(Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia) Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
UMI MAIMUNAH
NIM : 104081002523
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin, SE, MBA
NIP : 150 317 955 NIP : 150317593
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429H/2008M
INTERN DAN FAKTOR EKSTERN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia)
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
UMI MAIMUNAH
NIM : 104081002523
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin, SE, MBA
NIP : 150 317 955 NIP : 150 317593
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP : 131 474 891
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429H/2008M
Hari ini Selasa tanggal 10 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Umi Maimunah NIM : 104081002523 dengan judul :
Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan Memperhatikan penampilan tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Juni 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin, SE, MBA
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Umi Maimunah
Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 22 Januari 1986
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dewi Sartika Rt 04/06 No. 1 Margahayu Bekasi
Timur 17113
Nomor Telepon : 08561222263
Pendidikan :
2004-2008 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Jurusan Manajemen
2001-2004 MA Annida Al-Islamy
1998-2001 Mts. Annida Al-Islamy
1992-1998 SD Negeri Patriot II
Abstract
The main objective of the study is to examine the impact of ownership structure, leverage, extern factor, internal factor on the value of the firms in Indonesian Stock Exchange. It is argued that unlike the agency problem advanced stock market, the agency problem in the Indonesian Stock Exchange is the divergence of interest between the minority holders and majority holders. This is because the Indonesian Stock Exchange is characterized, among other things, by the domination of large shareholders. It is hypotheses that : (1) there are the impact of ownership structure, extern factor, internal factor on leverage, (2) there are the impact of ownership structure, external factor, internal factor, leverage on value of the firm. This study is to examine Agency Theory, Jensen and Meckling (1976), Pecking Order Theory, Myers (1984, Trade off Model and Signaling Theory (1979). Population in this study are public company listed in Indonesian Stock Exchange during 2003- 2006. As much as 24 firms listed in Indonesian Stock Exchange were taken as a sample using a purposive sampling method. The data were then analyzed by the structural equation modeling (SEM) analysis, using the LISREL Program version 8.54. The results of this study show that : There are the impact of ownership structure, extern factor, internal factor on leverage. There are not the impact of ownership structure, external factor, internal factor on value of the firm. There is leverage the impact on value of the firm.
Key Word : Ownership Structure, Leverage, Factor Extern, Factor Intern, Value of the Firm.
Abstrak
Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan saham, leverage, faktor ekstern, dan faktor intern terhadap nilai perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Tidak seperti pada permasalahan keagenan di paasar modal yang sudah maju, problem keagenan di Bursa Efek Indonesia adalah terjadinya perbedaaan kepentingan antara pemilik minoritas dengan pemilik mayoritas. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : (1) struktur kepemilikan saham, faktor ekstern, dan faktor internberpengaruh signifikan terhadap terhadap leverage, (2) struktur kepemilikan saham, faktor ekstern, faktor intern, dan leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Studi ini ingin menguji teori keagenan, Jensen dan Meckling (1976), Pecking Order Theory, Myers (1984), Trade off Model dan Signaling Theory, Bhattacharya (1979). Populasi dalam studi ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2003 sampai dengan 2006. Sebanyak 24 perusahaan diambil sample dengan menggunakan purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) menggunakan program Lisrel 8.54. Hasil studi menujukkan bahwa struktur kepemilikan saham, faktor ekstern dan faktor intern berpengaruh signifikan terhadap leverage. Struktur kepemilikan saham, factor ekstern, dan factor intern tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci :Struktur Kepemilikan Saham, Faktor Ekstern, Faktor Intern, Struktur Modal (Leverage), Nilai Perusahaan
Alhamdulillah robbil ‘alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT. Semoga kita
senantiasa mendapatkan hidayah-Nya, sehingga kita termasuk dalam orang-orang
yang berada pada jalan yang benar. Shalawat dan salam kita haturkan kepada
junjungan kita sang pembawa kebenaran Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
sempurna, mengingat terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang
penulis miliki. Namun demikian penulis berusaha sesuai dengan kemampuan, dengan
harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salah satu anugerah dari
banyaknya nikmat yang telah Dia berikan. Selesainya skripsi ini juga tak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga
penulis sampaikan kepada orang-orang yang semoga selalu dikasihi oleh Allah SWT.
1. Ibu dan Bapak tercinta, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang,
perhatian, dan dukungan baik moral, spiritual, maupun material pada penulis.
Kasih sayang mereka yang teruntai begitu indah dan tulus menjadi inspirasi dan
motivasi bagi penulis dalam menjalani hidup. Kakakku (Mimi), Adik-adikku
(Dayat dan Pipih), dan My Love (Joni) tersayang yang telah memberikan
motivasi dan dukungan dalam bentuk moral maupun material hingga
terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Drs. Mohammad Faisal Badroen, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Pembantu Dekan Bid. Akademik
fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sekaligus pembimbing I yang telah banyak memberikan saran, petunjuk, ilmu
pengetahuan, dan meluangkan waktunya hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MBA selaku pembimbing II yang selalu
memberikan petunjuk secara cerdas dalam membimbing penulis sehingga
terselesaikan juga skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis selama belajar di bangku kuliah. Kepada seluruh staff bagian
Akademik dan Keuangan, serta staff Perpustakaan, terima kasih atas segala
bantuannya.
7. Special thanks to teman-teman terbaik dan teman-teman seperjuangan yang
bersama-sama berjuang dan saling membantu untuk menyelesaikan skripsi ini
Terima kasih sudah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk memberikan
pelajaran yang paling berharga.
Semoga mereka semua mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda dan
selalu dijaga dan dilindungi serta benar-benar menjadi orang yang dikasihi dan
disayangi oleh Allah SWT. Tiada balasan apapun jua yang dapat penulis berikan
selain doa.
Penulis sangat menyadari, masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar
bisa lebih baik lagi. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Oktober 2008
Umi Maimunah
(Penulis)
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan... i
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Abstract ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar isi ... ix
Daftar Tabel... xii
Daftar Gambar ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Perumusan Masalah ... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Leverage (Struktur Modal) ... 11
1. Pengertian Struktur Modal ... 13
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal ... 13
3. Utang ... 17
4. Modal ... 19
C. Struktur Kepemilikan Saham ... 23
D. Faktor Ekstern... 27
E. Faktor Intern ... 28
F. Penelitian sebelumnya ... 33
G. Kerangka Pemikiran ... 38
H. Rumusan Hipotesis ... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 47
B. Metode Penentuan Sampel... 47
C. Metode Pengumpulan Data... 48
D. Metode Analisis ... 49
E. Definisi Operasional Variabel ... 63
BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 68
A.1 Pasar Modal ... 68
A.2 Organisasi Yang Terkait Di Pasar Modal... 69
A.3 Sejarah Pasar Modal Di Indonesia ... 71
A.4 Perkembangan Pasar Modal ... 74
B. Deskriptif Analisis ... 76
B.1 Deskriptif Data Sampel ... 76
B.2 Analisis Data Penelitian ... 77
C. Pengujian dan Pembahasan... 103
C.1 Pengujian Model Secara Keseluruhan ... 103
C.2 Pengujian Jalur Individual – Structural Model ... 113 D. Interpretasi ... 121
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ... 124 B. Implikasi ... 124
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
4.1 Sampel Data Penelitian 77
4.2 Struktur Kepemilikan Saham 79
4.3 Faktor Ekstern ( Tingkat Suku Bunga) 83
4.4 Faktor Ekstern ( Value Trade) 85
4.5 Faktor Ekstern ( Pertumbuhan Pasar) 87
4.6 Faktor Intern (Profitabilitas) 89
4.7 Faktor Intern (Pembayaran Dividen) 91
4.8 Faktor Intern (Ukuran Perusahaan) 94
4.9 Leverage (DER) 96
4.10 Leverage (DAR) 98
4.11 Nilai Perusahaan (PER) 100
4.12 Nilai Perusahaan (PBV) 102
4.13 Uji Kecocokan 104
4.14 Hubungan Beta dan Gamma 113
4.15 Squared Multiple Correlations (R²) 120
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
4.1 T- Value 107
4.2 Koefisien Path 108
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Struktur modal atau keputusan pendanaan akan sangat berpengaruh
pada kinerja perusahaan. Keputusan apakah dana yang akan digunakan
oleh perusahaan dengan hutang atau dengan penjualan saham akan sangat
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan khususnya dalam rangka
memaksimalkan kemakmuran atau kekayaan para pemegang saham atau
pemilik yang akan tercermin melalui harga saham perusahaan. Dengan
demikian perusahaan perlu mengusahakan suatu keseimbangan yang
optimal dalam menggunakan kedua sumber tersebut sehingga dapat
memaksimalkan nilai perusahaan.
Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik
melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan dan
keputusan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal,
demikian jika dilihat berdasarkan sudut pandang manajemen keuangan.
Tujuan ini sering diterjemahkan sebagai suatu usaha untuk
memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam mencapai tujuan tersebut,
banyak shareholder yang menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada
para profesional yang bertanggung jawab mengelola perusahaan, yang
disebut manajer. Para manajer yang diangkat oleh shareholder diharapkan
akan bertindak atas nama shareholder tersebut, yakni memaksimumkan
Para manajer dalam menjalankan operasi perusahaan, sering kali
tindakannya bukan memaksimumkan shareholder, melainkan justru
tergoda untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Kondisi ini akan
mengakibatkan munculnya perbedaan kepentingan antara external
shareholder dengan manajer. Konflik yang disebabkan oleh pemisahan
antara kepemilikan dan fungsi pengelolaan dalam teori keuangan disebut
konflik keagenaan atau Agency conflik.
Peningkatan kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara
untuk mengurangi konflik keagenan (Crutchley dan hansen: 1989, Jensen,
Solberg dan Zorn: 1992). Perusahaan meningkatkan kepemilikan
manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang
saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham.
Dengan meningkatnya persentase kepemilikan, manajer termotivasi untuk
meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran
pemegang saham. Pada kepemilikan yang menyebar, masalah keagenan
terjadi antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Hal ini
menyebabkan kekuasaan pemegang saham dan menyerahkan kepada
manajer. Sebagai konsekuensinya, manajer menuntut kompensasi yang
tinggi sehingga meningkatkan biaya keagenan. Pada kondisi ini, konflik
keagenan diatasi dengan meningkatkan kepemilikan manajerial.
Sebaliknya pada kepemilikan yang berkonsentrasi masalah keagenan
disebabkan oleh hubungan antara pemegang saham dan kreditor. Masalah
terpusat terdapat dua kelompok pemegang saham, yaitu controlling
mayority stockholder dan minority stockholder. Manajer diangkat dan
diberhentikan oleh controlling mayority stockholder sehingga
menunjukkan kinerja baik dihadapkan pemegang saham. Kondisi ini
memperkecil biaya keagenan ekuitas tetapi menimbulkan biaya keagenan
baru yaitu biaya keagenan hutang ( Husnan : 2000).
Peningkatan dividen diharapkan dapat mengurangi biaya keagenan.
Hal ini disebabkan dimana dividen yang besar menyebabkan rasio laba
ditahan akan kecil sehingga perusahaan membutuhkan tambahan dana dari
sumber eksternal, seperti emisi saham baru. Penambahan dana
menyebabkan kinerja manajer dimonitor oleh bursa dan penyediaan dana
baru. Pengawasan kinerja menyebabkan manajer bertindak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham sehingga mengurangi biaya yang berkaitan
dengan emisi saham baru (floating cost). (Crutchley dan Hansen : 1989).
Perkembangan riset pasar modal telah memotivasi penulis untuk
melakukan penelitian bidang keuangan. Beberapa penelitian tentang
struktur modal terhadap nilai perusahaan telah banyak dilakukan oleh
peneliti dan hasilnya saling kontradiksi. Jensen dan Meckling (1976)
beragumentasi bahwa konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan
kepemilikan dan pengendalian. Konflik keagenan menyebabkan
penurunan nilai perusahaan. Penurunan nilai perusahaan akan
mempengaruhi kekayaan dari pemegang saham sehingga pemegang saham
Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa kepentingan manajemen dan
kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan. Hal tersebut
disebabkan manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya
pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut,
karena pengeluaran tersebut akan menambah kos perusahaan yang
menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan penurunan dividen
yang akan diterima. Pemegang saham menginginkan agar kos tersebut
dibiayai oleh utang, tetapi manajer tidak menyukai dengan alasan bahwa
utang mengandung risiko yang tinggi. Perbedaan kepentingan itu
menimbulkan konflik yaag biasa disebut konflik agensi. Konflik
kepentingan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan
yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut.
Akibat dari munculnya mekanisme pengawasan tersebut menyebabkan
timbulnya suatu kos yang disebut agency cost.
Ada beberapa alternatif untuk mengurangi kos keagenan tersebut
yaitu : pertama, dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh
manajemen (Jensen dan Meckling 1976). Analisisnya menyatakan bahwa
proporsi kepemilikan saham dikontrol manajer dapat mempengaruhi
kebijakan-kebijakan perusahaan. Selain itu kepemilikan manajerial akan
mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sehingga
manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil
dengan benar dan akan merasakan kerugian sebagai konsekwensi dari
payout ratio (Crutley dan Hansen, 1989; Easterbrook, 1989; Leland dan
Pyle, 1977). Penelitian mereka menyatakan bahwa pembayaran dividen
akan mempengaruhi kebijakan pendanaan, karena dengan pembayaran
dividen akan mengurangi cash flow perusahaan akibatnya perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan operasinya akan mencari alternatif sumber
pendanaan yang relevan, Ketiga, meningkatkan pendanaan dengan utang.
Penurunan utang akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang
saham dengan manajemen. Disamping itu utang akan menurunkan exess
cash flow yang ada dalam perusahaan, sehingga akan menurunkan
kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Keempat,
institusional investor sebagai pihak yang memonitor agen, Moh’d et al.
(1998) menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari
luar seperti institusional investor dapat mengurangi agency cost. Hal ini
disebabkan karena kepemilikan mewakili sumber kekuasaan yang dapat
digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan
manajemen. Jadi dengan adanya investor institusional akan mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.
Ada dua pandangan yang terus diperdebatkan oleh ahli-ahli
keuangan di dunia. Pandangan pertama dikenal dengan pandangan
tradisional yang menyatakan bahwa struktur modal mempengaruhi nilai
perusahaan. Pandangan tradisional diwakili oleh dua teori yaitu Trade off
Theory dan Pecking Order Theory, Myers (1984). Pandangan kedua
modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Myers dan Majluf (1984),
menyatakan bahwa perusahaan cenderung mempergunakan internal equity
terlebih dahulu, dan apabila memerlukan external financing, maka
perusahaan akan mengeluarkan debt sebelum menggunakan external
equity.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan pada perusahaan-
perusahaan di Indonesia ditemukan bahwa perusahaan-perusahaan di
Indonesia cenderung mengikuti pecking order theory. Santoso (2001) telah
menemukan bahwa pada umumnya para manajer perusahaan di Indonesia
cenderung mengikuti hirarki pendanaan (pecking order theory). Struktur
modal perusahaan diprediksi juga dipengaruhi oleh faktor ekstern dan
faktor intern perusahaan. Struktur kepemilikan menjadi penting dalam
teori keagenan karena sebagian besar argumentasi konflik keagenan
disebabkan oleh adanya pemisahan kepemilikan dan pengelolaan. Konflik
keagenan tidak terjadi pada perusahaan dengan kepemilikan seratus persen
oleh manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Struktur kepemilikan
saham diprediksi berpengaruh dalam penentuan struktur modal. Semakin
terkonsentrasi kepemilikan saham perusahaan cenderung akan mengurangi
utang. Semakin terkonsentrasi kepemilikan saham, maka akan terjadi
pengawasan yang efektif terhadap manjemen. Manajemen akan semakin
berhati-hati dalam melakukan peminjaman, sebab jumlah utang yang
terlalu tinggi akan menimbulkan risiko financial distress sehingga nilai
akan membuat penghematan pajak dari penggunaan utang lebih rendah
dari pada nilai sekarang dari financial distress dan agency cost (model
trade off). Semakin terkonsentrasi kepemilikan saham perusahaan juga
diprediksi akan menigkatkan nilai perusahaan.
Pentingnya penelitian ini dari jurnal sebelumnya penelitian ini
menggunakan bantuan software Lisrel 8.54, sedangkan dalam jurnal
sebelumnya menggunakan bantuan software Amos 4.0 dan juga dalam
penelitian ini menambahkan dua variabel manifest yaitu DAR (Debt to
Asset Ratio) dan PER (Price Earning Ratio).
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dan evaluasi peneliti
sebelumnya maka penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai
“Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti mengidentifikasi
sebagai berikut :
1. Pengaruh kepemilikan saham, faktor ekstern dan faktor intern
terhadap leverage.
2. Pengaruh kepemilikan saham, faktor ekstern, faktor intern dan
C. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi masalah agar tidak terlalu meluas
pembahasannya maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini menggunakan variabel endogen dan eksogen.
2. Peneliti dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
BEI. Periode penelitian per 31 Desember 2003 sampai 31
Desember 2006.
D. Perumusan Masalah
1. Apakah struktur kepemilikan saham berpengaruh signifikan terhadap
leverage?
2. Apakah faktor ekstern berpengaruh signifikan terhadap leverage?
3. Apakah faktor intern berpengaruh signifikan terhadap leverage?
4. Apakah struktur kepemilikan saham berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan?
5. Apakah faktor ekstern berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan?
6. Apakah faktor intern berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan?
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian E.1 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menguji pengaruh
struktur kepemilikan, leverage, faktor ekstern, dan faktor intern terhadap
perusahaan di Bursa Efek Jakarta.
1 Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap
leverage.
2 Untuk menganalisis pengaruh faktor ekstern terhadap leverage.
3 Untuk menganalisis pengaruh faktor intern terhadap leverage.
4 Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap
nilai perusahaan.
5 Untuk menganalisis pengaruh faktor eksren terhadap nilai perusahaan.
6 Untuk menganalisis pengaruh faktor intern terhadap nilai perusahaan.
7 Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan.
E.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan Ilmu Ekonomi, khususnya dlam Manajemen
Keuangan dan Pasar Modal yang telah diperoleh selama masa
perkuliahan.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi untuk
dimanfaatkan oleh para investor dalam pengambilan keputusan
investor dari pasar modal.
3. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan publik
dalam hal pengambilan keputusan keuangannya terutama dalam
menentukan berapa besar proporsi sumber pembiayaan struktur
modalnya, dimana diharapkan dengan proporsi struktur modal
tersebut perusahaan dapat meningkatkan harga sahamnya.
4. Bagi Akademisi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Leverage (Struktur Modal)
Struktur modal / capital structure : berkaitan dengan struktur
pembelanjaan permanen perusahaan yang terdiri dari hutang jangka panjang
dan modal sendiri. Ahmad Rodoni dan Indo Yama Nasaruddin (2007).
Struktur modal adalah perbandingan nilai hutang dengan nilai modal
sendiri yang tercermin pada laporan keuangan akhir tahun.
Struktur modal merupakan perimbangan antara utang dengan modal
yang dimiliki perusahaan. Salah satu isi penting yang sering dihadapi oleh
manajer suatu perusahaan adalah menentukan perimbangan yang tepat antara
utang dengan modal.
Terdapat tiga teori utama dalam menjelaskan tujuan perusahaan dalam
memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Ketiga teori tersebut
berusaha menjelaskan bagaimana struktur modal dapat memaksimumkan nilai
perusahaan. Ketiga teori tersebut adalah :
a) Teori Tradisional atau Teori Klasik
Menyatakan bahwa struktur modal yang optimal yang dapat
memaksimumkan nilai perusahaan adalah dengan cara
meminimumkan biaya modal rata-rata (average cost of capital). Salah
satu versi teori ini dikembangkan oleh Ezra Solomon yang
terdapat kelebihan antara debt equity ratio dengan average cost of
capital.
b) Teori yang dikembangkan oleh Miller dan Modigliani
Menyatakan bahwa pasar modal itu adalah sempurna dan tidak
ada pajak. Mereka menyatakan nilai perusahaan tidak dipengaruhi
oleh struktur modal.
c) Teori yang juga dikembangkan oleh Miller dan Modigliani.
Dengan memperhatikan tingkat pajak mereka menyatakan
bahwa penggunaan utang dapat memaksimumkan nilai perusahaan
dan kemakmuran pemegang saham.
Weston (1963) dalam Napa (1999), menggunakan analisis regresi
berganda untuk menguji leverage. Hasilnya mendukung teori leverage
tradisional. Barger (1963) dalam Napa (1999) menggunakan fungsi kuadrat
untuk mempelajari pengaruh perubahan leverage terhadap nilai pasar
perusahaan .hasilnya mendukung teori tradisional Myers (1984) dalam
penelitiannya menemukan bahwa profitabilitas perusahaan mempunyai
hubungan yang positif secara signifikan dengan utang perusahaan. Myers
dalam Sutiati (2001) menunjukan bahwa perusahaan yang profitabilitas tinggi
lebih dipercaya untuk memperoleh utang. Myers juga berpendapat bahwa
apabila harga saham dipasaran terlalu mahal maka perusahaan harus menolak
menerbitkan saham baru karena harga saham tersebut akan turun melalui
1. Pengertian Struktur Modal
Struktur modal merupakan komposisi pendanaan ekuitas (modal
sendiri) dan utang pada suatu perusahaan (Wild et al., 2005). Struktur modal
sering kali dihitung berdasarkan besaran relatif berbagai sumber pendanaan.
Stabilitas keuangan perusahaan serta risiko gagal melunasi utang tergantung
pada sumber pendanaan serta jenis dan jumlah berbagai aktiva yang dimiliki
perusahaan. Struktur modal dapat diartikan sebagai paduan sumber dana
jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan (Keown et al., 2000).
Sedangkan menurut Awat (1999) struktur modal adalah proporsi antara utang
jangka panjang dan modal sendiri. Demikian pula menurut Riyanto (2001)
bahwa struktur modal adalah perimbangan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
Menurut Riyanto (2001) besar kecilnya struktur modal yang digunakan
perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor tersebut
antara lain:
a) Tingkat bunga
Tingkat bunga yang berlaku saat manajemen akan menentukan struktur
modal akan mempengaruhi jenis modal apa yang akan digunakan, apakah
menggunakan saham atau obligasi. Penggunaan obligasi hanya dibenarkan
jika tingkat bunga obligasi lebih rendah daripada earning power dari
b) Stabilitas earning
Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh perusahaan akan
menentukan apakah perusahan dibenarkan untuk menggunakan modal
dengan beban tetap (utang) atau tidak. Jika perusahaan memiliki earning
yang stabil maka perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban finan-
sialnya, sebaliknya perusahaan yang memiliki earning tidak stabil akan
menghadapi risiko tidak dapat membayar beban bunga atau angsuran
utangnya pada tahun-tahun atau kondisi yang buruk.
c) Susunan aktiva
Pada kebanyakan perusahaan industri atau manufaktur di mana
sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan cenderung
mengutamakan penggunaan modal sendiri sedang modal asing atau utang
hanya sebagai pelengkap. Sedangkan perusahaan yang sebagian besar
aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan menggutamakan pemenuhan ke-
butuhan dananya dengan utang jangka pendek.
d) Risiko aktiva
Risiko yang melekat pada setiap aktiva perusahaan belum tentu sama.
Semakin panjang jangka waktu penggunaannya maka risikonya semakin
besar. Jika perusahaan memiliki aktiva yang peka terhadap risiko maka
perusahaan harus memilih banyak menggunakan modal sendiri yang relatif
tahan risiko, dan sedapat mungkin mengurangi penggunaan modal asing
e) Jumlah modal yang dibutuhkan
Jumlah modal yang dibutuhkan atau diperlukan dapat mempengaruhi
struktur modal. Jika modal yang dibutuhkan sangat besar maka dirasakan
perlu bagi perusahaan untuk menggunakan beberapa sekuritas secara ber-
samaan, misalnya mengeluarkan saham dan obligasi secara bersamaan.
f) Keadaan pasar modal
Kondisi pasar sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh
banyak faktor. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh dana melalui
penjualan sekuritas perusahaan harus memperhatikan kondisi pasar modal.
Ketika investor menyukai menanamkan dananya dalam pembelian saham,
maka pada waktu itu perusahaan lebih baik melakukan penerbitan saham.
g) Sifat manajemen
Bagi manajemen yang optimis terhadap masa depan perusahaan,
umumnya akan berani menangung risiko yang besar (risk seeker),
sehingga akan lebih berani menggunakan utang untuk memenuhi
kebutuhan dana perusahaan. Sebaliknya manajer yang bersifat pesimis dan
tidak menyenangi risiko (risk averter) akan lebih suka menggunakan
sumber dana intern untuk memenuhi kebutuhan dananya.
h) Besarnya perusahaan
Suatu perusahaan yang tergolong besar di mana sahamnya tersebar
sangat luas, penambahan saham untuk memenuhi kebutuhan dana tidak
banyak mempengaruhi kekuasan atau pengendalian pemegang saham
melakukan penerbitan saham baru untuk memenuhi kebutuhan dananya.
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001) besarnya kecilnya
struktur modal atau utang suatu perusahaan ditentukan oleh empat faktor
berikut :
a. Risiko bisnis
Risiko bisnis atau tingkat risiko yang terkandung dalam
operasi perusahaan apabila perusahaan tersebut menggunakan
utang. Makin besar atau makin tinggi risiko perusahaan, maka
perusahaan akan cenderung menggunakan utang yang rendah.
b. Pajak perusahaan
Alasan utama penggunaan utang oleh perusahaan adalah
karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak.
c. Fleksibilitas keuangan
Fleksibilitas keuangan atau kemampuan perusahaan untuk
menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan
yang memburuk. Ketersediaan modal yang cukup merupakan hal
yang penting guna mendukung operasi perusahaan yang stabil serta
menentukan keberhasilan perusahan dalam jangka panjang. Oleh
karena itu dalam kondisi perekonomian yang sulit, atau apabila
perusahaan mengalami kesulitan operasi maka kemungkinan
perusahaan tersebut memperoleh pinjaman dari investor relatif
kecil, sehingga kondisi tersebut akan mempengaruhi struktur modal
d. Agresivitas manajemen
Pada perusahaan-perusahaan dengan manajer yang agresif
pada umumnya lebih cenderung menggunakan utang untuk
meningkatkan laba.
3. Utang
1) Pengertian utang
Utang atau sering disebut dengan istilah kewajiban adalah "tuntutan-
tuntutan dari pihak luar", yaitu kewajiban ekonomis yang harus dibayar
kepada pihak luar. Pihak-pihak di luar perusahaan tersebut disebut kreditur
(Horngren et al., 1997). Sedangkan menurut Munawir (2001), utang adalah
semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum
terpenuhi, di mana utang ini merupakan sumber dana atau modal
perusahaan yang berasal dari kreditur.
2) Jenis utang
Utang atau kewajiban perusahaan dapat dikelompokkan menjadi utang
jangka pendek (utang lancar) dan utang jangka panjang.
2a) Utang jangka pendek atau utang lancar
Utang jangka pendek atau utang lancar adalah utang perusahaan
yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka
pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki oleh perusahaan (Munawir, 2001). Utang lancar
tersebut meliputi beberapa utang sebagai berikut :
barang dagangan secara kredit.
(b) Utang wesel, yaitu utang yang disertai dengan janji tertulis untuk
melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di
masa yang akan datang.
(c) Utang pajak, yaitu utang pajak yang belum disetorkan ke kas
negara.
(d) Biaya yang masih harus dibayar, yaitu biaya-biaya yang sudah
terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
(e) Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, yaitu sebagian
(seluruh) utang jangka panjang yang sudah mejadi utang jangka
pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya.
(f) Penghasilan yang diterima di muka (deferred revenue), yaitu
Penerimaan uang untuk penjualan barang/jasa yang belum di
realisir.
2b) Utang jangka panjang
Utang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka
waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih
dari satu tahun sejak tanggal neraca) (Munawir, 2001). Utang jangka
panjang tersebut meliputi:
a. Utang obligasi
b. Utang hipotik yaitu utang yang dijamin dengan aktiva tetap
tertentu.
4. Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik Perusahaan
yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang
ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap
seluruh utang-utangnya (Munawir, 2001). Dalam praktek kadang-kadang
nampak adanya suatu klasifikasi di dalam neraca yang pada umumnya
membingungkan pembaca (sulit untuk ditafsirkan) dengan nama reserve
(cadangan). Seharusnya cadangan ini diklasifikasikan sesuai dengan
klasifikasi neraca yaitu aktiva, utang dan milik sendiri (modal) sehingga
cadangan pada prinsipnya juga terdiri dari tiga golongan yaitu: (Munawir,
2001).
1. Cadangan sebagai pengurang aktiva (reserve that offseting assets). Misal-
nya cadangan penyusutan (reserve for depreciation), cadangan ini
meupakan pengurangan terhadap aktiva yang disusut, sehingga dalam
neraca nampak di sebelah debet mengurangi aktiva yang bersangkutan.
Cadangan penyusutan itu akan lebih tepat bila diberi nama lain yaitu
akumulasi penyusutan, atau akumulasi depresiasi (Munawir, 2001).
2. Cadangan sebagai utang (liability reserve), misalnya reserve for taxes
(cadangan untuk pajak) merupakan suatu utang yang dicatat sebagai
cadangan, ini tidak benar, seharusnya cadangan untuk pajak ini
dimasukkan dalam utang lancar (current liability), yaitu Utang Pajak atau
3. Cadangan yang merupakan surplus, yang betul-betul merupakan hak para
pemilik perusahaan, misalnya cadangan untuk ekspansi adalah merupakan
pemisahan sebagian dari laba yang ditahan (retained earning), dan dalam
neraca masuk dalam klasifikasi modal (appropriated surplus).
B. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah sangat penting karena dengan nilai perusahaan
yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham
(Bringham Gapensi, 1996). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai
perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran
pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan
dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari
keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen asset.
Menurut Fama (1978) dalam Untung wahyudi et.al , nilai perusahaan
akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang
terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar
perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai asset
perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator
nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya
peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan
perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga
saham, dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan pun akan
Indikator- indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya
adalah :
1. PER (Price Earning Ratio)
PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga
saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham. (
Sutrisno, 2000 dalam Mohammad Usman,2001 dalam Malla Bahagia,2008).
Rumus yang digunakan adalah :
Harga Pasar Saham PER= ---
Laba per Lembar Saham
Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah :
Tingkat pertumbuhan laba
Dividend Payout Ratio
Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal.
Menurut Basuku Yusuf, 2005 dalam Malla Bahagia, 2008, hubungan faktor-
faktor tersebut terhadap PER dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Semakin tinggi Pertumbuhan laba semakin tinggi PER nya, dengan kata
lain hubungan antara pertumbuhan laba dengan PER nya bersifat positif.
Hal ini dikarenakan bahwa prospek perusahaan dimasa yang akan datang
dilihat dari pertumbuhan laba, dengan laba perusahaan yang tinggi
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya yang
profitabilitas yang baik, dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat
meningkatkan kepercayaan pemodal untuk berinvestasi pada perusahaan
tersebut sehingga saham-saham dari perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas dan pertumbuhan laba yang tinggi akan memiliki PER yang
tinggi pula, karena saham-saham akan lebih diminati di bursa sehingga
kecenderungan harganya meningkat lebih besar.
2. Semakin tinggi Dividend Payout Ratio (DPR), semakin tinggi PER nya.
DPR memiliki hubungan positif dengan PER, dimana DPR menentukan
besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham dan besarnya dividen
ini secara positif dapat mempengaruhi harga saham terutama pada pasar
modal didominasi yang mempunyai strategi mangejar dividen sebagai
target utama, maka semakin tinggi dividen semakin tinggi PER.
3. Semakin tinggi required rate of return (r) semakin rendah PER, r
merupakan tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi saham,
atau disebut juga sebagai tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika
keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut ternyata lebih kecil dari
tingkat keuntungan yang disyaratkan, berarti hal ini menunjukkan
investasi tersebut kurang menarik, sehingga dapat menyebabkan turunnya
harga saham tersebut dan sebaliknya. Dengan begitu r memiliki hubungan
yang negatif dengan PER, semakin tinggi tingkat keuntungan yang
diisyaratkan semakin rendah nilai PER nya.
PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang
besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
2. PBV (Price Book Value)
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang
terus tumbuh (Brigham, 1999: 92).
Rumus yang digunakan adalah :
Harga Pasar per Lembar Saham PBV = ---
Nilai Buku per Lembar Saham
C. Struktur Kepemilikan Saham
Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan
manjemen dalam kepemilikan saham perusahaan.
1. Kepemilikan Manajerial
Shleifer dan Vishny (1986) dalam Theresia (2002) menemukan
kepemilikan institusional secara positif terhadap kepemilikan manajerial.
Kepemilikan institusional secara mayoritas akan mengurangi kemungkinan
perusahaan untuk diakuisisi, sehingga meningkatkan keinginan manajer untuk
memperbasar kepemilikan pada perusahaan. Namun sebaliknya, menurut Fitri
dan Manduh (2003) semakin tinggi kepemilikan institusioanal maka akan
Risiko mempunyai hubungan negatif dan
kepemilikan institusional. Tingginya risiko yang
Proporsi hutang yang besar akan menempatkan manajer di bawah
pengawasan debtholders dan manajer cenderung tidak menyukai pengawasan
oleh debtholders tersebut, sehingga pengaruh kebijakan hutang terhadap
kepemilikan manajerial adalah negatif. Kontras dengan pernyataan diatas,
Fitri dan Mamduh (2003) menyatakan adanya pengaruh positif. Pernyataan
ini berdasarkan pada asumsi bahwa penggunaan hutang akan mengurangi
kebutuhan penerbitan saham baru sehingga meningkatkan proporsi
kepemilikan manajerial.
Hubungan antara dividend dan kepemilikan manajerial dapat dijelaskan
melalui free cash flow hypothesis (FCF) (Jensen, 1986). Melalui hipotesis ini
kebijakan dividen digunakan untuk mempengaruhi kepemilikan manajerial
sehingga mengurangi biaya keagenan yang berkaitan dengan FCF. Penelitian
tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan subtitusi antara kebijakan
dividend dan kepemilikan manajerial.
2. Kepemilikan Institusional
Dengan tingginya kepemilikan manajerial, para investor institusional
akan mendapatkan kesempatan kontrol perusahaan yang lebih sedikit. Ini
berarti bahwa hubungan antara kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional adalah negatif. Hubungan ini sesuai dengan penelitian Fitri dan
Mamduh (2003).
signifikan terhadap
dihadapi perusahaan
akan mengurangi minat institusi untuk melakukan investasi pada saham
perusahaan itu karena institusi lebih mementingkan pada stabilitas
pendapatan (Fitri dan Mamduh,2003).
Menurut Crutchley et al (1999), pengaruh kebijakan hutang terhadap
kepemilikan institusional adalah positif. Kebijakan hutang yang tinggi
menyebabkan perusahaan dimonitor oleh pihak debtholders, karena
monitoring dalam perusahaan yang ketat tadi menyebab manajer akan
bertindak sesuai dengan kepentingan debtholders dan shareholders, sehingga
kondisi ini akan menarik masuknya kepemilikan institusional.
Kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif terhadap kepemilikan
institusional. Dari sudut pandang investor, investor institusional mungkin
akan lebih tertarik untuk berinvestasi pada saham dengan dividen yang tinggi
dan mekanisme yang ketat.
Semakin banyak saham yang dimiliki manajer akan semakin
menurunkan masalah keagenan sehingga membuat dividen tidak perlu
dibayarkan pada risiko yang tinggi dalam hal ini berarti kepemilikan
manajerial mempengaruhi kebijakan dividen secara negatif.
Dengan jumlah investasi yang tinggi, investor institusional melakukan
monitoring yang semakin ketat dan menghalangi perilaku oportunis manajer.
Monitoring oleh investor institusional ini dapat mengurangi agency cost
dalam hal ini yaitu biaya yang ditanggung pemilik untuk mengawasi agen
Kehadiran kepemilikan institusional memiliki efek subtitusi bagi pembayaran
dividen untuk mengurangi biaya keagenan.
Menurut Chen dan Steiner (1999), variabe risiko mempunyai hubungan
negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan tingginya risiko
bisnis yang dihadapi perusahaan akan diantisipasi dengan kebijakan
pembayaran dividen yang rendah. Dividen yang rendah dapat digunakan
untuk menghindari pemotongan dividen dimasa mendatang sehingga
penalokasian sebagian keuntungan pada laba ditahan dapat digunakan untuk
investasi lebih lanjut.
Malalui penjelasan balancing model of agency cost, Megginson (1997)
dalam Mahadwarta (2002) menyatakan bahwa kebijakan hutang
mempengaruhi kebijakan dividen dengan hubungan yang negatif. Perusahaan
dengan tingkat hutang yang tinggi akan berusaha untuk mengurangi agency
cost of debt-nya dengan mengurangi hutang, sehingga untuk membiayai
investasinya digunakan pendanaan dari aliran cost internal. Pemegang saham
akan merelakan aliran kas internal yang sebelumnya dapat digunakan untuk
D. Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan pengelompokan dari variablel-variabel yang
tidak dapat dikendalikan perusahaan. Variabel yang termasuk faktor ekstern
adalah :
1. Tingkat suku bunga
Pengertian operasional variabel tingkat suku bunga adalah tingkat
bunga kredit investasi dan tingkat bunga kredit modal kerja Bank
Umum rata-rata pertahun yang dibebankan kepada perusahaan atas
penggunaan modal kerja dalam bentuk utang jangka pendek dan dana
investasi dalam bentuk hutang jangka panjang pada akhir tahun. Suku
bunga merupakan biaya modal bagi perusahaan suku bunga yang
tinggi berarti biaya penggunaan dana semakin tinggi sehingga
perusahaan enggan untuk melakukan peminjaman dan selanjutnya
leverage akan menurun. 2. Keadaan Pasar Modal
Keadaan pasar modal semakin bergairah akan mengurangi minat
perusahaan untuk melakukan peminjaman karena perusahaan lebih
tertarik melakukan pembiayaan melalui pasar modal sehingga leverage
akan menurun. Keadaan pasar modal merupakan besarnya nilai
transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun
sebagai cermin perkembangan BEI. Variabel pasar modal diukur
3. Pertumbuhan Pasar
Pertumbuhan pasar adalah persepsi peluang bisnis yang tersedia
dipasar yang harus direbut oleh perusahaan. Pertumbuhan pasar ini
diukur dari nilai rasio selisih volume penjualan pada tahun t dengan
volume penjualan pada tahun t-1 dibagi dengan volume penjualan
industri pada tahun t-1. Pertunbuhan pasar menunjukan kinerja
perusahaan membaik sehingga investor akan merespon positif dan nilai
perusahan akan meningkat. Profitabilitas yang tinggi akan menunjukan
prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif
sinyal tersebut dan nilai perusahaan meningkat.
E. Faktor Intern
Faktor intern merupakan variabel-variabel yang dapat dikendalikan
oleh perusahaan. Variabel-variabel yang termasuk variabel faktor intern
adalah :
1. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
profit atau laba selama satu tahun yang dinyatakan dengan rasio laba
operasi dengan penjualan dari data laporan labarugi akhir tahun.
Rasio profitabilitas dapat diukur dari dua pendekatan yakni
pendekatan penjualan dan pendekatan investasi (Horne 1992). Ukuran
yang banyak digunakan adalah return on assets (ROA) dan return on
Tingkat profitabilitas masa lalu di suatu perusahaan harus
merupakan pene tu atau determinan penting atas struktur modal
perusahaan yang bersangkutan dengan besarnya jumlah laba ditahan,
suatu perusahaan mungkin cenderung memilih pendanaan dari sunber
tersebut dari pada peminjaman. Hal ini sejalan dengan hipotesa
pecking order theory yang digunakan oleh Myers, yang menyatakan
bahwa cara-cara yang dipergunakan oleh perusahaan dalam
memperoleh dana adalah dengan urutan sebagai berikut :
Pertama, dari laba di tahan. Kedua, dari pendanaan hutang dan
Ketiga, dari ekuitas baru. Profitabilitas yang mempunyai pengaruh
penting pada kebijakan dividen perusahaan. Perusahaan yang memiliki
tingkat keuntungan yang tinggi cenderung akan membayarkan sebagai
besar hasil keuntungan tersebut dalam bentuk dividen. Untuk menilai
tingkat profit ini digunakan perhitungan tingkat rata-rata atas asset
(ROA) (Hang and Rhee, 1990. Hal 2a).
Dengan formula :
Laba Bersih yg Tersedia bagi Pemegang Saham Biasa ROA = ---
Rata-rata Total Aktiva
2. Pembayaran dividen 1.) Definisi kebijakan dividen
Kebijakan dividen adalah kebijakan dalam menentukan pembagian
laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali ke
perusahaan (Copeland, 1997 : 125). Kebijakan dividen mempengaruhi baik
pembelajaan jangka panjang ataupun penghasilan yang dibagikan kepada
pemegang saham, maka perusahaan memiliki dua kemungkinan sudut
pandang untuk membayar dividen :
a. Sebagai keputusan pembelanjaan jangka panjang dengan pendekatan
ini, semua laba sesudah pajak yang diperoleh perusahaan dapat
dipandang sebagai sumber dana jangka panjang. Suatu pengumpulan
dividen kas mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk membelanjai
pertumbuhan, membatasi pertumbuhan, atau memaksa perusahaan
memperoleh sumber dana yang lain. Perusahaan akan menahan
pendapatanya, bila : a) tersedia proyek-proyek yang menguntungkan,
b) struktur modal membutuhkan modal sendiri.
b. Sebagai suatu keputusan kesejahteraan maksimum dengan pendekatan
ini perusahaan mengakui bahwa pembayaran dividen mempunyai
pengaruh terhadap harga pasar saham biasa. Perusahaan harus
memaksimumkan rasa kesejahteraan dengan mendeklarasikan dividen
yang cukup untuk memenuhi harapan investor dan pemegang saham.
(Sarwoko, 1995 : 206) kebijakan dividen yang optimal adalah
dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga
saham (Brigham, 1994 : 198).
2.) Jenis-jenis dividen
Jenis-jenis dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para
pemegang saham adalah :
a. Cash dividend, yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam
bentuk tunai atau kas.
b. Property dividend, dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam
bentuk aktiva selain kas, misalnya mesin, inventory, dll.
c. Script dividend, yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam
dua kali pembayaran atau lebih karena perusahaan dalam kesulitan
likuiditas.
d. Liquidating dividend, yaitu dividen dibagikan dengan tidak
berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan tetapi merupakan
pengurangan modal perusahan.
Stock dividend, yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam
bentuk sham. Hal ini dimaksudkan untuk mengkapitalisasi pendapatan
perusahaan sehingga tidak ada aset yang diberikan.
3.) Jenis kebijakan dividen
a. kebijakan dividen yang stabil
jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif
tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar
b. kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus
jumlah ekstra tertentu.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar
saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik
perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal
tersebut.
c. kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang
konstan.
Kebijakan ini membayarkan dividen berdasarkan persentase tertentu
dari laba. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang
dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan
perkembangan keuntungan neto yang diperoleh setiap tahunnya.
d. kebijakan dividen fleksibel.
Pembayaran besarnya dividen setiap tahunnya disesuaikan dengan
posisi financial dan kebijakan financial perusahan tersebut.
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerminan besar
kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva perusahaan
pada neraca akhir tahun yang dilakukan dengan len (ln) dari total
aktiva.
Ukuran perusahaan menunjukan aktifitas perusahaan yang dimiliki
aktiva yang bisa dijadikan jaminan untruk memperoleh hutang
sehingga leverage akan meningkat.
Sebuah perusahaan yang besar dan mampu mempertahankan
keberadaannya dengan baik akan memiliki akses yang mudah pada
pasar modal bila dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Karena
aksebilitas yang mudah terhadap pasar modal berarti memiliki
fleksibilitas yang besar dan kemampuan untuk mengumpulkan dana
dalam waktu singkat, dengan demikian perusahaan besar biasanya
mampu membayarkan rasio dividen yang lebih tinggi dibandingkan
perusahaan kecil.
F. Peneliti Sebelumnya
Peneliti sebelumnya telah dilakukan oleh Sujoko dan Ugy Soebiantoro
(2007) yang menguji tentang pengaruh struktur kepemilikan, leverage, faktor
ekstern dan faktor intern terhadap nilai perusahaan di Bursa Efek Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah ada
pengaruh struktur kepemilikan, faktor ekstern, dan faktor intern berpengaruh
signifikan terhadap leverage, dan untuk mengetahui serta menganalisis
apakah ada strukrur kepemilikan, faktor ekstern,faktor intern dan leverage
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahan. Populasi dalam studi ini
adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sebanyak 134
adalah dengan menggunakan analisis Structural Equation Modeling. Hasil
studi ini menunjukan bahwa struktur kepemilikan, faktor ekstern dan faktor
intern berpengaruh signifikan terhadap leverage. Struktur kepemilikan, faktor
ekstern, faktor intern dan leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Studi ini menguji teori keagenan Jensen dan Meckling (1971).
Pecking Order Theory Myers (1984), Trade Off Model dan Signaling Theory,
Bhattacarya (1979).
Peneliti lainnya dilakukan oleh Siti Khodijah (2006) analisa faktor-
faktor determinan struktur modal dan price earning ratio serta pengujian
terhadap harga saham studi empiris perusahaan Jakarta Islamic Index dengan
pendekatan Path Analysis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi struktur modal baik secara langsung dan
tidak tidak langsung dalam hal struktur aktiva, operating leverage (DOL),
total leverage (DCC), profitabilitas (ROI), penjualan (sales) dan tingkat
pertumbuhan (grow rates), untuk menganalisa dari variabel-variabel tersebut.
Variabel apa saja yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap
struktur modal perusahaan,untuk memperoleh bukti empiris tentang faktor-
faktor apa saja yang memperngaruhi price earning ratio (PER) , seperti total
leverage (DCL), profitabilitas (ROI), penjualan (sales), dan tingkat
pertumbuhan (grow rates), baik secara langsung dan tidak langsung, untuk
menganalisa dari keempat variabel tersebut, variabel apa saja yang
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap price earning ratio (PER) dan
yakni struktur modal dan price earning ratio (PER) yang mempengaruhi harga
saham, serta mencari faktor apa yang dimiliki pengaruh paling dominan.
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis Path Analysis.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahan-perusahaan yang terdaftar
dalam JII di BEJ dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil
studi ini menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
adalah struktur aktiva dan profitabilitas yang mempunyai pengaruh paling
dominan terhadap struktur modal ialah profitabilitasnya, total pengaruh dari
total leverage dan penjualan maka total leverage mempunyai pengaruh yang
paling dominan terhadap PER dan hasil penelitian selanjutnya yakni antara
pengaruh struktur modal dan PER terhadap harga saham hasil menunjukan
bahwa kedua variabel tersebut mempunyai pengaruh.
Peneliti lainnya dilakukan oleh Cyrillius Martono (2002). Analisa
pengaruh profitabilitas industri, rasio leverage keuangan tertimbang dan
itensitas modal tertimbang serta pangsa pasar terhadap ROA dan ROE
perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia. Studi ini meneliti empat
proksi rasio-rasio persaingan yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
Proksi tersebut meliputi profitabilitas industry, rasio leverage keuangan
tertimbang dan pangsa pasar. Penelitian ini menggunakan data laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia sejak 1994-
1997 dengan total sampel per tahun sebanyak 41 perusahaan yang terdaftar di
menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa : pertama,
tiga variabel, yaitu ROA industri, intensitas modal tertimbang, dan leverage
keuangan tertimbang terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROA
perusahaan. Kedua, tiga variabel, yaitu ROE industri, leverage keuangan
tertimbang, dan pangsa pasar terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROE.
Ketiga, berdasarkan nilai R2, hasil analisis regresi ROE. Keempat,
profitabilitas industri, terbukti superior dalam menjelaskan ROA, sedangkan
variabel yang superior dalam menjelaskan ROE adalah rasio leverage
keuangan tertimbang.
Peneliti lainnya dilakukan oleh Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana
Sularto (2007). Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan tipe
kepemilikan perusahaan terhadap luas voluntary disclosure aporan keuangan
tahunan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel ukuran
perusahaan, profitabilitas dan tipe kepemilikan perusahaan berpengaruh
terhadap luas voluntary disclosure laporan tahuanan. Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 8 perusahaan yang bergerak
dalam manufaktur. Pengolahan dan analisis data menggunakan regeresi linier
berganda dengan bantuan program SPSS. Pengujian data digunakan untuk
regresi linier berganda yaitu uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini didapat
bahwa variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan tipe kepemilikan
perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas voluntary disclosure laporan
Peneliti lainnya dilakukan oleh Etty M. Nasser dan Fielyandi F.
(2006) meneliti tentang pengaruh kepemilikan institusional, ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan hutang sebagai variabel intervening terhadap
nilai perusahaan. Pengujian hipotesis menggunakan path analysis (structural
equation model) dengan bantuan software Amos 4.0. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji apakah ada pengaruh ukuran perusahaan dan kepemilikan
institusional terhadap kebijakan hutang dan menguji apakah ada pengaruh
ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, profitabilitas dan kebijakan
hutang terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini didapat bahwa variabel
ukuran perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kebijakan hutang. Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif
signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil analisa pengaruh ukuran
perusahaan terhadap nilai perusahaan ditemukan bahwa size mempunyai
pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai
perusahaan, variabel profitabilitas juga memiliki
G. Kerangka pemikiran
Struktur kepemilikan secara teoritis mempunyai hubungan dengan
leverage. Semakin terkonsentrasi kepemilikan saham maka pengawasan
pemilik terhadap manjemen akan semakin efektif. Manajemen akan semakin
berhati-hati dalam memperoleh pinjaman sebab jumlah utang yang semakin
meningkat akan menimbulkan financial distress. Terjadinya financial distress
akan mengakibatkan nilai perusahaan akan mengalami penurunan sehingga
mengurangi kemakmuran pemilik.
Suku bunga merupakan biaya modal bagi perusahaan suku bunga
yang tinggi berarti biaya penggunaan dana semakin tinggi dehingga
perusahaan enggan untuk melakukan peminjaman dan selanjutnya leverage
akan menurun. Keadaan pasar modal semakin bergairah akan mengurangi
minat perusahaan untuk melakukan peminjaman karena perusahaan lebih
tertarik melakukan pembiayaan melalui pasar modal sehingga leverage akan
menurun. Pertumbuhan pasar yang tinggi menunjukan peluang pasar yang
bagus sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan peminjaman
sehingga leverage akan meningkat. Profitabilitas yang meningkat akan
meningkatkan laba yang ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan
untuk melakukan peminjaman dan leverage akan menurun. Pembayaran
dividen yang meningkat akan mengurangi laba yang ditahan sehingga sumber
dana intern akan menurun dan perusahaan akan tertarik melakukan
peminjaman dan leverage akan meningkat. Ukuran perusahaan menunjukan
perusahaan berarti semakin besar aktiva yang bisa dijadikan jaminan untruk
memperoleh hutang sehingga leverage akan meningkat. Kepemilikan
institusional akan mendorong pemilik untuk melakukan peminjaman kepada
manajemen sehingga manajemen terdorong untuk meningkatkan kinerjanya,
selanjutnya nilai perusahaan akan meningkat. Kepemilikan manajerial akan
mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena
mereka juga memiliki perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan
meningkatkan nilai perusahaan. Suku bunga yang tinggi akan mengurangi
minat investor untuk menginvestasikan dananya kepasar modal sehingga
aktifitas perdagangan akan menurun dan nilai perusahaan akan menurun.
Pertunbuhan pasar menunjukan kinerja perusahaan membaik sehingga
investor akan merespon positif dan nilai perusahan akan meningkat.
Profitabilitas yang tinggi akan menunjukan prospek perusahaan yang baik
sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan
meningkat. Singnally theory, Bhattacarya (1979) mengemukakan bahwa
profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang bagus
sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan
meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukan
prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik untuk
membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat. Ukuran perusahaan
yang besar menunjukan perusahaan mengalami perkembangan sehingga
investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Investor
semakin tinggi menimbulkan financial distress sehingga nilai perusahaan
akan menurun. Balancing theory (1976), Stigliz (1976) menyatakan bahwa
ada keseimbangan antara manfaat dan pengorbanan dalam kaitannya dengan
utang.
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang
disesuaikan dengan konsep jalur, maka secara sistematis dapat dibuat
kerangka pemikiran sebagai berikut :
e
1X
1.
1e
2X
1.
2e
3X
2.
1Struktur Kepemilikan
Saham (X1)
1
<