• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Biaya dan Manfaat

Dalam dokumen 5 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 37-41)

Biaya yang digunakan dan manfaat yang diperoleh dalam usaha tambak sistem silvofishery Di Desa Dabong dikelompokkan kedalam beberapa bagian yaitu: Modal investasi, biaya penambahan investasi, biaya perawatan, nilai sisa investasi, biaya operasional, dan penerimaan.

Pada penelitian ini analisis ekonomi dilakukan untuk 7 (tujuh) tahun periode analisis, yaitu berdasarkan nilai ekonomi dari investasi yang dilakukan. Menurut Gittinger et al. (2008), salah satu ukuran dalam menentukan panjangnya umur analisis suatu proyek adalah sama dengan umur ekonomi daripada proyek, yang dimaksud dengan umur ekonomi suatu asset ialah jumlah tahun selama pemakaian asset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunannya. Dalam usaha tambak udang vaname yang dilaksanakan Di Desa Dabong, nilai investasi yang cukup besar adalah pembangunan kontruksi kolam yaitu sebesar Rp. 21.810.000,00 berupa kegiatan rehabilitasi kolam dan pembuatan bangunan pendukung. Umur ekonomis kontruksi tambak ini sekitar 7 (tujuh) tahun. Sedangkan investasi lainnya berupa pengadaan peralatan pendukung dengan nilai investasi sebesar Rp. 6.050.000,00 dan umur ekonomis berkisar 4 sampai 5 tahun.

Dengan menetapkan umur proyek selama 7 tahun, maka akan terjadi penggantian/ pengadaan investasi baru berupa penambahan peralatan pada tahun ke 5 dan tahun ke 6, pada akhir umur proyek akan tersisa nilai investasi dari pengadaan peralatan baru tersebut. Apabila perhitungan umur proyek yang dipilih kurang dari 7 tahun maka nilai sisa investasi akan sangat besar dan apabila dipilih lebih dari 7 tahun maka harus disediakan penambahan dana investasi pada tahun ke-8 untuk pembangunan kontruksi baru dengan dana yang besar.

a. modal investasi

Modal investasi yang digunakan dalam usaha tambak sistem silvofishery adalah sama dengan tambak konvensional yang ada. Investasi dilakukan dengan cara revitalisasi/ pembangunan kembali tambak yang sudah ada, serta dilakukan pembelian beberapa peralatan untuk proses produksi. Penanaman bibit mangrove sebanyak 3300 batang untuk tiap petak pada pelataran tambak merupakan bentuk

investasi yang khas pada sistem silvofishery, komponen investasi ini sebagai bagian dari upaya rehabilitasi ekosistem mangrove

Jumlah investasi tambak sistem silvofishery adalah Rp.27.820.000,00 Mengenai jenis investasi tambak sistem silvofishery secara rinci dapat dilihat pada lampiran 13.

b. nilai sisa (residual value)

Seringkali pada akhir suatu periode proyek diperkirakan adanya nilai sisa, yaitu tidak semua modal investasi habis digunakan selama periode proyek sehingga tersisa suatu nilai yang disebut “nilai sisa” (residual value). Oleh karena itu nilai sisa dari suatu perincian kapital dianggap sebagai “manfaat” proyek selama tahun terakhir dari periode analisis (Gittinger et al. 2008).

Selanjutnya untuk menghitung besarnya nilai sisa, Gittinger (2008) mengemukakan rumus seperti berikut:

NS =  



x P Dimana :

NS = Nilai Sisa

SUE = Sisa Umur Ekonomis UE = Umur Ekonomis P = Nilai Investasi

Jumlah nilai sisa yang terjadi pada tahun terakhir periode analisis dapat dilihat pada lampiran 14.

c. biaya perawatan

Menurut Gittinger et al (2008), untuk memudahkan perhitungan biaya perawatan bangunan dan peralatan, maka dapat digunakan pedoman biaya perawatan kontruksi sebesar 1 persen/tahun dari nilai investasi dan biaya perawatan mesin sebesar 5 persen/tahun dari nilai investasi. Yang digolongkan kedalam konstruksi adalah semua bangunan dan peralatan yang tidak menggunakan mesin. Rincian biaya perawatan kontruksi dan peralatan dapat dilihat pada lampiran 14.

g. biaya pengganti

Dalam pelaksanaan proyek ada beberapa jenis investasi yang harus diganti sebelum periode proyek selesai, oleh karena itu diperlukan biaya penggantian investasi pada saat proyek membutuhkannya. Perlakuan terhadap biaya penggantian investasi adalah dengan memasukan biaya-biaya tersebut dalam perincian biaya modal pada tahun bersangkutan dalam analisis proyek (Gittinger et al. 2008). Penggantian investasi terjadi seperti disajikan pada lampiran 14.

Menurut Gittinger et al. (2008), penyusutan tidak muncul dalam perhitungan biaya bruto untuk B/C ratio, karena penyusutan pada dasarnya adalah merupakan pengembalian yang dbayar karena telah menggunakan kapital. Dalam hal ini nilai penyusutan tidak perlu dimasukan secara terpisah sebagai suatu biaya dalam menganalisis proyek, karena secara otomatis penyusutan telah masuk dalam proses perhitungan. Penyusutan hanya merupakan persoalan pembukuan dan bukan merupakan persoalan nilai ekonomi.

h. biaya operasional

Biaya operasional dalam penelitian ini adalah semua sarana produksi habis pakai dalam satu siklus produksi. Biaya operasional pertahun tergantung dari banyaknya siklus yang dilakukan, sehingga proses produksi akan terlaksana (Riyanto. 2001). Menurut Gittinger et al (2008), dalam analisis ekonomi penentuan harga menggunakan shadow prices atau accounting prices yaitu harga-harga yang disesuaikan sedemikian rupa untuk menggambarkan nilai ekonomi sebenarnya atas barang dan jasa tersebut, karena telah terjadi perubahan dan penyimpangan pada harga pasar yang ada. Dalam analisis ekonomi subsidi merupakan pengalihan dana masyarakat terhadap proyek sehingga tidak mengurangi biaya proyek, pada kondisi ini subsidi masuk dalam kalkulasi harga jual.

Terjadi perbedaan satuan harga pada aspek finansial dan aspek ekonomi untuk harga bahan bakar dan upah tenaga kerja.Secara aspek ekonomi biaya operasional tambak adalah Rp.14.006.726,00/siklus atau sebesar Rp.28.013.452,00/tahun, yaitu dengan asumsi harga bahan bakar tanpa subsidi dan upah tenaga kerja yang riil dikeluarkan. Secara aspek ekonomi jumlah biaya operasional tambak silvofishery dapat dilihat pada lampiran 16.

i. penerimaan

Nilai penerimaan pada tambak sistem silvofishery yang akan diperoleh merupakan suatu estimasi berdasarkan data rata-rata penerimaan tambak dari masing-masing responden yang ada saat ini. Penerimaan tersebut merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dikalikan harga jual rata-rata yang berlaku, dimana harga jual rata-rata diperoleh sebesar Rp.43.850,00/kilogram. Jumlah penerimaan bersih adalah penerimaan setelah dikurangi persentase retribusi yang tepat diberlakukan dilokasi penelitian, pajak yang berlaku adalah 1,5 persen. Rata-rata penerimaan setelah pajak adalah Rp,22.650.015,90/siklus atau Rp.45.300.031,80/tahun, estimasi nilai penerimaan hasil budidaya tambak silvofishery secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 17.

Selain penerimaan dari komoditas yang dibudidayakan tambak sistem silvofishery menghasilkan panen komoditas sampingan berupa jenis udang alami, ikan, kepiting, dan kerang. Dengan penerapan tambak sistem silvofishery lebih memberikan potensi untuk menghasilkan komoditas sampingan jika dibandingkan tambak sistem konvensional, karena pada sistem ini tersedia ekosistem mangrove sebagai habitat pada pelataran tambak. Pada penelitian ini jumlah penerimaan dari hasil sampingan diasumsikan minimal adalah sama dengan kondisi rata-rata penerimaan tambak saat ini. Penerimaan dari hasil sampingan merupakan perkalian antara jumlah panen dari hasil sampingan dikalikan harga jual masing-masing komoditas. Estimasi nilai penerimaan dari hasil sampingan adalah Rp,1.337.760,00/siklus atau Rp. 2.675.520,00/tahun, jenis dan estimasi nilai penerimaan hasil sampingan tambak silvofishery secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 18.

5.3.3 Analisis Kelayakan

Analisis kelayakan merupakan perhitungan atas suatu kegiatan usaha yang bersifat komersial (profit oriented), dari hasil perhitungan tersebut akan dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan untuk mengetahui prospek pengembangan usaha tersebut pada tahun-tahun kedepan. Tujuan analisis kelayakan ekonomi merupakan pelengkap (complementary) dari suatu perencanaan proyek, dimana analisis finansial meninjau dari sudut peserta proyek secara individu mengenai pengeluaran

dan penerimaan dari suatu proyek, sedangkan analisis ekonomi dari sudut masyarakat mengenai kontribusi proyek terhadap pembangungan. Ukuran-ukuran arus uang tunai berdiskonto yang sama digunakan pada kedua analisis ini dalam mengestimasi hasil yang diperoleh peserta proyek atau masyarakat, terdapat beberapa perbedaan dalam kualifikasi analisis ini (Gittinger. 2008).

Dalam dokumen 5 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 37-41)

Dokumen terkait