• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERENCANAAN KINERJA

B. ASPEK STRATEGIS

Beberapa aspek yang menjadi fokus pelaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran strategis terjabarkan dalam program dan kebijakan. Penentuan program dan kebijakan ini didasarkan pada skala prioritas dan tuntutan dinamika pembangunan pendidikan. Dalam merealisasikan tujuan dan sasaran rencana strategis tersebut, dipandang perlu untuk mengembangkannya ke dalam sebuah aspek strategis yang tertuang pada program dan kebijakan-kebijakan.

1. Program

Penyusunan program dan kegiatan yang merupakan terjemahan teknis operasional ditetapkan dalam rangka mencapai sasaran dan indikator yang telah ditetapkan. Pelaksanaan program dan kegiatan disusun berdasarkan sekala prioritas Jika mengacu pada strukturisasi program dan kegiatan. Dinas Pendidikan telah menyusun program-program pembangunan pendidikan yang dihubungkan dengan tujuan yang akan dicapai pada tahun 2016. Program-program tersebut disusun berdasarkan amanah Undang-undang, Peraturan pemerintah, Peraturan menteri, Renstra Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, serta Renstra Dinas Pendidikan berdasarkan visi Misi Bupati. Bila pada Renstra Kementrian Pendidikan Nasional 2015-2019 dijelaskan penjelasan misi pembangunan pendidikan yakni :

a) Mewujudkan pelaku pendidikan dan kebudayaan yang kuat adalah menguatkan siswa, guru, Kepala Sekolah, orang tua, dan pemimpin institusi pendidikan dalam ekositem pendidikan, memberdayakan pelaku budaya dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan

b) Mewujudkan akses yang meluas, merata dan berkeadilan adalah mengoptimalkan capaian wajib belajar 12 tahun, meningkatkan ketersediaan serta keterjangkauan pelayanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat yang berkebutuhan khusus dan masyarakat terpinggirkan, serta wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T)

c) Mewujudkan pembelajaran yang bermutu adalah meningkatkan mutu pendidikan sesuai lingkup standar nasional pendidikan, serta memfokuskan kebijakan berdasarkan perscepatan peningkatan mutu untuk menghadapi persaingan global dengan pemahaman akan keberagaman, dan penguatan praktik baik dan inovasi d) Mewujudkan penguatan tata kelola serta peningkatan efektifitas

birokrasi dan pelibatan publik adalah dengan memaksimalkan pelibatan publik dalam seluruh aspek pengelolaan kebijakan yang berbasis data, riset dan bukti lapangan. Mengembangkan

kordinasi dan kerjasama lintas sektoral ditingkat nasional. Mewujudkan birokrasi yang menjadi teladan dalam tata kelola yang bersih, efektif dan efisien..

Sementara dalam Renstra Dinas Pendidikan

e) Beberapa program yang akan dilaksanakan pada tahun 2016 antara lain :

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

2. Program Peningkatan sarana dan prasarana Aparatur 3. Program peningkatan disiplin Aparatur

4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 5. Program Pendidikan Anak Usia Dini.

6. Program Wajib Belajar Pendidikan Sembilan Tahun 7. Program Pendidikan Non Formal

8. Program pendidikan Luar Biasa

9. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga

10. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 11. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan

Dalam melaksanakan program diatas diarahkan kepada tiga isyu besar yang menjadi sasaran strategis pembangunan pendidikan yakni :

a. Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan Dasar

Dalam rangka mendukung tercapainya program pendidikan wajib belajar 12 tahun dilakukan berbagai upaya mencapai Pemerataan dan perluasan akses pendidikan yang diarahkan pada upaya memperluas daya tampung satuan pendidikan sesuai dengan

prioritas nasional, serta memberikan kesempatan yang sama bagi

semua peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta kondisi fisik. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas penduduk Indonesia untuk belajar sepanjang hayat dalam rangka peningkatan daya saing bangsa di era

Penuntasan Wajib belajar 12 tahun memperhatikan pelayanan yang adil dan merata bagi penduduk yang menghadapi hambatan ekonomi dan sosial-budaya (yaitu penduduk miskin memiliki hambatan geografis, daerah perbatasan, dan derah terpencil), maupun hambatan atau kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual peserta didik. Untuk itu, diperlukan strategi yang lebih efektif antara lain dengan membantu dan mempermudah mereka yang belum sekolah, putus sekolah, serta lulusan SD/MI/SDLB yang tidak melanjutkan ke SMP/MTs/SMPLB yang masih besar jumlahnya, untuk memperoleh layanan pendidikan. Di samping itu, akan dilakukan strategi yang tepat untuk meningkatkan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, khususnya pada masyarakat yang menghadapi hambatan tersebut.

Penuntasan Wajib belajar 12 tahun akan menambah jumlah lulusan SMA/SMK/MA setiap tahunnya, sehingga juga akan mendorong perluasan pendidikan menengah. Dengan bertambahnya permintaan pendidikan menengah, pemerintah juga melakukan perluasan pendidikan menengah terutama bagi mereka yang karena satu dan lain hal tidak dapat menikmati pendidikan SMA yang bersifat reguler, melalui SMA Terbuka dan Paket C, sehingga pada gilirannya mendorong peningkatan APM-APK. Oleh karena SMA cenderung semakin meluas jauh di atas SMK, maka pemerintah lebih mempercepat pertumbuhan SMK diringi dengan upaya mendorong peningkatan program pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terus berubah.

b. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing

Peningkatan mutu , relevansi dan daya saing di masa depan diharapakan dapat memberikan dampak bagi perwujudan eksistensi manusia dan interaksinya sehingga dapat hidup bersama dalam keragaman sosial dan budaya. Selain itu, upaya peningkatan mutu dan

relevansi dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat serta daya saing

dan pengamalan nilai-nilai humanisme yang meliputi keteguhan iman dan takwa serta berakhlak mulia, etika, wawasan kebangsaan, kepribadian tangguh, ekspresi estetika, dan kualitas jasmani. Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan diukur dari pencapaian kecakapan akademik yang lebih tinggi yang memungkinkan lulusan dapat proaktif terhadap perubahan masyarakat dalam berbagai bidang baik di tingkat lokal, nasional maupun global.

Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu pendidikan yang semakin meningkat yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP meliputi berbagai komponen yang terkait dengan mutu pendidikan mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar biaya, dan standar penilaian pendidikan. Pemerintah mendorong dan membimbing satuan-satuan dan program

(studi) pendidikan untuk mencapai standar yang diamanatkan oleh

SNP. Standar-standar tersebut digunakan juga sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kinerja satuan dan program pendidikan, mulai dari PAUD, Dikdas, Pendidikan Menengah (Dikmen).

Peningkatan mutu pendidikan semakin diarahkan pada perluasan inovasi pembelajaran baik pada pendidikan formal maupun

non-formal dalam rangka mewujudkan proses yang efisien,

menyenangkan dan mencerdaskan sesuai tingkat usia, kematangan, serta tingkat perkembangan peserta didik. Pengembangan proses pembelajaran pada PAUD serta kelas-kelas rendah sekolah dasar lebih memperhatikan prinsip perlindungan dan penghargaan terhadap hak-hak anak dengan lebih menekankan pada upaya pengembangan kecerdasan emosional, sosial dan spiritual dengan prinsip bermain sambil belajar. Peningkatan mutu pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi semakin memperhatikan pengembangan kecerdasan intelektual dalam rangka memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi di samping memperkokoh kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual peserta didik.

Upaya peningkatan mutu dan relevansi pendidikan secara berkelanjutan akan dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan satuan pendidikan secara terpadu yang pengelolaannya dikoordinasi secara sinergi. Mutu pendidikan adalah aspek yang tidak dapat dipisahkan dari pemerataan dan perluasan kesempatan belajar asumsinya perluasan dan pemerataan pendidikan yang bermutu akan mendorong sumber daya penggerak pembangunan (critical mass). Peningkatan mutu pendidikan diarahkan bagaimana ketercapaian 8 Standar pendidikan Nasional.

Upaya-upaya peningkatan mutu, relevansi dan daya saing lulusan dilakukan berbagai upaya. Upaya perbaikan mutu, relevansi dan daya saing dilaksanakan melalui perbaikan-perbaikan aspek lulusan, kurikulum, proses belajar mengajar, tenaga pendidik dan kependidikan, fasilitas belajar, pebiayaa, manajemen sekolah, pembiayaan, dan evaluasi.

c. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik

Pemerintah Daerah melaksanakan pengembangan kapasitas institusi pendidikan secara sistemik dan terencana dengan menggunakan pendekatan keseluruhan sektor. Strategi pengembangan kapasitas lebih diarahkan pada proses manajemen perubahan secara endogenous atau perubahan yang didorong secara internal. Perubahan didorong secara internal akan lebih menjamin terjadinya perubahan secara berkelanjutan, menumbuhkan rasa kepemilikan, kepemimpinan, serta komitmen bersama.

Kebijakan tata kelola dan akuntabilitas meliputi sistem pembiayaan berbasis kinerja baik di tingkat satuan pendidikan maupun pemerintah daerah, dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), untuk membantu pemerintah dan pemerintah daerah dalam mengalokasikan sumber daya serta memonitor kinerja pendidikan

secara keseluruhan. Di samping itu, peran serta masyarakat dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan kinerja pendidikan ditingkatkan melalui peran komite sekolah/satuan pendidikan dan dewan sekolah pendidikan.

Sejalan dengan pembagian kewenangan antar tingkat pemerintahan berdasarkan otonomi dan desentralisasi, pemerintah pusat mengkoordinasikan manajemen mutu pendidikan, sementara pemerintah daerah berperan dalam manajemen sarana/prasarana dan operasional layanan pendidikan. Untuk peningkatan efisiensi dan mutu pelayanan, diperlukan pengembangan kapasitas daerah serta penataan tata kelola pendidikan yang sehat dan akuntabel, baik pada tingkat satuan pendidikan maupun tingkat kabupaten/kota. Dalam kaitan itu, pemerintah daerah lebih berperan dalam mendorong otonomi satuan pendidikan melalui pengembangan kapasitas dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang bermutu. Perlu mendorong sekolah tidak hanya melaksanakan otonomi administratif tapi juga otonomi kemandirian mengurus diri sendiri sesuai potensi sekolah dan lingkungan.

Berdasarkan pembagian kewenangan tersebut di atas terdapat fungsi-fungsi baru yang harus dijalankan oleh pusat maupun daerah. Untuk itu dikembangkan mekanisme yang akan mengatur berbagai fungsi baru yang telah diidentifikasi tersebut dalam struktur, sistem dan mekanisme yang baru didukung oleh peraturan perundangan yang sesuai. Berbagai identifikasi dan kajian mengenai pentingnya fungsi dan institusi baru yang diperlukan untuk pelayanan pendidikan dalam masa otonomi dan desentralisasi dilakukan secara komprehensif oleh Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan.

Sesuai dengan kerangka pengaturan dan kerangka institusional, disusun kebijakan untuk mendorong terjadinya penguatan kapasitas dan program pendidikan yang ada pada setiap tingkatan pemerintahan. Penguatan kapasitas satuan atau program pendidikan diorientasikan untuk mencapai status kapasitas tertinggi

suatu satuan pendidikan, yaitu jika dapat memenuhi atau di atas SNP. Pengembangan kapasitas dilakukan untuk mendorong agar sebagian besar satuan pendidikan yang masih berada di bawah SNP secara bertahap akan diperkuat sehingga mampu melampaui SNP. Bagi satuan-satuan pendidikan yang sudah mencapai SNP, akan didorong untuk memacu mutunya lebih tinggi lagi hingga dapat mencapai standar internasional.

Pengembangan kapasitas diarahkan pada peningkatan kemampuan Kabupaten/kota secara sistematis untuk memberikan pelayanan pendidikan yang efektif dan akuntabel sesuai dengan SNP. Untuk meningkatkan kinerja pengelolaan pendidikan pada kabupaten/kota dikembangkan dan diremajakan pengelolaan indikator-indikator kinerja pengelolaan layanan pendidikan, baik pada jalur formal maupun nonformal yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Dalam jangka menengah diperkuat kapasitas pengelolaan layanan pendidikan terhadap kabupaten/kota sehingga dapat menambah kabupaten/kota yang memiliki kapasitas pelayanan sesuai dengan SNP.

Sebagai upaya menuju pengelolaan lembaga pendidikan yang transparan dan akuntabel dilakukan berbagai upaya mulai peningkatan kapasitas dan kemampuan managerial kepala sekolah. Mendorong peran dan fungsi Komite sekolah, Dewan Pendidikan untuk secara bersama-sama mengambil peran dalam pengelolaan dan proses pendidikan, sehingga diharapkan akan mampu menciptakan dan membentuk opini positif bagi dunia pendidikan.

2. Kebijakan

Sesuai sasaran strategis diatas ditetapkan beberapa kebijakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pada masing-masing bidang Sesuai yang tertuang dalam Renstra Dinas Pendidikan 2016-2021 ditetapkan beberapa kebijakan antara lain:

a) Meningkatkan pelaksanaan program wajib belajar pendidikan 12 tahun.

b) Pemerataan sarana prasarana pendidikan disemua jenis dan jenjang pendidikan

c) Pemerataan pembangunan ruang penunjang lainnya

d) Pendistribusian subsidi pembiayaan operasional pendidikan merata dan berkeadilan

e) Penguatan pelaksanaan pemberian bantuan biaya pendidikan bagi siswa kurang mampu

f) Penguatan dan perluasan pendidikan formal dan informal 2. Kebijakan untuk pelaksanaan strategi tujuan 2

a. Peningkatan kompetensi dan kualifikasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

b. Pemberdayaan kepala sekolah dan pengawas sekolah

c. Penguatan dan perluasan pemanfaatan TIK serta penguatan dan perluasan e-pembelajaran pada semua jenjang pendidikan d. Peningkatan kualitas proses belajar mengajar

e. Penguatan dan perluasan budaya membaca menlalui penyediaan bahan-bahan bacaan, sumber-sumber informasi yang mudah, murah dan merata

f. Membangun kemitraan dengan dunia usaha dan industry dalam pengembangan pendidikan dan sarana praktikum siswa

g. Menyempurnakan manajemen pendidikan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perbaikan mutu pendidikan

h. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan manajemen dan kepemimpinan bagi kepala sekolah dan pengawas

i. Perbaikan kualitas pengelolaan lembaga pendidikan

j. Mendorong transparansi penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi RKAS pada semua jenis dan jenjang pendidikan

Dokumen terkait