• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku dan subjektif terhadap stresor, konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres, semua sebagai suatu sistem (Hidayah, 2007).

Hawari (2001) dalam Sriati (2008) mengatakan bahwa stres menurut Hans Selye merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Stresor psikososial adalah setiap keadaan/peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga seseorang itu terpaksa mengadakan adaptasi/penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stresor tersebut, sehingga timbulah keluhan-keluhan antara lain stres (Sriati, 2008).

2. Gejala Stres

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis stres : kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung, perasaan frustasi, rasa marah, dan dendam (kebencian), sensitif dan hyperactivity, memendam perasaan, penarikan diri depresi, komunikasi yang tidak efektif, perasaan terkucil dan terasing, kebosanan dan ketidakpuasan kerja, kelelahan

mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas serta menurunnya rasa percaya diri.

Gejala-gejala perilaku dari stres adalah : menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan, perilaku sabotaj dalam pekerjaan, perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan), mengarah ke obesitas, perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi, meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi, meningkatnya agresifitas, vandalisme, dan kriminalitas, menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman serta kecenderungan untuk melakuka n bunuh diri.

Pengalaman stres sangat individual. Stres yang luar biasa untuk satu orang tidak semestinya dianggap sebagai stres oleh yang lain. Demikian pula, gejala dan tanda-tanda stres akan berbeda pada setiap individu (AAT Sriati, 2007).

3. Sumber Stres (Stresor)

Stresor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stres

reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari (Hidayah, 2007).

Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya. Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisik berasal dari luar diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa (Hidayah, 2007).

Pada stresor psikologis tekanan dari dalam diri individu biasanya yang bersifat negatif yang menimbulkan frustasi, kecemasan, rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri, sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Banyak stresor sosial yang bersifat traumatik yang tak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan lain-lain (Hawari, 2001).

Papero (1997) dalam Sriati (2008) menyatakan ada empat variabel psikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme respon stres : a. Kontrol : keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap

b. Prediktabilitas : stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons stres yang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat diprediksi.

c. Persepsi : pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respons stres. d. Respons koping : ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat

ansietas dapat menambah atau mengurangi respons stres (Sriati, 2008).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres

Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stresors. Meskipun stres dapat diakibatkan oleh hanya satu stresors, biasanya karyawan mengalami stres karena kombinasi stresors.

Menurut Robbins (2001) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stres pada keluarga terhadap anak remaja yaitu :

(1) Faktor Lingkungan

Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap anak remaja.Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stres bagi keluarga yaitu ekonomi, teman sebaya dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stres.Hal ini dapat terjadi, misalnya teman sebaya yang lebih mapan yang mampu membeli tegnologi yang lebih baik seperti

handphone membuat kecemburuan sosial pada diri remaja kemudian meminta kepada orang tuanya yang memiliki ekonomi yang rendah dan memberikan efek stres yang luar biasa pula kepada orang tua. (2) Faktor Organisasi

Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership.

Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Role Demands

Robbins (2001) mengatakan peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan orang tua untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi di dalam keluarga.

b. Interpersonal Demands

Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh keluarga lainnya dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara orang tua dengan anak remaja akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara anak remaja dengan teman sebayanya.

c. Organizational Structure

Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi anak remaja dalam organisasi.

d. Organizational Leadership

Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan atau ayah dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group Robbins (2001) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin keluarga dengan anggota keluarga serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.

Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat stres. Pengertian dari tingkat stres itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu keluarga atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting.

(3) Faktor Individu

Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antar keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada keluarga yang kurang harmonis akibat tersebut dapat terbawa dalam lingkungan tempat anak remaja bergaul. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stres terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stres yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.

5. Stres pada remaja

Menurut Windle & Mason (2004) ada empat faktor yang dapat membuat remaja menjadi stres, yaitu penggunaan obat-obat terlarang, kenakalan remaja, pengaruh negative dan masalah akademis.

Garfinkel (dalam Walker, 2002) mengatakan secara umum penyebab stres pada remaja adalah :

1) Putus dengan pacar

2) Perbedaan pendapat dengan orang tua

3) Bertengkar dengan saudara perempuan dan laki-laki 4) Perbedaan pendapat antara orang tua

5) Perubahan status ekonomi pada orang tua 6) Sakit yang diderita oleh anggota keluarga

7) Masalah dengan teman sebaya 8) Masalah dengan orang tua

Menurut Walker (2002), ada tiga faktor yang dapat menyebabkan remaja menjadi stres, yaitu :

1) Faktor biologis, yaitu :

a. Sejarah depresi dan bunuh diri di dalam keluarga. b. Penggunaan alcohol dan obat-obat di dalam keluarga. c. Siksaan secara seksual dan fisik di dalam keluarga. d. Penyakit yang serius yang diderita remaja atau anggota

keluarga.

e. Sejarah keluarga atau individu dari kelainan psikiatris seperti kelainan makanan, skozoprenia, manik depresif, gangguan perilaku dan kejahatan.

f. Kematian salah satu anggota keluarga.

g. Ketidakmampuan belajar atau ketidakmampuan mental atau fisik.

h. Perceraian orang tua. i. Konflik dalam keluarga. 2) Faktor kepribadian, yaitu :

a. Tingkah laku impulsive, obsesif dan ketakutan yang tidak nyata.

b. Tingkah laku agresif dan antisosial.

d. Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain, menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah.

e. Masalah dengan tidur atau makan. 3) Fakror psikologis dan sosial, yaitu :

a. Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian teman atau anggota keluarga, putus cinta, kepindahan teman dekat atau keluarga.

b. Tidak dapat memenuhi harapan orang tua seperti kegagalan dalam mencapai tujuan, tinggal kelas dan penolakan sosial.

c. Tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru, pelatih, yang dapat mengakibatkan kemarahan, frustasi dan penolakan. d. Pengalaman yang dapat membuatnya merasa rendah

diri dapat mengakibatkan remaja kehilangan harga diri atau penolakan.

e. Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah keuangan.

6. Penentuan tahap stres

Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang. Tingkat stres ini bias diukur dengan banyak skala. Antaranya adalah dengan menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih diringkaskan sebagai Depression Anxiety

Stres Scale 21(DASS 21) oleh Lovibond & Lovibond (1995),

Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item dan Depression Anxiety Scale 21 terdiri dari 21 item. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negative dari depresi kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian (Lovibond & Lovibond, 1995).

Tingkat stres pada instrument ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item, mencakup 3 subvariabel yaitu fisik, emosi/psikologis, dan perilaku.

Dokumen terkait