atas dasar struktur otoritas masyarakat
dimana tempat individu tersebut tinggal.35
Teori tindakan sosial diatas dapat digunakan untuk
membantu peneliti dalam menganalisa kasus dalam topik yang
diangkat peneliti mengenai strategi perempuan dalam menghadapi
berbagai problemtika kehidupan pasca perceraian. Dalam teori
tindakan sosial yang berfokus pada tindakan individu yang
benar-benar nyata yang diarahkan kepada individu lain dan bukan pada
benda mati. Hal ini dapat dikaitkan dengan usaha dan strategi
perempuan dalam menghadapi permasalahan setelah ia bercerai.
Perempuan dalam kasus ini melakukan berbagai usaha sebagai
bentuk tindakannya dalam menghadapi probelmatikanya pasca
perceraian. Strategi yang dilakukan perempuan disini berdasarkan
34George Ritzer, Teori Sosiologi, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2012) hlm 216
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dengan problematika yang ia hadapi, semakin besar masalah yang
melanda dirinya semakin besar pula usahanya untuk
menyelesaikan.
Disini strategi perempuan termasuk kedalam sebuah usaha
untuk mencapai target, yaitu menghadapi problematika kehidupan
pasca perceraian dan menyelesaikannya. Problematika yang
dimaksud adalah dalam hal perekonomian, peran ganda, hak asuh
anak, dan penyesuaian seksualitas. Dapat dilihat bagaimana usaha
perempuan dalam menghadapi berbagai permasalahannya pasca
perceraian. Karena tindakan ini mengarah pada usaha individu
beserta usahanya maka perempuan maka ada keterkaitan dengan
analisa Weber mengenai tindakan sosial.
Dalam tindakan yang dilakukan oleh perempuan pasca
bercerai masuk dalam kategori Zwerk Rasional. Dalam tindakan ini
aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk
mencapai tujuannya tetapi juga menentukan nilai dari tujuan itu
sendiri. Dapat dilihat ketika perempuan melakukan usaha-usaha
untuk melakukan strategi ketika mereka keluar dari lingkup rumah
tangganya. Tindakan yang dilakukan perempuan pasca bercerai
masih seputar tentang usahanya untuk membuat kehidupanya
kembali bermakana meskipun tanpa adanya suami yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Mempunyai kehidupan yang sejahtera memang dambaan
bagi setiap orang, oleh karenanya banyak strategi yang dilakukan
oleh perempuan pasca bercerai untuk tetap bisa menjalani
problema kehidupan. Perempuan single parent akan melakukan
usaha-usaha yang membuatnya menjadi perempuan yang mandiri
dengan kehidupannya yang baru. Kaitan teori tindakan sosial diatas
dengan fokus penelitian adalah pemaknaan perempuan terhadap
usahanya melakukan startegi dalam mengahadapi problematika
kehidupan pasca perceraian.
II. Teori Feminisme Radikal
Feminisme radikal adalah sebuah gerakan dimana
pemikiran kaum perempuan mengacu pada ketidaksetaraan dalam
ranah rumah tangga. Dalam gerakan feminisme radikal penindasan
didominasi oleh seksualitas perempuan dalam lingkup privat.
Dalam keluarga misalnya, tugas utama perempuan hanya sebatas
melayani kebutuhan suami, baik secara sosial maupun biologis.
“....Fenimisme radikal terkenal dengan analisis kesetaraan gendernya yang menekankan laki-laki sebagai sebuah kelompok yang mendominasi perempuan sebagai kelompok utama yang memperoleh keuntungan dari penindasan atas perempuan. Sistem dominasi ini dinamai dengan patriarki, tidak diturunkan dari sistem ketidaksertaan sosial lainnya dimana peran perempuan dalam lingkup sosial lebih terbatas dibanding dengan laki-laki.36
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Aliran feminis radikal berpendapat bahwa struktur
masyarakat dilandaskan pada hubungan hirarkis berdasarkan jenis
kelamin. Laki-laki sebagai suatu kategori yang mendominasi kaum
perempuan sebagai kategori sosial, oleh karenanya kaum laki-laki
diuntungkan dengan adanya subordinasi perempuan. Dalam hal ini
jenis kelamin mementukan faktor yang paling berpengaruh dalam
menentukan posisi sosial, pengalaman hidup, kondisi fisik dan
psikologis serta kepentingan dan nilai-nilainya37.
Feminis radikal berbicara tentang pemaknaan perempuan
terhadap ketidakadilan dan kesengsaraan yang dianggap wanita
sebagai masalah personal. Feminis radikal juga memprotes
eksploitasi wanita dan pelaksanaan peran sebagai istri, ibu, dan
pasangan seks laki-laki, serta menganggap perkawinan sebagai
bentuk formalisasi pendiskriminasian terhadap mereka.
Kaum feminis radikal menyoroti konsep utama yaitu
patriarki dan seksualitas. Patriarki sebenarnya tidak hanya pada
area kekerabatan saja, tetapi juga dalam semua lingkup kehidupan
manusia seperti ekonomi, politik, keagamaan dan seksualitas.
Feminisme radikal mengacu pada aspek sistematik dari subordinasi
perempuan sebagai akibat adanya unsur patriarki. Pada ideologi
patriarki mendefinisikan perempuan sebagai kategori sosial yang
fungsi khususnya untuk memuaskan dorongan seksual kaum
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id laki untuk melahirkan dan mengasuh anak-anak mereka
sebagaimana dikatakan, patriarki tidak hanya memaksa perempuan
menjadi ibu, tetapi penentuan pula kondisi keibuan mereka38.
“....Feminisme radikal mempunyai anggapan bahwa keluarga adalah suatu institusi yang menindas, tempat perempuan menyumbang pada penindasan terhadap mereka sendiri sebagai suatu kelompok melalui sosialisasi sebagai objek seks dan persamaan simbolis mereka sebagai sosok “ibu”39
.
Pemisahan wanita dari rumah yang penuh kekerasan adalah
hal yang mungkin, sebab wanita dalam aliran feminisme radikal
tidak dapat terbelenggu oleh keadaan patriarkatnya