BAB VI
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang
mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan
lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkunga n
permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran
perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang
mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta
permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis
kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan
mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan
dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
Pengembangan Permukiman
6.1.
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih
dari satu satuan perumahan yang m empunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan perm ukiman kawasan perkotaan
terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari
pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta
desa tertinggal.
Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan 6.1.1.
kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan,
antara lain :
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka 1.
Panjang Nasional.
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus
meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman
kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan 2.
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),
penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir
e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh (butir f).
Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun 3.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rum ah susun
khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan 4.
Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan
yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014
Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman
maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut :
Tugas A.
Pemerintah Pusat 1.
Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasio nal di bidang a.
perumahan dan kawasan permukiman.
Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan b.
Lisiba.
kawasan permukiman.
Menyelenggarakan fungsi ope rasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan d.
nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan
permukiman.
Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional e.
Pemerintah Provinsi 2.
Merumuskan dan menetapkan ke bijakan dan strategi pada tingkat provinsi di a.
bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada
kebijakan nasional.
Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas Kota b.
Palembang
c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan s trategi nasional pada tingkat provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan
kawasan permukiman.
e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman lintas Kota Palembang.
f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat,
terutama bagi MBR.
h. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi
3. Pemerintah Kota Palembang
Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat Kota Palembang a.
di bi dang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada
kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan b.
kawasan permukiman pada tingkat Kota Palembang.
Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan c.
kebijakan Kota Palembang dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman,
lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat Kota Palembang.
Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat Kota Palembang e.
Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan f.
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Kota
Palembang.
Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman g.
Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan h.
dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional
Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan i.
kawasan permukiman.
j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Kota Palembang.
k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
B. Wewenang
1. Pemerintah Pusat
Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, a.
perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.
Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman. b.
Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang c.
perumahan dan kawasan permukiman.
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan d.
permukiman pada tingkat nasional.
Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan e.
perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.
Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi f.
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.
Mengendalikan pela ksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan g.
kawasan permukiman
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan pemukiman h.
kumuh.
Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan i.
Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan j.
kawasan permukiman
2. Pemerintahan Provinsi
Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman a.
pada tingkat provinsi.
Menyusun dan menyempurnakan peraturan perun dangundangan bidang b.
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan c.
permukiman pada tingkat provinsi.
Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan d.
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi e.
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman f.
kumuh pada tingkat provinsi.
Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan g.
perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi
Menetapkan kebijakan dan stra tegi daerah provinsi dalam penyelenggaraan h.
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional
Pemerintah Kota Palembang 3.
Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman a.
pada tingkat kabupaten / kota
Menyusun dan menye mpurnakan peraturan perundang-undangan bidang b.
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Kota Palembang
Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan c.
permukiman pada tingkat Kota Palembang.
Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisa si peraturan perundang-undangan serta d.
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat Kota Palembang.
Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan e.
Menyediakan prasarana dan sa rana pembangunan perumahan bagi MBR pada f.
tingkat Kota Palembang.
Memfasilitasi kerja sama pada tingkat Kota Palembang antara pemerintah Kota g.
Palembang dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman.
Menetapkan lokasi perumahan dan p ermukiman sebagai perumahan kumuh dan i.
permukiman kumuh pada tingkat Kota Palembang.
Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman j.
kumuh pada tingkat Kota Palembang.
Lingkup Kegiatan
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 ten tang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai
tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan
pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permuk iman.
Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah :
Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan a.
dan perdesaan;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan b.
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman c.
kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi p eningkatan kualitas permukiman d.
di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk
penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan e.
dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat
Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 6.1.2.
a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:
adaptasi terhadap perubahan iklim.
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah
tangga kumuh perkotaan.
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive Presiden
yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi
Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan
yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya
kawasan kumuh.
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.
Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan
permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas
sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi
standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang
terangkum secara nasional. Namun, di masing-masing Kota Palembang terdapat isu- isu
yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di Kota Palembang lain.
Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu
dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Penjabaran isu-isu strategis lokal
ini dapat difokuskan untu k terkait pada bidang keciptakaryaan, seperti kawasan kumuh di
perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan.
Setiap Kota Palembang perlu melakukan identifikasi isu-isu strategis di setiap Kota
Palembangnya. Bagi Kota Palembang yang telah men yusun SPPIP dapat mengadopsi
rumusan isu-isu strategis di dalam SPPIP ke dalam isian tabel 4.1
Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kota Palembang
No Isu Strategis
1
2
3
4
Banyaknya kawasan permukiman kumuh Terutama ditep ian Sungai Musi dan di daerah
rawa-rawa.
Masih kurangnya jumlah perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat golongan
bawah terutama untuk sektor informal.
Belum mencukupinya sarana dan prasarana permukiman
Masih belum terkoordinasinya penanganan pemban gunan dan pengembangan
perumahan dan permukiman
Sumber : SPPIP Kota Palembang
b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional
mencakup 180 dokumen SPPIP, 108 dokumen RPKPP, untuk di perkotaan meliputi 500
kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit
Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial
yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang
terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang
terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani
infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/
kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu
perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat Kota Palembang (meliputi peraturan
daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang
mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan
pembangunan permukiman.
Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati/
peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
No Perda / Peraturan Gubernur / Peraturan Walikota/ Peraturan Lainnya
No. Peraturan Perihal Tahun
1
2
PERDA No 15
PERDA No 5
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Palembang (RTRW)
Rencana Pemba ngunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kota Palembang Tahun
2005-2025.
2012
2009
Sumber : SPPIP Kota Palembang
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh,
jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkot aan. Data yang dibutuhkan
adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.
Tabel 6.3
Data Kawasan Kumuh di Kota Palembang
No. Lokasi Kawasan
Kumuh Luas Kawasan
Jumlah Rumah
Permanen
Jumlah Rumah
Semi
Permanen
Jumlah
Penduduk
1. Kel. 3-4 Ulu 301 Ha 2 170 4320 kk
2. Kel. 5 Ulu 342 Ha 0 358 6049 kk
3. Kel. 7 Ulu 80 Ha 1 217 3749 kk
4. Kel. 8 Ulu 358 Ha 0 50 2664 kk
Sumber : BPS Kota Palembang 2013 dan SPPIP Kota Palembang
Data Kondisi RSH di kota Palembang
No Lokasi Tahun Pengelola Unit Kondisi
Prasarana CK yang
ada
1
RSH Mitra Permai
Jln. Lettu Kadir Karim Kr
Jaya
PTCipta Karya Niaga
85 Baik, sdh
dihuni
2
RSH Griya Cipta Pratama
Jln. Karya Jaya Lebong
Gajah Sako
PT. Cipta
Griya Sriwijaya
401 Baik, sdh
dihuni
3 RSH Griya Cipta Sejahtera Jln. Macan Lindungan Dalam
PT. Cipta
Griya Sriwijaya
128 Baik, sdh
dihuni
4 RSH Griya Cipta Persada Jln. Sematang Borang Sako
PT. Cipta
Griya Sriwijaya
214 Baik, sdh
dihuni
5 RSH Griya Cipta Permai Jln. Talang Betutu
PT Cipta Griya
Persada
90 Baik, sdh
dihuni
6
RSH Griya Sejahtera
Sukawinatan
7 RSH Griya Simpur Indah Soak Simpur Sukabangun 2
PT. Ogan
Graha Mandiri
53 Baik, sdh
dihuni
8 RSH Griya Sako PermaiPelabuhan Dalam Arah sako Baru
PT. Ogan
Graha Mandiri
40 Baik, sdh
dihuni
9 Perum. PNS Griya Revari Indah Tl. Kelapa
10 Perum Kodam Griya Revari Indah Tl. Kelapa
11 Griya Interbis Indah Tahap 1 & 2 Tl. Kelapa
12 Griya SrimulyaJl. Padat Karya Kel. Sematang Borang
PT. ADI GUNA
SAPUTRA 232
Baik, sdh
dihuni
13 Griya Hero AbadiJl. Hasanudin Alang-alang Lebar
14 Griya Meteor Indah Jl. Gandus Palembang
PT.
VINAYAKA ABADI
357 Baik, sdh dihuni Sumber : DPD REI Sumsel, 2013
Data Kondisi Rusunawa di Kota Palembang
No Lokasi Rusunawa
Tahun
Bangun
Terhuni
/ Tidak Pengelola
Jumlah
penghuni Kondisi
Prasarana CK
yang ada
1
Jln.
Kasnariansyah
KM 4,5
PT Sarana
Pembangunan
Palembang
Jaya (SP2J)
Baik Jalan Cor Beton
2
Kertapati
SP2J Baik Jalan Cor Beton
Sumber : Bappeda Kota Palembang, 2013
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:
Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat a.
menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastrukturyang
masih terbatas.
Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil,daerah b.
terpencil, dan kawasan perbatasan.
Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial c.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya :
Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat a.
Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta b.
Karya sektor Pengembangan Permukiman.
Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program- Program c.
Pro Rakyat (Direktif Presiden)
Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya d.
kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah
Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan e.
infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah
Penguatan Sinergi SPPIP/RPKPP dalam Penyusunan RPIJM Kab./Kota f.
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di atas adalah yang
terangkum secara nasional. Namun sebagaimana isu strategis, di masing-masing Kota
Palembang terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan
spesifik serta belum tentu djumpai di Kota Palembang lain. Penjabaran permasalahan dan
tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai
informasi awal da lam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kota Palembang yang
bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman ya ng ada di wilayah Kota
Palembang bersangkutan. Bagi Kota Palembang yang telah menyusun SPPIP dapat
mengadopsi rumusan permasalahan dan tantangan di da lam SPPIP ke dalam isian tabel
4.6
Tabel 4.6
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kota Palembang
No Aspek Pengembangan Permukiman
Permasalahan
yang dihadapi
Tantangan
Pengembangan Alternatif Solusi
1 Aspek Teknis
Persyaratan pembangunan
perumahan dan
permukiman belum optimal
Belum
sepenuhnya
menerapkan
ketentuan
lingkungan
hunian yang
berimbang sesuai
dengan peraturan
pemerintah
Pedoman teknis
tersebut harus
mampu
menampung
panduan proses
yang partisipatif
dan transparan
serta mampu
memberdayakan
masyarakat
Pembangunan rumah
wajib menerapkan
ketentuan lingkungan
hunian yang berimbang
sesuai dengan
peraturan pemerintah
Arah kebijakan perlu
disusun dalam
penanganan
permukiman informal
2 Aspek Kelembagaan
Sumber Daya Manusia
1)
masih
terbatasnya
tingkat
pendidikan,
pengetahuan dan
ketrampilan dari
aparatur/ sumber
daya manusia
peningkatan
kualitas SDM
Peningkatan pendidikan
formal para aparatur,
kursus singkat,
pelatihan dll masih
sangat dibutuhkan
dalam pengembangan
dan peningkatan
(SDM) yang menangani/
mengelola
Bidang Cipta
Karya diKota
Palembang
building) sehingga
kualitas SDM Bidang
Cipta Karya semakin
tahun semakin
meningkat.
3 Aspek Pembiayaan
Minimnya dukungan
perbankan dan dana dari
pemerintah
Belum
tersedianya dana
jangka panjang
bagi pembiayaan
perumahan yang
menyebabkan
mekanisme pasar
formal relative
kecil dibandingkan
pemenuhan
sendiri secara
swadaya
Mobilisasi
sumber-sumber pembiayaan
perumahan perlu
diefektifkan seperti
mempermudah akses
kredit kepada
perbankan terutama
untuk masyarakat
berpenghasilan rendah,
pemberian pinjaman
dengan bunga sangat
lumak serta pemberian
subsidi
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat / Swasta
Peran serta masyarakat
belum diatur secara konkrit
Belum
memberdayakan
peran
masyarakat agar
mampu
memenuhi
kebutuhan
rumahnya sendiri
yang sehat,
aman, serasi dan
produktif tanpa
merusak
lingkungan
pemenuhan
secara swadaya
(mandiri) kurang
optimal dalam
memenuhi
kebutuhan
perumahan yang
dilengkapi dengan
sarana prasarana
dasar yang
memadai
Perubahan terhadap
peraturan terkait agar
peran serta masyarakat
dalam seluruh proses
penyelenggaraan
perumahan dan
permukiman bisa
terakomodir. Misalnya
pengaturan dalam
pembentukan kelompok
masyarakat untuk
mengatur rencana
pemenuhan kebutuhan
perumahan dan
pembangunan sarana
dan prasarana.
Peningkatan kapasitas
dan kemampuan
pengembangan perumahan swadaya
5 Aspek Lingkungan
Permukiman
Menurunnya daya dukung
lingkungan
Timbulnya
permukiman
kumuh
Pembangunan
kawasan baru
yang di tata
secara
berkelanjutan dan
focus pada fungsi
tempat tinggal
Penataan bangunan
dan lingkungan secara
berkelanjutan serta
pengembangan
kawasan siap bangun
(Kasiba) dan
lingkungan siap bangun
(lisiba) sesuai dengan
RTRW
Sumber : Bappeda Kota Palembang, 2013
Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman 6.1.3.
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting.
Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus di
capai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target. pembangunan
bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat
maupun di tingkat Kota Palembang . Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN
2010-2014, MDGs 2015 (target tahu n 2020 untuk pengurangan proporsi rumah tangga
kumuh), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh
tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua
dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk progr am pro-rakyat, serta Renstra Ditjen
Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat Kota Palembang meliputi target RPJMD,
RTRW Kota Palembang , maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya
menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.
Analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah pengembangan permukiman dapat
diuraikan pada tabel berikut. Bagi Kota Palembang yang telah menyusun SPPIP dapat
mengadopsi rumusan analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah yang telah
Tabel 6.7 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman
di Kota Palembang Untuk 5 Tahun
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V
1 Jumlah Penduduk Jiwa 1,556,873 1,584,274 1,612,158 1,640,532 1,669,405 Kepadatan Penduduk Jiwa / Km² 3,886 3,955 4,024 4,095 4,167 Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin Jiwa / Km² 1,166 1,186 1,207 1,229 1,250 Sasaran Penurunan
Kawasan Kumuh titik 16 14 12 10 8
2 Kebutuhan Rusunawa TB 4 4 3 2 2
3 Kebutuhan RSH UNIT 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000
4
Kebutuhan Pengembangan Permukiman Baru
Kawasan 2 2 2 2 2
No Uraian Unit Ket
Lokasi
Sumber : Analisa, 2013
Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman 6.1.4.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari :
pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan 1.
Rusunawa serta
peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH 2.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari :
pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial 1.
(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,
pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 2.
desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM 3.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa
kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPK PP ataupun review bilamana
diperlukan.
Infrastruktur permukiman RSH
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)
Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
Infrastruktur perdesaan PPIP
Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Adapun alur fungsi dan program pengembangan per mukiman tergambar dalam gambar
6.1
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012
Gambar 4.1 Alur Program Pengembangan Permukiman
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri
dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut :
Umum 1.
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP,
Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah
untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi. Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi
Khusus 2.
Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
lainnya
Ada calon penghuni
RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
Tingkat kemiskinan desa >25%
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari
BLM
PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta
Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25%
PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii)
produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v)
pendidikan, serta (vi) kesehatan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan
dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan
kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan
kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas
umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana,
sarana dan util itas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut
diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi
sebagai berikut :
Vitalitas Non Ekonomi 1.
Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi
terhadap penanga nan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu
hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang
dinilai,mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota,
apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana kete rkaitan dengan faktor
ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan
kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat
aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau
fungsi lainnya.
Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan
permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana
Kondisi Jalan
Drainase
Air bersih
Air limbah
Komitmen Pemerintah Kota Palembang 5.
Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh
dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan
penanganannya
Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan
(grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.
Usulan Program dan Kegiatan 6.1.5.
a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan unt uk mengisi kesenjangan antara kondisi
eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun
usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan
pemerintah Kota Palembang . Sehingga untuk jangka waktu perencana an lima tahun
dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama
hingga kelima.
Setelah memperhatikan kriteria kesiapan maka dapat dirumuskan usulan program dan
kegiatan pengembangan permukiman Kota Palembang yang disusun berdasarkan
prioritasnya seperti tabel 4.8 berikut.
Tabel 6.8
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kota Palembang
No Kegiatan Volume Satuan
Biaya
(dlm
Jutaan Rp)
Lokasi
1 Pembangunan PSD 8 Kegiatan 18.600
Talang Kelapa,
Sematang Borang, SU
II, Plaju
2 Pembangunan Infrastruktur
Kws Agropolitan 1 Kegiatan 8.800 Gandus
Alang-alang Lebar, Pakri
4 Penyediaan Infrastruktur bagi
MBR 4 Kegiatan 35.200 Perumahan MBR
Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman b.
Adapun untuk usulan pembiayaan dapat dijabarkan usulan pembiayaan baik dari APBD
Kota Palembang , APBD Provinsi, APBN, maupun dari masyarakat dan swasta, sesuai
dengan kemampuan pembiayaan pemerintah Kota Palembang.
Tabel 4.9
Usulan Pembiayaan Proyek
N
o Kegiatan APBN
APBD
Prov
APBD
Kota
Masyar
akat Swasta CSR Total 1 Pembangunan
PSD 16.600 2.000 - - - - 18.600
2 Pembangunan
Infrastruktur Kws
Agropolitan
8.000 - 800 - - - 8.800
3 Pembangunan
Rusunawa 30.000 3.000 2400 - - - 35.400
4 Penyediaan
Infrastruktur bagi
MBR
32.000 - 3.200 - - - 35.200
Note : dalam Jutaan Rupiah
Penataan Bangunan dan Lingkungan 6.2.
Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL 6.3.4.
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan
peraturan antara lain :
UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 1.
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan
amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk
di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta
peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah
dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan,
pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL)
UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 2.
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan
secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya
persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL
yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung,
arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian damp ak lingkungan. Sedangkan,
persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan. keamanan,
dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam
penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan,
pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh
pemerintah.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang
peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan
gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran
masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan
ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat
pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen
RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, di jelaskan bahwa
RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi
kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan
rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen
RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang
berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan
indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU
beserta sektor-sektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU No. 8 tahun 2010)
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan
dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan , penyusunan
produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan
bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah Negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan
Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan
bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana
kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan
penataanbangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat
dalam penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan
bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan
kerusuhan social.
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sector PBL,
yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan
gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam
Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012
Gambar 4.2 Lingkup Tugas PBL
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi
peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
Kegiatan penataan lingkungan permukiman a.
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lin gkungan pemukiman kumuh
dan nelayan
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional
Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung b.
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pelatihan teknis
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi
Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 6.3.5.
Isu Strategis A.
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat melihat dari Agenda
Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda
Nasional, salah satunya adalah P rogram PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi
dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pe menuhan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya
untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB
di Kota Palembang dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara
(HSBGN) di Kota Palembang.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG ’s 2015,
khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang
terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga sepa ruhnya
proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015,
serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk
miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda internasional lainnya adala h isu Pemanasan Global ( Global Warming ). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO 2) sebagai akibat
konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga
6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkat nnya tinggi muka laut di seluruh
dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak
bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam
seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.
mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat yang telah diselenggarakan di
Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat
pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan
dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan
di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustain able Human Settlements Development in an Urbanizing World" , sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi
masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
Penataan Lingkungan Permukiman 1.
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di
perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan
bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan
bangunan dan lingkungan.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 2.
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di
kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan
mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan 3.
11,96% dari total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai
MoU PAKET;
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam
penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait deng an dokumen-dokumen seperti RTR, scenario
pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari
rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah
dan d) penanggulangan kebakaran bagi pencapaia n terwujudnya pembangunan
lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Tabel 4.10
Isu Strategis sektor PBL di Palembang
No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL
1 Penataan Lingkungan Permukiman Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh
Penanggulangan kemiskinan belum
focus, terpadu dan komprehensif
2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan
Rumah Negara
Masih banyaknya bangunan gedung
Negara yang belum memenuhi
persyaratan aturan keselamatan
bangunan gedung
Masih ada penyelenggaraan
bangunan gedung dan rumah
Negara yang kurang tertib dan tidak
efisien
3 Pemberdayaan Komunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan
Belum optimalnya pembinaan dan
penanganan komunitas
Rendahnya tingkat partisipasi
angkatan kerja
Kondisi Eksisting B.
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah
dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan
kualitas infrastrukt ur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program
P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kota Palembang
yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak
106 Kota Palembang . Untuk RTBL yang sudah te rsusun berupa Peraturan
Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kota Palembang , 9 Kota Palembang dengan
perjanjian bersama, dan 32 Kota Palembang dengan kesepakatan bersama.
Setiap Kota Palembang diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi eksisting di
daerah masing-masing, yang mencakup kondisi terkait peraturan daerah, kegiatan
penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan
rumah negara, serta capaian dalam pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan
kemiskinan.
Untuk data kondi si eksisting terkait dengan Peraturan Daerah yang telah disusun
mencakup Raperda dan Perda Bangunan Gedung, Perda RTBL, Perda RISPK, SK
Bupati/Walikota, Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, yang terkait sektor PBL. Informasi
tersebut dapat dirangkum dalam tabel seperti tabel 4.11
Tabel 6.11
Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati
terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Perda / Peraturan Gubernur / Peraturan Walikota/ Peraturan Lainnya Keterangan
No. Peraturan Perihal Tahun
1
2
PERDA No. 15
PERDA No 5
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Palembang (RTRW)
Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kota
Palembang Tahun 2005-2025.
2012
2009
Untuk kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman setiap Kab/Kota dapat
menggambarkan kondisi eksistingnya dengan acuan seperti tabel 4.12
Tabel 4.12
Penataan Lingkungan Permukiman
Kota Kaw Sejarah
Dukungan Infrastruktur
CK
RTH Pemenuhan SPM Penanganan
Kebakaran Luas
RTH
Lokasi RTH % Tersedia an IMB
% Ketersedia an HSGBN
Taman Bukit
Siguntang 90% Ya Ya
3 Kampung
Sumber : Bappeda Kota Palembang, 2013
Untuk kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Kota
Tabel 6.13
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No Kawasan
Jumlah bangunan
Gedung berdasarkan
fungsi
Status
Kepemilikan
Kondisi
Bangunan
Ketersedia
an Utilitas
BG
1 Fungsi Hunian :
Fungsi Keagamaan :
Fungsi Usaha :
Fungsi Sosbud :
Fungsi Khusus :
*) *) *)
*)Dalam Proses Pendataan
Untuk kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam P enanggulangan Kemiskinan setiap
Kab/Kota dapat menggambarkan kondisi eksistingnya dengan acuan seperti table 4.16
Tabel 4.14 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
No. Kab/Kota Kegiatan PNPM
Mandiri
Kegiatan lainnya
*)Dalam Proses Pendataan
Permasalahan dan Tantangan C.
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan
dan tantangan yang dihadapi, antara lain :
Penataan Lingkungan Permukiman :
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran; Belum
siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan
pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan
lingkungan permuk iman; Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan
kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang
diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas
lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara :
dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan R umah Negara; Masih kurangnya perda
bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan
penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenya manan dan
kemudahan); Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana; Prasarana dan sarana
hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;
Lemahnya peng aturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya
kualitas pelayanan publik dan perijinan; Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang
belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negar a kurang tertib dan efisien; Masih
banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah
raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan
penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan; Masih adanya tuntutan
reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan
desentralisasi. Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan
gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
Hasil identifikasi permasalahan dan tantangan sektor PBL yang ada di Kota Palembang
seperti tabel 4.15
Tabel 6.15 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan
Penataan Bangunan dan Lingkungan
N
o
Aspek Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
Permasalahan
yang dihadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif
Solusi
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1. Aspek Teknis
Pedoman Teknis
Belum optimalnya
pedoman teknis atau
Optimalisasi
penerapan dan
mengoptimalkan
peraturan daerah terkait penataan lingkungan permukiman
pengendalian teknis pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan daerah terkait
penataan lingkungan permukiman
2. Aspek
Kelembagaan
Sumber Daya 2)
Manusia
masih terbatasnya
tingkat pendidikan,
pengetahuan dan
ketrampilan dari
aparatur/ sumber
daya manusia (SDM)
yang menangani/
mengelola Bidang
Cipta Karya diKota
Palembang
peningkatan kualitas
SDM
Peningkatan
pendidikan formal
para aparatur,
kursus singkat,
pelatihan dll masih
sangat dibutuhkan
dalam
pengembangan
dan peningkatan
kapasitas (capacity
building) sehingga
kualitas SDM
Bidang Cipta Karya
semakin tahun
semakin
meningkat.
3. Aspek Pembiayaan Alokasi anggaran
Masih kecilnya
alokasi anggaran
daerah untuk
penataan lingkungan
permukiman
Kebutuhan akan
sarana prasarana
permukiman semakin
tinggi
Meningkatkan
anggaran dan
menjalin kerjasama
pihak swasta
dalam pembiayaan
untuk penataan
lingkungan
permukiman
4.
Aspek Peran Serta
Masyarakat /
Swasta
Pelibatan
masyarakat dalam
penataan
Belum optimalnya
landasan hukum dan
landasan operasional
untuk lebih
melibatkan swasta
dalam penyiapan
infrastruktur guna
Penataan lingkungan
permukiman kumuh,
melalui pemberdayaan
masyarakat
Bentuk peran serta
masyarakat dan
atau swasta harus
diatur dalam
lingkungan permukiman
pengembangan lingkungan
permukiman
5. Aspek Lingkungan
Permukiman
Penataan 1.
Bangunan dan
Lingkungan
Masih banyak
dijumpai adanya
suatu lingkungan
permukiman yang
pertumbuhan dan
perkembanganya
tidak terkendali
berakibat pada
degradasi lingkungan
dan kekumuhan.
Kurang
diperhatikanya
sarana lingkungan
seperti taman, hidran
kebakaran
Masih adanya
permukiman kumuh
yang tersebar di
wilayah perkotaan
dengan kondisi
rumah yang tidak
layak huni
Pembangunan disertai
dengan dukungan
sarana dan prasarana
yang memadai
Perkembangan
penduduk perkotaan
yang meningkat tajam
Tantangan
penanganan
permukiman kumuh
melalui kemitraan
Pemerintah, Swasta
dan Masyarakat
Penyusunan
perencanaan dan
penataan
bangunan dan
lingkungan (RTBL)
pada kawasan
strategis dan
memberi
Ketegasan
pengendalian
dalam
pembangunan
Penyediaan sarana
lingkungan di
setiap
perencanaan
permukiman
Peningkatan
kualitas lingkungan
permukiman,
perbaikan rumah
dan pemberian
dukungan
prasarana dan
sarana
permukiman
1. Aspek Teknis
Belum Optimalnya
perda bangunan
gedung sebagai
pedoman teknis
penyelenggaraan
bangunan gedung
Masih rendahnya
kualitas pelayanan
publik dalam
pelayanan perizinan
bangunan gedung
Rendahnya kualitas
pekerjaan dan
ketidakmampuan
pelaksana untuk
menyelesaikan
pekerjaan sesuai
dengan perjanjian
yang telah disepakati
Menyederhanakan
proses birokrasi
Peningkatan
transparansi dan
pengembangan sistem
informasi
Segera
mengoptimalkan
NSPM serta perda
bangunan gedung
disertai dengan
peningkatan
kemampuan
pengelola teknis
aparat
industry konstruksi
yang kompetitif
Peningkatan
teknologi dalam
rangka perbaikan
pelayanan
perizinan
Peningkatan
kualitas dan
kuantitas arsip
gedung dan rumah
negara
2. Aspek
Kelembagaan
Lembaga terkait 1.
penyelenggara
an bangunan
gedung dan
rumah Negara
Belum optimalnya
peranan lembaga
terkait
penyelenggaraan
bangunan gedung
Mewujudkan sistem
institusi/organisasi
yang efektif dan efisien
dalam mendukung
good governance
Penguatan
kelembagaan
pemerintah daerah
dan masyarakat
dalam
penyelenggaraan
Lembaga
pengawasan
konstruksi
bangunan
Belum optimalnya
peran lembaga yang
menangani
pengawasan
konstruksi dan
keselamatan
bangunan
Penyelenggaraan dan
pengelolaan bangunan
gedung secara tertib,
fungsional, serasi dan
selaras dengan
lingkungannya, dengan
tetap menjamin
keandalan teknis dari
segi keselamatan,
kesehatan,
kenyamanan dan
kemudahan
Meningkatkan
kapasitas
kelembagaan
pengawasan
konstruksi dan
keselamatan
bangunan gedung
melalui sosialisasi
dan pelatihan
pembiayaan, belum
tepat biaya
Terbatasnya
anggaran untuk
pengadaan tanah
Selain pembiayaan
untuk pembangunan
juga dialokasikan
pembiayaan untuk
pemeliharaan
Kebutuhan bangunan
publik terus meningkat
seiring dengan
peningkatan jumlah
penduduk
Meningkatkan
anggaran dan
menjalin kerjasama
pihak swasta
dalam pembiayaan
untuk
penyelenggaraan
bangunan gedung
dan rumah negara
4. Aspek Peran serta
Masyarakat
Peran serta 1.
masyarakat
Masih rendahnya
apresiasi masyarakat
terhadap peraturan
bangunan gedung
Pelibatan masyarakat
lokal dalam
implementasi
penyelenggaraan
bangunan gedung dan
rumah Negara
sehingga dapat
meningkatkan
Pemberdayaan
masyarakat melalui
sosialisasi dan
pelibatan
masyarakat mulai
dari penyusunan
program sampai
dengan
kemampuan ekonomi masyarakat lokal. 5. Aspek Lingkungan
Permukiman
Bangunan 1.
Tidak Layak
Huni
Kualitas 2.
bangunan
Masih banyak
terdapat bangunan
tidak layak huni yang
menjadi permukiman
kumuh
Kurang ditegakkanya
aturan keselamatan
bangunan gedung
Berkurangnya
permukiman yang tidak
layak huni
Menciptakan
bangunan yang
handal, aman dan
berkualitas
Pendataan dan
melaksanakan
program perbaikan
rumah tidak layak
huni.
Optimalisasi peran
penyedia
konstruksi dalam
menerapkan
profesionalisme
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1. Aspek Teknis
Landasan 1.
Hukum dan
Landasan
Operasional
Belum Optimalnya
landasan hukum dan
landasan operasional
untuk lebih
melibatkan swasta
dalam
penanggulangan
kemiskinan
Masing-masing
instansi terkait
menyiapkan skema
kegiatan yang
berbeda-beda
Segera
mengoptimalkan
ladasan hukum dan
operasional yang
terpadu dan
komprehensif
2. Aspek
Kelembagaan
Lembaga 1.
komunitas yang
menaungi
penanggulang
an kemiskinan
Belum mantapnya
lembaga komunitas
yang ada untuk
meningkatkan peran
serta masyarakat
dalam
penanggulangan
kemiskinan
Pemberdayaan
komunitas secara
komprehensif dalam
aspek ekonomi, sosial
budaya, politik dan
lingkungan
Membentuk
lembaga yang
terkait seperti
lembaga pelatihan,
pemasaran dan
pendanaan
3. Aspek
Pembiayaan
Ketersediaan Dana
terbatas
Ketersediaan dana
murah jangka panjang
Membentuk
Ketersediaan
Dana
dan berkelanjutan
Harga kebutuhan
dasar masyarakat
seperti rumah yang
tidak terjangkau oleh
pemerintah
pembiayaan,
pengerahan dan
pemupukan dana,
pemanfaatan
sumber biaya serta
kemudahan
bantuan
pembiayaan
melalui prinsip
konvensional atau
prinsip syariah
4. Aspek Peran serta
Masyarakat
Pemberdayaan 1.
Masyarakat
Kurang tersedia
ruanguntuk
Keterlibatan
masyarakat dan atau
dunia usaha (swasta)
dalamkegiatan
emerintah untuk
penanggulangan
kemiskinan
Berupaya
pengembangan skema
proyek pemerintah
yang memberi peluang
keterlibatan dunia
usaha sehingga
terinternalisasi dalam
proyek pemerintah
Pemberdayaan
masyarakat
berbasis konsep
berkelanjutan
(pemberdayaan
ekonomi, sosial
dan lingkungan)
melalui bantuan
langsung
masyarakat
Menjalin kemitraan
dengan dunia
usaha dalam
menyediakan
sumber
pembiayaan jangka
panjang
5. Aspek Lingkungan Permukiman
Sarana dan 1.
prasarana
dasar
Keterbatasan akses
dalam mendapatkan
sarana dan
prasarana dasar
masyarakat sehingga
cenderung
menimbulkan
mekumuhan
Tidak hanya
Perencanaan secara
fisik pembangunan tapi
juga perencanaan
untuk memecahkan
masalahsosial
ekonomi
Memprioritaskan
penataan
lingkungan bagi
masyarakat miskin
yang tinggal di
permukiman
kumuh seperti
Melakukan
pendampingan
sosial
Sumber : Bappeda Kota Palembang, 2013
Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan 6.3.6.
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk se ktor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya
mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU
No. 8 Tahun 2010.
Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi :
Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) pembangunan
prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan
Standar Pelayanan Minim al (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
perkotaan.
RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,
penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program
bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
ketentuan pengend alian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan
pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan meliputi :
Program Bangunan dan Lingkungan;
Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
Rencana Investasi;
Ketentuan Pengendalian Rencana;
Pedoman Pengendalian Pelaksanaan
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam
Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Keb akaran
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan,
kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang
digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara
pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya
kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
meliputi proses pe rencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem
Penanggulangan Kebakaran di Kota Palembang untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK
memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi
terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan
gedung, serta kegiatan edukasi pe ncegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan
penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana
tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman
kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman
Tradisional adalah :
Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan te rhadap aspek manusia,
lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin
kelangsungan kegiatan;
Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat,
selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya
pemberdayaan masyarakat.
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun
2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Tabel 6.16
SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Waktu
Pencapaian Keterangan Indikator Nilai
1 Penataan
Bangunan
pengurusan IMB di
Kota Palembang.
100 % 2014 Dinas yang
membidangi
Tersedianya
pedoman Harga
Standar Bangunan
Gedung Negara di
Kota Palembang.
100 % 2014 Dinas yang
membidangi
Tersedianya
luasan RTH publik
sebesar 20% dari
luas wilayah Kota
Palembang
25% 2014 Dinas/SKPD
yang
membidangi
Penataan
Ruang.
Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2012
Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan
kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan
kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor
PBL sebagaimana terlihat pada tabel 4.16, yang dapat dijadikan acuan bagi Kota
Palembang untuk menyusun kebutuhan akan sector Penataan Bangunan dan
Lingkungan.
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi
Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi
persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan keamanan kenyamanan dan
kemudahan )
Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;