• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

6. Struktur Atom

a. Konsep Dasar Struktur Atom

Konsep dasar tentang atom sebenarnya sudah lama dikenal orang. Konsep tersebut antara lain berasal dari pemikiran orang Yunani kuno yang dipelopori oleh Democritus yang hidup pada akhir abad ke-4 dan awal abad ke-5 Sebelum Masehi. Menurut teori yang dikemukakannya, suatu benda dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang sangat kecil yang akhirnya tidak dapat dibagi lagi yang disebut atom. Kata atom berasal dari bahasa Yunani yaitu “atomos” yang berarti “tidak dapat dibagi lagi”. Disebutkan bahwa alasan ini berasal dari observasi di mana butiran pasir dapat bersama-sama membentuk sebuah pantai. Dalam analoginya, pasir adalah atom, dan pantai adalah senyawa. Analogi ini kemudian dapat dihubungkan dengan pengertian Democritus terhadap atom yang tidak bisa di bagi lagi walaupun sebuah pantai dapat dibagi ke dalam butiran-butiran pasirnya, butiran-butiran pasir ini tidak dapat dibagi. Namun model Democritus ini kurang memiliki bukti eksperimental, sehingga tidak dapat diterima oleh beberapa ahli ilmu pengetahuan dan filsafat.

b. Perkembangan Teori Model Atom

Perkembangan teori model atom dipelajari mulai dari teori atom Dalton hingga teori atom modern. Berikut ini penjelasan dari masing-masing teori model atom:

commit to user

1) Model Atom Dalton

John Dalton merumuskan teori atom yang pertama sekitar tahun 1803-1807, yang kita kenal sebagai teori atom Dalton. Berikut adalah postulat-postulat dalam teori atom Dalton:

a) Setiap unsur terdiri atas partikel yang sudah tak terbagi yang disebut atom. b) Atom-atom dari suatu unsur adalah identik. Atom-atom dari unsur yang

berbeda, termasuk mempunyai massa yang berbeda.

c) Atom dari suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur yang lain, tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan. Reaksi kimia hanya merupakan penataan ulang atom-atom.

d) Senyawa terbentuk ketika atom-atom dari dua jenis unsur atau lebih bergabung dengan perbandingan tertentu. Misalnya air terdiri dari atom-atom hidrogen dan atom-atom-atom-atom oksigen.

Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada tolak peluru, seperti gambar berikut ini:

Gambar 1. Model Atom Dalton Kelemahan teori atom Dalton yaitu:

a) Tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu dengan unsur yang lain.

b) Tidak dapat menjelaskan sifat listrik materi.

c) Tidak dapat menjelaskan cara atom-atom saling berikatan.

(Michael Purba, 2006: 18-21)

2) Model Atom Thomson

a) Penemuan Elektron

Tahun 1897, Joseph John Thomson menemukan elektron. Thomson melakukan percobaan dengan menggunakan tabung kaca bertekanan udara sangat rendah (hamper vakum). Pada kedua ujung tabung tersebut

commit to user

dipasang plat logam yang berfungsi sebagai elektrode. Kedua elektrode tersebut dihubungkan dengan sumber arus listrik bertekanan tinggi. Elektrode yang dihubungkan dengan kutub positif disebut anode, sedangkan elektrode yang dihubungkan dengan kutub negatif disebut katode. Tabung seperti itu dinamakan tabung sinar katode (tabung Crookes).

Percobaan itu dilakukan sebagai berikut. Dengan menggunakan pompa vakum, tekanan udara dalam tabung dapat diatur. Jika tekanan udara dalam tabung dibuat cukup rendah, maka gas dalam tabung akan berpendar (berpijar) dengan cahaya yang warnanya bergantung pada jenis gas dalam tabung. Selanjutnya, jika tekanan gas dalam tabung dibuat semakin kecil, maka akhirnya tabung menjadi gelap. Akan tetapi, bagian tabung di depan katode berpendar dengan warna hijau. Perpendaran ini bersumber dari radiasi katode menuju anode yang membentur gelas sehingga gelas berpendar (mengeluarkan cahaya warna hijau). Sinar itu disebut sinar katode. Selanjutnya diketahui bahwa sinar katode merupakan radiasi partikel yang bermuatan negatif.

Berdasarkan hasil percobaan itu, Thomson mengungkapkan sifat-sifat sinar katode sebagai berikut ini:

(1) Dipancarkan oleh katode dalam sebuah tabung hampa jika dilewatkan arus listrik bertegangan tinggi.

(2) Merambat dalam garis lurus menuju anode.

(3) Jika membentur gelas, maka gelas berpendar (berfluoresensi). Dengan adanya fluoresensi ini, kita dapat mengetahui adanya sinar katode. (4) Dapat dibelokkan oleh medan listrik dan medan magnet ke kutub

positif. Oleh karena itu, sinar katode bermuatan negatif.

(5) Sinar tidak bergantung pada bahan elektrodenya. Hal itu berarti, setiap elektrode dapat memancarkan sinar katode. Jadi, setiap materi mengandung partikel seperti sinar katode.

Dari kelima sifat-sifat sinar katode itu, dapat disimpulkan bahwa sinar katode adalah partikel dasar atom yang ada pada setiap atom. Partikel

commit to user

dasar tersebut kemudian disebut elektron. Berdasarkan hal itu, Thomson menyimpulkan bahwa elektron merupakan partikel dasar penyusun atom. Selanjutnya Thomson melakukan percobaan untuk menentukan harga perbandingan muatan elektron dengan massanya. Thomson melakukan percobaan seperti gambar. Dari percobaan itu, diperoleh harga e/m sebesar 1,76 x 108 C g-1. Nilai-nilai itu merupakan hasil pengukuran pengaruh medan listrik dan magnet terhadap pembelokan sinar katode serta pengukuran jari-jari kelengkungan dari pembelokan tersebut.

(Parning, 2005: 22-23) b) Percobaan Tetes Minyak Millikan

Tahun 1909, Robert Millikan melakukan percobaan dengan tetes minyak untuk menentukan muatan 1 elektron. Pada percobaan itu, tetes minyak dapat menangkap satu, dua, tiga atau lebih elektron. Millikan menemukan muatan tetes minyak yang besarnya adalah 1 x 1,6 x 10-19 C, 2 x 1,6 x 10-19 C, 3 x 1,6 x 10-19 C, dan seterusnya. Berdasarkan hal tersebut, Millikan menyimpulkan bahwa muatan 1 elektron adalah 1,6 x 10-19 C dan diberi tanda -1.

Berdasarkan percobaan Thomson dan Millikan massa elektron dapat dihitung sebagai berikut:

(1) Dari percobaan Thomson : q/m = e/m = 1,76 x x108 C g-1. (2) Dari percobaan Millikan : e = 1,6 x 10-19 C.

(3) Oleh karena itu, massa elektron : m = 9,11 x 10-28 gram.

(Parning, 2005: 24)

c) Teori Atom Thomson

Penemuan elektron atas jasa Joseph John Thomson dan Robert Andrews Millikan pada tahun-tahun pertama abad ke-20 memberikan bukti ketidaksempurnaan model atom Dalton yang mengatakan bahwa atom adalah partikel terkecil yang tak dapat terbagi, tidak dapat diterima lagi. Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron bermuatan negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positif untuk menetralkan muatan negatif elektron tersebut. Dari penemuannya

commit to user

tersebut, Thomson memperbaiki kelemahan dari teori atom Dalton dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom Thomson, yang menyatakan bahwa: “Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan di dalamnya tersebar muatan negatif elektron”.

Model atom ini dapat digambarkan menyerupai roti kismis. Menurut Thomson, atom terdiri dari materi bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron bagaikan kismis dalam roti kismis. Secara keseluruhan atom bersifat netral. Model atom Thomson dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Model Atom Thomson

(Michael Purba, 2006: 25)

3) Model Atom Rutherford

a) Penemuan Inti Atom

Pada tahun 1910, Ernerst Rutherford melakukan serangkaian percobaan untuk mengetahui lebih banyak tentang susunan atom. Eksperimen yang dilakukan Rutherford adalah penembakan lempeng emas yang sangat tipis dengan partikel alfa berenergi tinggi. Sinar alfa adalah salah satu jenis radiasi yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Dalam percobaan itu ditemukan bahwa sebagian besar partikel alfa dapat menembus lempeng emas tanpa pembelokan yang berarti, seolah-olah lempeng emas itu tidak ada. Akan tetapi, kemudian didapati pula bahwa sebagian kecil dari partikel alfa mengalami pembelokan yang cukup besar, bahkan beberapa diantaranya dipantulkan. Rutherford menduga bahwa pembelokan dan pemantulan sinar alfa tersebut terjadi karena sinar alfa berbenturan dengan suatu benda pejal yang berukuran sangat kecil.

commit to user

Gambar 3. Percobaan Rutherford

Setelah melakukan eksperimen, Rutherford menyimpulkan bahwa benda pejal itu merupakan inti atom. Hal itu berarti atom terdiri dari inti atom dan ruang kosong. Di luar inti atom terdapat elektron yang bermuatan negatif dan jumlahnya sama dengan muatan pada inti atom. Elektron beredar mengelilingi atom pada jarak yang relatif jauh dari inti atom. Lintasan elektron tersebut dinamakan kulit atom. Jarak inti atom ke kulit elektron disebut jari-jari atom.

(Parning, 2005: 24) Dengan model seperti itu, penghamburan sinar alfa oleh lempeng emas tipis dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Sebagian besar partikel sinar alfa dapat tembus karena melalui daerah hampa.

(2) Partikel alfa yang mendekati inti atom dibelokkan karena mengalami gaya tolak inti.

(3) Partikel alfa yang menuju inti atom dipantulkan karena inti bermuatan positif dan sangat pejal.

(Michael Purba, 2006: 27-28) b) Teori Atom Rutherford

Melalui percobaan dengan menembaki plat emas yang sangat tipis dengan sinar alfa, Rutherford menemukan inti atom yang bermuatan positif dan massa atomnya terpusat pada intinya. Hipotesa dari Rutherford adalah atom yang tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilinginya. Rutherford memodelkan atom sebagaimana pada sistem tata surya, yaitu

commit to user

elektron-elektron bergerak mengelilingi inti atom seperti planet-planet mengitari matahari.

Kelemahan dari Rutherford tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai pemancaran energi sehingga lama-kelamaan energi elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama akan mendekati inti dan jatuh ke dalam inti.

(Michael Purba, 2006: 29)

Gambar 4. Model Atom Rutherford

4) Model Atom Bohr

Pada tahun 1913, berdasarkan analisis spektrum atom, Niels Bohr mengajukan model atom sebagai berikut:

a) Dalam atom terdapat lintasan-lintasan tertentu tempat elektron dapat mengorbit inti tanpa disertai pemancaran atau penyerapan energi. Lintasan itu, yang juga disebut kulit atom, adalah orbit berbentuk lingkaran dengan jari-jari tertentu. Tiap lintasan ditandai dengan satu bilangan bulat yang disebut bilangan kuantum utama (n), mulai dari 1, 2, 3, 4, dan seterusnya, yang dinyatakan dengan lambang K, L, M, N, dan seterusnya. Lintasan pertama, dengan n = 1, dinamai kulit K. lintasan kedua, dengan n = 2, dinamai kulit L, dan seterusnya. Makin besar harga n (makin jauh dari inti), makin besar energi elektron yang mengorbit pada kulit itu.

commit to user

Gambar 5. Model Atom Bohr

b) Elektron hanya boleh berada pada lintasan-lintasan yang diperbolehkan (lintasan yang ada), dan tidak boleh berada di antara dua lintasan. Lintasan yang akan ditempati oleh elektron bergantung pada energinya. Pada keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat energi terendah. Keadaan seperti itu disebut tingkat dasar (ground state).

c) Elektron dapat berpindah dari satu kulit ke kulit lain disertai pemancaran atau penyerapan sejumlah tertentu energi. Perpindahan elektron ke kulit luar akan disertai penyerapan energi. Sebaliknya, perpindahan elektron ke kulit lebih dalam akan disertai pelepasan energi.

Kelemahan model atom ini adalah tidak dapat menjelaskan spektrum warna dari atom berelektron banyak. Sehingga diperlukan model atom yang lebih sempurna dari model atom Bohr.

5) Model Atom Modern (Model Atom Mekanika Kuantum)

Pada tahun 1927, Erwin Schrodinger, seorang ilmuwan dari Austria mengemukakan teori atom mekanika kuantum atau mekanika gelombang. Teori tersebut dapat diterima para ahli hingga sekarang.

Teori atom mekanika kuantum mempunyai persamaan dengan teori atom Niels Bohr dalam hal tingkat-tingkat energi atau kulit-kulit atom, tetapi berbeda dalam hal bentuk lintasan atau orbit tersebut. Dalam teori atom mekanika kuantum, posisi elektron adalah tidak pasti. Hal yang dapat ditentukan mengenai keberadaan elektron di dalam atom adalah daerah peluang terbesar untuk menemukan elektron tersebut. Daerah peluang terbesar itu disebut orbital.

commit to user Teori atom modern adalah sebagai berikut:

a) Atom terdiri dari inti atom yang mengandung proton dan neutron, sedangkan elektron-elektron mengitari inti atom yang berada pada orbital-orbital tertentu dan membentuk kulit atom. Hal itu disebut dengan konsep orbital.

b) Berdasarkan perpaduan asas ketidakpastian dari Heisenberg dan mekanika gelombang dari Broglie, Schrodinger merumuskan konsep orbital, yaitu “Orbital adalah suatu ruang atau daerah peluang menemukan elektron”. c) Kedudukan elektron pada orbital-orbitalnya dinyatakan dengan bilangan

kuantum.

Gambar 6. Model Atom Modern

Awan elektron disekitar inti menunjukkan tempat kebolehjadian elektron.

c. Partikel Penyusun Atom

1) Proton

Tahun 1886, Eugene Goldstein menemukan proton. Goldstein melakukan penelitian menggunakan tabung sinar katode. Anode dan katode dari tabung tersebut dihubungkan dengan sumber arus listrik bertegangan tinggi. Hasil penelitian Goldstein menunjukkan fakta-fakta berikut. Jika katode tidak diberi lubang, maka ruang di belakang katode gelap. Akan tetapi, jika katode dilubangi dan diisi dengan gas hidrogen yang bertekanan sangat rendah, maka gas di belakang katode berpendar. Hal itu disebabkan adanya radiasi sinar yang berasal

commit to user

dari anode dan memijarkan gas tersebut. Sinar itu disebut sinar anode (sinar positif) atau sinar kanal (sinar terusan).

Sifat-sifat sinar anode adalah sebagai berikut:

a) Merupakan radiasi partikel yang disebut dengan proton.

b) Dalam medan listrik atau magnet dapat dibelokkan ke kutub negatif. Berarti sinar anode bermuatan positif.

c) Perbandingan muatan dan massanya (e/m), bergantung pada gas yang diisikan pada tabung. Perbandingan e/m terbesar terjadi jika gas yang diisikan adalah gas hidrogen.

Selanjutnya, melalui percobaan diperoleh hasil bahwa massa 1 proton adalah 1,6726 x 10-24 gram (1 sma) dan muatan 1 proton adalah 1,6022 x 10-19 C dan diberi tanda muatan + 1.

(Michael Purba, 2006: 31-32)

2) Neutron

Neutron ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932, tetapi keberadaannya telah diduga oleh Aston sejak tahun 1919. Pada tahun itu, Aston menemukan spektrometer massa, yaitu alat yang dapat digunakan untuk menentukan massa atom atau molekul. Dengan alat tersebut, Aston menemukan bahwa atom-atom dari unsur yang sama mempunyai massa yang berbeda. Fenomena ini disebut isotop. Juga ditemukan bahwa massa suatu atom ternyata tidak sama dengan jumlah protonnya. Berdasarkan kedua fakta tersebut, Aston menduga keberadaan partikel netral dalam atom yang jumlahnya dapat berbeda meskipun unsurnya sama.

Selanjutnya pada tahun 1930, W. Bothe dan H. Becker menembaki inti atom berilium dengan partikel alfa dan menemukan suatu radiasi partikel yang mempunyai daya tembus tinggi. Pada tahun 1932, James Chadwick membuktikan bahwa proton tersebut terdiri atas partikel netral yang massanya hampir sama dengan massa proton. Oleh karena bersifat netral, partikel itu dinamai neutron. Percobaan lebih lanjut membuktikan bahwa neutron juga merupakan partikel dasar penyusun inti atom.

commit to user Neutron tidak bermuatan (netral).

(Michael Purba, 2006: 32) 3) Elektron

Elektron ditemukan oleh Joseph John Thomson pada tahun 1897. Penemuan elektron berkaitan dengan percobaan-percobaan tentang hantaran listrik melalui tabung hampa. Thomson melakukan percobaan dengan menggunakan tabung kaca bertekanan udara sangat rendah. Tabung tersebut dinamakan tabung sinar katode. Melalui percobaan itu, Thomson dapat menentukan harga e/m yaitu sebesar 1,76 x 108 C g-1.

Sedangkan muatan elektron ditemukan oleh Robert Millikan melalui percobaannya dengan tetes minyak, yaitu sebesar 1,602 x 10-19 C dan diberi tanda -1. Berdasarkan percobaaan Thomson dan Millikan, massa elektron dapat dihitung yaitu sebesar 9,11 x 10-28 gram.

Tabel 1. Sifat-Sifat Partikel Dasar Atom

Partikel Lambang Massa Muatan Penemu

Proton p 1,6726231 x 10-24 + 1 Goldstein/Rutherford

Neutron n 1,672492716 x 10-24 Netral J. Chadwick

Elektron e 9,1093897 x 10-28 - 1 J.J Thomson

(Michael Purba, 2006: 22-25)

d. Susunan Atom

Dengan ditemukannya struktur atom, maka antara atom yang satu dengan yang lainnya dapat dijelaskan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan susunan yaitu jumlah proton, elektron, dan neutronnya.

1) Nomor Atom

Jumlah proton dalam suatu atom disebut nomor atom atau nomor proton. Jumlah proton khas bagi setiap unsur. Artinya, atom-atom dari unsur yang sama mempunyai jumlah proton yang sama tetapi berbeda dari atom unsur lain. Oleh karena suatu atom bersifat netral, maka jumlah elektron sama dengan jumlah proton. Jadi, nomor atom juga menyatakan jumlah elektron dalam suatu atom.

commit to user Contoh:

Nomor atom karbon adalah 6, berarti setiap atom karbon mempunyai 6 proton dan 6 elektron.

2) Nomor Massa

Telah disebutkan bahwa proton dan neutron mempunyai massa yang hampir sama, yaitu masing-masing sekitar 1 sma. Sedangkan massa sebuah elektron sangat kecil. Oleh karena itu, massa sebuah atom praktis hanya ditentukan oleh massa proton dan neutronnya, sedangkan massa elektron dapat dibaikan. Jumlah proton dengan neutron dalam suatu atom disebut nomor massa.

3) Notasi Susunan Atom

Jumlah proton, elektron dan neutron dalam suatu atom dinyatakan dengan lambang (notasi) sebagai berikut:

Dimana:

A = nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron = p + n Z = nomor atom = jumlah proton (p) = jumlah elektron (e) X = lambang unsur

Oleh karena A = p + n, sedangkan p = Z, maka A = Z + n atau n = A – Z. Jadi, jumlah neutron dalam suatu atom sama dengan selisih nomor massa dengan nomor atomnya.

Contoh:

menyatakan atom Nitrogen dengan nomor atom dan nomor massa 14. Atom ini mempunyai jumlah proton = 7, jumlah elektron = 7, dan jumlah neutron = 14 – 7 = 7.

4) Susunan Ion

Suatu atom dapat kehilangan elektron atau mendapat elektron tambahan. Atom yang kehilangan elektron akan menjadi ion positif, sedangkan atom yang mendapat tambahan elektron akan menjadi ion negatif.

Nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron

commit to user

Contoh : atom 7 Li3 terdiri dari 3 proton, 3 elektron dan 4 neutron. Jika jumlah elektronnya berkurang satu, maka atom litium berubah menjadi ion Li+. Sebaliknya, jika atom litium mendapat tambahan 1 elektron, maka terbentuk ion Li-. Susunan atom Li, ion Li+ dan ion Li- adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Susunan Atom Li, Ion Li+ dan Ion Li-

Spesi Σ Proton Σ Elektron Σ Neutron

Atom Li 3 3 4

Ion Li+ 3 2 4

Ion Li- 3 4 4

Dalam atom netral, jumlah elektron = Z

Dalam ion bermuatan +X, jumlah elektron = Z – X Dalam ion bermuatan –X, jumlah elektron = Z + X

e. Isotop, Isobar, dan Isoton

1) Isotop

Atom yang mempunyai nomor atom yang sama tetapi memiliki nomor massa yang berbeda disebut dengan isotop.

Contoh :

p = 7 p = 7 p = 7

e = 7 e = 7 e = 7

n = 6 n = 7 n = 8

Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang sama karena jumlah elektronnya sama.

2) Isobar

Atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi mempunyai nomor massa sama disebut isobar.

Contoh : dan merupakan isobar.

3) Isoton

Atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi mempunyai jumlah neutron sama disebut isoton.

Contoh : dan merupakan isoton, karena memiliki jumlah neutron sama yaitu n = 7.

commit to user

f. Massa Atom dan Massa Atom Relatif

Dalam perhitungan kimia, kita tidak menggunakan massa atom absolute, tetapi massa atom relatif. Massa atom relatif adalah perbandingan massa antara atom yang satu terhadap atom yang lainnya. Massa pembanding yang telah disepakati adalah 1/12 dari massa 1 atom C-12. Oleh karena umumnya unsur terdiri dari beberapa isotop, maka pada penetapan massa atom relatif digunakan massa rata-rata dari isotopnya. Dengan demikian, massa atom relatif adalah perbandingan massa rata-rata dari 1 atom suatu unsur terhadap 1/12 massa 1 atom C-12.

1/12 massa 1 atom C-12 ditetapkan sama dengan 1 sma, maka definisi di atas ditulis sebagai berikut:

Dengan menata ulang persamaan di atas, diperoleh;

g. Konfigurasi Elektron

1) Menulis Konfigurasi Elektron

Sesuai dengan teori atom Niels Bohr, elektron berada pada kulit-kulit atom. Kulit yang paling dekat dengan inti, yaitu kulit K, dapat ditempati 2 elektron, kulit kedua (kulit L) dapat ditempati 8 elektron, dan seterusnya. Makin besar nomor kulit, makin banyak jumlah elektron yang dapat berada di situ. Hal itu terjadi karena makin besar nomor kulit, makin besar pula ruang cakupannya. Jumlah maksimum elektron pada setiap kulit memenuhi rumus 2n2 (n = nomor kulit).

Kulit K (n = 1) maksimum 2 x 12 = 2 elektron Kulit L (n = 2) maksimum 2 x 22 = 8 elektron Kulit M (n = 3) maksimum 2 x 32 = 18 elektron Kulit N (n = 4) maksimum 2 x 42 = 32 elektron Kulit O (n = 5) maksimum 2 x 52 = 50 elektron

commit to user

Persebaran elektron dalam kulit-kulit atom disebut konfigurasi elektron. Elektron pertama dan kedua akan menempati kulit K. Jadi, konfigurasi elektron dari hidrogen (nomor atom = 1) dan helium (nomor atom = 2) ditulis sebagai berikut:

K 1H : 1 2He : 2

Oleh karena kulit K hanya dapat ditempati maksimum 2 elektron, maka elektron ketiga akan mengisi kulit L. Kulit L ini dapat ditempati maksimum 8 elektron. Jadi, unsur dengan nomor atom 3-10 akan mengisi hingga penuh kulit kedua (kulit L). Konfigurasi elektron unsur-unsur tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Setelah kulit L terisi penuh, maka elektron berikutnya akan mengisi kulit M. Meskipun kulit M belum terisi penuh, ternyata elektron ke-19 dan ke-20 mengisi kulit N, sehingga konfigurasi elektron unsur K (nomor atom 19) dan Ca (nomor atom 20) adalah sebagai berikut:

K L M N

19K : 2 8 8 1

20Ca : 2 8 8 2

Tabel 3. Konfigurasi Elektron Beberapa Unsur

Nomor Atom (Z) Lambang Unsur K L M N O P

1 H 1 2 He 2 3 Li 2 1 9 F 2 7 10 Ne 2 8 11 Na 2 8 1 12 Mg 2 8 2 18 Ar 2 8 8 31 Ga 2 8 18 3 36 Kr 2 8 18 8 49 In 2 8 18 18 3 56 Ba 2 8 18 18 8 1 (Michael Purba, 2006: 46-49)

commit to user 2) Elektron Valensi

Elektron valensi adalah elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kimia. Untuk unsur-unsur golongan utama, elektron valensinya adalah elektron yang terdapat pada kulit terluar.

Contoh :

Konfigurasi elektron aluminium dan bromin adalah sebagai berikut: Al : 2, 8, 3

Br : 2, 8, 18, 7

Maka, elektron valensi aluminium = 3 dan bromin = 7.

(Michael Purba, 2006: 50)

Dokumen terkait