• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 1492451613BAB 6 7(Aspek Teknis Per Sektor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 1492451613BAB 6 7(Aspek Teknis Per Sektor)"

Copied!
216
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Final Bab VI - 1

Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya direncanakan untuk mencakup

empat sektor yaitu Pengembangan Kawasan Permukiman, Bina Penataan Bangunan,

Pengembangan Air Minum, Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman yang

terdiri dari Air Limbah, Persampahan dan Drainase Lingkungan Pada tahapan

perencanaan usulan-usulan kegiatannya dimulai dengan penjabaran aspek-aspek teknis

untuk tiap-tiap sektornya yang meliputi:

 Pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi;

 Penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan;  Permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi; dan

 Analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral,Analisis kebutuhan kegiatan tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan kriteria

kesiapan pelaksanaan kegiatan untuk selanjutnya dapat dirumuskan usulan-usulan

program dan kegiatan yang dibutuhkan.

6.1. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan

hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,

sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan

perkotaan/perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari

pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan

permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk

BAB VI

(2)

Laporan Final Bab VI - 2

pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman

perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

A. Arah Kebijakan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan

perundangan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan

hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh

masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya

kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),

penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan

(butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh

dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun

khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan

kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Permen PU No. 01/PRT/M/2014 tentang Standart Pelayanan Minimal (SPM)

Berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemerintah Daerah bidang PU-PR merupakan

Urusan Wajib yang Bersifat Pelayanan Dasar yang pelaksanaannya berpedoman

pada SPM.

(3)

Laporan Final Bab VI - 3

Gambar 6.1

Arahan Kebijakan Bidang Permukiman

B. Lingkup Kegiatan

Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman

mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik

dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan

permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di

perkotaan dan perdesaan;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan

(4)

Laporan Final Bab VI - 4

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas

permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah

susun sederhana

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas

permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau

kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan

dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

Gambar 6.2

(5)

Laporan Final Bab VI - 5

6.1.2.Isu Strategis dan Kebijakan, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 6.1.2.1. Isu Strategis dan Kebijakan

a. Pengembangan sektor dan komoditi unggulan yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan daya dukung lahan.

1. Mengembangkan sistem pertanian terpadu sejak di lahan

pertanian/perkebunan (on farm), agribisnis hulu, agribisnis hilir, jasa

pendukung, serta menawarkan kualitas produk yang tinggi dan memiliki

keunggulan kompetitif;

2. Mengembangkan kegiatan pertambangan dan industri bagi kesejahteraan

masyarakat dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan;

3. Mengidentifikasi potensi pariwisata dan mengembangkan kegiatan

pariwisata berbasis lingkungan.

b. Pengembangan bagian barat wilayah Kabupaten Mandailing Natal.

1. Mengembangkan Pelabuhan Natal sebagai pelabuhan nasional untuk

melayani angkutan penumpang dan barang yang merupakan pelabuhan

utama tersier;

2. Mengembangkan Pelabuhan Sikara-kara di Natal sebagai pelabuhan lokal

yang merupakan pelabuhan pengumpan sekunder

3. Mengembangan Pelabuhan Teluk Ilalang di Batahan sebagai pelabuhan

pelabuhan lokal yang merupakan pelabuhan pengumpan sekunder, untuk

melayani angkutan penumpang dan barang di wilayah pantai barat;

4. Mengembangkan pelabuhan khusus perikanan;

5. Mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian/perkebunan;

6. Mengembangkan kegiatan pariwisata bahari di wilayah pantai barat;

7. Meningkatkan jalan penghubung dan membangun jalan alternatif antara

jalan lintas tengah dan jalan pantai barat dengan tidak mengganggu

keberadaan Taman Nasional Batang Gadis;

8. Mempertahankan kawasan lindung sekitar pantai sebagai pelindung abrasi.

c. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana/infrastrukturyang mendukung kegiatan dunia usaha dan masyarakat.

(6)

Laporan Final Bab VI - 6

1. Membangun jaringan jalan yang menghubungkan seluruh kecamatan di

Kabupaten Mandailing Natal serta jalan antar simpul moda;

2. Mengembangkan sistem angkutan umum lokal yang melayani seluruh

kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal serta sistem angkutan regional

yang melayani pergerakan penumpang dan barang dari dan ke kota-kota di

sekitar wilayah Kabupaten Mandailing Natal;

3. Membangun bandar udara di Bukit Malintang;

4. Memperluas dan meningkatkan ketersediaan jaringan energi dan

telekomunikasi ke seluruh kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal.

d. Keberlanjutan kawasan lindung yang mampu mengakomodasi kepentingan kesejahteraan masyarakat.

1. Melestarikan Taman Nasional Batang Gadis dan kawasan lindung lainnya di

wilayah Kabupaten Mandailing Natal sebagai faktor pendukung terciptanya

keseimbangan perkembangan wilayah dengan mengendalikan dampak

negatif kegiatan masyarakat terhadap kerusakan hutan;

2. Mengalokasikan buffer tsunami sebagai perlindungan terhadap bencana tsunami sekaligus sebagai pembatas kegiatan masyarakat terhadap

sempadan pantai;

3. Mengidentifikasi kawasan rawan bencana gempa, gunung api dan tsunami,

didukung dengan konsep mitigasi kebencanaan.

(7)

Laporan Final Bab VI - 7

Tabel VI.1

Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan PermukimanSkala Kabupaten

No Isu Strategis Keterangan

1

Penataan kawasan ibu kota Kabupaten Mandailing Natal,sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan sosial budaya skala Kabupaten

Panyabungan merupakan ibu kota Kabupaten Mandailing Natal yang telah nendapat persetujuan DPRD dan Gubernur Sumatera Utara

2

Implementasi konsepsi pembangunan berkelanjutan serta serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim

Masalah pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan hidup.

3

dilakukan pendataan pencapaian SPM setiap tahunnya sebagai dasar bagi perencanaan pembangunan dan

penyusunan strategi pembangunan pada tahun yang akan datang

Pencapaian SPM setiap tahunnya yang belum optimal

4

Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun

Infrastruktur permukiman yang masih belum berfungsi optimal oleh karena minimnya sarana pendukung permukiman

5

Kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam

pengembangan kawasan permukiman

Koordinasi antara lembaga yang masih kurang

6

Kesadaran dan partisipasi masyarat dalam mendukung pembangunan permukiman masih kurang

Swadaya masyarakat masih rendah

(8)

Laporan Final Bab VI - 8

Gambar 6.3

Isu Strategis dan Tantangan Skala Nasional

6.1.2.2. Kondisi Eksisting A. Kawasan Permukiman

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan

dan Kawasan Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana lingkungan. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik

lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi

untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

Termasuk sebagai fasilitas penunjang antara lain berupa bangunan pelayanan umum

dan pemerintahan, pendidikan dan kesehatan, peribadatan, rekreasi dan olah raga,

pemakaman, serta pertamanan.

Pembangunan perumahan dilakukan untuk mewujudkan perumahan yang layak,

(9)

Laporan Final Bab VI - 9

persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta

kesehatan penghuninya. Hal ini dapat dilihat dari kelengkapan sarana perumahannya

maupun kelengkapan fasilitas lingkungannya, seperti lantai rumah, penggunaan air

bersih, sanitasi dan sumber penerangan.

a. Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan dikembangkan pada kota-kota Kecamatan yang

mempunyai pertumbuhan cepat dan telah menunjukkan ciri-ciri perkotaan.

Pemanfaatan ruang yang diarahkan pada kawasan permukiman perkotaan adalah;

permukiman kepadatan sedang sampai dengan tinggi, jasa dan perdagangan,

perkantoran, dan industri secara terbatas. Kawasan permukiman perkotaan juga

identik dengan keberadaan pedagang kaki lima (pkl), maka dalam pengaturannya perlu

penataan dan pembangunan kawasan pedagang kaki lima tersebut. Pengembangan

kawasan permukiman perkotaan terutama diarahkan pada kawasan pusat-pusat

pelayanan, yaitu pada setiap ibukota Kecamatan. Pengembangan kawasan

permukiman perkotaan utama direncanakan di Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam hal

ini adalah ibukota Kecamatan Siabu, Kecamatan Panyabungan, Kecamatan Kotanopan

dan Kecamatan Natal, serta di pusat-pusat pelayanan kawasan (PPK) yaitu di

Kecamatan Bukit Malintang, Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Kecamatan Muara

Sipongi, Kecamatan Linggga Bayu dan Kecamatan Batahan. Pada kawasan

permukiman perkotaan berlaku ketentuan penyediaan ruang terbuka hijau paling

sedikit 30% dari luas wilayah kawasan perkotaan.

Kawasan permukiman kumuh yang ada di Kabupaten Mandailing Natal ini berada

di Kecamatan Panyabungan dan Kecamatan Natal. Adapun lokasi kawasan

permukiman kumuh di Kecamatan Panyabungan seperti terlihat pada tabel di bawah,

sedangkan untuk lokasi kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Natal berada pada

Kelurahan Pasar I Natal, Pasar II Natal, Pasar III Natal, dan Desa Setia

Karya.Pengembangan kawasan permukiman kumuh di Kecamatan Natal berupa

peningkatan dan pembangunan sarana dan prasarana permukiman agar layak

dimanfaatkan oleh masyarakat.

Kondisi Kawasan Kumuh di Kecamatan Panyabungan ada beberapa

(10)

Laporan Final Bab VI - 10

No Nama Desa/Kelurahan Nama

Dusun/Lingkungan

Luas Kawasan

Kumuh (Ha) Jumlah KK

Jumlah Penduduk

Lokasi dan Luas Kawasan Kumuh di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

Sumber: Hasil Analisa, 2016

b. Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan dikembangkan pada wilayah Kecamatan di luar

kawasan pusat-pusat pelayanan yang masih mengandalkan sektor pertanian sebagai

penggerak perekonomian. Kawasan permukiman perdesaan diarahkan di luar kota

kecamatan.

B. Kawasan Agropolitan a. Lahan Basah

Untuk dapat terus menjaga kesinambungan produksi hasil pertanian tanaman

basah berupa tanaman padi, maka perlu adanya arahan keruangan untuk

pengembangan pertanian tanaman padi, sehingga tingkat luasan dan produktivitas

dari tanaman padi dapat tetap terjaga. Hal ini terkait dengan adanya keterancaman

berkurangnya lahan persawahan di Kota Panyabungan sebagai salah satu sentra

produksi tamanan padi akibat alih fungsi lahan sawah ke permukiman. Potensi

pengembangan areal lahan tanaman basah padi salah satu diantanya adalah di

(11)

Laporan Final Bab VI - 11

Adapun arahan ruang untuk pengembangan kegiatan pertanian tanaman padi

diutamakan pada perlindungan daerah-daerah yang pada saat ini sudah menjadi sentra

produksi tanaman padi, yaitu di Kecamatan Siabu, Kecamatan Panyabungan, dan

Kecamatan Huta Bargot. dengan luas  37.693 Ha.

b. Lahan Kering

Pengembangan kawasan pertanian lahan kering terutama diarahkan pada semua

kecamatan potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Mandailing Natal.

Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pertanian harus diperuntukkan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya

tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap

memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kawasan pertanian

tanaman lahan kering tidak tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat dan

atau oleh Kementerian Pertanian

c. Lahan Perkebunan

Produksi perkebunan Karetdiarahkan pada daerah-daerah yang selain merupakan

kawasan hutan produksi juga merupakan kawasan penyangga (buffer) antara kawasan

lindung dan kawasan non lindung. Arahan ruang untuk perkebunan karet adalah di

Kecamatan Panyabungan, Kecamatan Batang Natal, dan Kecamatan Muara Batang

Gadis dan Kecamatan Siabu dengan luas kurang lebih 43.128 hektar.

Sentra produksi perkebunan Kakaodiarahkan pada kawasan-kawasan yang

merupakan kawasan perbukitan dan yang difungsikan sebagai penyangga terhadap

kawasan sempadan sungai dan kawasan dengan kelerengan curam. Arahan ruang

untuk perkebunan kakao adalah di Kecamatan Batang Natal, Kecamatan Lingga Bayu,

dan Kecamatan Natal, Kecamatan Siabu, Kecamatan Panyabungan, Kecamatan

Kotanopan, Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Kecamatan Natal, Kecamatan Batahan,

dan Kecamatan Muara Batang Gadis, dengan luas kurang lebih 25.467 hektar.

Sentra produksi perkebunan Kopi Robustadiarahkan pada kawasan-kawasan

yang merupakan kawasan perbukitan dan yang difungsikan sebagai penyangga

terhadap kawasan sempadan sungai dan kawasan lindung yang berada di bagian

selatan Kabupaten Mandailing Natal. Arahan ruang untuk perkebunan kopi adalah di

(12)

Laporan Final Bab VI - 12

Kecamatan Laru Tambangan, Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Kecamatan

Panyabungan Timur dan Kecamatan Batang Natal, dengan luas areal kurang lebih

16.789 hektar.

Sentra produksi perkebunan Kelapa Sawitdiarahkan pada kawasan-kawasan yang

berada di daerah pesisir barat karena disamping jenis tanah yang cocok untuk

pengembangan kelapa sawit berada, maka perkebunan kelapa sawit juga dapat

dimanfaatkan sebagai daerah sempadan pantai. Arahan ruang untuk perkebunan

kelapa sawit adalah di Kecamatan Batahan, Kecamatan Natal,dan Kecamatan Muara

Batang Gadis, Kecamatan Panyabungan, Kecamatan Kotanopan dan Kecamatan

Batang Natal, dengan luas areal kurang lebih 17.468 hektar.

Komoditas perkebunan kulit manis berpotensi besar dikembangkan di

Kecamatan Kotanopan, Batang Natal, Kecamatan Panyabungan, Panyabungan Barat,

Selatan, Timur, dan Utara dengan luas lahan kurang lebih 574,35 hektar.

C. Kawasan Marinepolitan

Kabupaten Mandailing Natal, yang memiliki garis pantai 170 Km, merupakan

potensi perikanan yang cukup handal yang hingga saat ini belum tergarap secara

optimal. Selain perikanan yang berasal dari laut, terdapat juga potensi perikanan

dengan budidaya air tawar (kolam) dan ikan darat (sungai/rawa) yang tersebar hampir

di setiap kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal.

Wilayah pesisir Kabupaten Mandailing Natal yang begitu luas sangat potensial

untuk pengembangan sektor perikanan, diantaranya budidaya tambak, usaha

sivofishery, budidaya kayu bakau, lokasi galangan kapal, industri perikanan, industri

penunjang perikanan, pelabuhan perikanan, dan lokasi tempat pelelangan ikan.

Wilayah yang terdapat di bagian barat wilayah Kabupaten Mandailing Natal seluas

160.500 Ha atau 24,24% dari total wilayah Kabupaten Mandailing Natal ini berada di 3

kecamatan, yaitu Kecamatan Batahan (3 desa pesisir), Natal (11 desa pesisir), dan

Muara Batang Gadis (5 desa pantai).

Wilayah perairan laut yang cukup luas ini menyimpan potensi perikanan laut yang

cukup besar, juga menuntut adanya pemberdayaan potensi tersebut yang berorientasi

kepada konsep lestari. Artinya bagaimana agar potensi yang ada bisa dimanfaatkan

(13)

Laporan Final Bab VI - 13

Namun tanpa melupakan adanya upaya untuk menjaga kelestarian sumberdaya

perikanan tersebut salah satunya adalah menertibkan peraturan terhadap jalur-jalur

penangkapan ikan melalui upaya pengawasan.

Pemanfaatan potensi laut pada sektor perikanan Kabupaten Mandailing Natal

didominasi usaha penangkapan ikan. Usaha perikanan di Kecamatan Batahan dan

Natal hanya usaha penangkapan ikan laut, sedangkan di Kecamatan Muara Batang

terdapat usaha perikanan ikan laut dan perikanan umum (sungai).

Selain usaha penangkapan ikan, di ketiga kecamatan yang berada di wilayah

pesisir tersebut juga terdapat usaha pengeringan ikan dengan cara penjemuran di

bawah sinar matahari. Usaha ini baik untuk mengawetkan ikan sehingga dapat

disimpan dan dikonsumsi dalam jangka waktu yang lebih lama, terutama untuk

konsumsi ekspor.

Pulau-pulau kecil sebanyak 15 (lima belas) buah yang terletak di depan daratan

Pulau Sumatera membuat perairan di sekitarnya tenang. Kondisi ini semakin

mendukung pemanfaatan potensi laut untuk melakukan kegiatan usaha budidaya laut

seperti kerapu, kakap, dan rumput laut.

D. Kawasan Minapolitan

PengembanganPerikanan Darat dilakukan dengan memanfaatkan aliran-aliran

sungai yang berada di Kabupaten Mandailing Natal. Adanya budaya lubuk larangan

sebagai modal dasar pengembangan perikanan darat harus dapat ditindaklanjuti

dengan skala pengelolaan dan produksi yang lebih besar. Adapun arahan ruang yang

tepat untuk pengembangan kegiatan perikanan darat diarahkan di Kecamatan Bukit

Malintang, Kecamatan Siabu, Kecamatan Panyabungan Utara, Kecamatan Lingga Bayu,

Kecamatan Muara Sipongi, dan Kecamatan Batang Natal.

Selain perikanan darat dan perikanan laut, sebenarnya terdapat pola

penggabungan dari keduanya yang biasa disebut dengan perikanan air payau/tambak. Jenis kegiatan ini juga dapat dilakukan di wilayah Kabupaten Mandailing Natal,

terutama pada daerah-daerah yang merupakan daerah pertemuan antara sungai dan

(14)

Laporan Final Bab VI - 14

E. Kawasan Rawan Bencana Alam

Potensi besar bencana alam di Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari: gunung api dan gempa, patahan aktif dan gempa, gelombang tsunami dan gempa, dan gerakan tanah.

1. Bencana Alam Gempa Bumi dan Gunung Api

Potensi bahaya gempa di Bagian Tengah Kabupaten Mandailing Natal sangat

besar, hal ini mengingat daerah bagian tengah khususnya Kecamatan

Panyabungan Selatan, Kecamatan Lembah Sorik Marapi dan Kecamatan

Tambangan dilalui oleh jalur tektonik aktif. Daerah-daerah yang akan terkena

dampak langsung gempa bumi akibat pergeseran Patahan Sumatera meliputi:

Kecamatan Lembah Sorik Marapi : Desa Aek Marian MG, Mega Lombang, Pasar Maga dan Desa Maga Dolok. Mengingat jalur gempa yang melintas di

Lembah Sorik Marapi melintasi pemukiman yang cukup padat yang

mestinya sangat rentan bencana bila terjadi gempa di jalur tersebut.

Kecamatan Panyabungan Selatan : secara geologis Kecamatan ini berada di sebelah barat dari jalur struktur atau patahan aktif Sumatera, termasuk

dalam segmen patahan Gadis yang menerus ke Pasaman. Pemukiman yang

akan terkena dampak langsung jika terjadi gempa bumi pada jalur tersebut

seperti pemukiman di Desa Kayu Laut, Roburan Lombang, Lumban Dolok

dan Desa Aek Ngali.

Kecamatan Tambangan : potensi gempa terutama di jalur patahan aktif terutama yang melintasi atau berada di Desa Huta Tinggi, Huta Tonga AB,

Angin Barat, Padang Sanggar, Pastap maupun Pastap Hulu.

Selain potensi akan bencana gempa bumi, wilayah ketiga kecamatan tersebut di

atas juga berpotensi terhadap bencana letusan gunung api Sorik Marapi, dimana

keberadaan wilayah tersebut berada pada lereng Sorik Marapi. Gempa yang

terjadi sepanjang patahan aktif dengan jalur melalui gunung api akan memicu

terjadinya peningkatan aktivitas gunung api. Letusan yang terjadi sebelumnya

telah mengeluarkan lahar andesit yang cukup luas di ketiga wilayah tersebut.

Saat ini masih terjadi erupsi fumarol maupun solfatar yang terlihat oleh adanya

(15)

Laporan Final Bab VI - 15

2. Jalur Patahan Aktif dan Gempa

Pada daerah Jalur Patahan Aktif, struktur yang dijumpai berupa struktur-struktur

patahan aktif yang secara umum berarah sejajar dengan arah memanjangnya

Sumatera atau berarah barat laut – tenggara. Lempeng Samudera Hindia yang terus menunjam di bawah Lempeng Benua Asia di barat Sumatera dengan

kecepatan rata-rata 6 cm/th dapat mengakibatkan terjadinya pelepasan energi

baik di jalur penunjaman maupun di jalur patahan aktif dan menimbulkan

goncangan atau gempa bumi.

Wilayah yang sangat rawan akan melalui wilayah-wilayah Kecamatan Ulu Pungkut, Kotanopan, Panyabungan Barat, Panyabungan Utara dan Bukit Malintang. Jalur tersebut merupakan jalur utama patahan aktif Sumatera.Kecamatan lain yang kena imbas jika terjadi pegeseran pada jalur

patahan aktif adalah Kecamatan Muarasipongi, Panyabungan Timur, Panyabungan, dan Siabu.

3. Gelombang Tsunami dan Gempa

Secara umum struktur yang dijumpai di daerah berpotensi tsunami dan gempa

berupa struktur patahan yang berarah barat laut – tenggara, patahan naik, lipatan sinklin maupun antiklin yang masih aktif yang berarah sama dengan arah

patahan aktif. Seluruh pantai barat Kabupaten Mandailing Natal, yang merupakan batas penunjaman Lempeng Samudera Hindia di bawah lempang

benua Asia, sangat berpotensi akan bencana tsunami selain bencana gempa bumi.

Kecamatan–kecamatan yang berpotensi kena gempa bumi dan tsunami meliputi Kecamatan Muara Batang Gadis, Natal dan Batahan. Berdasarkan gempa bumi yang terjadi di Simelu pada tanggal 26 Desember 2004 dan di Pulau Banyak pada

tanggal 28 Maret 2005 selain menyebabkan gempa bumi juga menyebabkan

terjadinya gelombang tsunami. Beberapa wilayah yang terkena gempa bumi dan

gelombang tsunami adalah:

 Kecamatan Muara Batang Gadis, meliputi Desa Tabuyung dan Singkuang;  Kecamatan Natal meliputi Desa Bintuas dan Kunkun;

(16)

Laporan Final Bab VI - 16

Dari kejadian tersebut di atas, wilayah yang mempunyai potensi tinggi terkena

gelombang tsunami berada garis sempadan pantai (< 200m) sampai dengan 500

m dari garis pantai.Bencana tsunami dapat pula terjadi di bagian muara sungai

menerus ke hulu sampai energi gelombang berhenti. Oleh karena itu daerah yang

berpotensi sedang berada pada muara dan sepanjang sempadan sungai.

4. Gerakan Tanah

Gerakan tanah/longsoran yang terjadi di Kabupaten Mandailing Natal umumnya

disebabkan karena proses pelapukan pada lereng terjal serta daerah lemah

akibat pergeseran patahan/sesar. Dari observasi lapangan terlihat bahwa daerah

yang banyak mengalami gerakan tanah/longsoran dijumpai di wilayah Kecamatan

Muara Sipongi. Gerakan tersebut umumnya terjadi di daerah lereng, punggungan

bukit terjal dimana terdapat endapan hasil lapukan yang gembur. Curah hujan

yang tinggi akan memacu lebih cepat terjadinya gerakan tanah. Kondisi tersebut

diperparah dengan kedudukan Muara Sipongi yang sangat rentan/lemah karena

berada pada Zona Patahan.

Beberapa daerah yang berpotensi mengalami bencana gerakan tanah:

 Wilayah berelevasi lebih dari 1000 m pada wilayah Muarasipongi, Pagargunung, Tanobato, Banjarsipan memiliki potensi bencana gerakan tanah tinggi.

 Wilayah berelevasi lebih dari 500 – 1000 m yang tersebar mulai dari bagian barat – barat daya dengan sebaran memanjang berarah barat laut tenggara. Sebaran yang lain terdapat di bagian tengah utara sebelah selatan Panyabungan. Wilayah ini memiliki potensi bencana gerakan tanah sedang - tinggi.

 Wilayah berelevasi lebih dari 500 m dengan penyebaran setempat pada pada bagian barat Mandailing Natal serta pada perbukitan bagian timur Panyabungan. Wilayah ini memiliki potensi bencana gerakan tanah sedang - kecil.

(17)

Laporan Final Bab VI - 17

 Wilayah berelevasi kurang dari 100 m dengan penyebaran terdapat pada muara sungai hingga tepi pantai. Lokasi lain terdapat pula dataran antar perbukitan sampai dengan elevasi 100 m. Wilayah ini memiliki potensi bencana gerakan tanah sangat kecil.

(18)

Laporan Final Bab VI - 18

Peta 6.1 Peta Rawan Bencana Kabupaten Mandailing Natal

(19)

Laporan Final Bab VI - 19

6.1.2.3. Permasalahan

Beberapa permasalahan sektor pengembangan permukiman dilihat secara umum

:

 Permasalahan Kawasah Kumuh di tinjau dari bidang infrastruktur Cipta Karya:

- Kepadatan bangunan pada kawasan relatif tinggi, >80 unit/ha, sehingga

kawasan tersebut tidak teratur dan tidak tertata.

- Kondisi Bangunan Terdiri Dari Bangunan Kontemporer dan memiliki kerapatan

yang tinggi.

- Kebutuhan air baku tidak terpenuhi, sebagian besar mencuci dan

mengkonsumsi air menggunakan air sumur.

- Sampah tidak terangkut menyebabkan tumpukan sampah pada lokasi lahan

pinggiran sungai.

- Seluruh masyarakat pada kawasan ini tidak menggunakan kloset leher angsa,

yang adadi toilet individual/komunal.

- Pelayanan air minum/baku berasal dari sungai atau membeli air kemasan

maupun air ledeng.

- Masih kurangnya kajian tentang sanitasi/drainase.

 Wilayah permukiman penduduk di Kabupaten Mandailing Natal sebagian besar

belum memiliki infrastruktur dasar yang memadai. Sebagian besar permukiman

penduduk belum merupakan permukiman yang layak sebagaimana di daerah

perkotaan pada umumnya. Hal ini sangat berdampak pada peningkatan akses

masyarakat terhadap lingkungan permukiman yang sehat dan berkualitas, untuk

mendukung upaya peningkatan kualitas kehidupan yang lebih baik dalam berbagai

aspek dan tatanan kehidupan.

 Jalan desa pada Kasawan Strategis Kabupaten Mandailing Natal belum semua

kondisi baik seperti : Kecamatan Natal dan Kecamatan Ulu Pungkut.

 Penyediaan prasarana dan sarana dasar oleh pemerintah terhadap kawasan

 Sebagian besar kawasan rawan bencana dan Tsunami belum tertangani dengan

baik seperti pada :

- Kecamatan Muara Batang Gadis, meliputi Desa Tabuyung dan Singkuang

(20)

Laporan Final Bab VI - 20

- KecamatanBatahan: air laut naik di muara Sungai Batahan

 Pada kawasan agopolitan/minapolitan/marinepolitan, masih banyak jalan desa

maupun jalan antar kecamatan yang kondisinya rusak sehingga sulit untuk

ditempuh oleh kenderaaan.

 Kawasan-kawasan agropolitan yang merupakan kawasan perbukitan dan yang

difungsikan sebagai penyangga terhadap kawasan sempadan sungai dan kawasan

dengan kelerengan curam sehingga sulit untuk ditempuh oleh kenderaan dan

memakan waktu yang lama.

 Belum terciptanya koordinasi yang baik antara kelembagaan penyelenggaraan

pembangunan perumahan dan permukiman di tingkat pusat, propinsi maupun

tingkat daerah. Kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan belum

berada pada tingkat kinerja yang optimal untuk menjalani fungsi, baik sebagai

pembangun (provider) maupun pemberdaya (enabler).

 Beberapa wilayah ibukota kecamatan belum memiliki jaringan infrastruktur jalan

yang menghubungkan wilayah perdesaan dan daerah sentra-sentra produksi

masyarakat.

 Kemampuan fiskal daerah untuk membiayai berbagai program pembangunan

infarestruktur pada kawasan permukiman di Kabupaten Mandailing Natal relatif

sangat terbatas. Seperti pada kawasan kumuh diperkotaan, kawasan yang

mendukung pertumbuhan ekonomi, kawasan permukiman perdesan potensial

berbasisi masyarakat, kawasan rawan bencana, dimana sumber utama

pembiayaan pembangunan masih bergantung terhadap bantuan pemerintah

tingkat atas.

6.1.2.4. Tantangan Pengembangan Permukiman

Tantangan yang dijumpai dalam pembangunan permukiman di Kabupaten

Mandailing Natal adalah :

1. Terbatasnya jangkauan pelayanan prasarana dan sarana permukiman.

2. Belum ada program yang berkaitan dengan penataan dan peningkatan lingkungan

permukiman.

3. Terbatasnya pendanaan daerah bagi upaya peningkatan kualitas permukiman

(21)

Laporan Final Bab VI - 21

4. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan rumah dan lingkungan masih

rendah

5. Pertumbuhan permukiman yang belum sesuai dengan tata ruang baru mencakup

di daerah pusat kota .

(22)

Laporan Final Bab VI - 22

Tabel VI.3

Identifikasi Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Mandailing Natal I LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

1.

Belum memiliki dokumen RKP sebagai dasar perencanaan pembangan pada kawasan permukiman

Dengan belum tersusunya Dokumen RKP diKab Mandailing Natal mengakibatkan sulitnya dalam perencanaan pembangunan pada kawasan permukiman

Dilakukan penyusunan RKP Kab. Mandailing Natal

2. Aspek

Kelembagaan

Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM aparatur

Dengan keterbatasan kualitas dan kuantitas SDM aparatur daerah akan sulit untuk mengembangan kawasan tersebut

Pelatihan SDM aparatur

3. Aspek

Pembiayaan Terbatasnya kemampuan keuangan daerah

Kebutuhan pendanaan terbatas dalam penyusunan Dokumen RKP

1. APBN

II Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

1 Aspek Teknis

Belum memiliki Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan diKab Mandailing Natal

Dengan belum tersusunya Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan diKab Mandailing Natal mengakibatkan sulitnya dalam penataan/pengembangan suatu program penanganan Kawasan Permukiman khusus pada kawasan kumuh

Perlu disusun Dokumen RP2KPKP Kab. Mandailing Natal

(23)

Laporan Final Bab VI - 23 Permukiman Kawasan Kumuh di Kabupaten

Mandailing Natal belum tertangani secara menyeluruh ditinjau dari aspek

pembangunan/peningkatannya seperti terdapat di : Desa Gunung Tua Tonga, Desa Gunung Tua Jae, Desa Gunung Tua Julu, Desa Kampung Padang, Desa Pasar Hilir, Desa Penggorengan, Desa Pidoli Lombang, Kelurahan Panyabungan I, Kelurahan Panyabungan II, Kelurahan Panyabungan III, Kelurahan Kayu Jati, Desa Panyabungan Tonga, Desa Panyabungan Jae, Desa Huta Lombang Lubis.

Pembangunan/Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh di Kabupaten Mandailing Natal

2 Aspek

Kelembagaan

Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM aparatur

Dengan keterbatasan kualitas dan kuantitas SDM aparatur daerah akan sulit untuk mengembangan kawasan tersebut

Pelatihan SDM aparatur

3 Aspek

Pembiayaan Terbatasnya kemampuan keuangan daerah

Kebutuhan pendanaan terbatas dalam peningkatan/pembangunan kawasan kumuh di Kabupaten Mandailing Natal

3. APBN dan APBD ( nonfisik)

 APBN , APBD, CSR, PHLN, Peran serta masyarakat, KPS (fisik)

4

Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta

Kurangnya kesadaran peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan

Dilakukan penyuluhan dan sosialisasi

III Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

1 Aspek Teknis

Pembangunan/Pengembangan Infrastruktur Kawasan Potensial untuk Agropolitan belum dilaksanakan secara menyeluruh seperti terdapat di :Kec. Siabu, Kec.

Dilaksanakan

(24)

Laporan Final Bab VI - 24 Panyabungan, dan Kec. Huta Bargot.

dengan luas  37.693 Ha dan Kec. Batang Natal, Kec Lingga Bay.u, dan Kec. Natal, Kec. Siabu, Kec. Panyabungan, Kec. Kotanopan, Kec. Lembah Sorik Marapi, Kec Natal, Kec. Batahan, dan Kec. Muara Batang Gadis, dengan luas kurang lebih 25.467 hektar Pembangunan/Pengembangan Infrastruktur Kawasan Potensial untuk Minapolitan belum dilaksanakan secara menyeluruh seperti terdapat di :Kec. Bukit Malintang, Kec. Siabu, Kec. Panyabungan Utara, Kec. Lingga Bayu, Kec. Muara Sipongi, dan Kec. Batang Natal.

Pembangunan/Pengembangan Infrastruktur Kawasan Potensial untuk Minaplotan

2 Aspek

Kelembagaan

Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM

aparatur Pelatihan SDM aparatur

3 Aspek

Pembiayaan Terbatasnya kemampuan keuangan daerah

Kebutuhan pendanaan terbatas dalam peningkatan/pembangunan Infrastruktur

 Peran serta masyarakat

 KPS

(25)

Laporan Final Bab VI - 25

Infrastrukstur Kawasan Permukiman rawan bencana dan Tsunami belum dilaksanakan secara menyeluruh seperti terdapat di : Kec. Muara Batang Gadis, meliputi Desa Tabuyung dan Singkuang

Dilaksanakan

Pembangunan/Pengembangan

Kawasan Permukiman kawasan

rawan bencana dan Tsunami

2. Aspek

Kelembagaan

Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM aparatur

Dengan keterbatasan kualitas dan kuantitas SDM aparatur daerah akan rsulit untuk melaksankan pembangunan kawasan tersebut

Pelatihan SDM aparatur

3. Aspek

Pembiayaan Terbatasnya kemampuan keuangan daerah

Kebutuhan pendanaan untuk program Kawasan tersebut cukup besar

 APBN

 APBD

 CSR

 PHLN

 Peran serta masyarakat

 KPS V Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Strategis

1. Aspek Teknis

Belum memiliki Data Base Bid

KeciptaKaryaan pada Kawasn Strategis Kabupaten Mandailing Natal

Dengan belum tersusunnya Data BaseBid KeciptaKaryaan pada Kawasan Strategis Kabupaten Mandailing Natal ini akan menghambat

pembangunan/pengembangan pada kawasan tersebut.

Perlu disusun Data Base Bidang Keciptakaryaan, sebagai data eksisting awal perencanaan pada kawasan strategis

Belum sepenuhnya tertangani pada

kawasan strategis di Kabupaten Mandailing Natal seperti Kec. Panyabungankec. Natal, Kec. Ulu Pungkut dan pungut

Dilakukan penangaan kawasan

strategis di Kabupaten Mandailing

Natal secepatnya untuk

meningkatkan pertumbuhan

(26)

Laporan Final Bab VI - 26

No Aspek Permasalahan Yang

Dihadapi

Tantangan Pengembangan

Alternatif Solusi

2. Aspek

Kelembagaan

Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM aparatur

Dengan keterbatasan kualitas dan kuantitas SDM aparatur daerah akan sulit untuk mengembangan kawasan tersebut

Pelatihan SDM aparatur

3. Aspek

Pembiayaan Terbatasnya kemampuan keuangan daerah

Kebutuhan pendanaan untuk program Kawasan tersebut cukup besar

 APBN

 APBD

 CSR

 PHLN

 Peran serta masyarakat 4. KPS

4.

Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta

Kurangnya kesadaran peran serta masyarakat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Daerah.

Dilakukan penyuluhan dan sosialisasi

(27)

Laporan Final Bab VI - 27

6.1.3.Analisa Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Untuk mencapai pengembangan pemukiman yang baik di Kabupaten Mandailing

Natal, maka mengacu kepada kondisi eksisting, sasaran RPJMD 2016-2021 dan SPM

serta proyeksi kecenderungan 5 tahun kedepan (jumlah penduduk) maka perkiraan

kebutuhan program pengembangan permukiman di Kabupaten Mandailing Natal 2017 – 2021. Lihat Gambar 6.4, Tabel VI.4, dan Tabel VI.5.

Gambar 6.4

(28)

Laporan Final Bab VI - 28

Tabel VI.4

Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Kawasan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun

No Uraian Unit

Kebutuhan

TahunI TahunII TahunIII TahunIV TahunV Ket

1 Jumlah

(29)

Laporan Final Bab VI - 29

Tabel VI.5

Perkiraan KebutuhanProgram Pengembangan KawasanPermukiman di PerdesaanUntuk5Tahunan

No Uraian

Unit

Kebutuhan

TahunI TahunII TahunIII TahunIV TahunV Ket

1 Jumlah

(30)

Laporan Final Bab VI - 30

6.1.3.1. Proyeksi Kebutuhan Perumahan dan Permukiman

Pemerintah telah menyadari pentingnya suatu pendekatan yang terintegrasi

untuk perumahan dan lingkungannya melalui beberapa program yang meliputi

penanganan permukiman kumuh. Program perumahan untuk masyarakat miskin yang

lebih difokuskan pada rehabilitasi dan pengelolaan daerah perumahan yang sudah ada

dan pengelolaan daerah perumahan yang sudah ada dan menjadikannya tempat

tinggal yang lebih baik.

Prediksi kebutuhan rumah di Kabupaten Mandailing Natal dihitung dengan

menggunakan pendekatan sebagai berikut :

a. Satu unit hunian akan ditempati oleh satu keluarga (1 unit = 1 KK)

b. Prediksi jumlah KK ditentukan dengan membagi jumlah penduduk dengan

rata-rata jumlah jiwa / KK, yaitu 5 jiwa / KK.

Dalam pembagian ketiga jenis tipe rumah tersebut dilakukan dengan

menggunakan metode standar yang ada yaitu 1 : 3 : 6, yang artinya dalam setiap

pembangunan 10 unit rumah terdiri dari 1 unit rumah besar, 3 unit rumah sedang dan 6

unit rumah kecil, dengan luasan masing-masing :

 Rumah Kecil, ukuran lahannya 45 M2.  Rumah Sedang, Ukuran Lahannya 70 M2.  Rumah Besar, Ukuran Lahannya 95 M2.

Penduduk Kabupaten Mandailing Natal hingga Tahun 2015 yaitu 430.894 jiwa.

Jumlah penduduk terbesar Tahun 2015 terdapat di Kecamatan Panyabungan dengan

jumlah 82.468 jiwa atau 19,14% dan terendah terdapat di Kecamatan Pakantan yaitu

2.279 jiwa atau 0,53%. Kecamatan lembah Sorik Merapi merupakan kecamatan paling

padat penduduknya dengan kepadatan 478 per Km².Sedangkan

Kecamatan Lembah Sorik Marapi merupakan Kecamatan yang paling jarang.

Adanya pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi tingkat kebutuhan akan

rumah, kebutuhan akan rumah dapat dihitung dengan menggunakan asumsi 1 unit

rumah dihuni oleh 4,7 (empat koma tujuh) jiwa penduduk. Jika pada tahun 2021 jumlah

penduduk Kabupaten Mandailing Natal sebesar459.035jiwa, maka perkiraan

(31)

Laporan Final Bab VI - 31

Untuk lebih jelasnya mengenai proyeksi kebutuhan perumahan yang dibutuhkan

(32)

Laporan Final Bab VI - 32

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2016 2017 2018 2019 2020 2021

1 Batahan 18.666 4,9 18.864 19.064 19.266 19.470 19.676 19.885

(33)
(34)
(35)

Laporan Final Bab VI - 35

6.1.4.Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Mandailing Natal

Gambar 6.5

Satker Penyelenggara Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman

A. Permukiman Perkotaan

Program pengembangan permukiman perkotaan Kabupaten Mandailing Natal

2017– 2021 terdiri dari :

1. Pembinaan Pelaksanaan Permukiman, yang ditujukan untuk menyiapkan dokumen

perencanaan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman meliputi

kegiatan :

a. Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman (RKP) diKab Mandailing Natal;

b. Penyusunan Dokumen RP2KPKP Kab. Mandailing Natal.

2. Pengembangan Permukiman Kawasan Perkotaan, yang ditujukan untuk

(36)

Laporan Final Bab VI - 36

Tua Tonga, Desa Gunung Tua Jae, Desa Gunung Tua Julu, Desa Kampung Padang,

Desa Pasar Hilir, Desa Penggorengan, Desa Pidoli Lombang, Kelurahan

Panyabungan I, Kelurahan Panyabungan II, Kelurahan Panyabungan III, Kelurahan

Kayu Jati, Desa Panyabungan Tonga, Desa Panyabungan Jae, Desa Huta Lombang

Lubis.

B. Permukiman Perdesaan

Program pengembangan permukiman perdesaan Kabupaten Mandailing Natal

2017-2021 terdiri dari :

1. Pembinaan Pelaksanaan Permukiman, yang ditujukan untuk menyiapkan dokumen

perencanaan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman meliputi

kegiatan :

a. Penyusunan Master Plan Agropolitan

b. Penyusunan Master Plan Minapolitan

2. Pengembangan Permukiman Kawasan Perdesaan

a. Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan) di

Kec. Siabu, Kec. Panyabungan, dan Kec. Huta Bargot dengan luas  37.693 Ha

dan Kec. Batang Natal, Kec Lingga Bayu, dan Kec. Natal, Kec. Siabu, Kec.

Panyabungan, Kec. Kotanopan, Kec. Lembah Sorik Marapi, Kec Natal, Kec.

Batahan, dan Kec. Muara Batang Gadis, dengan luas kurang lebih 25.467

hektar.

b. Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Minapolitan) di Kec.

Bukit Malintang, Ke. Siabu, Kec. Panyabungan Utara, Kec. Lingga Bayu, Kec.

Muara Sipongi, dan Kec. Batang Natal.

c. Peningkatan Infrastrukstur Kawasan Permukiman Rawan Bencana Tsunami

seperti terdapat di Kec. Muara Batang Gadis, meliputi Desa Tabuyung dan

Singkuang.

d. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman di desa tertinggal sebanyak ±

70 Desa.

Untuk mendukung implementasi rencana program pengembangan permukiman

khususnya dalam memperoleh dukungan alokasi anggaran APBN dari Kementerian

(37)

Laporan Final Bab VI - 37

berkomitmen untuk memenuhi kriteria kesiapan yang telah ditetapkan. Kesiapan

Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal dalam pengembangan permukiman meliputi :

1. Penyediaan lahan bagi kegiatan fisik.

2. Penyediaan anggaran untuk penyusunan DED bagi kegiatan fisik yang telah

disepakati alokasi anggaran pembangunan fisik.

3. Penyusunan dokumen perencanaan berbasis kawasan.

4. Penyediaan anggaran Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana

daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

5. Komitmen Pemda untuk pengelolaan infrastruktur/bangunan pasca konstruksi.

6. Kesediaan untuk menandatangani Nota Kesepemahaman (MOU). Lihat Gambar 6.6.

Gambar 6.6

Alur Fungsi dan Program Pengembangan Permukiman

6.1.5.Usulan Program dan Anggaran

Kegiatan Pengembangan Permukiman meliputi Pengembangan Permukiman

Kawasan Perkotaan (Pengembangan Kawasan Permukiman Baru dan Peningkatan

Kualitas Kawasan Permukiman Kumuh) dan Pengembangan Permukiman Kawasan

Perdesaan (Pengembangan Kawasan Perdesaan Pusat Pertumbuhan/Potensial,

(38)

Laporan Final Bab VI - 38

Mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan prasarana dan

sarana dasar bagi kawasan permukiman dan dengan kemampuan keuangan

pemerintah daerah yang terbatas, maka Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal

mengusulkan realisasi pembangunan permukiman dapat dibantu oleh Pemerintah

Pusat melalui APBN Murni, PHLN, Pemerintah Provinsi, CSR, KPS, Peran serta

Masyarakat.

Usulan Program dan Anggaran tersebut dapat

(39)

Laporan Final Bab VI - 39

6.2. PEMBINAANPENATAAN BANGUNAN

Pembinaa Penataan Bangunan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan

sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,

terutamauntukmewujudkan lingkungan binaan, baikdiperkotaanmaupundiperdesaan,

khususnyawujudfisik bangunangedungdan lingkungannya.Undang-undangNomor 28

tahun2002tentangBangunanGedung,danPeraturanPemerintah

Nomor36tahun2005tentangPeraturanPelaksanaanUndang-undangNomor28tahun

2002tentangBangunanGedungsertapelaksanaanlebihdetail dibawahnya

mengamanatkan bahwapenyelenggaraan bangunan gedung merupakan kewenangan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara yang

merupakankewenanganPemerintahPusat.Selainitu,Undang-undangNomor4tahun

1992tentang PerumahandanPermukimanmenggariskanbahwapeningkatankualitas

lingkungan permukiman dilaksanakan secaramenyeluruh, terpadu dan bertahap

mengacu kepadaRencanaTataBangunandanLingkungansebagai

penjabaranRencanaTataRuang Wilayah(RTRW).

6.2.1.Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan A. Arahan Kebijakan

1. UUNo.1tahun2011tentangPerumahandanKawasanPermukiman.

2. Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015tentangPenataan Bangunan.

3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang

BangunanGedung

4. PermenPUNo.06/PRT/M/2007tentangPedoman UmumRencanaTataBangunan

danLingkungan.

5. Permen PU No. 01/PRT/M/2014tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

PekerjaanUmumdanPenataanRuang.

B. Lingkup kegiatan 1. Bangunan Gedung

Bangunan Gedung Negara

- Secara umum merupakan kegiatan pembinaan yang berupa

peningkatan kapasitas pemda dalam penyelenggaraan dan

(40)

Laporan Final Bab VI - 40

- Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan BGN

- Terlaksananya koordinasi penyelenggaraan BGN

Bangunan Gedung Hijau

- Mendorong implementasi konsep bangunan gedung hijau di

kab/kota di Indonesia;

- Melanjutkan penyusunan Permen PU tentang Pedoman Teknis

Bangunan Gedung Hijau yang ditargetkan selesai pada tahun 2014;

- Target awal: mendorong implementasi BGH di 64 lokasi di Indonesia

yang telah menerbitkan Perda BG untuk menerbitkan perwal BGH

- Mengawali stimulan percepatan implementasi BGH dengan pilot

project di 32 PIP2B yang telah siap kelembagaan dan

operionalisasinya.

- Bangunan gedung ini harus berada di kab/kota yang telah memiliki

Perda BG;

- Bentuk kegiatannya dapat berupa pembangunan baru ataupun

retrofitting.

Bangunan Gedung Pusaka

- Mengacu pada Undang Undang No. 11 Tahun 2010 Cagar Budaya

- Menangani Bangunan Gedung Negara yang statusnya ditetapkan

sebagai benda cagar budaya (ditetapkan dengan SK);

- Bangunan gedung ini harus berada di kab/kota yang telah memiliki

Perda BG;

- Hanya dilaksanakan setelah mendapatkan komitmen K/L atau

gubernur/bupati/walikota dalam hal:

- Kesanggupan menerima hibah hasil pekerjaan/BMN/asset;

- Kesiapan pengelolaan hasil pekerjaan/BMN/asset;

- Kejelasan status kepemilikan BMN dan lahan

Bangunan Gedung Mitigasi Bencana

- Melaksanakan pendampingan penyusunan perencanaan BG Mitigasi

(41)

Laporan Final Bab VI - 41

dan Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang

dikeluarkan BNPB;

- Melaksanakan pembangunan BG Mitigasi Bencana sesuai dengan

dokumen perencanaan yang disusun;

- Bangunan gedung ini harus berada di kab/kota yang telah memiliki

Perda BG;

- Memiliki peraturan walikota/bupati tentang RTBL Kawasan Rawan

Bencana;

- Hanya dilaksanakan setelah bupati/walikota menyatakan komitmen

dalam hal:

- Kesanggupan menerima hibah hasil pekerjaan/BMN/asset;

- Kesiapan pengelolaan hasil pekerjaan/BMN/asset;

- Kejelasan status kepemilikan lahan.

Bangunan Gedung Perbatasan

- Melaksanakan pendampingan penyusunan perencanaan BG

Perbatasan di kawasan perbatasan yang mengacu pada masterplan

kawasan perbatasan yang disusun bersama BNPP;

- Bangunan gedung ini harus berada di kab/kota yang telah memiliki

Perda BG;

- Hanya dilaksanakan setelah gubernur/bupati/walikota menyatakan

komitmen dalam hal:

- Kesanggupan menerima hibah hasil pekerjaan/BMN/asset;

- Kesiapan pengelolaan hasil pekerjaan/BMN/asset;

- Kejelasan status kepemilikan lahan.

2. Penataan Bangunan

Meningkatkan kualitas ruang perkotaan :

Kawasan Pusaka

- Target: 11 kota/kabupaten yang termasuk dalam kelompok A

kegiatan P3KP Ditjen Penataan Ruang MPU sampai dengan 2019;

- Kab/kota yang telah memiliki Perda BG;

(42)

Laporan Final Bab VI - 42

- Melaksanakan pendampingan penyusunan perencanaan Penataan

Kawasan Pusaka;

Kawasan Rawan Bencana

- Target: kota/kabupaten yang termasuk kategori rawan bencana

mengacu pada Masterplan dan Rencana Aksi Pengurangan Risiko

Bencana (PRB) BNPB;

- Kab/kota yang telah memiliki Perda BG;

- Memiliki Perda RTRW dan menunjuk Zona Kawasan Rawan Bencana;

- Memiliki peraturan walikota/bupati tentang RTBL Kawasan Rawan

Bencana;

- Melaksanakan pendampingan penyusunan perencanaan Penataan

Kawasan Rawan Bencana;

Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata

- Mendukung kebijakan nasional untuk mengembangkan

simpul-simpul pengembangan kawasan tujuan wisata untuk memacu

pertumbuhan ekonomi regional;

- Lokasi pelaksanaan mengikuti direktif pimpinan;

- Kab/kota yang telah memiliki Perda BG;

- Memiliki Perda RTRW;

- Memiliki peraturan walikota/bupati tentang RTBL Kawasan

Pengembangan Destinasi Wisata (pendampingan penyusunan RTBL

bila diperlukan);

- Melaksanakan pendampingan penyusunan

Kawasan Hijau Target:

- Kab/Kota yang sudah menjadi anggota P2KH

- Kab/Kota anggota baru P2KH

- Kab/Kota yang menjadi lokasi RTH Tematik

- Kab/kota yang telah memiliki Perda BG;

- Memiliki Perda RTRW dan menunjuk Zona Kawasan Hijau;

(43)

Laporan Final Bab VI - 43

- Melaksanakan pendampingan penyusunan perencanaan Penataan

Kawasan Hijau;

Kawasan Strategis Nasional

Penataan Bangunan Kawasan Strategis (KSN/KSK)

- Melaksanakan pendampingan penyusunan perencanaan Penataan

Kawasan Strategis Kab/Kota;

- Hanya dilaksanakan setelah bupati/walikota menyatakan komitmen

dalam hal:

- Kesanggupan menerima hibah hasil pekerjaan/BMN/asset;

- Kesiapan pengelolaan hasil pekerjaan/BMN/asset;

- Kejelasan status kepemilikan lahan.

Kawasan Perbatasan

- Memiliki peraturan walikota/bupati tentang RTBL Kawasan

Perbatasan;

- Melaksanakan pendampingan penyusunan perencanaan Penataan

Kawasan Perbatasan;

- Hanya dilaksanakan setelah bupati/walikota menyatakan komitmen

dalam hal:

- Kesanggupan menerima hibah hasil pekerjaan/BMN/asset;

- Kesiapan pengelolaan hasil pekerjaan/BMN/asset;

- Kejelasan status kepemilikan lahan.

Syarat Umum Penyelenggaraan Penataan Bangunan - Kab/kota yang telah memiliki Perda BG;

- Memiliki Perda RTRW dan menetapkan Kawasan Perbatasan;

- Memiliki peraturan walikota/bupati tentang RTBL Kawasan;

- Memiliki Dok. perencanaan Penataan Kawasan;

- Hanya dilaksanakan setelah gubernur/bupati/walikota menyatakan

komitmen dalam hal: Kesanggupan menerima hibah hasil

pekerjaan/BMN/asset;

- Kesiapan pengelolaan hasil pekerjaan/BMN/asset;

(44)

Laporan Final Bab VI - 44  Kategori Kawasan Prioritas RTBL

5. Kawasan dengan pertumbuhan sangat cepat

 Pertumbuhan cepat disertai perubahan fungsi, perlu dikendalikan pertumbuhannya

6. Kawasan dengan pertumbuhan sangat lambat

 Pertumbuhan lambat, kegiatan ekonomi sangat lemah,perlu dipacu pertumbuhannya

7. Kawasan Bersejarah

 Terdapat situs dan/atau bangunan bersejarah, pertumbuhan bisa cepat bisa lambat

 perlu dikendalikan pertumbuhannya, agar tidak merusak kandungan sejarah yang ada

8. Kawasan Rawan Bencana

 Memiliki potensi kerawanan terhadap bencana (banjir, longsor, tsunami, gempa, dsb.) perlu dikendalikan pertumbuhannya agar

(45)

Laporan Final Bab VI - 45

Lihat Gambar 6.7 dan Gambar 6.8.

Gambar 6.7

(46)

Laporan Final Bab VI - 46

Gambar 6.8

Indikator Kinerja Utama Bina Penataan Bangunan

6.2.2.Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 6.2.2.1. Isu Strategis

Pertumbuhankotadapatterjadimelalui2(dua)proses,pertamakotayangtumbuhtan

pa perencanaan dan kedua kota yang tumbuh dan berkembang dengan perencanaan.

Kota yang tumbuhtanpaperencanaandanterbangunsecaraalamiahpadaakhirnyaakan

menimbulkandampakyang luas.Kotayang tumbuhdenganperencanaanrelatiflebih

teratur dan tertata dengan dampakyang lebih minimal.

Undang-UndangNomor

26Tahun2007tentangPenataanRuangmengamanatkanbahwa

rencanatataruangwilayahkabupaten/kotamerupakan dasaruntukpenerbitanperizinan

lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan yang mempunyai jangkawaktu

rencana selama20(duapuluh)tahundandapatdievaluasiminimal 5(lima)tahunsekali.

Perkembangan kota,modernisasi.SebagiankawasanbangunandiKabupatenMandailing

Nataldalam

bentukperumahandanpermukiman,perdagangandanjasa,perkantorandanfasilitas

umumbelummenyebardan tertata pada seluruhkawasan KabupatenMandailing Natal.

(47)

Laporan Final Bab VI - 47

Tabel VI.7

IsuStrategissektorPBL diKabupatenMandailing Natal

No KegiatanSektor PBL IsuStrategisSektor PBL Keterangan

1 PenataanLingkungan

- dokumensepertiRTR, skenario pembangunan

(48)

Laporan Final Bab VI - 48

c.

Tantanganuntukmewujudkanbangunang edung

yangfungsional,tertib,andaldanmengacu padaisu lingkunganberkelanjutan

d. Tertib

dalampenyelenggaraandanpengelolaanas et gedung danrumahNegara

e. Peningkatankualitaspelayanan publikdalam

pengelolaangedungdanrumahNega ra

Sumber: Hasil Analisa, 2016

6.2.2.2. Kondisi Eksisting

Rencana Investasi penataan bangunan gedung dan lingkungan ini meliputi:

 Penyelenggaraan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang tertib,

fungsional, andal, dan efisien

 Penyelenggaraan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri

 Penyelenggaraan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat

memberikan nilai tambah fisik, social dan ekonomi

 Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan dan

melestarikan arsitektur dan cirri khas budaya local

 Pengembangan teknologi dan rekayasa arsitektur untuk menunjang investasi dan

pembangunan yang berkelanjutan

A. Penataan Bangunan

Konsep penataan bangunan dilakukan melalui pendekatan perbaikan kawasan

tertinggal dan kumuh dengan peningkatan kualitas bangunan permukiman yang terdiri

dari 2 (dua) model yakni:

a. Konsep preventif (pencegahan), dengan mengurangi/ menghambat

bertambahnya bangunan di lokasi perumahan kumuh, yang mencakup:

 Pengendalian migrasi dari desa ke kota dengan mendorong pembangunan

dan penciptaan lapangan kerja di pedesaan

 Penegakan hukum / regulasi yang terkait dengan IMB

 Penertiban, revitalisasi dan pemindahan dengan cara yang manusiawi dan

(49)

Laporan Final Bab VI - 49

b. Konsep kuratif (penanggulangan), dengan memecahkan persoalan bangunan

pada permukiman kumuh secara fisik maupun sosial ekonomi masyarakat melalui

pemberdayaan masyarakat (TRIDAYA), yang mencakup:

 Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan

 Pemberdayaan usaha pengembangan ekonomi lokal dan penciptaan lapangan

kerja

Penataan bangunan dilakukan dengan tetap mempertahankan jati diri beberapa

bangunan bernilai historis.

Penyelenggaraaan penataan bangunan dan lingkungan untuk merevitalisasi kawasan

dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, social, dan ekonomi

masyarakat agar tercapai kesejahteraan yang lebih baik.

Penataan bangunan dan gedung masih banyak dilaksanakan tidak menurut

aturan yang berlaku terutama di daerah bencana. Sebagian bangunan gedung yang

berdiri di Kabupaten Mandailing Natal saat ini merupakan bangunan peninggalan masa

kolonial belanda dan sebagian diantaranya ada yang sudah direvitalisasi dan direnovasi

ulang. Tetapi kebanyakan bangunan yang berdiri sekarang merupakan bangunan

baru.Bangunan lama yang sudah ketinggalan dan tidak bernilai ekonomis dan tidak

sejalan dengan perkembangan permukiman dan perluasan lahan dibiarkan tidak

tertata karena banyak masyarakat yang tidak mampu dan berpenghasilan rendah.

Ada sebagian masyarakan sudah memiliki status hak milik tanah dari

Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel 6.12

dan Jumlah Sertifikat Hak Atas Tanah yang diterbitkan menurut luas tanah (bidang

(50)

Laporan Final Bab VI - 50

Tabel VI.8

Status Pemilikan Tanah Menurut Jenis Hak dan Kecamatan (Bidang Tanah) Tahun 2016

No Kecamatan Hak Milik Hak Guna

Bangunan Hak Pakai

Hak Guna Usaha

1 Batahan 1,059 0 1 0

2 Sinunukan 789 12 0 0

3 Batang Natal 35 0 0 0

4 Lingga Bayu 2847 30 0 0

5 Ranto Baek 1493 3 0 0

6 Kotanopan 135 0 2 0

7 Ulu Pungkut 2 0 0 0

8 Tambangan 69 0 0 0

9 Lembah Sorik Marapi 156 2 3 0

10 Puncak Sorik Marapi 1 0 1 0

11 Muara Sipongi 3 0 0 0

12 Pakantan 0 0 0 0

13 Panyabungan 2825 56 16 0

14 Panyabungan Selatan 87 0 0 0

15 Panyabungan Barat 188 1 0 0

16 Panyabungan Utara 122 1 2 0

17 Panyabungan Timur 4 0 0 0

18 Huta Bargot 2 0 0 0

19 Natal 1507 3 8 0

20 Muara Batang Gadis 1238 0 1 0

21 Siabu 288 1 1 0

22 Bukit Malintang 28 - 0 0

23 Naga Juang 3 1 0 0

Jumlah / Total 12 802 110 35 0

(51)

Laporan Final Bab VI - 51

Tabel VI.9

Jumlah Sertifikat Hak Atas Tanah yang Diterbitkan Menurut Luas Tanah (Bidang Tanah) dan Kecamatan

Tahun 2016

No Kecamatan Hak Milik Hak Guna Bangunan

Rutin Proyek Rutin Proyek

Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten

yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting

dalam lingkup kabupaten terhadap pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, dan/atau

lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan

fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam Rencana Tata

Ruang Kawasan Strategis.

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan:

(52)

Laporan Final Bab VI - 52

2. Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi

penanganan kawasan;

3. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan terhadap

tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan pada kawasan

yang akan ditetapkan;

4. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten;

5. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

a. Kawasan Strategis Untuk Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang dijabarkan

dalam Permen PU No. 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW

Kabupaten bahwa kawasan strategis ekonomi adalah kawasan yang memiliki nilai

strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yang

merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki :

1. Potensi ekonomi cepat tumbuh;

2. Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;

3. Potensi ekspor;

4. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

5. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

6. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka

mewujudkan ketahanan pangan;

7. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka

mewujudkan ketahanan energi; atau

8. Kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam

wilayah kabupaten.

Berdasarkan UU tersebut berikut beberapa jenis kawasan strategis ekonomi,

antara lain adalah :

1. Kawasan metropolitan;

2. Kawasan ekonomi khusus;

3. Kawasan pengembangan ekonomi terpadu;

4. Kawasan tertinggal;

(53)

Laporan Final Bab VI - 53

Rencana Kawasan Strategis Ekonomi di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada

Tabel VI.10 berikut :

Tabel VI.10

Rencana Kawasan Strategis Ekonomidi Kabupaten Mandailing Natal

No Kawasan Strategis Jenis Tipologi Lokasi

1 Kasawan Strategis Panyabungan

Kawasan strategis ekonomi

Sebagai sentra pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perdagangan/jasa dan pusat pemerintahan

Sebagai sentra produksi pertanian dan sentra perkebunan, berpotensi menjadi pusat pelayanan baru.

Optimalisasi potens SDA yang berbasis pada perkebunan sebagai pusat agrobisnis dan agro indusri

Kecamatan

Optimalisasi potens SDA yang berbasis pada perkebunan sebagai pusat agrobisnis dan agro indusri

Kec.Ulu

Optimalisasi potens SDA yang berbasis pada perkebunan sebagai pusat agrobisnis dan agro indusri

Kecamatan

Optimalisasi potensi SDA yang berbasis pada pemanfaatan potensi wilayah pesisir, perikanan dan kelautan.

Potensi ekonomi cepat tumbuh sebagai sentra transportasi angkutan udara

Kec. Bukit Malintang

Sumber: Hasil Rencana, 2016

b. Kawasan Strategis Kabupaten untuk Kepentingan Sosial Budaya

Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang dijabarkan

dalam Permen PU No. 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW

Kabupaten bahwa kawasan strategis sosial dan budaya adalah kawasan budidaya

maupun kawasan lindung yang merupakan :

1. Tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;

2. Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

3. Aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;

(54)

Laporan Final Bab VI - 54

5. Tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau

6. Tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.

Rencana Kawasan Strategis Sosial dan Budaya di Kabupaten Mandailing Natal

dapat dilihat pada Tabel VI.11berikut :

Tabel VI.11

Rencana Kawasan Strategis Sosial dan Budayadi Kabupaten Mandailing Natal No Kawasan

Strategis Jenis Tipologi Lokasi

1 Kawasan

Prioritas pemanfaatan lahan untuk kawasan Pusat Pemerintahan dan pusat perkantoran dan menjadi peluang dalam optimalisasi fungsi kota Panyabungan sebagai ibukota Kab.Madina

Kecamatan Panyabungan

Sumber: Hasil Rencana, 2016

c. Kawasan Strategis Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang dijabarkan

dalam Permen PU No. 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW

Kabupaten bahwa kawasan strategis lingkungan adalah kawasan yang memiliki nilai

strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang merupakan :

1. Tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

2. Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau

fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi

dan/atau dilestarikan;

3. Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap

tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

4. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

5. Kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

6. Kawasan rawan bencana alam; atau

7. Kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai

dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Rencana Kawasan Strategis Lingkungan di Kabupaten Mandailing Natal dapat

(55)

Laporan Final Bab VI - 55

Tabel VI.12

Rencana Kawasan Strategis Lingkungandi Kabupaten Mandailing Natal No Kawasan

Strategis Jenis Tipologi Lokasi

1 Kawasan

Gambar

Tabel VI.1
Gambar 6.3 Isu Strategis dan Tantangan Skala Nasional
Tabel VI.2
Tabel VI.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Qur’an. Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama dalam masalah hafalan Al- Qur’an. Sebab, apabila seseorang melaukan sebuah perbuatan tanpa dasar

Sikap positif itu adalah pengendalian diri agar senantiasa berfikir dengan melihat sisi positif disetiap obyek yang terlihat, terdengar, atau bahkan dalam bentuk afirmasi

Seperti pada UU Nomer 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengatakan bahwa “Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan

Schubungan dengan hal tersebut saya mohon sudi kiranya Bapak/lbu bcrkenan memberi ijin bagi mahasiswa yang bersangkutan untuk mcngambil data di tempat yang Bapa,k!Ibu

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk membuat aplikasi pengolahan data keberatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Sistem yang dibuat penulis adalah Self Service peminjaman dan Pengembalian buku.Alat ini bekerja dengan membaca label barcode jenis 128 oleh barcode reader

Maramis, dr., SpKJ(K) Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

A simple RC filter with low corner frequency is needed during testing in order to filter the noise present on the voltage source driving the tuning line.