• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selain itu hal yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan adalah stres kerja. Stres kerja dapat membuat seorang karyawan dapat meduakan pekerjaanya. Stres

yang dialami seseorang bisa dari dalam perusahaan atau luar perusahaan. Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perananya dalam organisasi, artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasanya. Namun dengan demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan perananya tanpa menimbulkan masalah. Kurang baik berfungsinya peran, yang merupakan pembangkit stress yaitu meliputi konflik peran dan ketaksaan peran (role ambiguity). Indikator stres kerja menurut Cooper dalam oleh Veithzal & Deddy Mulyadi (2009) yaitu :

1. Kondisi Pekerjaan, meliputi :

a. Beban kerja berlebihan secara kuantitatif b. Beban kerja berlebihan secara kualitatif c. Jadwal bekerja

2. Stres karena peran, meliputi : a. Ketidakjelasan peran 3. Faktor interpersonal, meliputi :

a. Kerjasama antar teman b. Hubungan dengan pimpinan 4. Perkembangan karier, meliputi :

a. Promosi jabatan yang lebih rendah dari kemampuanya b. Promosi jabatan yang lebih tinggi dari kemampuanya c. Keamanan pekerjaan

5. Setruktur organisasi, meliputi :

b. Pengawasan dan pelatihan yang tidak seimbang c. Ketidakterlibatan dalam membuat keputusan 6. Tampilan rumah-pekerjaan, meliputi :

a. Mencampurkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi b. Kurangnya dukungan dari pasangan hidup

c. Konflik pernikahan

d. Stres karena memiliki dua pekerjaan.

Menurut Adi (2000), stres dapat bersifat positif maupun negatif. Stres yang bersifat positif disebut ―eutres‖ yakni mendorong manusia untuk lebih dapat berprestasi, lebih tertantang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, sebaiknya stress yang berlebihan dan bersifat merugikan atau negatif ―distress‖ menimbulkan berbagai macam gejala yang umumnya merugikan kinerja karyawan. Gejala-gejala “distress” antara lain adalah gairah kerja menurun, sering membolos atau tidak masuk kerja, tekanan darah tinggi, gangguan pada alat pencernaan, dan lain sebagainya yang dipublikasikan dalam jurnalnya yang menujukan bahwa stres kerja yang sangat tinggi berakibat negatif terhadap kinerja. Hal ini didukung dengan penelitian Rosidah (2003) dalam temuanya, menujukan ada korelasi negatif antara stres kerja dengan kinerja pada karyawan, yang berarti semakin tinggi stres kerja maka akan semakin rendah kinerja karyawan

Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang mempengaruhi dirinya. Kondisi-kondisi tersebut dapat ditimbulkan dari dalam diri individu maupun dari lingkungan luar diri individu. Didalam organisasi selalu berinteraksi dengan lingkunganya, tetai interaksi tersebut tidak selalu menguntungkan. Interaksi yang pas akan menghasilkan

performansi tinggi, kepuasan dan tingkat stres yang rendah, sebaliknya ketidakharmonisan interaksi menyebabkan performansi kerja yang buruk, ketidakpuasan dan tingkat stress yang tinggi. (Muchin dalam Diahsari, 2001).

Menurut Robbins (2001) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stres yaitu :

1. Faktor Lingkungan

Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan, Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stres. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.

2. Faktor Organisasi

Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan

organizational leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi

tersebut adalah sebagai berikut : a. Role Demands

Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut. b. Interpersonal Demands

Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.

c. Organizational Structure

Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.

d. Organizational Leadership

Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi. Menurut Robbins (2001) Karakteristik pemimpin The

Michigan group dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih

mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja. Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari

adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting.

3. Faktor Individu

Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang. 2.1.8 Penelitihan Terdahulu

Dalam Penelitian Hidayanti, dkk (2008) yang berjudul Kecerdasan Emosi, Stres Kerja dan Kinerja Karyawan mempunyai tiga variabel. Variabel independen terdiri dari kecerdasan emosional dan stres kerja kemudian variabel dependenya adalah kinerja karyawan. Penelitian ini mengemukanan bahwa (a) terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dan stress kerja dengan kinerja karyawan. (b) terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan

emosi dengan kinerja karyawan, (c) terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara stres kerja dengan kinerja karyawan.

Dalam Penelitian Trihandini (2005) yang berjudul Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus di Hotel Horison Semarang) mempunyai empat variabel. Variabel independen terdiri dari Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual kemudian variabel dependenya adalah kinerja karyawan. Penelitian ini mengemukakan bahwa (a) Kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, (b) kecerdasan emosi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, (c) kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan dan (d) kecerdasan intelektual,kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Dalam Penelitian Sari (2011) yang berjudul Pengaruh Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Kantor Pusat PT. POS INDONESIA (PERSERO) BANDUNG mempunyai dua variabel. Variabel independen terdiri dari Stres Kerja kemudian variabel dependenya adalah kepuasan kerja. Penelitian ini mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang positif atau signifikan antara stres kerja dengan kepuasan kerja karyawan

Dalam Penelitian Nurhendar (2008) yang berjudul Pengaruh Stres dan Semangat Kerja terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi (Studi kasus pada CV. Aneka Ilmu Semarang) mempunyai tiga variabel. Variabel independen terdiri dari Stres dan Semangat Kerja kemudian variabel dependenya adalah kinerja karyawan. Penelitian ini mengemukakan bahwa Stres kerja berpengaruh negatif

signifikan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan Semangat kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan.

Dalam Penelitian Theresia Sunarni dan Veni Istanti (2007) yang berjudul Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan di PT Interbis Sejahtera Palembang mempunyai tiga variabel. Variabel independen terdiri dari Stres kerja dan motivasi kerja kemudian variabel dependenya adalah kinerja karyawan. Penelitian ini mengemukakan bahwa Stres kerja (X1) dan motivasi (Z) secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y) bagian produksi PT Interbis Sejahtera.

Dokumen terkait