• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING DENGAN METODE THINK PAIR SHARE (TPS) YANG DIMODIFIKASI DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM TERHADAP PRESTASI BELAJAR S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING DENGAN METODE THINK PAIR SHARE (TPS) YANG DIMODIFIKASI DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM TERHADAP PRESTASI BELAJAR S"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

Studi komparasi pembelajaran cooperatif learning dengan metode think pair share (TPS) yang dimodifikasi

dan numbered head together (NHT) pada materi pokok struktur atom terhadap prestasi belajar siswa

kelas x semester i SMA N 1 Sukoharjo

tahun pelajaran 2011/2012

SKRIPSI

Oleh :

Artista Eka Widyawati

X.3307010

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING

DENGAN METODE THINK PAIR SHARE (TPS) YANG DIMODIFIKASI

DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

KELAS X SEMESTER I SMA N 1 SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh :

ARTISTA EKA WIDYAWATI

X3307010

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Elfi Susanti VH, S.Si, M.Si NIP. 19721023 199802 2 001

Pembimbing II

(4)

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mandapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :………

Tanggal :………

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Bakti Mulyani, M.Si ...

Sekretaris : Sri Retno Dwi Ariani, S.Si, M.Si ...

Anggota I : Elfi Susanti VH, S.Si, M.Si ...

Anggota II : Drs. J. S. Sukardjo, M.Si ...

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Artista Eka Widyawati. X3307010. STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN

COOPERATIF LEARNING DENGAN METODE THINK PAIR SHARE (TPS)

YANG DIMODIFIKASI DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA

MATERI POKOK STRUKTUR ATOM TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SEMESTER I SMA N 1 SUKOHARJO TAHUN

PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Oktober 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh metode Think Pair Share (TPS) yang dimodifikasi dan Numbered Head Together (NHT) terhadap prestasi belajar siswa materi pokok Struktur Atom kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012, dan (2) pengaruh yang lebih baik antara metode Think Pair Share (TPS) yang dimodifikasi dan Numbered Head Together (NHT) terhadap prestasi belajar siswa materi pokok Struktur Atom kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah “Randomized Pretest Posttest Design”. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.6 dan X.9 di SMA Negeri 1 Sukoharjo yang

diambil dengan teknik cluster random sampling. Data yang dikumpulkan

menggunakan tes kognitif dan angket afektif. Teknik analisis data menggunakan Uji t- pihak kanan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh metode Think Pair Share (TPS) yang dimodifikasi dan Numbered Head Together (NHT) terhadap prestasi belajar siswa materi pokok Struktur Atom kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012, dan (2) metode Think Pair Share (TPS) yang dimodifikasi memberikan pengaruh lebih baik terhadap prestasi belajar siswa dibanding dengan menggunakan metode Numbered Head Together (NHT). Hal ini ditunjukkan dengan hasil menggunakan uji pihak kanan dengan taraf signifikansi 5%. Dimana hasil Dimana hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar kognitif diperoleh thitung = 3,0166 > ttabel = 1,667 dan untuk prestasi belajar afektif diperoleh thitung = 2,0923 > ttabel = 1,667.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Artista Eka Widyawati. X3307010. A COMPARATIVE STUDY OF

COOPERATIVE LEARNING USED MODIFIED THINK PAIR SHARE (TPS) AND NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) METHOD ON TOP IC ATOM IC STR UCTURE BY STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT AT THE FIRST GRADE IN SMA N 1 SUKOHARJO ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, October 2011.

The purpose of this research is to find out: (1) the effect of modified Think Pair Share (TPS) and Numbered Head Together (NHT) method on chemistry learning to Atomic Structure student learning achievement for X grade, SMA N 1 Sukoharjo academic year 2011/2012, and (2) better effect between modified Think Pair Share (TPS) and Numbered Head Together (NHT) method on topic Atomic Structure student learning achievement for X grade, SMA N 1 Sukoharjo academic year 2011/2012.

This research is an experimental research. Design of this research is “Randomized Prettest Posttest Design”. The sampel on this research are X.6 and X.9 student classes of SMA N 1 Sukoharjo which taken with cluster random sampling technique. Data is collected using cognitif test and affective questionnaire. Data analisis technique used “Right side t- test”.

According on the result of the research, it can be concluded that: (1) there

are an effect of modified Think Pair Share (TPS) and Numbered Head Together

(NHT) method on topic Atomic Structure student learning achievement for X grade, SMA N 1 Sukoharjo, academic year 2011/2012. (2) modified Think Pair Share (TPS) method give better effect achievement of student than Numbered Head Together (NHT) method. It could be realized that the result of counting by using t-test right side. The result of t-test right side for cognitive learning achievement was aequired tcount= 3,0166 > ttable= 1,667, for affective of learning achievement was aequired tcount= 2,0923 > ttable= 1,667.

Keyword: comparative study, modified Think Pair Share (TPS) method,

(7)

commit to user

vii

MOTTO

v

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai

dengan kesanggupannya

(Al-Baqarah : 286)

v

Hidup harus terus maju, jangan engkau putus asa untuk

meraih segalanya.

v

Jadikan kekuranganmu menjadi kelebihanmu.

v

Kita tidak mampu mengubah masa lalu dan tidak mampu pula

untuk memastikan masa depan yang telah kita rancang sesuai

dengan kehendak, maka janganlah kita berlarut-larut dalam

kekecewaan karena sesuatu yang

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

·Ayah dan Ibu tercinta

·Faldo dan Happy tersayang

·Ifa, Beti, Indi and All Chemistry’07 ”Thank for Everything”

·Mas Agus yang selalu menyemangatiku

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Komparasi Pembelajaran

Cooperatif Learning dengan Metode Think Pair Share (TPS) yang Dimodifikasi

dan Numbered Head Together (NHT) pada Materi Pokok Struktur Atom terhadap

Prestasi Belajar Siswa Kelas X Semester I SMA N 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2011/2012”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan

dalam rangka menyelesaikan studi tingkat sarjana (S1) di Program Kimia Jurusan

P. MIPA, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penelitian skripsi

ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan – kesulitan yang

timbul dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Rasa

terima kasih ini penulis haturkan setulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan ijin menyusun

skripsi ini.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si., selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang

telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.

3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si, selaku Ketua Program P. Kimia FKIP UNS

yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini dan selaku Ketua Penguji

yang telah memberikan banyak masukan.

4. Ibu Elfi Susanti VH, S.Si, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai

masukan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. J.S. Sukardjo, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai

(10)

commit to user

x

6. Ibu Sri Retno Dwi Ariani, S.Si, M.Si, selaku Sekretaris Penguji yang telah

memberikan banyak masukan.

7. Ibu Nanik Dwi Nurhayati, S.Pd, M.Si, selaku Pembimbing Akademik atas

waktu bimbingan, nasehat, dan ilmunya bagi penulis selama ini.

8. Ibu Hj. Sri Lastari, S.Pd, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA N 1 Sukoharjo

yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

9. Ibu Endang Mulyani, S.Pd, selaku Guru bidang studi kimia SMA N 1

Sukoharjo yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan

selama melakukan penelitian.

10. Para siswa SMA N 1 Sukoharjo terutama kelas X.6 dan X.9 atas kerja sama

kalian.

11. Indi, Ifa, Beti, Lian, Tita, Arika, Tresni dan Sintayuli, terima kasih atas

bantuannya.

12. Teman – teman Program P. Kimia 2007 yang tidak mungkin disebutkan satu

persatu.

Demikian skripsi ini disusun dan penulis sadar masih banyak kekurangan

didalamnya. Demi sempurnanya suatu pembelajaran, maka segala keterbatasan

dan kekurangan tersebut perlu senantiasa diperbaiki, oleh karenanya saran, ide,

dan kritik yang membangun dari semua pihak tetap penulis harapkan.

Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan

memberikan sedikit kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan guna

mencapai tujuan pendidikan yang optimal.

Surakarta, Oktober 2011

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGAJUAN. ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN ABSTRAK... v

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Studi Komparasi ... 7

2. Pembelajaran Kooperatif ... 7

3. Metode Think Pair Share (TPS) ... 10

4. Metode Numbered Head Together (NHT) ... 11

5. Prestasi Belajar ... 12

6. Struktur Atom ... 14

(12)

commit to user

xii

C. Kerangka Berpikir ... 30

D. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 36

1. Instrumen Penilaian Kognitif... 36

2. Instrumen Penilaian Afektif... 40

G. Teknik Analisis Data ... 42

1. Uji Prasyarat... 42

a. Uji Normalitas... 42

b. Uji Homogenitas... 43

c. Uji t- Matching... 44

2. Uji Hipotesis... 46

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Data ... 47

1. Selisih Nilai Kognitif Materi Pokok Struktur Atom. 47 2. Nilai Afektif Materi Pokok Struktur Atom ... 48

B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis... 49

1. Uji Normalitas ... 50

2. Uji Homogenitas ... 50

3. Uji Keseimbangan (Uji t- Matching) ... 51

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 51

1. Uji t- Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif dan Afektif... 51

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 52

1. Situasi Kegiatan Belajar Mengajar ... 52

(13)

commit to user

xiii

3. Penilaian Afektif ... 55

4. Perbedaan dan Persamaan Pembelajaran dengan Metode TPS yang Dimodifikasi dan NHT... 57

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan………. 58

B. Implikasi... 58

1. Implikasi Teoritis ……… 58

2. Implikasi Praktis ……… . 58

C. Saran... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Sifat-Sifat Partikel Dasar Atom... 24

Tabel 2. Susunan Atom Li, Ion Li+ dan Ion Li-... 26

Tabel 3. Konfigurasi Elektron Beberapa Unsur... 28

Tabel 4. Desain Penelitian Randomized Pretest-Postest Design... 33

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Butir Soal Instrumen Try Out Kognitif ... 37

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Try Out Kognitif... 38

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen Try Out Kognitif... 39

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal Instrumen Try Out Kognitif... 40

Tabel 9. Skor Penilaian Afektif... 40

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Validitas Butir Soal Instrumen Try Out Afektif... 41

Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Try Out Afektif... 42

Tabel 12. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian... 47

Tabel 13. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Metode TPS yang Dimodifikasi dan Metode NHT... 48

Tabel 14. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Siswa dengan Metode TPS yang Dimodifikasi dan Metode NHT... 49

Tabel 15. Rangkuman Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif……..….. 50

Tabel 16. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Afektif... 50

Tabel 17. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif dan Afektif Siswa... 51

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Model Atom Dalton... 15

Gambar 2. Model Atom Thomson ... 18

Gambar 3. Percobaan Rutherford... 19

Gambar 4. Model Atom Rutherford... 20

Gambar 5. Model Atom Bohr... 21

Gambar 6. Model Atom Modern... 22

Gambar 7. Histogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Metode TPS yang Dimodifikasi dan Metode NHT... 48

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus... 63

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 65

Lampiran 3. Indikator Penilaian Kognitif... 82

Lampiran 4. Hubungan antara Indikator, Nomor Soal dan Jenjang Kognitif. 84 Lampiran 5. Soal Try Out Kognitif Materi Pokok Struktur Atom... 85

Lampiran 6. Kunci Jawaban Soal Try Out Kognitif Materi Pokok Struktur Atom... 97

Lampiran 7. Lembar Jawab Soal Try Out Kognitif Materi Pokok Struktur Atom... 98

Lampiran 8. Kisi-Kisi Penyusunan Angket Afektif ... 99

Lampiran 9. Angket Try Out Afektif Materi Pokok Struktur Atom... 100

Lampiran 10. Kunci Jawaban Angket Try Out Afektif Materi Pokok Struktur Atom ... 102

Lampiran 11. Uji Validitas Butir Soal, Reliabilitas, Daya Beda Soal, dan Taraf Kesukaran Soal Try Out Kognitif... 104

Lampiran 12. Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Penilaian Afektif... 110

Lampiran 13. Data Induk Penelitian... 115

Lampiran 14. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif... 117

Lampiran 15. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif... 118

Lampiran 16. Uji Normalitas Nilai UN IPA SMP... 119

Lampiran 17. Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif... 121

Lampiran 18. Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif ... 123

Lampiran 19. Uji Homogenitas Nilai UN IPA SMP ... 125

Lampiran 20. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif... 126

Lampiran 21. Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif ... 127

Lampiran 22. Daftar Nilai UN IPA SMP Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II... 128

(17)

commit to user

xvii

Eksperimen II... 129

Lampiran 24. Uji Hipotesis Prestasi Belajar Kognitif ... 130

Lampiran 25. Uji Hipotesis Prestasi Belajar Afektif... 131

Lampiran 26. Daftar Kelompok untuk Kelas Eksperimen I... 132

Lampiran 27. Daftar Kelompok untuk Kelas Eksperimen II ... 133

(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu kimia merupakan salah satu cabang sains (IPA). Ilmu kimia sudah

mulai diperkenalkan kepada siswa sejak dini. Dalam kehidupan sehari-hari kita

selalu berhubungan dengan kimia, hal ini menjadikan mata pelajaran kimia

menjadi sangat penting kedudukannya dalam masyarakat. Kimia adalah salah satu

pelajaran yang mempelajari tentang materi dan perubahan yang terjadi di

dalamnya. Ilmu kimia juga mempelajari tentang zat-zat kimia yang bermanfaat

bagi kehidupan manusia. Berbagai peristiwa alam yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari juga dapat dipelajari di dalam ilmu kimia, namun selama ini masih

banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami dan mengikuti

pelajaran kimia.

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran kimia adalah

pendekatan keterampilan proses, karena disamping mengetahui konsep juga harus

memiliki keterampilan proses. Namun dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

ilmu kimia, sering terjadi hambatan-hambatan sehingga prestasi belajar siswa

masih rendah, kurang variasi (hanya berpegang pada diktat dan buku-buku saja).

Hal ini menjadikan pelajaran kimia kurang diminati bagi peserta didik.

Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya fasilitas yang ada, metode mengajar, serta kondisi guru dan

siswa. Untuk menyajikan materi kimia secara lebih menarik, guru harus

mempunyai kemampuan dalam mengembangkan metode mengajarnya sedemikian

rupa sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.

Pembelajaran kimia yang dilakukan di SMA N 1 Sukoharjo masih

berpusat pada guru (teacher centered), sehingga siswa kurang terlibat secara aktif

dalam proses belajar tersebut. Penyampaian ilmu yang bersifat satu arah ini

menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam menerima pembelajaran karena

siswa hanya sebagai obyek dalam proses belajar mengajar, sehingga yang

terbentuk pada diri siswa adalah pengetahuan kognitif yang kedalamannya masih

(19)

commit to user

diragukan. Pencapaian tujuan jangka panjang seperti berpikir kritis dan kreatif,

bekerjasama, serta berkemampuan mandiri hampir terabaikan. Dengan kata lain

ilmu yang sudah diperoleh tersebut sewaktu-waktu dapat hilang dan terlupakan

oleh siswa. Siswa juga terlihat kurang aktif dan cenderung bersikap individual,

sehingga kerjasama antar siswa masih kurang. Berdasarkan data nilai ulangan

harian materi pokok Struktur Atom siswa kelas X SMA N 1 Sukoharjo Tahun

Pelajaran 2009/2010, ± 50% siswa belum mencapai ketuntasan atau mendapatkan

nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Oleh karena itu perlu

dilakukan penggunaan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan

siswa dan juga agar siswa tidak merasa jenuh atau bosan dalam kegiatan

belajarnya sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Perlunya penerapan metode pembelajaran yang tepat dan mengingat

pentingnya interaksi di dalam model pembelajaran kooperatif tersebut, maka

penggunaan metode pembelajaran kooperatif dalam pendidikan menjadi sangat

penting. Siswa harus berperan secara aktif dalam pembelajaran. Salah satu cara

yang tepat untuk mengajak siswa agar lebih aktif adalah dengan mengembangkan

interaksi dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif pada diri siswa,

yaitu dengan cara siswa menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan

masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai

keberanian menyampaikan ide atau gagasan, dan mempunyai tanggung jawab

terhadap tugasnya.

Struktur Atom merupakan salah satu materi pokok dalam mata pelajaran

kimia. Materi pokok Struktur Atom diberikan pada siswa kelas X semester I,

dimana siswa belum begitu mengenal pelajaran kimia. Oleh karena itu, dalam

penyampaiannya diperlukan metode pembelajaran yang mempermudah siswa

untuk dapat memahami materi pokok Struktur Atom.

Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk

mengatasi masalah tersebut dan cocok untuk digunakan pada pembelajaran kimia

materi pokok Struktur Atom yang berupa hafalan adalah dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif metode Think Pair Share (TPS). Tapi metode TPS

(20)

commit to user

kemampuan dan keterampilan guru yang maksimal dalam mengelola kelas

disebabkan banyaknya kelompok dalam kelas. Selain itu juga bila dalam

kelompok hanya terdiri dari dua siswa maka informasi yang diperoleh kelompok

tersebut hanya sedikit. Oleh karena itu dilaksanakan metode TPS yang

dimodifikasi. TPS yang dimodifikasi merupakan metode pembelajaran kooperatif

yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS yang dimodifikasi

ini bertujuan untuk mengajarkan siswa agar lebih mandiri dalam menyelesaikan

soal-soal yang dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa. Selain itu, TPS yang

dimodifikasi juga mengajarkan siswa untuk bisa menerima perbedaan pendapat

dan bekerjasama dengan orang lain. Pembelajaran diawali dengan pengajuan

pertanyaan oleh guru dan meminta siswa untuk memikirkan jawabannya secara

individu, kemudian secara berkelompok, siswa mendiskusikan hasil pemikirannya

untuk menemukan jawaban paling benar. Setelah itu beberapa kelompok berbagi

dengan seluruh kelas tentang apa yang mereka diskusikan, sehingga dengan

metode tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi secara mendalam. TPS

yang dimodifikasi merupakan bentuk refleksi dari struktural kelas yang kurang

optimal, karena kurangnya interaksi antar siswa dengan anggota kelompoknya,

distribusi kemampuan berbendapat tidak merata, sehingga kelompok yang kurang

aktif enggan memberikan pendapat. Metode ini dapat diterapkan di kalangan

sekolah manapun, karena metode ini tidak membutuhkan banyak biaya, sehingga

dapat digunakan baik di sekolah yang kurang memiliki fasilitas hingga sekolah

elite.

Selain metode TPS yang dimodifikasi, dalam pembelajaran kooperatif

dikenal juga metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Metode

NHT juga dapat digunakan pada materi pokok Struktur Atom karena metode ini

dapat menguji pemahaman siswa dalam setiap bagian dari materi yang diajarkan.

Metode pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung

jawab penuh untuk memahami materi pelajaran baik secara kelompok maupun

individual. Metode pembelajaran ini juga melibatkan para siswa dalam mereview

bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran serta memeriksa pemahaman mereka

(21)

commit to user

menuntut siswa baik secara individual maupun kelompok untuk menguasai isi

pelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul :

“STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING

DENGAN METODE THINK PAIR SHARE (TPS) YANG DIMODIFIKASI

DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK STRUKTUR ATOM TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS

X SEMESTER I SMA N 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN

2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

timbul berbagai masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Prestasi belajar siswa pada pelajaran kimia khususnya materi pokok Struktur

Atom masih rendah.

2. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga

keterlibatan atau keaktifan siswa dalam pembelajaran masih rendah dan siswa

kurang bersemangat dalam pembelajaran.

3. Perlu adanya pemilihan metode pembelajaran yang sesuai pada materi pokok

Struktur Atom pada siswa kelas X semester I SMA N 1 Sukoharjo tahun

pelajaran 2011/2012.

4. Pengaruh penerapan metode TPS yang dimodifikasi dan NHT terhadap

prestasi belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

maka perlu pembatasan masalah agar penelitian lebih terarah antara lain:

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas X semester I SMA N 1 Sukoharjo tahun

pelajaran 2011/2012.

2. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

(22)

commit to user

Numbered Head Together (NHT) untuk kelas eksperimen II. Metode TPS

yang digunakan oleh peneliti adalah metode TPS yang dimodifikasi. Dalam

penelitian ini untuk metode TPS pada langkah berpasangan tidak dilakukan

secara berpasangan tetapi secara kelompok, sehingga oleh peneliti metode

tersebut disebut metode TPS yang dimodifikasi.

3. Materi pokok yang dipilih dalam pembelajaran kimia pada penelitian ini

adalah Struktur Atom.

4. Prestasi kognitif siswa dibatasi pada nilai kognitif siswa yang berasal dari

hasil pretes dan postes dan prestasi belajar afektif siswa dilihat dari hasil

angket afektif siswa.

5. Penelitian ini membutuhkan dua orang asisten untuk membantu jalannya

proses penelitian.

D. Perumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Adakah pengaruh metode Think Pair Share (TPS) yang dimodifikasi dan

Numbered Head Together (NHT) terhadap prestasi belajar siswa materi

pokok Struktur Atom kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun

pelajaran 2011/2012?

2. Apakah metode Think Pair Share (TPS) yang dimodifikasi pada

pembelajaran kimia materi pokok Struktur Atom kelas X semester 1 SMA

Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 memberikan pengaruh yang

lebih baik terhadap prestasi belajar siswa daripada metode Numbered Head

Together (NHT)?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang diuraikan di atas, maka

penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh metode Think Pair Share (TPS) yang dimodifikasi dan Numbered

(23)

commit to user

Atom kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran

2011/2012.

2. Pengaruh yang lebih baik antara metode Think Pair Share (TPS) yang

dimodifikasi dan Numbered Head Together (NHT) terhadap prestasi belajar

siswa materi pokok Struktur Atom kelas X semester 1 SMA Negeri 1

Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran kimia,

khususnya pada materi pokok Struktur Atom.

b. Untuk memberikan informasi tentang pencapaian prestasi belajar siswa

yang diperoleh melalui pembelajaran kooperatif metode Think Pair Share

(TPS) yang dimodifikasi dan Numbered Head Together (NHT).

2. Manfaat Praktis

a. Bahan pemikiran bagi pengelola pendidikan, bahwa perlu adanya inovasi

dalam pembelajaran untuk menyiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas. Salah satu diantaranya adalah agar mengembangkan metode

pembelajaran kooperatif yang merupakan bagian dari pembelajaran yang

berdasarkan paradigma belajar, sehingga diharapkan siswa menjadi lebih

aktif dan kreatif mengelola informasi, sehingga pembelajaran lebih

bermakna bagi siswa.

b. Bahan masukan pada guru kimia dalam menentukan metode pembelajaran

kimia yang berorientasi pada proses sehingga dapat lebih meningkatkan

pemahaman siswa pada materi pokok Struktur Atom.

(24)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Studi Komparasi

a. Pengertian Studi

Studi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya kajian, mempelajari

(Depdikbud, 1990: 860). Dalam skripsi ini studi berarti mempelajari.

b. Pengertian Komparasi

Komparasi berasal dari bahasa Inggris “comparation”, yang artinya

perbandingan (Depdikbud, 1990: 516). Penelitian komparasi akan dapat

menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang

benda-benda, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, dan kritik terhadap orang

(Suharsimi Arikunto, 2006: 267).

Dari berbagai pengertian di atas, maka studi komparasi adalah suatu

bentuk penelitian yang membandingkan antara variabel-variabel yang saling

berhubungan dengan menemukan perbedaan-perbedaan dan

persamaan-persamaan.

2. Pembelajaran Kooperatif

a. Hakekat Pembelajaran Kooperatif

Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan

sengaja mengembangkan interaksi yang saling membantu untuk menghindari

ketersinggungan serta kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan,

sebagai latihan hidup di masyarakat. Manusia memiliki derajad potensi, latar

belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena

perbedaan itu, manusia dapat saling mencerdaskan (Nurhadi, 2004: 112). Selain

itu Mohammed Shafiuddin (2010: 589-590), mengemukakan pembelajaran

kooperatif adalah sebuah strategi pengajaran yang tersusun sistematis dimana para

(25)

commit to user

siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama.

Pada metode pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa dapat saling mendiskusikan

masalah-masalah yang dihadapi dengan temannya.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pembelajaran, dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam

kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling

mendiskusikan dan berpendapat, untuk mengasah pengetahuan yang mereka

kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing

(Slavin, 2010: 4). Dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk

bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang untuk menguasai materi

yang disampaikan oleh guru (Isjoni, 2010: 15).

Lingkungan belajar untuk cooperative learning ditandai oleh proses yang

demokratis dan peran aktif siswa dalam memutuskan segala yang seharusnya

dipelajari dan bagaimana caranya. Guru dapat menentukan strukturnya dalam

membentuk kelompok-kelompok dan menentukan prosedur secara keseluruhan,

tetapi siswa dibiarkan mengontrol interaksi dari menit ke menit di dalam

kelompok.

Menurut Nurhadi (2004: 116) ada beberapa alasan perlu

dikembangkannya pembelajaran kooperatif, antara lain:

1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

2) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

3) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

4) Meningkatkan rasa saling percaya pada sesama manusia.

5) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, etnis, kelas sosial, dan agama.

Model pembelajaran kooperatif ditandai oleh struktur tugas, tujuan dan

reward yang kooperatif. Siswa dalam situasi pembelajaran kooperatif ini didorong

dan dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama. Selain itu

(26)

commit to user

Terdapat enam fase atau langkah utama yang terlibat dalam pembelajaran yang

menggunakan model cooperative learning, yaitu:

1) Pembelajaran dimulai dengan guru memberi tahu tujuan-tujuan pembelajaran

dan membangkitkan motivasi belajar siswa.

2) Presentasi informasi, biasanya dalam bentuk teks lebih disukai daripada

bentuk ceramah.

3) Siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar.

4) Siswa dibantu oleh guru, bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan

tugas-tugas kelompok.

5) Presentasi hasil akhir dari berbagai kelompok, mendiskusikan semua hal yang

telah dipelajari siswa.

6) Memberi penghargaan pada usaha kelompok (Arend, 2001: 315-316).

Adeyemi (2008: 697), mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif

memiliki unsur-unsur pokok yang diperlukan untuk meyakinkan para siswa agar

bekerja sama ketika mereka dalam kelompok. Unsur-unsur pokok tersebut antara

lain:

1) Setiap anggota kelompok harus merasa sebagai bagian dalam tim dan bahwa

mereka mempunyai tujuan yang sama.

2) Setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka

selesaikan adalah masalah bersama dan keberhasilan maupun kegagalan

kelompok akan dirasakan oleh semua anggota dalam kelompok.

3) Untuk mencapai tujuan bersama, seluruh siswa harus berpartisipasi dalam

diskusi.

4) Harus diyakinkan pada seluruh siswa bahwa kerja individual setiap anggota

kelompok akan menentukan keberhasilan kelompoknya.

b. Macam - Macam Metode pada Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nurhadi (2004: 116-121) metode-metode yang termasuk dalam

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Metode STAD

2) Metode JIGSAW

(27)

commit to user

4) Metode struktural, yaitu metode Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head

Together (NHT)

3. Metode Think Pair Share (TPS)

a. Pengertian Metode Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran kooperatif metode TPS timbul dari penelitian

tentang cooperative learning dan wait time. Metode pembelajaran yang

dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari University of Maryland

(1985) ini adalah cara efektif untuk mengubah pola wacana dalam kelas. Metode

pembelajaran ini menantang asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi perlu

dilakukan dalam setting seluruh kelompok, dan memiliki prosedur-prosedur built

in untuk memberikan lebih banyak waktu kepada para siswa untuk berfikir dan

merespons serta saling membantu satu sama lain (Arend, 2001: 325).

TPS atau bertukar pikiran dengan pasangan merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa, sehingga memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja

sama dengan orang lain. Selain itu Think Pair Share adalah suatu metode

pembelajaran kolaboratif yang efektif digunakan pada kelas yang besar,

mendorong para siswa untuk merefleksikan isi pelajaran, memberikan kesempatan

secara pribadi pada siswa untuk merumuskan pemikiran mereka sebelum berbagi

dengan siswa yang lain dan dapat membantu perkembangan ketrampilan berpikir

siswa yang lebih tinggi (Jim Aison, 2010: 7).

b. Keunggulan dan Kelemahan Metode Think Pair Share (TPS)

Keunggulan dari metode ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu

memberi kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan

menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. TPS dapat digunakan dalam

semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Anita Lie,

2010: 57).

Disamping mempunyai keunggulan, metode TPS juga mempunyai

kelemahan yaitu:

(28)

commit to user

2) Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, waktu pembelajaran

berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.

3) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai

dengan taraf berfikir anak.

4) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari cara mendengarkan ceramah diganti

dengan berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan

kesulitan tersendiri bagi siswa.

c. Langkah –Langkah Implementasi Metode Think Pair Share (TPS)

Langkah-langkah dalam TPS yaitu:

1) Berfikir

Guru mengajukan sebuah pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran

dan meminta siswa-siswanya untuk menggunakan waktu untuk memikirkan

sendiri tentang jawaban untuk isu tersebut. Siswa perlu diajari bahwa berbicara

tidak menjadi bagian dari waktu berfikir.

2) Berpasangan

Guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan dan mendiskusikan segala

yang sudah mereka pikirkan. Interaksi selama periode ini dapat berupa saling

berbagi ide.

3) Berbagi

Pada tahap ini, guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi sesuatu

yang sudah dibicarakan bersama pasangannya masing-masing dengan seluruh

kelas. Guru memilih satu nomor soal dan menunjuk salah satu siswa dalam

kelompok untuk mengerjakan ke depan. Jadi semua harus benar-benar bisa, dan

tidak ada siswa yang mendompleng keberhasilan siswa lain.

( Arend, 2001: 325-326)

4. Metode Numbered Head Together (NHT)

a. Langkah–Langkah Implementasi Metode Numbered Head Together

(NHT)

Metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dikembangkan

oleh Spencer Kagan (1993). Tujuan utama penggunaan metode belajar NHT ini

(29)

commit to user

yang digunakan di dalam kelas untuk penggunaan metode NHT ini ada empat

langkah penting, yaitu:

1) Penomoran (numbering)

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan

3-5 orang tiap kelompok. Masing-masing anggota kelompok tersebut diberi

nomor urut yang berbeda untuk setiap anggota kelompok, demikian dengan

kelompok lain juga diberi nomor seperti kelompok tersebut.

2) Pengajuan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah kasus atau pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan ini

dapat bervariasi dari yang bersifat umum, spesifik ataupun penerapan. Soal yang

bersifat umum misalnya pertanyaan yang membutuhkan jawaban berupa pendapat

atau uraian, sedangkan spesifik misalnya pertanyaan mengenai suatu tempat

sehingga jawabannya pasti, dan pertanyaan yang bersifat penerapan misalnya

penerapan suatu rumus ke dalam suatu permasalahan hitungan.

3) Berfikir bersama

Para siswa ini yang termasuk dalam satu kelompok berfikir bersama

mengenai pemecahan soal maupun kasus yang diberikan oleh guru. Setiap

anggota kelompok harus meyakinkan bahwa semua anggota dalam kelompoknya

mengerti dan memahami jawaban dari soal tersebut.

4) Pemberian jawaban

Guru menyebutkan salah satu nomor dan para siswa dari setiap kelompok

yang memiliki nomor seperti yang disebutkan mengangkat tangan dan

memberikan jawaban untuk semua kelas. Jawaban dari masing-masing kelompok

didiskusikan dengan seluruh kelas.

(Nurhadi, 2004: 121)

5. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut W.S Winkel (1996: 53), prestasi belajar dapat dilihat dari

perubahan-perubahan dalam pengertian kognitif, pengalaman, ketrampilan, nilai,

sikap, yang bersifat konstan. Prestasi belajar dapat diketahui dengan adanya

(30)

commit to user

tersebut dapat diperoleh informasi sehingga guru dapat mengetahui keberhasilan

pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan,

ketepatan atau keefektifan metode mengajar, mengetahui kedudukan siswa di

kelas atau kelompoknya.

Dari uraian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil usaha yang berupa perubahan tingkah laku yang diperoleh dari

proses belajar mengajar dan dapat diketahui dengan mengadakan penilaian

belajar.

b. Taksonomi Hasil Belajar

Menurut Bloom taksonomi hasil belajar terbagi menjadi 3 domain yaitu

domain kognitif, afektif, dan psikomotor.

1) Domain Kognitif

Menurut Robinson Situmorang, dkk (2005: 2.17) domain/kawasan kognitif

berkenaan dengan ingatan atau pengenalan dan pengembangan kemampuan

intelektual dan keterampilan berpikir. Jenjang taksonomi pendidikan dalam

kawasan kognitif yaitu aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan

evaluasi.

2) Domain Afektif

Menurut Robinson Situmorang, dkk (2005: 2.23) domain/kawasan afektif

berkenaan dengan minat, sikap, dan nilai serta pengembangan penghargaan dan

penyesuaian diri. Kawasan afektif terbagi menjadi 5 jenjang yaitu penerimaan

(receiving), pemberian respon (responding), pemberian nilai atau penghargaan

(valuing), pengorganisasian (organizing) dan karakterisasi (characterization).

3) Domain Psikomotor

Menurut Robinson Situmorang, dkk (2005: 2.26) domain/kawasan

psikomotor berkenaan dengan otot, keterampilan motorik, atau gerak yang

membutuhkan koordinasi otot (neomuscular coordination). Kawasan psikomotor

meliputi peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian dan naturalisasi.

c. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar mempunyai fungsi yang penting selain sebagai indikator

(31)

commit to user

evaluasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Menurut Zainal Arifin

(1990: 3) prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama:

1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai

peserta didik.

2) Sebagai bahan informasi dalam motivasi pendidikan.

3) Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

4) Dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) anak didik.

5) Hasil belajar yang dicapai siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan

instruksional yang direncanakan guru sebelumnya.

6. Struktur Atom

a. Konsep Dasar Struktur Atom

Konsep dasar tentang atom sebenarnya sudah lama dikenal orang.

Konsep tersebut antara lain berasal dari pemikiran orang Yunani kuno yang

dipelopori oleh Democritus yang hidup pada akhir abad ke-4 dan awal abad ke-5

Sebelum Masehi. Menurut teori yang dikemukakannya, suatu benda dapat dibagi

menjadi bagian-bagian yang sangat kecil yang akhirnya tidak dapat dibagi lagi

yang disebut atom. Kata atom berasal dari bahasa Yunani yaitu “atomos” yang

berarti “tidak dapat dibagi lagi”. Disebutkan bahwa alasan ini berasal dari

observasi di mana butiran pasir dapat bersama-sama membentuk sebuah pantai.

Dalam analoginya, pasir adalah atom, dan pantai adalah senyawa. Analogi ini

kemudian dapat dihubungkan dengan pengertian Democritus terhadap atom yang

tidak bisa di bagi lagi walaupun sebuah pantai dapat dibagi ke dalam

butiran-butiran pasirnya, butiran-butiran pasir ini tidak dapat dibagi. Namun model Democritus

ini kurang memiliki bukti eksperimental, sehingga tidak dapat diterima oleh

beberapa ahli ilmu pengetahuan dan filsafat.

b. Perkembangan Teori Model Atom

Perkembangan teori model atom dipelajari mulai dari teori atom Dalton

hingga teori atom modern. Berikut ini penjelasan dari masing-masing teori model

(32)

commit to user

1) Model Atom Dalton

John Dalton merumuskan teori atom yang pertama sekitar tahun 1803-1807,

yang kita kenal sebagai teori atom Dalton. Berikut adalah postulat-postulat dalam

teori atom Dalton:

a) Setiap unsur terdiri atas partikel yang sudah tak terbagi yang disebut atom.

b) Atom-atom dari suatu unsur adalah identik. Atom-atom dari unsur yang

berbeda, termasuk mempunyai massa yang berbeda.

c) Atom dari suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur yang lain,

tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan. Reaksi kimia hanya merupakan

penataan ulang atom-atom.

d) Senyawa terbentuk ketika atom-atom dari dua jenis unsur atau lebih

bergabung dengan perbandingan tertentu. Misalnya air terdiri dari

atom-atom hidrogen dan atom-atom-atom-atom oksigen.

Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti

[image:32.595.113.513.195.512.2]

pada tolak peluru, seperti gambar berikut ini:

Gambar 1. Model Atom Dalton

Kelemahan teori atom Dalton yaitu:

a) Tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu dengan

unsur yang lain.

b) Tidak dapat menjelaskan sifat listrik materi.

c) Tidak dapat menjelaskan cara atom-atom saling berikatan.

(Michael Purba, 2006: 18-21)

2) Model Atom Thomson

a) Penemuan Elektron

Tahun 1897, Joseph John Thomson menemukan elektron. Thomson

melakukan percobaan dengan menggunakan tabung kaca bertekanan udara

(33)

commit to user

dipasang plat logam yang berfungsi sebagai elektrode. Kedua elektrode

tersebut dihubungkan dengan sumber arus listrik bertekanan tinggi.

Elektrode yang dihubungkan dengan kutub positif disebut anode,

sedangkan elektrode yang dihubungkan dengan kutub negatif disebut

katode. Tabung seperti itu dinamakan tabung sinar katode (tabung

Crookes).

Percobaan itu dilakukan sebagai berikut. Dengan menggunakan pompa

vakum, tekanan udara dalam tabung dapat diatur. Jika tekanan udara dalam

tabung dibuat cukup rendah, maka gas dalam tabung akan berpendar

(berpijar) dengan cahaya yang warnanya bergantung pada jenis gas dalam

tabung. Selanjutnya, jika tekanan gas dalam tabung dibuat semakin kecil,

maka akhirnya tabung menjadi gelap. Akan tetapi, bagian tabung di depan

katode berpendar dengan warna hijau. Perpendaran ini bersumber dari

radiasi katode menuju anode yang membentur gelas sehingga gelas

berpendar (mengeluarkan cahaya warna hijau). Sinar itu disebut sinar

katode. Selanjutnya diketahui bahwa sinar katode merupakan radiasi

partikel yang bermuatan negatif.

Berdasarkan hasil percobaan itu, Thomson mengungkapkan sifat-sifat

sinar katode sebagai berikut ini:

(1) Dipancarkan oleh katode dalam sebuah tabung hampa jika dilewatkan

arus listrik bertegangan tinggi.

(2) Merambat dalam garis lurus menuju anode.

(3) Jika membentur gelas, maka gelas berpendar (berfluoresensi). Dengan

adanya fluoresensi ini, kita dapat mengetahui adanya sinar katode.

(4) Dapat dibelokkan oleh medan listrik dan medan magnet ke kutub

positif. Oleh karena itu, sinar katode bermuatan negatif.

(5) Sinar tidak bergantung pada bahan elektrodenya. Hal itu berarti, setiap

elektrode dapat memancarkan sinar katode. Jadi, setiap materi

mengandung partikel seperti sinar katode.

Dari kelima sifat-sifat sinar katode itu, dapat disimpulkan bahwa sinar

(34)

commit to user

dasar tersebut kemudian disebut elektron. Berdasarkan hal itu, Thomson

menyimpulkan bahwa elektron merupakan partikel dasar penyusun atom.

Selanjutnya Thomson melakukan percobaan untuk menentukan harga

perbandingan muatan elektron dengan massanya. Thomson melakukan

percobaan seperti gambar. Dari percobaan itu, diperoleh harga e/m sebesar

1,76 x 108 C g-1. Nilai-nilai itu merupakan hasil pengukuran pengaruh

medan listrik dan magnet terhadap pembelokan sinar katode serta

pengukuran jari-jari kelengkungan dari pembelokan tersebut.

(Parning, 2005: 22-23)

b) Percobaan Tetes Minyak Millikan

Tahun 1909, Robert Millikan melakukan percobaan dengan tetes minyak

untuk menentukan muatan 1 elektron. Pada percobaan itu, tetes minyak

dapat menangkap satu, dua, tiga atau lebih elektron. Millikan menemukan

muatan tetes minyak yang besarnya adalah 1 x 1,6 x 10-19 C, 2 x 1,6 x 10-19

C, 3 x 1,6 x 10-19 C, dan seterusnya. Berdasarkan hal tersebut, Millikan

menyimpulkan bahwa muatan 1 elektron adalah 1,6 x 10-19 C dan diberi

tanda -1.

Berdasarkan percobaan Thomson dan Millikan massa elektron dapat

dihitung sebagai berikut:

(1) Dari percobaan Thomson : q/m = e/m = 1,76 x x108 C g-1.

(2) Dari percobaan Millikan : e = 1,6 x 10-19 C.

(3) Oleh karena itu, massa elektron : m = 9,11 x 10-28 gram.

(Parning, 2005: 24)

c) Teori Atom Thomson

Penemuan elektron atas jasa Joseph John Thomson dan Robert Andrews

Millikan pada tahun-tahun pertama abad ke-20 memberikan bukti

ketidaksempurnaan model atom Dalton yang mengatakan bahwa atom

adalah partikel terkecil yang tak dapat terbagi, tidak dapat diterima lagi.

Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron

bermuatan negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positif

(35)

commit to user

tersebut, Thomson memperbaiki kelemahan dari teori atom Dalton dan

mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom Thomson,

yang menyatakan bahwa: “Atom merupakan bola pejal yang bermuatan

positif dan di dalamnya tersebar muatan negatif elektron”.

Model atom ini dapat digambarkan menyerupai roti kismis. Menurut

Thomson, atom terdiri dari materi bermuatan positif dan di dalamnya

tersebar elektron bagaikan kismis dalam roti kismis. Secara keseluruhan

atom bersifat netral. Model atom Thomson dapat dilihat pada gambar

[image:35.595.130.511.219.528.2]

berikut:

Gambar 2. Model Atom Thomson

(Michael Purba, 2006: 25)

3) Model Atom Rutherford

a) Penemuan Inti Atom

Pada tahun 1910, Ernerst Rutherford melakukan serangkaian percobaan

untuk mengetahui lebih banyak tentang susunan atom. Eksperimen yang

dilakukan Rutherford adalah penembakan lempeng emas yang sangat tipis

dengan partikel alfa berenergi tinggi. Sinar alfa adalah salah satu jenis

radiasi yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Dalam percobaan itu ditemukan

bahwa sebagian besar partikel alfa dapat menembus lempeng emas tanpa

pembelokan yang berarti, seolah-olah lempeng emas itu tidak ada. Akan

tetapi, kemudian didapati pula bahwa sebagian kecil dari partikel alfa

mengalami pembelokan yang cukup besar, bahkan beberapa diantaranya

dipantulkan. Rutherford menduga bahwa pembelokan dan pemantulan

sinar alfa tersebut terjadi karena sinar alfa berbenturan dengan suatu benda

(36)
[image:36.595.150.514.111.488.2]

commit to user

Gambar 3. Percobaan Rutherford

Setelah melakukan eksperimen, Rutherford menyimpulkan bahwa benda

pejal itu merupakan inti atom. Hal itu berarti atom terdiri dari inti atom

dan ruang kosong. Di luar inti atom terdapat elektron yang bermuatan

negatif dan jumlahnya sama dengan muatan pada inti atom. Elektron

beredar mengelilingi atom pada jarak yang relatif jauh dari inti atom.

Lintasan elektron tersebut dinamakan kulit atom. Jarak inti atom ke kulit

elektron disebut jari-jari atom.

(Parning, 2005: 24)

Dengan model seperti itu, penghamburan sinar alfa oleh lempeng emas

tipis dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Sebagian besar partikel sinar alfa dapat tembus karena melalui daerah

hampa.

(2) Partikel alfa yang mendekati inti atom dibelokkan karena mengalami

gaya tolak inti.

(3) Partikel alfa yang menuju inti atom dipantulkan karena inti bermuatan

positif dan sangat pejal.

(Michael Purba, 2006: 27-28)

b) Teori Atom Rutherford

Melalui percobaan dengan menembaki plat emas yang sangat tipis dengan

sinar alfa, Rutherford menemukan inti atom yang bermuatan positif dan

massa atomnya terpusat pada intinya. Hipotesa dari Rutherford adalah

atom yang tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilinginya.

(37)

commit to user

elektron-elektron bergerak mengelilingi inti atom seperti planet-planet

mengitari matahari.

Kelemahan dari Rutherford tidak dapat menjelaskan mengapa elektron

tidak jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron

mengitari inti ini disertai pemancaran energi sehingga lama-kelamaan

energi elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama akan

mendekati inti dan jatuh ke dalam inti.

[image:37.595.114.512.178.485.2]

(Michael Purba, 2006: 29)

Gambar 4. Model Atom Rutherford

4) Model Atom Bohr

Pada tahun 1913, berdasarkan analisis spektrum atom, Niels Bohr

mengajukan model atom sebagai berikut:

a) Dalam atom terdapat lintasan-lintasan tertentu tempat elektron dapat

mengorbit inti tanpa disertai pemancaran atau penyerapan energi. Lintasan

itu, yang juga disebut kulit atom, adalah orbit berbentuk lingkaran dengan

jari-jari tertentu. Tiap lintasan ditandai dengan satu bilangan bulat yang

disebut bilangan kuantum utama (n), mulai dari 1, 2, 3, 4, dan seterusnya,

yang dinyatakan dengan lambang K, L, M, N, dan seterusnya. Lintasan

pertama, dengan n = 1, dinamai kulit K. lintasan kedua, dengan n = 2,

dinamai kulit L, dan seterusnya. Makin besar harga n (makin jauh dari

(38)
[image:38.595.125.516.148.495.2]

commit to user

Gambar 5. Model Atom Bohr

b) Elektron hanya boleh berada pada lintasan-lintasan yang diperbolehkan

(lintasan yang ada), dan tidak boleh berada di antara dua lintasan. Lintasan

yang akan ditempati oleh elektron bergantung pada energinya. Pada

keadaan normal (tanpa pengaruh luar), elektron menempati tingkat energi

terendah. Keadaan seperti itu disebut tingkat dasar (ground state).

c) Elektron dapat berpindah dari satu kulit ke kulit lain disertai pemancaran

atau penyerapan sejumlah tertentu energi. Perpindahan elektron ke kulit

luar akan disertai penyerapan energi. Sebaliknya, perpindahan elektron ke

kulit lebih dalam akan disertai pelepasan energi.

Kelemahan model atom ini adalah tidak dapat menjelaskan spektrum warna

dari atom berelektron banyak. Sehingga diperlukan model atom yang lebih

sempurna dari model atom Bohr.

5) Model Atom Modern (Model Atom Mekanika Kuantum)

Pada tahun 1927, Erwin Schrodinger, seorang ilmuwan dari Austria

mengemukakan teori atom mekanika kuantum atau mekanika gelombang. Teori

tersebut dapat diterima para ahli hingga sekarang.

Teori atom mekanika kuantum mempunyai persamaan dengan teori atom

Niels Bohr dalam hal tingkat-tingkat energi atau kulit-kulit atom, tetapi berbeda

dalam hal bentuk lintasan atau orbit tersebut. Dalam teori atom mekanika

kuantum, posisi elektron adalah tidak pasti. Hal yang dapat ditentukan mengenai

keberadaan elektron di dalam atom adalah daerah peluang terbesar untuk

(39)

commit to user Teori atom modern adalah sebagai berikut:

a) Atom terdiri dari inti atom yang mengandung proton dan neutron,

sedangkan elektron-elektron mengitari inti atom yang berada pada

orbital-orbital tertentu dan membentuk kulit atom. Hal itu disebut dengan konsep

orbital.

b) Berdasarkan perpaduan asas ketidakpastian dari Heisenberg dan mekanika

gelombang dari Broglie, Schrodinger merumuskan konsep orbital, yaitu

“Orbital adalah suatu ruang atau daerah peluang menemukan elektron”.

c) Kedudukan elektron pada orbital-orbitalnya dinyatakan dengan bilangan

[image:39.595.132.511.211.516.2]

kuantum.

Gambar 6. Model Atom Modern

Awan elektron disekitar inti menunjukkan tempat kebolehjadian elektron.

c. Partikel Penyusun Atom

1) Proton

Tahun 1886, Eugene Goldstein menemukan proton. Goldstein melakukan

penelitian menggunakan tabung sinar katode. Anode dan katode dari tabung

tersebut dihubungkan dengan sumber arus listrik bertegangan tinggi. Hasil

penelitian Goldstein menunjukkan fakta-fakta berikut. Jika katode tidak diberi

lubang, maka ruang di belakang katode gelap. Akan tetapi, jika katode dilubangi

dan diisi dengan gas hidrogen yang bertekanan sangat rendah, maka gas di

(40)

commit to user

dari anode dan memijarkan gas tersebut. Sinar itu disebut sinar anode (sinar

positif) atau sinar kanal (sinar terusan).

Sifat-sifat sinar anode adalah sebagai berikut:

a) Merupakan radiasi partikel yang disebut dengan proton.

b) Dalam medan listrik atau magnet dapat dibelokkan ke kutub negatif.

Berarti sinar anode bermuatan positif.

c) Perbandingan muatan dan massanya (e/m), bergantung pada gas yang

diisikan pada tabung. Perbandingan e/m terbesar terjadi jika gas yang

diisikan adalah gas hidrogen.

Selanjutnya, melalui percobaan diperoleh hasil bahwa massa 1 proton adalah

1,6726 x 10-24 gram (1 sma) dan muatan 1 proton adalah 1,6022 x 10-19 C dan

diberi tanda muatan + 1.

(Michael Purba, 2006: 31-32)

2) Neutron

Neutron ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932, tetapi

keberadaannya telah diduga oleh Aston sejak tahun 1919. Pada tahun itu, Aston

menemukan spektrometer massa, yaitu alat yang dapat digunakan untuk

menentukan massa atom atau molekul. Dengan alat tersebut, Aston menemukan

bahwa atom-atom dari unsur yang sama mempunyai massa yang berbeda.

Fenomena ini disebut isotop. Juga ditemukan bahwa massa suatu atom ternyata

tidak sama dengan jumlah protonnya. Berdasarkan kedua fakta tersebut, Aston

menduga keberadaan partikel netral dalam atom yang jumlahnya dapat berbeda

meskipun unsurnya sama.

Selanjutnya pada tahun 1930, W. Bothe dan H. Becker menembaki inti atom

berilium dengan partikel alfa dan menemukan suatu radiasi partikel yang

mempunyai daya tembus tinggi. Pada tahun 1932, James Chadwick membuktikan

bahwa proton tersebut terdiri atas partikel netral yang massanya hampir sama

dengan massa proton. Oleh karena bersifat netral, partikel itu dinamai neutron.

Percobaan lebih lanjut membuktikan bahwa neutron juga merupakan partikel

dasar penyusun inti atom.

(41)

commit to user Neutron tidak bermuatan (netral).

(Michael Purba, 2006: 32)

3) Elektron

Elektron ditemukan oleh Joseph John Thomson pada tahun 1897. Penemuan

elektron berkaitan dengan percobaan-percobaan tentang hantaran listrik melalui

tabung hampa. Thomson melakukan percobaan dengan menggunakan tabung kaca

bertekanan udara sangat rendah. Tabung tersebut dinamakan tabung sinar katode.

Melalui percobaan itu, Thomson dapat menentukan harga e/m yaitu sebesar 1,76 x

108 C g-1.

Sedangkan muatan elektron ditemukan oleh Robert Millikan melalui

percobaannya dengan tetes minyak, yaitu sebesar 1,602 x 10-19 C dan diberi tanda

-1. Berdasarkan percobaaan Thomson dan Millikan, massa elektron dapat dihitung

[image:41.595.112.511.235.497.2]

yaitu sebesar 9,11 x 10-28 gram.

Tabel 1. Sifat-Sifat Partikel Dasar Atom

Partikel Lambang Massa Muatan Penemu

Proton p 1,6726231 x 10-24 + 1 Goldstein/Rutherford

Neutron n 1,672492716 x 10-24 Netral J. Chadwick

Elektron e 9,1093897 x 10-28 - 1 J.J Thomson

(Michael Purba, 2006: 22-25)

d. Susunan Atom

Dengan ditemukannya struktur atom, maka antara atom yang satu dengan

yang lainnya dapat dijelaskan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan

susunan yaitu jumlah proton, elektron, dan neutronnya.

1) Nomor Atom

Jumlah proton dalam suatu atom disebut nomor atom atau nomor proton.

Jumlah proton khas bagi setiap unsur. Artinya, atom-atom dari unsur yang sama

mempunyai jumlah proton yang sama tetapi berbeda dari atom unsur lain. Oleh

karena suatu atom bersifat netral, maka jumlah elektron sama dengan jumlah

proton. Jadi, nomor atom juga menyatakan jumlah elektron dalam suatu atom.

(42)

commit to user Contoh:

Nomor atom karbon adalah 6, berarti setiap atom karbon mempunyai 6 proton dan

6 elektron.

2) Nomor Massa

Telah disebutkan bahwa proton dan neutron mempunyai massa yang hampir

sama, yaitu masing-masing sekitar 1 sma. Sedangkan massa sebuah elektron

sangat kecil. Oleh karena itu, massa sebuah atom praktis hanya ditentukan oleh

massa proton dan neutronnya, sedangkan massa elektron dapat dibaikan. Jumlah

proton dengan neutron dalam suatu atom disebut nomor massa.

3) Notasi Susunan Atom

Jumlah proton, elektron dan neutron dalam suatu atom dinyatakan dengan

lambang (notasi) sebagai berikut:

Dimana:

A = nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron = p + n

Z = nomor atom = jumlah proton (p) = jumlah elektron (e)

X = lambang unsur

Oleh karena A = p + n, sedangkan p = Z, maka A = Z + n atau n = A – Z.

Jadi, jumlah neutron dalam suatu atom sama dengan selisih nomor massa dengan

nomor atomnya.

Contoh:

menyatakan atom Nitrogen dengan nomor atom dan nomor massa 14. Atom

ini mempunyai jumlah proton = 7, jumlah elektron = 7, dan jumlah neutron = 14

– 7 = 7.

4) Susunan Ion

Suatu atom dapat kehilangan elektron atau mendapat elektron tambahan.

Atom yang kehilangan elektron akan menjadi ion positif, sedangkan atom yang

mendapat tambahan elektron akan menjadi ion negatif.

Nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron

(43)

commit to user

Contoh : atom 7 Li3 terdiri dari 3 proton, 3 elektron dan 4 neutron. Jika jumlah

elektronnya berkurang satu, maka atom litium berubah menjadi ion Li+.

Sebaliknya, jika atom litium mendapat tambahan 1 elektron, maka terbentuk ion

[image:43.595.113.514.214.518.2]

Li-. Susunan atom Li, ion Li+ dan ion Li- adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Susunan Atom Li, Ion Li+ dan Ion Li-

Spesi Σ Proton Σ Elektron Σ Neutron

Atom Li 3 3 4

Ion Li+ 3 2 4

Ion Li- 3 4 4

Dalam atom netral, jumlah elektron = Z

Dalam ion bermuatan +X, jumlah elektron = Z – X

Dalam ion bermuatan –X, jumlah elektron = Z + X

e. Isotop, Isobar, dan Isoton

1) Isotop

Atom yang mempunyai nomor atom yang sama tetapi memiliki nomor massa

yang berbeda disebut dengan isotop.

Contoh :

p = 7 p = 7 p = 7

e = 7 e = 7 e = 7

n = 6 n = 7 n = 8

Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang sama karena jumlah

elektronnya sama.

2) Isobar

Atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi

mempunyai nomor massa sama disebut isobar.

Contoh : dan merupakan isobar.

3) Isoton

Atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda), tetapi

mempunyai jumlah neutron sama disebut isoton.

Contoh : dan merupakan isoton, karena memiliki jumlah neutron sama

(44)

commit to user

f. Massa Atom dan Massa Atom Relatif

Dalam perhitungan kimia, kita tidak menggunakan massa atom absolute,

tetapi massa atom relatif. Massa atom relatif adalah perbandingan massa antara

atom yang satu terhadap atom yang lainnya. Massa pembanding yang telah

disepakati adalah 1/12 dari massa 1 atom C-12. Oleh karena umumnya unsur

terdiri dari beberapa isotop, maka pada penetapan massa atom relatif digunakan

massa rata-rata dari isotopnya. Dengan demikian, massa atom relatif adalah

perbandingan massa rata-rata dari 1 atom suatu unsur terhadap 1/12 massa 1 atom

C-12.

1/12 massa 1 atom C-12 ditetapkan sama dengan 1 sma, maka definisi di

atas ditulis sebagai berikut:

Dengan menata ulang persamaan di atas, diperoleh;

g. Konfigurasi Elektron

1) Menulis Konfigurasi Elektron

Sesuai dengan teori atom Niels Bohr, elektron berada pada kulit-kulit atom.

Kulit yang paling dekat dengan inti, yaitu kulit K, dapat ditempati 2 elektron, kulit

kedua (kulit L) dapat ditempati 8 elektron, dan seterusnya. Makin besar nomor

kulit, makin banyak jumlah elektron yang dapat berada di situ. Hal itu terjadi

karena makin besar nomor kulit, makin besar pula ruang cakupannya. Jumlah

maksimum elektron pada setiap kulit memenuhi rumus 2n2 (n = nomor kulit).

Kulit K (n = 1) maksimum 2 x 12 = 2 elektron

Kulit L (n = 2) maksimum 2 x 22 = 8 elektron

Kulit M (n = 3) maksimum 2 x 32 = 18 elektron

Kulit N (n = 4) maksimum 2 x 42 = 32 elektron

Kulit O (n = 5) maksimum 2 x 52 = 50 elektron

(45)

commit to user

Persebaran elektron dalam kulit-kulit atom disebut konfigurasi elektron.

Elektron pertama dan kedua akan menempati kulit K. Jadi, konfigurasi elektron

dari hidrogen (nomor atom = 1) dan helium (nomor atom = 2) ditulis sebagai

berikut:

K

1H : 1

2He : 2

Oleh karena kulit K hanya dapat ditempati maksimum 2 elektron, maka

elektron ketiga akan mengisi kulit L. Kulit L ini dapat ditempati maksimum 8

elektron. Jadi, unsur dengan nomor atom 3-10 akan mengisi hingga penuh kulit

[image:45.595.111.514.203.509.2] [image:45.595.118.510.511.723.2]

kedua (kulit L). Konfigurasi elektron unsur-unsur tersebut dapat dilihat pada

Tabel 3.

Setelah kulit L terisi penuh, maka elektron berikutnya akan mengisi kulit M.

Meskipun kulit M belum terisi penuh, ternyata elektron ke-19 dan ke-20 mengisi

kulit N, sehingga konfigurasi elektron unsur K (nomor atom 19) dan Ca (nomor

atom 20) adalah sebagai berikut:

K L M N

19K : 2 8 8 1

20Ca : 2 8 8 2

Tabel 3. Konfigurasi Elektron Beberapa Unsur

Nomor Atom (Z) Lambang Unsur K L M N O P

1 H 1

2 He 2

3 Li 2 1

9 F 2 7

10 Ne 2 8

11 Na 2 8 1

12 Mg 2 8 2

18 Ar 2 8 8

31 Ga 2 8 18 3

36 Kr 2 8 18 8

49 In 2 8 18 18 3

56 Ba 2 8 18 18 8 1

(46)

commit to user 2) Elektron Valensi

Elektron valensi adalah elektron yang dapat digunakan untuk membentuk

ikatan kimia. Untuk

Gambar

Gambar 1.  Model Atom Dalton...........................................................
Gambar 1. Model Atom Dalton
Gambar 2. Model Atom Thomson
Gambar 3. Percobaan Rutherford
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei, yaitu mengamati, mencatat dan mengukur secara sistematik gelala-gejala yang diteliti kemudian dilengkapi

Penelitian ini menggunakan k-Nearest Neighbor (k-NN) untuk identifikasi Freycinetia berdasarkan citra anatomi epidermis daun, yang menjadi input pada klasifikasi ini

Sistem bonus malus merupakan sistem asuransi dimana besarnya premi yang dibayarkan pihak tertanggung kepada pihak penanggung berubah sesuai dengan banyak klaim yang diajukan

[r]

memengaruhi dan membentuk individu e-lifestyle Valentine and Powers (2013) Generation Y Value and Lifestyle Segments Segmentasi Generasi Y One way anova Sampel :

(Meski sesungguhnya hal terakhir ini tidak menjadi masalah yang terlalu signifikan sepanjang pemrogram-pemrogram yang akan mengembangkan aplikasi di atas MongoDB memahami

Meramcang peralatan mesin alternatif ( modifikasi ), , mengembangkan desain ( menentukan ukuran dengan : rumus, diagram, tabel, katalog, ketentuan – ketentuan teknik, hand

It is agreed that the Agency's safeguards r:i.grtts and responsibil- ities referred to in Section 5 of this Agree.rnent shall be imp lernented in accordance with