TINJAUAN UMUM KABUPATEN MALANG
3.2. Struktur Ekonomi
Komposisi yang membentuk ekonomi suatu wilayah atau yang berperan dalam ekonomi dapat diartikan sebagai struktur ekonomi. Pada jangka pendek struktur ekonomi berguna untuk menggambarkan corak perekonomian suatu daerah, bila kategori primer yang dominan berarti daerah tersebut menganut tipe agraris, demikian pula apabila kategori sekunder yang dominan maka daerah tersebut dikatakan menganut tipe industri. Untuk jangka panjang struktur ekonomi dapat menunjukkan arah dan keberhasilan pembangunan ekonomi dengan melihat transformasi ekonomi yang terjadi.
Berdasarkan klasifikasinya, pembagian PDRB lapangan usaha dianalisis dengan membedakan tiga kategori yaitu kategori primer, kategori sekunder dan kategori tersier. Di mana kategori primer mencakup kategori pertanian, kehutanan dan perikanan dan kategori pertambangan dan penggalian. Kategori sekunder meliputi kategori industri pengolahan, kategori listrik dan gas, pengadaan air, pengolahan sampah, limbah serta kategori
PrProodduukk DDoommeessttiikk RReeggiioonnaall BBrruuttoo KKaabbuupapatteenn MMalalaanngg 22001122 -- 22001166 57 bangunan. Sedangkan kategori tersier mencakup kategori perdagangan besar
dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, kategori informasi dan komunikasi, kategori jasa keuangan dan asuransi, real estate, jasa perusahaan, administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial serta kategori jasa lainnya.
Tabel 3.1:
Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen), 2012-2016
Lapangan Usaha/Industry 2012 2013 2014 2015* 2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Primer I. 20,33 20,22 20,26 20,00 19,48
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 18,16 18,15 18,15 17,96 17,52 B Pertambangan dan Penggalian 2,17 2,07 2,10 2,04 1,96
Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
Dari sisi penawaran, transformasi struktural dapat dideteksi dengan karakteristik turunnya pangsa kategori primer yang tradisional. Pada saat yang bersamaan kategori sekunder meningkat dan selanjutnya diikuti oleh
58 PPrroodduukk DDoommeessttiikk RReeggiioonnaall BBrruuttoo KKaabbuuppaatteenn MMaallaanngg TTaahhuunn 22001122-- 22001166 peningkatan kategori tersier. Dalam proses ini, pergeseran pangsa tetap harus
diikuti oleh pertumbuhan dari masing-masing kategori meskipun dengan laju yang berbeda. Lebih lanjut, laju percepatan dari suatu proses transformasi akan berbeda untuk masing-masing daerah, tergantung dari karakteristik daerah yang bersangkutan. Untuk daerah yang kaya sumber daya alam seperti Kabupaten Malang, proses transformasinya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan-daerah kawasan industri seperti Surabaya, Kabupaten Pasuruan, Sidoarjo dan daerah lainnya. Perbedaan ini karena untuk daerah-daerah yang kaya sumber daya alam cenderung masih membutuhkan pertumbuhan yang relatif tinggi pada kategori primer untuk mendukung percepatan pertumbuhan pada kategori lainnya.
Dari Tabel 3.1 di atas mengenai perubahan pangsa terhadap PDRB Kabupaten Malang terlihat pada tahun 2016, pangsa kategori sekunder yang dimotori oleh kategori industri pengolahan dan kategori konstruksi terus meningkat. Pada tahun 2010, pangsa kategori sekunder masih mencapai 40,91 persen dan secara konsisten naik hingga mencapai 43,30 persen pada tahun 2016. Pada sisi yang lain, pangsa kategori tersier yang dalam beberapa tahun terakhir peranannya tertahan, pada tahun ini kembali meningkat yaitu dari 36,97 persen pada tahun 2015 menjadi 37,22 persen pada tahun 2016.
Dipihak lain, kategori primer konsisten mengalami penurunan peranannya. Pada tahun 2016, kontribusi kategori ini sebesar 19,48 persen atau menurun sebesar 0,52 poin dibandingkan tahun dasar. Berkurangnya luas lahan dan terlambatnya musim hujan pada penghujung tahun nampaknya berperan terhadap penurunan kategori ini. Baik kategori pertanian maupun kategori penggalian mengalami kontraksi masing-masing sebesar 0,44 poin dan 0,08 poin. Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa telah terjadi perkembangan yang luar biasa pada komposisi PDRB Kabupaten Malang yang berubah dari daerah yang perekonomiannya bergantung pada pertanian
PrProodduukk DDoommeessttiikk RReeggiioonnaall BBrruuttoo KKaabbuupapatteenn MMalalaanngg 22001122 -- 22001166 59 menjadi daerah yang perekonomiannya lebih seimbang, di mana sektor
manufaktur kini lebih dominan daripada sektor pertanian. Hal ini juga menyiratkan bahwa Kabupaten Malang mulai mengurangi ketergantungan tradisionalnya pada sektor ekspor primer. Kendati begitu, perlu dicatat bahwa semua sektor utama ini mengalami ekspansi selama periode yang disebutkan.
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
primer sekunder tertier
Gambar 3.2 Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Malang 2010-2016 (Dalam persen)
Ada tiga gejala menarik selama periode 2012-2016 mengenai pergeseran struktur ekonomi yang dapat diamati pada Tabel 4.1 di atas.
Pertama, Tren penurunan kategori primer memasuki tahun 2016 kembali berlangsung. Kedua, Peranan lapangan usaha tersier dalam tiga tahun terakhir ini terus mengalami peningkatan, setelah sempat mengalami penurunan peranannya pada tahun 2013. Salah satu faktor pendukung peningkatan peranan pada kategori ini diduga banyaknya bermunculan obyek-obyek wisata baru di daerah selatan Malang yang pada gilirannya berpengaruh pada meningkatnya hotel, penginapan dan penyediaan makan minum baru.
Fenomena inilah yang menyebabkan peranan Sub Kategori Akomodasi dan Makan Minum meningkat dari 3,17 persen menjadi 3,26 persen. Ketiga, pergeseran perekonomian Kabupaten Malang dari kategori primer ke kategori sekunder dan tertier tengah berlangsung. Pergeseran adalah sesuatu yang wajar
60 PPrroodduukk DDoommeessttiikk RReeggiioonnaall BBrruuttoo KKaabbuuppaatteenn MMaallaanngg TTaahhuunn 22001122-- 22001166 terjadi pada suatu pembangunan ekonomi. Namun, pergeseran yang terjadi di
Kabupaten Malang nampaknya telah menyeret aset penting kategori pertanian ke dalamnya. Keadaan ini dengan mudah dapat dilihat dari berubahnya hamparan tanaman menjadi lahan bangunan baik pemukiman, pertokoan, perkantoran, perumahan maupun lainnya. Apabila keadaan ini terus dibiarkan berlangsung tanpa pengendalian yang jelas, maka bukan tidak mungkin pada suatu saat nanti, Kabupaten Malang bukan lagi pemasok sayur-sayuran dan buah-buahan ke daerah lain.