• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Struktur Kepemilikan Saham

Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan manjemen dalam kepemilikan saham perusahaan.

1. Kepemilikan Manajerial

Shleifer dan Vishny (1986) dalam Theresia (2002) menemukan kepemilikan institusional secara positif terhadap kepemilikan manajerial. Kepemilikan institusional secara mayoritas akan mengurangi kemungkinan perusahaan untuk diakuisisi, sehingga meningkatkan keinginan manajer untuk memperbasar kepemilikan pada perusahaan. Namun sebaliknya, menurut Fitri dan Manduh (2003) semakin tinggi kepemilikan institusioanal maka akan semakin meningkatkan kepengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan.

Risiko mempunyai hubungan negatif dan kepemilikan institusional. Tingginya risiko yang

Proporsi hutang yang besar akan menempatkan manajer di bawah pengawasan debtholders dan manajer cenderung tidak menyukai pengawasan oleh debtholders tersebut, sehingga pengaruh kebijakan hutang terhadap kepemilikan manajerial adalah negatif. Kontras dengan pernyataan diatas, Fitri dan Mamduh (2003) menyatakan adanya pengaruh positif. Pernyataan ini berdasarkan pada asumsi bahwa penggunaan hutang akan mengurangi kebutuhan penerbitan saham baru sehingga meningkatkan proporsi kepemilikan manajerial.

Hubungan antara dividend dan kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui free cash flow hypothesis (FCF) (Jensen, 1986). Melalui hipotesis ini kebijakan dividen digunakan untuk mempengaruhi kepemilikan manajerial sehingga mengurangi biaya keagenan yang berkaitan dengan FCF. Penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan subtitusi antara kebijakan dividend dan kepemilikan manajerial.

2. Kepemilikan Institusional

Dengan tingginya kepemilikan manajerial, para investor institusional akan mendapatkan kesempatan kontrol perusahaan yang lebih sedikit. Ini berarti bahwa hubungan antara kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah negatif. Hubungan ini sesuai dengan penelitian Fitri dan Mamduh (2003).

signifikan terhadap dihadapi perusahaan meningkatkan risiko kebangkrutan dan volatilitas dari pendapatan, hal ini

akan mengurangi minat institusi untuk melakukan investasi pada saham perusahaan itu karena institusi lebih mementingkan pada stabilitas pendapatan (Fitri dan Mamduh,2003).

Menurut Crutchley et al (1999), pengaruh kebijakan hutang terhadap kepemilikan institusional adalah positif. Kebijakan hutang yang tinggi menyebabkan perusahaan dimonitor oleh pihak debtholders, karena monitoring dalam perusahaan yang ketat tadi menyebab manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan debtholders dan shareholders, sehingga kondisi ini akan menarik masuknya kepemilikan institusional.

Kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif terhadap kepemilikan institusional. Dari sudut pandang investor, investor institusional mungkin akan lebih tertarik untuk berinvestasi pada saham dengan dividen yang tinggi dan mekanisme yang ketat.

Semakin banyak saham yang dimiliki manajer akan semakin menurunkan masalah keagenan sehingga membuat dividen tidak perlu dibayarkan pada risiko yang tinggi dalam hal ini berarti kepemilikan manajerial mempengaruhi kebijakan dividen secara negatif.

Dengan jumlah investasi yang tinggi, investor institusional melakukan monitoring yang semakin ketat dan menghalangi perilaku oportunis manajer. Monitoring oleh investor institusional ini dapat mengurangi agency cost dalam hal ini yaitu biaya yang ditanggung pemilik untuk mengawasi agen seperti biaya audit, sehingga dividen yang dibayarkan juga menurun.

Kehadiran kepemilikan institusional memiliki efek subtitusi bagi pembayaran dividen untuk mengurangi biaya keagenan.

Menurut Chen dan Steiner (1999), variabe risiko mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan tingginya risiko bisnis yang dihadapi perusahaan akan diantisipasi dengan kebijakan pembayaran dividen yang rendah. Dividen yang rendah dapat digunakan untuk menghindari pemotongan dividen dimasa mendatang sehingga penalokasian sebagian keuntungan pada laba ditahan dapat digunakan untuk investasi lebih lanjut.

Malalui penjelasan balancing model of agency cost, Megginson (1997) dalam Mahadwarta (2002) menyatakan bahwa kebijakan hutang mempengaruhi kebijakan dividen dengan hubungan yang negatif. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan berusaha untuk mengurangi agency cost of debt-nya dengan mengurangi hutang, sehingga untuk membiayai investasinya digunakan pendanaan dari aliran cost internal. Pemegang saham akan merelakan aliran kas internal yang sebelumnya dapat digunakan untuk pembayaran dividen untuk membiayai investasi

D. Faktor Ekstern

Faktor ekstern merupakan pengelompokan dari variablel-variabel yang tidak dapat dikendalikan perusahaan. Variabel yang termasuk faktor ekstern adalah :

1. Tingkat suku bunga

Pengertian operasional variabel tingkat suku bunga adalah tingkat bunga kredit investasi dan tingkat bunga kredit modal kerja Bank Umum rata-rata pertahun yang dibebankan kepada perusahaan atas penggunaan modal kerja dalam bentuk utang jangka pendek dan dana investasi dalam bentuk hutang jangka panjang pada akhir tahun. Suku bunga merupakan biaya modal bagi perusahaan suku bunga yang tinggi berarti biaya penggunaan dana semakin tinggi sehingga perusahaan enggan untuk melakukan peminjaman dan selanjutnya leverage akan menurun.

2. Keadaan Pasar Modal

Keadaan pasar modal semakin bergairah akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman karena perusahaan lebih tertarik melakukan pembiayaan melalui pasar modal sehingga leverage akan menurun. Keadaan pasar modal merupakan besarnya nilai transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun sebagai cermin perkembangan BEI. Variabel pasar modal diukur dengan len (ln) dari nilai perdagangan saham di BEI pada akhir tahun.

3. Pertumbuhan Pasar

Pertumbuhan pasar adalah persepsi peluang bisnis yang tersedia dipasar yang harus direbut oleh perusahaan. Pertumbuhan pasar ini diukur dari nilai rasio selisih volume penjualan pada tahun t dengan volume penjualan pada tahun t-1 dibagi dengan volume penjualan industri pada tahun t-1. Pertunbuhan pasar menunjukan kinerja perusahaan membaik sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahan akan meningkat. Profitabilitas yang tinggi akan menunjukan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan meningkat.

E. Faktor Intern

Faktor intern merupakan variabel-variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Variabel-variabel yang termasuk variabel faktor intern adalah :

1. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun yang dinyatakan dengan rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan labarugi akhir tahun.

Rasio profitabilitas dapat diukur dari dua pendekatan yakni pendekatan penjualan dan pendekatan investasi (Horne 1992). Ukuran yang banyak digunakan adalah return on assets (ROA) dan return on equity (ROE).

Tingkat profitabilitas masa lalu di suatu perusahaan harus merupakan pene tu atau determinan penting atas struktur modal perusahaan yang bersangkutan dengan besarnya jumlah laba ditahan, suatu perusahaan mungkin cenderung memilih pendanaan dari sunber tersebut dari pada peminjaman. Hal ini sejalan dengan hipotesa pecking order theory yang digunakan oleh Myers, yang menyatakan bahwa cara-cara yang dipergunakan oleh perusahaan dalam memperoleh dana adalah dengan urutan sebagai berikut :

Pertama, dari laba di tahan. Kedua, dari pendanaan hutang dan Ketiga, dari ekuitas baru. Profitabilitas yang mempunyai pengaruh penting pada kebijakan dividen perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi cenderung akan membayarkan sebagai besar hasil keuntungan tersebut dalam bentuk dividen. Untuk menilai tingkat profit ini digunakan perhitungan tingkat rata-rata atas asset (ROA) (Hang and Rhee, 1990. Hal 2a).

Dengan formula :

Laba Bersih yg Tersedia bagi Pemegang Saham Biasa ROA = ---

Rata-rata Total Aktiva sumber. Brigham Gapenski dan Daves (1999, hal. 77).

2. Pembayaran dividen 1.) Definisi kebijakan dividen

Kebijakan dividen adalah kebijakan dalam menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali ke perusahaan (Copeland, 1997 : 125). Kebijakan dividen mempengaruhi baik pembelajaan jangka panjang ataupun penghasilan yang dibagikan kepada pemegang saham, maka perusahaan memiliki dua kemungkinan sudut pandang untuk membayar dividen :

a. Sebagai keputusan pembelanjaan jangka panjang dengan pendekatan ini, semua laba sesudah pajak yang diperoleh perusahaan dapat dipandang sebagai sumber dana jangka panjang. Suatu pengumpulan dividen kas mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk membelanjai pertumbuhan, membatasi pertumbuhan, atau memaksa perusahaan memperoleh sumber dana yang lain. Perusahaan akan menahan pendapatanya, bila : a) tersedia proyek-proyek yang menguntungkan, b) struktur modal membutuhkan modal sendiri.

b. Sebagai suatu keputusan kesejahteraan maksimum dengan pendekatan ini perusahaan mengakui bahwa pembayaran dividen mempunyai pengaruh terhadap harga pasar saham biasa. Perusahaan harus memaksimumkan rasa kesejahteraan dengan mendeklarasikan dividen yang cukup untuk memenuhi harapan investor dan pemegang saham. (Sarwoko, 1995 : 206) kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini

dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham (Brigham, 1994 : 198).

2.) Jenis-jenis dividen

Jenis-jenis dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham adalah :

a. Cash dividend, yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk tunai atau kas.

b. Property dividend, dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk aktiva selain kas, misalnya mesin, inventory, dll.

c. Script dividend, yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam dua kali pembayaran atau lebih karena perusahaan dalam kesulitan likuiditas.

d. Liquidating dividend, yaitu dividen dibagikan dengan tidak berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan tetapi merupakan pengurangan modal perusahan.

Stock dividend, yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk sham. Hal ini dimaksudkan untuk mengkapitalisasi pendapatan perusahaan sehingga tidak ada aset yang diberikan.

3.) Jenis kebijakan dividen

a. kebijakan dividen yang stabil

jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham pertahunnya berfluktuasi.

b. kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu.

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.

c. kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan.

Kebijakan ini membayarkan dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan neto yang diperoleh setiap tahunnya.

d. kebijakan dividen fleksibel.

Pembayaran besarnya dividen setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial perusahan tersebut.

3. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva perusahaan pada neraca akhir tahun yang dilakukan dengan len (ln) dari total aktiva.

Ukuran perusahaan menunjukan aktifitas perusahaan yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan berarti semakin besar

aktiva yang bisa dijadikan jaminan untruk memperoleh hutang sehingga leverage akan meningkat.

Sebuah perusahaan yang besar dan mampu mempertahankan keberadaannya dengan baik akan memiliki akses yang mudah pada pasar modal bila dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Karena aksebilitas yang mudah terhadap pasar modal berarti memiliki fleksibilitas yang besar dan kemampuan untuk mengumpulkan dana dalam waktu singkat, dengan demikian perusahaan besar biasanya mampu membayarkan rasio dividen yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil.

F. Peneliti Sebelumnya

Peneliti sebelumnya telah dilakukan oleh Sujoko dan Ugy Soebiantoro (2007) yang menguji tentang pengaruh struktur kepemilikan, leverage, faktor ekstern dan faktor intern terhadap nilai perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah ada pengaruh struktur kepemilikan, faktor ekstern, dan faktor intern berpengaruh signifikan terhadap leverage, dan untuk mengetahui serta menganalisis apakah ada strukrur kepemilikan, faktor ekstern,faktor intern dan leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahan. Populasi dalam studi ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sebanyak 134 perusahaan diambil sebagai sampel dengan menggunakan purposive

adalah dengan menggunakan analisis Structural Equation Modeling. Hasil studi ini menunjukan bahwa struktur kepemilikan, faktor ekstern dan faktor intern berpengaruh signifikan terhadap leverage. Struktur kepemilikan, faktor ekstern, faktor intern dan leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Studi ini menguji teori keagenan Jensen dan Meckling (1971). Pecking Order Theory Myers (1984), Trade Off Model dan Signaling Theory, Bhattacarya (1979).

Peneliti lainnya dilakukan oleh Siti Khodijah (2006) analisa faktor- faktor determinan struktur modal dan price earning ratio serta pengujian terhadap harga saham studi empiris perusahaan Jakarta Islamic Index dengan pendekatan Path Analysis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi struktur modal baik secara langsung dan tidak tidak langsung dalam hal struktur aktiva, operating leverage (DOL), total leverage (DCC), profitabilitas (ROI), penjualan (sales) dan tingkat pertumbuhan (grow rates), untuk menganalisa dari variabel-variabel tersebut. Variabel apa saja yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap struktur modal perusahaan,untuk memperoleh bukti empiris tentang faktor- faktor apa saja yang memperngaruhi price earning ratio (PER) , seperti total leverage (DCL), profitabilitas (ROI), penjualan (sales), dan tingkat pertumbuhan (grow rates), baik secara langsung dan tidak langsung, untuk menganalisa dari keempat variabel tersebut, variabel apa saja yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap price earning ratio (PER) dan untuk memperoleh bukti empiris tentang faktor apa saja dari kedua faktor,

yakni struktur modal dan price earning ratio (PER) yang mempengaruhi harga saham, serta mencari faktor apa yang dimiliki pengaruh paling dominan. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis Path Analysis. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahan-perusahaan yang terdaftar dalam JII di BEJ dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil studi ini menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah struktur aktiva dan profitabilitas yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap struktur modal ialah profitabilitasnya, total pengaruh dari total leverage dan penjualan maka total leverage mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap PER dan hasil penelitian selanjutnya yakni antara pengaruh struktur modal dan PER terhadap harga saham hasil menunjukan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai pengaruh.

Peneliti lainnya dilakukan oleh Cyrillius Martono (2002). Analisa pengaruh profitabilitas industri, rasio leverage keuangan tertimbang dan itensitas modal tertimbang serta pangsa pasar terhadap ROA dan ROE perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia. Studi ini meneliti empat proksi rasio-rasio persaingan yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Proksi tersebut meliputi profitabilitas industry, rasio leverage keuangan tertimbang dan pangsa pasar. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia sejak 1994- 1997 dengan total sampel per tahun sebanyak 41 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi

menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa : pertama, tiga variabel, yaitu ROA industri, intensitas modal tertimbang, dan leverage keuangan tertimbang terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan. Kedua, tiga variabel, yaitu ROE industri, leverage keuangan tertimbang, dan pangsa pasar terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROE. Ketiga, berdasarkan nilai R2, hasil analisis regresi ROE. Keempat, profitabilitas industri, terbukti superior dalam menjelaskan ROA, sedangkan variabel yang superior dalam menjelaskan ROE adalah rasio leverage keuangan tertimbang.

Peneliti lainnya dilakukan oleh Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana Sularto (2007). Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan tipe kepemilikan perusahaan terhadap luas voluntary disclosure aporan keuangan tahunan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan tipe kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap luas voluntary disclosure laporan tahuanan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 8 perusahaan yang bergerak dalam manufaktur. Pengolahan dan analisis data menggunakan regeresi linier berganda dengan bantuan program SPSS. Pengujian data digunakan untuk regresi linier berganda yaitu uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini didapat bahwa variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan tipe kepemilikan perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas voluntary disclosure laporan tahunan.

Peneliti lainnya dilakukan oleh Etty M. Nasser dan Fielyandi F. (2006) meneliti tentang pengaruh kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan hutang sebagai variabel intervening terhadap nilai perusahaan. Pengujian hipotesis menggunakan path analysis (structural equation model) dengan bantuan software Amos 4.0. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh ukuran perusahaan dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang dan menguji apakah ada pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, profitabilitas dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini didapat bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil analisa pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan ditemukan bahwa size mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai

perusahaan, variabel profitabilitas juga memiliki pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

G. Kerangka pemikiran

Struktur kepemilikan secara teoritis mempunyai hubungan dengan leverage. Semakin terkonsentrasi kepemilikan saham maka pengawasan pemilik terhadap manjemen akan semakin efektif. Manajemen akan semakin berhati-hati dalam memperoleh pinjaman sebab jumlah utang yang semakin meningkat akan menimbulkan financial distress. Terjadinya financial distress akan mengakibatkan nilai perusahaan akan mengalami penurunan sehingga mengurangi kemakmuran pemilik.

Suku bunga merupakan biaya modal bagi perusahaan suku bunga yang tinggi berarti biaya penggunaan dana semakin tinggi dehingga perusahaan enggan untuk melakukan peminjaman dan selanjutnya leverage akan menurun. Keadaan pasar modal semakin bergairah akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman karena perusahaan lebih tertarik melakukan pembiayaan melalui pasar modal sehingga leverage akan menurun. Pertumbuhan pasar yang tinggi menunjukan peluang pasar yang bagus sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan peminjaman sehingga leverage akan meningkat. Profitabilitas yang meningkat akan meningkatkan laba yang ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman dan leverage akan menurun. Pembayaran dividen yang meningkat akan mengurangi laba yang ditahan sehingga sumber dana intern akan menurun dan perusahaan akan tertarik melakukan peminjaman dan leverage akan meningkat. Ukuran perusahaan menunjukan aktifitas perusahaan yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran

perusahaan berarti semakin besar aktiva yang bisa dijadikan jaminan untruk memperoleh hutang sehingga leverage akan meningkat. Kepemilikan institusional akan mendorong pemilik untuk melakukan peminjaman kepada manajemen sehingga manajemen terdorong untuk meningkatkan kinerjanya, selanjutnya nilai perusahaan akan meningkat. Kepemilikan manajerial akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena mereka juga memiliki perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan. Suku bunga yang tinggi akan mengurangi minat investor untuk menginvestasikan dananya kepasar modal sehingga aktifitas perdagangan akan menurun dan nilai perusahaan akan menurun. Pertunbuhan pasar menunjukan kinerja perusahaan membaik sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahan akan meningkat. Profitabilitas yang tinggi akan menunjukan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan meningkat. Singnally theory, Bhattacarya (1979) mengemukakan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat. Ukuran perusahaan yang besar menunjukan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Investor akan merespon positif sehingga perusahaan akan meningkat. Leverage yang

semakin tinggi menimbulkan financial distress sehingga nilai perusahaan akan menurun. Balancing theory (1976), Stigliz (1976) menyatakan bahwa ada keseimbangan antara manfaat dan pengorbanan dalam kaitannya dengan utang.

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang disesuaikan dengan konsep jalur, maka secara sistematis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :

e

1

X

1

.

1

e

2

X

1

.

2

e

3

X

2

.

1 Struktur Kepemilikan Saham (X1) 1 Struktur Modal (Leverage) (Y1) Y1.1 Y1.2

e

9

e

10

e

4

X

2

.

2

e

5

X

2

.

3 Faktor Ekstern (X2)

Trad e off Theory (Rubenstein)(19 73) Pecking Order Theory (Myers)(1984)(-) Steiner (200 4)(+ ) Nilai Perusahaan (Y2) Y2.1

e

11

e

6

X

3

.

1

e

7

X

3

.

2

e

8

X

3

.

3 Y2.2

e

12 Faktor Intern (X3) 2 Keterangan : X1.1 : Kepemilikan Manajerial X1.2 : Kepemilikan Institusional X2.1 : Tingkat Suku Bunga X2.2 : Keadaaan Pasar Modal

X2.3 : Pertumbuhan Pasar X3.1 : Profitabilitas

X3.2 : Pembayaran Dividen X3.3 : Ukuran Perusahaan

Y1.1 : DER (Debt to Equity Ratio) Y1.2 : DAR (Debt to asset Ratio) Y2.1 : PER (Price Earning Ratio) Y2.2 : PBV (Price Book Value)

ß : (beta) koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen ke variabel endogen

?

:

(gama) koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel eksogen ke variabel endogen

e

:

(error) error term yang berkaitan dengan latent variabel endogen Bentuk persamaan struktural sebagai berikut :

Y1 :

?

1 X1 +

?

3X2+

?

5 X3+

e

1 Y2 :

?

2 X1 +

?

4X2+

?

6 X3+

e

2 Y2 : ßY1+

e

2

Pada persamaan struktural pertama, X1 (Struktur Kepemilikan Saham), X2 ( Faktor Ekstern) dan X3 ( Faktor Intern) merupakan variabel eksogen, Y1 (Struktur Modal) sebagai variabel endogen,

e

1 merupakan residual variabel yang berkaitan dengan variabel endogen, dan

?

1,

?

3,dan

?

5 koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel eksogen ke variabel endogen. Pada persamaan

struktural kedua X1 (Struktur Kepemilikan Saham), X2 ( Faktor Ekstern) dan X3 ( Faktor Intern) merupakan variabel eksogen, Y2 ( Nilai Perusahaan) sebagai variabel endogen,

e

2 merupakan residual variabel yang berkaitan dengan variabel endogen, dan

?

2,

?

4,dan

?

6 koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel eksogen ke variable endogen. Pada persamaan struktural ketiga Y1 (Struktur Modal) dan Y2 (Nilai Perusahaan) sebagai variabel endogen, ß (beta) yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen (Y2)( Nilai Perusahaan) ke variabel endogen lainnya (Y1)(Nilai Perusahaan. Sedangkan

e

2 merupakan residual variabel yang berkaitan dengan variabel endogen.

Awal penelitian ini dilakukan dengan mengamati perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Bursa Efek Indonesia dan menyeleksi perusahan- perusahaan yang secara terus menerus membagikan dividen masuk didalamnya selama empat periode yaitu tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Selanjutnya dari perusahaan tersebut peneliti mengambil data laporan keuangan akhir tahun per 31 Desember yang berupa modal saham (share capital), nilai perdagangan saham (value trade), total sales industry, ROA, DPR, total asset, DER, DAR, PER dan PBV. Data tersebut akan diolah untuk mendapatkan variabel-variabel yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini melibatkan variabel latent dan beberapa indikator sebagai variabel manifest. variabel latent yaitu variabel yang tidak bisa diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator sebagai proksi dan variabel manifest adalah variabel yang secara langsung daoat diukur.

Variabel latent terdiri dari variabel endogen dan variabel eksogen. Variabel endogen dalam penelitian ini diantaranya adalah Struktur Modal (Leverage) (Y1), dan Nilai Perusahaan (Y2), dan variabel eksogennya diantaranya Struktur Kepemilikan Saham (X1), Faktor Ekstern (X2), Faktor Intern (X2).

Dokumen terkait