Dibawah ini beberapa isu yang diperkirakan masih mempengaruhi operasional perusahaan, baik isu yang mulai terjadi tahun 2016 maupun isu-isu yang akan terjadi di tahun 2017, sebagai berikut:
Produksi dan profitabilitas rendah
Meskipun profitabilitas secara konsolidasi telah membaik, tetapi beberapa anak perusahaan masih mengalami profitabilitas rendah bahkan kerugian antara lain PT Perkebunan Mitra Ogan dan PT PG Rajawali II. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya produksi, produktivitas, dan peningkatan biaya produksi (pada kelompok gula, perkebunan dan manufacturing).
Kesulitan likuiditas dan beban hutang tinggi
Kesulitan likuiditas di beberapa anak perusahaan telah dialami pada tahun 2016 sehingga mempengaruhi kinerja konsolidasian PT RNI Group. Meskipun Perusahaan direncanakan memperoleh fasilitas PMN dari negara, tetapi PMN tersebut bersifat non tunai atau memindahkan hutang pokok RDI ke setoran modal pemerintah. Dengan demikian pilihan sumber pendanaan akan tetap terbatas dan biaya bunga diproyeksikan makin meningkat. Beban bunga hutang tahun 2017 sebesar Rp. 246 Milyar.
Kebijakan pemerintahan
Kebijakan dan regulasi pemerintah terkait Upah, harga BBM, Tarif listrik, Pajak, Bea Masuk, Kuota impor komoditas dll. Sangat mempengaruhi operasional dan kinerja perusahaan. Kebijakan peningkatan upah buruh, peningkatan harga BBM dan Tarif listrik, Peningkatan target penerimaan Negara dari sektor pajak diperkirakan akan terjadi dan secara langsung ataupun tidak akan meningkatkan beban Harga Pokok Produksi (HPP).
Arahan Menteri BUMN RI selaku pemegang saham PT RNI (Persero) terkait Program Regrouping Pabrik Gula BUMN secara langsung akan mempengaruhi kinerja operasional maupun keuangan Perusahaan. Hal ini disebabkan beberapa pabrik gula di lingkup RNI grup akan menutup usahanya apabila program ini berjalan.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
Pemberlakuan regulasi ekspor-impor tentu sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Pembebasan Bea Masuk dan dampaknya terhadap penurunam
produk perusahaan. Berangkat dari kinerja (profitabilitas) perusahaan tahun 2016 yang lalu, efektifitas pemberlakuan regulasi terkait MEA tersebut sungguh merupakan ancaman yang sangat serius pada seluruh kelompok usaha perusahaan.
3.2. Strategi Korporasi
1. Mempertajam peran PT RNI (Persero) sebagai Invesment Holding
2. Penerapan Integrated Supply Chain dengan meningkatkan sinergi antar anak perusahaan untuk menciptakan daya saing
3. Optimalisasi bisnis inti dan aset perusahaan 4. Pengembangan bisnis berbasis kompetensi inti 5. Pemutakhiran sistem, alat dan teknologi
6. Percepatan kemandirian finansial anak perusahaan
7. Collegial Partnership
8. Memiliki organisasi dan SDM yang handal dan siap menghadapi perubahan lingkungan bisnis
9. Memiliki pusat riset yang mendukung kelangsungan bisnis 3.3. Strategi Bisnis
1. Kelompok Gula dan Kelompok Perkebunan
Strategi bisnis untuk Kelompok Perkebunan adalah cost leadership dengan rincian strategi sebagai berikut:
a. Meningkatkan nilai penjualan melalui: 1) Peningkatan produksi dan produktifitas
2) Peningkatan kualitas produksi gula,CPO, Karet dan Teh untuk mendukung kelancaran penjualan (utamanya penjualan retail produk Gula dan Teh) serta pencapaian harga jual yang tinggi.
3) Penjualan produk secara Ritail
b. Mengoptimalkan biaya produksi melalui: 1) Optimalisasi kapasitas pabrik
2) Perencanaan dan pengawasan pelaksanaan maintenance pabrik lebih efektif
3) Persiapan sarana dan prasarana panen a) Jalan dan jembatan areal kebun b) Harvester semi mekanis untuk Teh
c) Alat muat mekanis (grab loader untuk tebu) d) Truk/alat angkut
4) Standarisasi mutu bahan baku layak olah
5) Perencanaan dan pengawasan pelaksanaan panen dan pasca panen (pengolahan dalam pabrik)
7) Optimalisasi efisiensi proses produksi dengan menerapkan sistem pengawasan mutu (Quality Control), bahan baku (input), proses dan produk
8) Membangun dan memelihara kemitraan yang dinamis dengan petani, petani plasma dan pihak III melalui:
- Skema kerjasama dengan hak dan kewajiban yang mengedepankan azas transparansi dan keadilan.
- Penerapan Reward and Punishment yang lebih tegas
10) Mengoptimalkan penggunaan IT dan otomatisasi peralatan untuk mengurangi risiko operasional, mengefektifkan pengawasan proses dan pengawasan di lapangan / pabrik dan efisiensi proses produksi.
11) Efisiensi biaya operasional/Produksi.
a) Perencanaan dan pengawasan penggunaan sarana produksi b) Perencanaan dan pengendalian jumlah tenaga kerja
c) Pengendalian kinerja SDM. c. Mengendalikan biaya usaha melalui:
1) Mengelola pinjaman (hutang) untuk menekan beban bunga. 2) Tax planning.
2. Kelompok Farmasi dan Alat Kesehatan
Memperhatikan tingkat persaingan industri yang makin tinggi, Kelompok Farmasi dan Alat Kesehatan menerapkan strategi bisnis sebagai berikut:
a. Strategi Fokus pada niche market untuk kelompok produk branded (high margin) serta kondom.
b. Strategi cost leadership untuk kelompok produk generik, ASSP dan kondom artika:
1) Maksimalisasi kapasitas produksi untuk produk ASSP dan kondom.
2) Perluasan Pabrik (SA, ME & Utlility) dan pengembangan mesin dan perlengkapan dalam rangka peningkatan kapasitas pabrik, replacement,
inline proses.
3) Mempertahankan/mengendalikan Harga Pokok Penjualan c. Strategi diferensiasi untuk :
1) Pengembangan produk obat baru baik jenis dan kualitas yang lebih baik. 2) Penambahan produk baru sarung tangan dan Alkes sekali pakai.
3. Distribusi dan perniagaan
Memperhatikan tingkat persaingan industri yang makin tinggi, Kelompok distribusi dan perniagaan menerapkan strategi cost leadership melalui:
a. Kelompok Perdagangan dan Lain lain
1) Selektif produk dan principle focus pada produk yang memiliki margin tinggi dan pasar kuat serta principle yang bonafit dengan pola kerjasama saling menguntungkan.
b) Perbaikan system perencanaan dan pengawasan operasional untuk mencapai risiko operasional serta biaya logistik minimal.
c) Perluasan coverage area pemasaran, mengefektifkan beban usaha. b. Manufacturing
1) Kelompok usaha manufacturing menerapkan strategi Cost leadersip melalui:
a) Pengendalian biaya bahan baku dengan cara mengatur jumlah persediaan dan timing pengadaan mendasarkan pada nilai tukar dan season ketersediaan bahan baku murah
b) Pengendalian kualitas bahan baku
c) Memperkuat fungsi Quality Control (QC) untuk Pengendalian jumlah, mutu dan biaya bahan (input), produktifitas, kapasitas dan efisiensi biaya proses serta pengendalian jumlah dan kualitas output
2) Pengembangan pasar non captive dan item produk bermargin tinggi
Menangkap peluang sinergi dengan pengembangan produk RNI Holding seperti pengembangan produk kantong plastik menangkap sinergi program penjualan gula retail.
3.4. Strategi Fungsional
3.4.1. Strategi Fungsional Bidang Keuangan
1. Terbentuknya cash management di group RNI sebagai langkah untuk mengoptimalkan pengelolaan dana perusahaan.
2. Penerapan proses perencanaan investasi dengan memperhitungkan imbal hasil yang optimal bagi perusahaan.
3. Penerapan manajemen hutang & piutang.
4. Penerapan manajemen persediaan meminimalisir risiko biaya persediaan, kerusakan barang dan dead stock.
3.4.2. Strategi Fungsional Bidang Organisasi dan Manajemen 1. Pengembangan SDM melalui implementasi Human Capital
2. Penataan organisasi dan SDM untuk meningkatkan fleksibilitas dalam menghadapi tuntutan perubahan lingkungan bisnis.
3. Pengelolaan risiko perusahaan yang komprehensif.
4. Implementasi dan optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi.
5. Pengembangan perangkat sinergi kelompok perusahaan berupa rencana stratejik yang solid dan terintegrasi.
6. Peningkatan kinerja portofolio dengan investasi pada usaha yang prospektif secara selektif.
3.4.3. Strategi Fungsional Bidang Produksi
1. Terbentuknya standarisasi HPP pada Industri Agro. 2. Standarisasi kualitas hasil produk.
3. Pemanfaatan hasil produk samping (by product) untuk peningkatan nilai tambah perusahaan.
4. Pengembangan bisnis hilir untuk komoditas gula, teh dan CPO.
5. Optimalisasi kapasitas terpasang pada kelompok manufaktur dan peningkatan produktivitas pada kelompok Agro.
3.4.4. Strategi Fungsional Bidang Pengembangan
1. Investasi untuk meningkatkan skala usaha pada kelompok Industri yang lingkungan Industrinya atraktif.
2. Pengembangan produk dan diversifikasi untuk memberikan nilai tambah perusahaan.
3. Restrukturisasi usaha untuk meningkatkan daya saing.
4. Optimalisasi infrastruktur dan sumber daya perusahaan untuk meningkatkan Level of Services.
5. Penciptaan nilai tambah produk ritel (gula kemasan dan teh kemasan), dan pengembangan usaha baru diluar bisnis inti (PLTA).
6. Optimalisasi asset non produktif untuk memberikan nilai tambah perusahaan melalui kerjasama dengan mitra strategis.
3.4.5. Strategi Fungsional Bidang Pemasaran
1. Melakukan Brand Extention untuk produk yang memiliki Brand kuat. 2. Mengembangkan gula dan teh kemasan ritel untuk mendapatkan nilai
tambah.
3. Pengembangan jaringan pemasaran dan distribusi produk pada area potensial.
4. Menciptakan sinergi dalam pengembangan pasar ekspor melalui kerjasama dengan mitra strategis.
5. Memberdayakan 42 cabang existing serta membuka 1 DIPO dan memanfaatkan tanah/aset strategis.
6. Meningkatkan akses pasar pada end user khususnya untuk produk komoditas.