• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 4.41 Hasil Studi Timbulan Sampah non-Rumah Tangga

A. Isu Strategis Pengembangan Drainase

Kab/Kota wajib melakukan rumusan isu strategis pengembangan Drainse di daerah Kota Palembang yang sedang berkembang dan membutuhkan penanganan. Dalam melakukan rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan p engembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen

RPJMN, RPJMD, RTRW Kota Palembang, Renstra Dinas, Dokumen SPPIP, Rencana Induk Drainase dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis

pengembangan Drainase di Kota Palembang

Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Indonesia antara Lain :

Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase

Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan air

permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfun gsi sebagai saluran air limbah permukiman (“grey water”). Sedangkan fungsi dan karakteristik system drainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran.

Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat.

Pengendalian debit puncak

Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk me nyiapkan penampungan air sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampungan- penampungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap-atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk, lapangan, yang selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.

Kelengkapan perangkat peraturan

Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainase permukiman di daerah adalah :

Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti pencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangan sampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaan daerah resapan air (wet land) , termasuk sanksi yang diterapkan. Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalama n, posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing. Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat dan swasta dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kuali tas personil yang dibutuhkan dalam penanganan drainase harus di rumuskan dalam peraturan daerah.

Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase, kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun penutupan saluran drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagai bangunan, kolam ikan dll.

Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan drainase baik dari segi pembangunan maupun biaya operasi dan pemeliharaan. Permasalahan pendanaan secara keselu ruhan berdampak pada buruknya

kualitas pengelolaan drainase perkotaan.

Penanganan Drainase Belum Terpadu

Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terutama masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya masterplan drainase sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya saja.

Setiap Kab./Kota wajib merumuskan isu strategis yang ada di daerah masing-masing. Isu strategis dalam pengembangan drainase perkotaan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, serta akan menjadi landas an penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) yang lebih berpihak kepada pencapaian MDGs, yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase

Kondisi umum pembangunan Drainase di Indonesia dapat diuraikan secara garis besar adalah sebagai berikut :

roporsi rumah tangga yang telah terlayani saluran drainase dengan kondisi o

berfungsi baik/mengalir lancar mencapai 52,83%

Proporsi rumah tangga dengan ko ndisi saluran drainase mengalir lambat atau o

tergenang mencapai 14,49%

Proporsi rumah tangga yang tidak memiliki saluran drainase 32,68% o

Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan drainase yang telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal-hal berikut ini :

Aspek teknis

Menguraikan dan melampirkan peta yang berisi kondisi jaringan drainase kota, baik kondisi fisik, kapasitas saluran dan fungsinya. Diuraikan juga sejauh mana sistem jaringan yang ada berfungsi dalam mengatasi masalah genangan/banjir yang terjadi. Perlu juga digambarkan mengenai daerah dan tingkat pelayanan sistem drainase yang ada dilihat dari cakupan daerah aliran sungai (DAS) dan daerah tangkapan air hujan, serta perlu di jelaskan daerah rawan genangan di Kota/Kabupaten masing-masing.

1. Gambar peta genangan Kota Palembang.

2. Gambar peta jaringan sistem drainase (klasifikasi sistem drainase primer dan sekunder termasuk jaringan jalan kota

Kondisi eksisiting pengembangan drai nase sebagaimana diuraikan di atas dapat ditampilkan dalam tabel 4.46 sebagaimana dicontohkan berikut ini

Tabel 4.46

Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase

No. Nama Jalan/Lokasi Saluran Panjang (m) Dimensi Luas Catchment Area (Ha) Konstruksi Saluran Kondisi Pengadaan Tinggi (m) Lebar (m) Tahun Sumber Dana Jumlah Biaya 1. 2. 3. Saluran A Saluran B Saluran C *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *)

*) Dalam Proses Pendataan

Pendanaan

Menguraikan kemampuan masyarak at/Pemda/Swasta dalam membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase perkotaan seperti pembiayaan pembangunan serta anggaran Pemda (APBD) untuk O&P sarana prasarana yang ada.

Kelembagaan

Menguraikan organisasi pengelol aan drainase perkotaan yang mencakup bentuk

organisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian tugas, tata laksana kerja, dan sumber daya manusia yang dimiliki. Uraian tersebut harus mencerminkan kemampuan organisasi pengelola drainase perkotaan saat ini.

Peraturan Perundangan

Berisi peraturan perundangan terkait pengelolaan sistem drainase perkotaan yang dimiliki saat ini oleh masing-masing Kota Palembang misalnya terkait tentang Struktur Organisasi dan Tupoksi pengelola, perundangan misalnya kejadian untuk tidak bermukim di bantaran sungai atau saluran drainase, masalah pertanahan di perkotaan yang relatif rumit, dll (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur).

Partisipasi masyarakat merupakan bagian penting dari kegiata n pembangunan sistem drainase perkotaan. Bagian ini menguraikan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan yang meliputi kesediaan masyarakat peduli dan menjaga aliran drainase, penerimaan masyarakat terhadap aturan terka it pengelolaan sistem drainase perkotaan, kegiatan-kegiatan apa yang telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya saja kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan sistem drainase perkotaan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat/swasta, maupun peran masyarakat dan swasta dalam pembangunan prasarana dan sarana drainase serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada

C. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Drainase

Identifikasi Permasalahan Drainase Perkotaan

Kota Palembang perlu menguraikan permasalahan yang dihadapi masing-masing dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang dit injau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan

mempertimbangkan tipologi serta parameter- parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.

Dari kegiatan inventaris asi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan teknis dan non teknis pada sub sektor drainase. Permasalahan Pembangunan Sektor Drainase di Indonesia secara umum adalah:

- Kapasitas sistem drainase tidak sesuai dengan kondisi saat ini;

- Belum memadainya penyelenggaraan sistem drainase

Hasil identifikasi permasalahan dituangkan dalam bentuk Tabe l Identifikasi permasalahan seperti tabel 6.47

Tabel 6.47

Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Drainase Yang Dihadapi

Aspek Non-Teknis

No Aspek Pengelolaan Drainase Permasalahan Tindakan

Yang sudah dilakukan Yang sedang dilakukan 1 Kelembagaan : Bentuk Organisasi - Tidak Ada - -

Tata laksana (tupoksi, SOP dll)

- skup kerja kurang

jelas

Koordinasi dan konsolidasi

Koordinasi dan konsolidasi Kualitas dan Kuantitas SDM

- Masih kurang Pelatihan, Training dll Pelatihan, Training dll 2 Perundangan terkait sektor Drainase Belum ada Mengusulkan perda,

pergub, perwali

Mengusulkan perda, pergub, perwali 3 Pembiayaan

Sumber-sumber pembiayaan

- Dana APBD masih

kurang

Mengajukan ke APBD Provinsi dan APBN

Mengajukan ke APBD Provinsi dan APBN 4 Peran serta masyarakat dan swasta Masih kurang Sosialisasi Sosialisasi

Aspek Teknis

No Aspek Pengelolaan Sistem

Drainase Permasalahan Tindakan

Yang sudah

dilakukan

Yang sedang dilakukan

Teknis Operasional PS

1 Aspek Perencanaan (Master Plan, FS, DED) MP, FS, DED belum ada Pengajuan pembuatan MP, FS dan DED Pengajuan pembuatan MP, FS dan DED

2 Saluran Pemeliharaan Rutin

dan Proyek baru

Pemeliharaan Rutin dan Proyek baru Primer - Masih Kurang Sekunder - Masih kurang Tersier - Masih kurang Turap

Bangunan Pelengkap (gorong-gorong, pintu air, pompa dll)

Masih kurang

Waduk, kolam Retensi, Sumur Resapan Masih kurang Sumber : Dinas PU BM dan PSDA Kota Palembang, 2013

Tantangan Pengembangan Drainase

Kota Palembang wajib menguraikan tantangan sesuai karakteristik Kota Palembang terkait pembangunan sektor drainase. Tantangan yang dihadapi secara umum di Palembang adalah mencegah penurunan kua litas lingkungan permukiman di perkotaan, optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun, peningkatan dan pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan efisien yang menjangkau masyarakat b erpenghasilan rendah dan menunjang terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat serta meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.

Tantangan lainnya adalah adanya Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah Kota Palembang. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tangg ungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPIJM yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Drainase. Target pelayanan dasar bidang Drainase sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel 4.48 dibawah ini

Tabel 6.48

Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010

No Jenis Pelayanan Dasar

Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu

Pencapaian Ket No Jenis Pelayanan Dasar

Indikator Nilai Batas Waktu Ket Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan dan Persampahan)

Drainase Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun

50% 2014 Dinas yg

membidangi PU

Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2013

Analisis Kebutuhan Drainase 6.4.4.6.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem drainase kota adalah topografi Kota Palembang yang merupakan dataran rendah . Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penanganan drainase, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need) . Analisis yang terkait dengan kebutuhan drainase adalah analisis Bidang Teknis maupun non teknis yang mencakup kelembagaan, pembiayaan, perat uran dan peran serta masyarakat dan swasta. Analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel 4.49 berikut ini :

Tabel 4.49

Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah Aspek Non Teknis

N

o Uraian

Kondisi

Eksisting

Kebutuhan

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V 1

Peraturan terkait sektor drainase

Ketersediaan peraturan -

bidang drainase Belum ada perda perwali Pergub - -

2 Kelembagaan Bentuk organisasi -

Ketersediaan tata laksana -

( tupoksi, SOP dll) Ada Ada Ada Ada Ada Ada

Kualitas dan kuantitas SDM Sedang Ditambah Ditambah Ditambah Ditambah Ditambah 3 Pembiayaan Sumber pembiayaan - APBD APBD Prov dan APBN APBD Prov dan APBN APBD Prov dan APBN APBD Prov dan APBN APBD Prov dan APBN 4 Peran Swasta dan Masyarakat Belum ada ada ada ada ada ada

Aspek Teknis N o Uraian Kondisi Eksisting Kebutuhan

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

Teknis Operasional PS

1

Aspek Perencanaan

(Master Plan, FS, DED) Belum ada

MP dan

FS DED DED DED DED

2 Saluran Primer

- Kurang Ditambah Ditambah Ditambah Ditambah Ditambah Sekunder

Tersier

- Cukup Ditambah Ditambah Ditambah Ditambah Ditambah Turap

Bangunan Pelengkap (gorong-gorong, pintu air, pompa dll)

Kurang Ditambah Ditambah Ditambah Ditambah Ditambah

Waduk, kolam Retensi,

Sumur Resapan Kurang Ditambah Ditambah Ditambah Ditambah Ditambah Sumber : Dinas PU BM dan PSDA Kota Palembang, 2013

Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Drainase 6.4.4.7.

A. Pembangunan Prasarana Drainase

Kriteria kegiatan infrastruktur drainase perkotaan

Kriteria Lokasi :

Kota-kota yang sudah memiliki Master Plan Drainase Perkotaan dan DED untuk 

tahun pertama;

Kawasan-kawasan permukiman dan strategis di perkotaan (Me tropolitan/Kota 

Besar) yang rawan genangan.

Lingkup Kegiatan :

Pembangunan saluran drainase primer (macro drain) , pembangunan kolam 

retensi, dan bangunan pelengkap utama lainnya (pompa, saringan sampah, dsb); Pembangunan saluran drainase sekunder dan ters ier (micro drain) oleh 

pemerintah kab.kota;

Sosialisasi/diseminasi/ kampanye NSPM pengelolaan saluran drainase termasuk 

kegiatan pembersihan sampah di sekitar saluran drainase; Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat; 

Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, 

pedoman dan lain sebagainya

Kriteria Kesiapan :

Sudah memiliki RPIJM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim 

Dilaksanakan dalam rangka pengurangan lokasi genangan di perkotaan; 

Terintegrasi antara makro drain dan mikro drain, serta dengan system 

pengendali banjir;

Terdapat institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun; 

Tidak ada permasalahan lahan (lahan sudah dibebaskan, milik Pemkot/kab); 

Pemerintah kab./kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi 

dan pemeliharaan;

Pemerintah Kota Palembang akan melaksanakan penyuluhan kepada 

Masyarakat

Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan

Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan dipaparkan pada gambar 4.7 berikut :

Sumber: Direktorat Pengembangan PLP

Gambar 4.7 Sistem Drainase Perkotaan

Dalam pembangunan sistem drainase perkotaan, pemerintah pusat mempunyai peran dengan mengembangkan sistem yang terintegrasi dengan sistem makro, serta memfasilitasi pilot drainase mandiri. Sedangkan, pemerintah kabupaten kota berperan

dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.

Usulan Program Dan Kegiatan 6.4.4.

Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Sanitasi 6.4.4.1.

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan usu lan program tersebut memperhatikan kebutuhan RPP berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi. Usulan program yang diajukan sesuai dengan hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga diperhatikan keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program harus dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya

Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket proyek/program. Program yang dicakup dalam Pengelolaan Air Limbah meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini :

Pembangunan pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan Instalasi 

Pengolah Lumpur Tinja (IPLT);

Pembangunan sistem perpipaan air limbah sederhana komunitas berbasis 

masyarakat (khusus bagi kawasan kumuh dan padat);

Pembangunan pengelolaan air limbah sistem terpusat (IPAL); 

Operasi dan pemeliharaan; 

Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah; 

Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan pemeliharaan 

sarana yang telah dibangun.

Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED 

Program yang dicakup dalam Pengelolaan Persampahan meliputi kegiatan berikut ini : Pembangunan prasarana dan sarana TPA sampah;

Pembangunan prasarana dan sarana TPST 3R; 

Operasi dan pemeliharaan; 

Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan persampahan; 

Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED 

Program yang dicakup dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan meliputi kegiatan- kegiatan berikut ini :

Pelaksanaan rehabilitasi saluran yang ada; 

Pembangunan saluran yang baru; 

Operasi dan pemeliharaan; 

Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan drainase; 

Penyuluhan dan pengelolaan dan pemeliharaan bangunan drainase bagi 

Pemerintahan Kota Palembang dan masyarakat; Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED 

Usulan Pembiayaan Proyek Pengembangan Sanitasi 6.4.4.2.

Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab Pemerintah Kota Palembang, Pemerintah Pusat, Swasta dan masyarakat. Jika ada indikasi program pengelolaan sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) yang melibatkan swasta perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya. Untuk program yang memerlukan analisis kelayakan keuangan, hasil analisis harus dilampi rkan dan merupakan bagian dari kajian pembiayaan dan keuangan.

Pembiayaan kegiatan pengelolaan sanitasi sebagaimana diusulkan dapat berasal dari dana Pemerintahan Kota Palembang , masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat d apat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan). Macam bantuan disesuaikan dengan tingkat Kebutuhannya.

Format pembiayaan kegiatan drainase disesuaikan dengan arahan bidang keuangan, secara garis besar terdiri dari tabel program belanja ( expenditures programme), table financing plan, dan tabel memorandum proyek (terlampir)

Dokumen terkait