ANALISIS FAKTOR DIVIDEN DAN I PADA PER
MU
FAK UNIVERSITAS
R-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEB IMPLIKASINYA TERHADAP HARGA SAH
RUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh:
UHAMMAD MIFTAHURROHMAN 106081002458
JURUSAN MANAJEMEN AKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
S ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLA JAKARTA
1431 H / 2010 M
BIJAKAN HAM
ANALISIS
FAKTOR.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN
DEYIDEN, DAN IMPLIKASINYA TERHADAP HARGA SAHAM
PAI}A PERUSAHAAN MANUFAKTUR
GOPUBLIK
DI
BTIRSAEFEK INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
MUHAMMAD MIFTAHURROHMAN
NIM: 106081002458
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
I
Pembimbingtr
Ga
Prof.Dr.Ahmad
Rodoni.MM
NrP.196902B2$0dt21
003JURUSAN
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN
ILMU
SOSIAL
UNTVERSITAS
ISLAM I\EGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
t431HJ
2010M
Titi
DewiWarninda.
SE"M.Si
ANALISIS F'AKTOR.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN
DIVIDEN, DAN
IMPLIKASINYA
TERIIADAP HARGA SAHAM
PADA
PERUSAHAAITMANUFAKTUR
GOPUBLIK
DI
BURSAEFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat
Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
MUHAMMAD MIX'TAHURROHMAN
NIM:
106081002458Tim
PengujiUjian Skripsi
Pembimbing
I
PembimbingII
m'd
Titi
DewiWarninda.
SE.M.Si
MP:
19731221 20050I
2402Dr.
Yahva Hamia. MM,l[IP:
1949A602197803 1 001JURUSAN
MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UMVtrRSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAII
JAKARTA
t431HJ2010
M
NrP.19690203 200112 1 003Hari
ini
Senin Tanggal20 Bulan
Desember TahunDua Ribu
Sepuluh telahdilakukan
Ujian
Skripsi atas
nama
Muhammad
Miftahunohman NIM:
106081002458 denganjudul
Skripsi(ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
YAIIG
MEMPENGARUIil
KEBIJAKAN
DEVIDEN,
DAI{
IMPLIKASINYA
TERIIADAP HARGA SAHAM
PADA PERUSAIIA.A^I\MAFIUFAKTUR
GOPABLIK
DI
BURSA
EFEK
II\DONESIA".
Memperhatikan PenampilanMahasiswa tersebut selama
ujian
berlangsffig,maka skripsi
ini
sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi padaJurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakartra, 20 Desember 2010
Tim
PengujiSkripsi
[La
Prof.
Dr.
Ahmad Rodoni.MM
Ketua
Titi
DewiWarninda,
SE"M.Si
SekretarisPenguji
Ahli
I
Hari ini
Kamis Tanggal 27 BulanMei
Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukanUjian
Komprehensif
atas
nama
Muhammad Miftahunohman
NIM:
106081002458 dengan
judul
Skripsi"ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
IffiBIJAKAN
DEVIDENO DAN
IMPLIKASINYA
TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAANMANUT'AKTUR
GOPUBLIK
DI
BURSA
EFEK
INDONESIA".
Memperhatikan kemampuanmahasiswa tersebut selama
ujian
berlangsung,maka skripsi
ini
sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi padaJurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakartra.Jakarta, 27
Mei2010
Tim
PengujiUjian Komprehensif
o'1 /
1
7-f
__<'r
Indo Yama Nasaruddin. SE.
MAB
Ketua./--\
()*/
Prof.
Dr.
AhmadRodoni.(VftI
-t
Fauzan. Sn.
MM
SURAT
PERNYATAAN
Nama
Mahasiswa
: MuhammadMiftahurrohman
NIM
:106081002458Jurusan
: ManajemenDengan
ini
menyatakan bahwa skripsiini
adalah hasil karya saya sendiri yang merupakanhasil
penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian oranglain.
Apabila terbukli skripsi
ini
plagiat atau replikasi maka skripsiini
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusanserta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan
ini
dibuat dengan segala akibat yangtimbul
di
kemudian hari menjadi tanggungjawab saya..
{"\qttu, l0
Desember 2010 METERAI'ffMTHf
NqI
W
/
;,*ffi^
"'{*{l
6wwii&^ffi',/-
\
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhammad Miftahurrohman
Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi, 2 September 1985
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Cilangla Rt 005/Rw 03 Cireunghas Sukabumi,
Jawa Barat 43193
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Orang Tua : Ayah : Said
Ibu : Enung Nurlathifah
Telepon : 0266-230210 (rumah)
021-95466892 (hp)
e-mail : moch.miftah@gmail.com
PENDIDIKAN
• SD Negeri Cilangla Sukabumi 1991 – 1997
• TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Jawa Timur 1998 – 2004
• UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Manajemen FEB 2006 – 2010
PENGALAMAN ORGANISASI
• Ketua Koperasi TOSERBA, Departemen KOPWIRA TMI Al-Amien
Prenduan (2003)
• Staf Keilmuan IKBAL Korda Jakarta (2006)
• Bendahara Umum IKBAL Korda Jakarta (2008-2010)
PENGALAMAN KERJA
• Klinik (BPSK) TMI Al-Amien Prenduan (2004-2005)
ABSTRACT
This research aims to analyze the influence of ownership structure, corporate life cycle, financial leverage and interest rate in dividend policy, and its implication on stock price. This research also aims to analyze the direct and indirect effect of independent variable on stock price. This research use quantitative research by using method of path analysis. The sample in this research is go public manufacture companies which listed in Indonesia Stock Exchange for period 2005-2009. Data in this research is obtained from companies financial statement which available in BEI and interest rate that published by Indonesian Bank. Research finding of substructure I indicates that ownership structure, corporate life cycle, and financial leverage have significantly effect on dividend policy. Research finding of substructure II indicates that ownership structure, corporate life cycle, interest rate, and dividend policy have significantly effect on stock price. Besides, research finding also indicates that the factors have direct effect on stock price are ownership structure with positive coefficient around 20.9%, corporate life cycle with negative coefficient around 39.8%, and interest rate with negative coefficient around 18.8%. While the factors have indirect effect on stock price are ownership structure with positive coefficient around 5.2%, corporate life cycle with negative coefficient around 13.1%, and financial leverage with negative coefficient around 5.8%.
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen, serta implikasinya terhadap harga saham. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisa pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel independen terhadap harga saham. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan path analysis. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2009. Data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang tersedia di BEI dan tingkat suku bunga SBI yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Hasil penelitian pada substruktur I menunjukkan bahwa struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, dan
financial leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian pada substruktur II menunjukkan bahwa struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Selain itu, Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap harga saham adalah struktur kepemilikan dengan koefisien positif sebesar 20.9%, tahapan daur hidup perusahaan dengan koefisien negatif sebesar 39.8%, dan suku bunga SBI dengan koefisien negatif sebesar 18.8%. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh tidak langsung terhadap harga saham adalah struktur kepemilikan dengan koefisien positif sebesar 5.2%, tahapan daur hidup perusahaan dengan koefisien negatif sebesar 13.1%, dan financial leverage dengan koefisien negatif sebesar 5.8%.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillâhirabbil’âlamîn. Segala puji bagi Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Tuhan yang Maha Berilmu lagi
menjanjikan akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Al-Mujadalah: 11). Shalawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada Rasulullan Muhammad saw., beserta keluarga,
sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari Akhir.
Penulis bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini disamping penulis juga
menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
dikarenakan keterbatasan kemampuan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk
itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan kekurangan yang
ditemui dalam skripsi ini.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
1. Kedua orang tua dan semua keluarga penulis yang senantiasa berdo’a dan
memberikan bimbingan akan arti hidup yang hakiki.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, sekaligus pembimbing I yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi
ini bias terselesaikan.
4. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB, selaku Kepala Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang
selalu membimbing dan memotivasi penulis selama penyusunan skripsi.
6. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan bekal ilmu yang tak terhingga nilainya, semoga menjadi ilmu
7. Para staf tata usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membantu
penulis dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain.
8. Seluruh sahabat penulis, kalianlah yang punya andil besar dalam
membentuk kepribadian penulis selama ini, yang telah memperkenalkan
makna perbedaan dan menghadirkan indahnya warna-warni kebersamaan.
Bagaimana penulis bisa melangkah, jika bukan karena kalian yang selalu
menggandeng penulis selama ini untuk menatap masa depan. Bagaimana
penulis bisa bangun, jika bukan karena kalian yang selalu memotivasi
penulis untuk hidup lebih baik. Teman-temanlah yang selalu hadir di kala
penulis merasa sendiri, kalaupun harus pergi tidak lain agar penulis merasa
tenang bukan berarti kalian tidak ingin menemani. Ketulusan kalian
membuat penulis tersenyum dan menangis haru. Bagaimana penulis harus
berterima kasih, bagaimana penulis harus membalas segala kebaikan
kalian yang teramat luhur. Penulis hanya bisa bersyukur kepada Allah swt.
telah dipertemukan bersama teman-teman. Biarlah Ia yang membalasnya
karena penulis yakin tidak ada balasan yang lebih baik atas kebaikan
kalian melainkan balasan yang datang dari-Nya.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan
telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian
ini.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaan bagi berbagai pihak, bagi
pengembangan diri penulis khusunya dan para pembaca budiman pada umumnya.
Akhirnya segala urusan penulis pasrah-tawakkalkan kepada Dzat yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Jakarta, 20 Desember 2010
Penulis,
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i
ABSTRACT ... ii
ABSTRAKSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Batasan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Pasar Modal ... 9
B. Saham ... 11
1. Pengertian Saham ... 11
2. Analisis dan Penilaian Harga Saham ... 15
C. Kebijakan Deviden ... 19
1. Pengertian ... 19
2. Kebijakan Pembagian Deviden ... 21
3. Teori-teori Kebijakan Deviden ... 23
D. Hubungan Kebijakan Deviden dan Harga Saham ... 26
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 37
F. Kerangka Pemikiran ... 40
G. Hipotesis Penelitian ... 41
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 43
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 43
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43
D. Metode Analisis ... 44
E. Dasar Pengambilan Keputusan ... 47
F. Operasional Variabel ... 50
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 53
B. Penemuan dan Pembahasan ... 60
1. Analisis Deskriptif ... 60
2. Analisis Jalur Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tahapan Daur Hidup Perusahaan, Financial Leverage, dan Suku Bunga SBI Terhadap Kebijakan Dividen, serta Implikasinya Terhadap Harga Saham ... 70
3. Analisis Jalur Setelah Trimming ... 92
C. Interpretasi Hasil ... 106
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 114
A. Kesimpulan ... 114
B. Implikasi ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 117
DAFTAR TABEL
Nomer Keterangan Halaman
4.1 Data Sampel Perusahaan Manufaktur 59
4.2 Korelasi antar Variabel Bebas 72
4.3 Uji t Regresi * 76
4.4 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) * 80
4.5 Uji F Regresi * 81
4.6 Uji t Regresi ** 84
4.7 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ** 88
4.8 Uji F Regresi ** 89
4.9 Hasil Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dan
Endogen 91
4.10 Uji t Regresi *** 93
4.11 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) *** 96
4.12 Uji F Regresi *** 97
4.13 Uji t Regresi **** 97
4.14 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) **** 101
4.15 Uji F Regresi **** 101
4.16 Hasil Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dan
Endogen setelah Trimming 102
4.17 Koefisien Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan
Total tentang Struktur Kepemilikan (IO), Tahapan daur
Hidup Perusahaan (RETE), Financial Leverage (DER), Suku Bunga SBI, Kebijakan Dividen (DY), dan Harga
Saham (CP) 105
Ket.
*Substruktur I ***Substruktur I setelah Trimming
DAFTAR GAMBAR
Nomer Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Berfikir 41
4.1 Rata-rata IO Perusahaan 61
4.2 Rata-rata RETE Perusahaan 63
4.3 Rata-rata DER Perusahaan 65
4.4 Suku Bunga SBI 66
4.5 Rata-rata Dividend Yield (DY) Perusahaan 68
4.6 Rata-rata Harga Saham (CP) Perusahaan 69
4.7 Diagram Jalur 71
4.8 Diagram Jalur (hasil perhitungan) 91
4.9 Diagram Jalur setelah Trimming 93
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investor menginvestasikan modalnya pada saham dengan mengharapkan
tingkat pengembalian yang baik tanpa suatu resiko yang berarti. Mereka akan
lebih menekankan referensi pada return yang akan didapat dari investasi yang
ditanamkannya tersebut. Oleh karena itu mereka cenderung selalu melihat
dan menilai lebih teliti saham perusahaan mana yang nilainya stabil dan
bahkan ada kecenderungan naik. Di lain pihak, perusahaan juga
mengharapkan pertumbuhan sekaligus mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan memberikan kesejahteraan bagi pemegang saham. Oleh karena
itu kebijakan pembayaran dividen mempunyai dampak yang sangat penting
bagi investor maupun bagi perusahaan yang membayarkan dividen, dan
menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan investor, namun
disisi lain kebijakan tersebut jangan sampai menghambat pertumbuhan
apalagi mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Murhadi (2008, vol.10)
mengatakan bahwa pengumuman dividen oleh suatu perusahaan, merupakan
signal bagi pemegang saham.
Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung
pada kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan, sehingga
pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Dengan demikian perlu bagi
mempengaruhi kebijakan dividen yang ditetapkan oleh perusahaan
(Pradessya, 2006: 13). Selanjutnya, Dewi (2008: 47) berpendapat bahwa
wewenang dalam mengendalikan kebijakan dividen merupakan salah satu
wewenang yang didelegasikan para pemegang saham kepada dewan direksi.
Dividen akan dibayarkan atau tidak, bagaimana sifat dan jumlah dividen
merupakan masalah yang ditentukan olehh dewan direksi.
Perusahaan yang membayarkan dividen dalam 5 tahun terakhir terlihat
mengalami fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari data statistik yang dikeluarkan
oleh research and development division ofIndonesia Stock Exchange (IDX),
dimana terdapat 166 perusahaan atau 48.40% dari 343 perusahaan yang listed
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005, terdapat 158 perusahaan atau
44.89% dari 352 perusahaan di tahun 2006, terdapat 153 perusahaan atau
40.48% dari 378 perusahaan di tahun 2007, 157 perusahaan atau 38.57% dari
407 perusahaan di tahun 2008, dan 168 perusahaan atau 40.58% dari 414
perusahaan. Sementara itu, untuk perusahaan manufaktur yang membayarkan
dividen kepada pemegang saham secara continue selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 hanya sebanyak 20 perusahaan, yaitu Astra
Internastional Tbk, Astra Otoparts Tbk, Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk,
Citra Tubindo Tbk, Delta Djakarta Tbk, Goodyear Indonesia Tbk, HM
Sampoerna Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Kageo Igar Jaya Tbk, Kimia
Farma Tbk, Lion Metal Works Tbk, Lionmesh Prima Tbk, Mayora Indah
Tbk, Semen Gresik (Persero) Tbk, Tempo Scan Pacific Tbk, Trias Sentosa
Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk.
Alli (1993) dalam Prihantono (2003: 9) membedakan variabel yang
mempengaruhi pembayaran dividen, diantaranya adalah batasan legal (legal restriction), posisi likuiditas (liquidity position), ketiadaan sumber pembiayaan lain (absence or lack of other source of financing), prediksi penerimaan (earning predictability), kontrol kepemilikan (ownership control), dan Inflasi (inflation).
Apabila sebuah perusahaan mempunyai kemampuan dalam memberikan
dividen maka akan banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut, jika hal ini terjadi maka permintaan akan saham
perusahaan menjadi tinggi yang pada akhirnya diikuti dengan appresiasi
harga saham perusahaan dan memberikan keuntungan berupa capital gain.
Sementara itu, menurut Sartono (1998: 370) kenyataan harga saham berubah
mengikuti perubahan dividen semata-mata karena adanya information content
dalam pengumuman dividen. Sudah banyak penelitian untuk menguji
hipotesis ini, namun demikian hingga saat ini masih sulit untuk menentukan
apakah perubahan harga saham yang mengikuti perubahan dividen
disebabkan karena signaling effect, preference effect, atau karena kombinasi keduanya.
Menurut Husnan (2005: 307) dalam Faizah (2009) harga saham yang
beragam pada umumnya mencerminkan keadaan fundamental perusahaan
harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan
datang dan menerapakan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga
diperoleh taksiran harga saham. Namun, adakalanya perubahan harga saham
tidak begitu mencerminkan keadaan fundamental perusahaan pada periode
tertentu. Harga saham lebih dipengaruhi oleh faktor ekstern di luar faktor
fundamental, seperti kondisi makro ekonomi, stabilitas politik, kebijakan
pemerintah dalam dunia industri dan usaha atau faktor sejenis yang terjadi
pada perusahaan merupakan variabel yang bisa ikut memicu arah pergerakan
kurs saham.
Rata-rata saham perusahaan manufaktur selama 5 tahun terakhir terlihat
mengalami fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari pergerakan rata-rata saham
yang selalu berubah-ubah (naik-turun) dari tahun ke tahun. Nilai rata-rata
saham perusahaan manufaktur sepanjang tahun 2005-2007 mengalami
peningkatan yaitu Rp 11088.00 di tahun 2005, naik menjadi Rp 13832.50 di
tahun 2006, dan naik kembali di tahun 2007 menjadi Rp 14953.90. Pada
tahun 2008 turun menjadi Rp 11858.45. Namun di tahun 2009 mengalami
peningkatan hingga pada titik harga Rp 27623.30.
Penurunan nilai rata-rata saham manufaktur pada tahun 2008 lebih dipicu
oleh keadaan ekonomi tepatnya krisis keuangan global yang dimulai dari
Amerika dan meluas ke hampir seluruh belahan dunia termasuk Indonesia,
Sebaliknya, kenaikan di tahun 2009 memberikan sinyal atau tanda positif bagi
para investor perihal prospek berinvestasi pada saham tersebut.
Murhadi (2008, vol 10) melakukan penelitian mengenai kebijakan dividen: anteseden dan dampaknya terhadap harga saham perusahaan.
Penelitiannya menjelaskan hubungan kausal antara harga saham dan
kebijakan dividen sebagai variabel endogen dengan set kesempatan investasi, aliran kas bebas, tahapan daur hidup, kepemilikan institusional, dan regulasi
sebagai variabel eksogen.
Analisis terhadap faktor kebijakan dividen dan dampak
faktor-faktor tersebut terhadap harga saham mempunyai arti penting bagi investor
sebelum mengambil suatu keputusan investasi. Berdasarkan uraian di atas dan
penelitian-penelitian yang dilakukan, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan
pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap harga saham perusahaan-perusahaan
manufaktur.
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini
akan dilakukan pengujian terhadap teori signaling dividen (signaling theory)
melalui kebijakan dividen yang diwakili dengan dividend yield, teori keagenan (agency theory) melalui struktuk kepemilikan yang diwakili dengan
yang diwakili dengan debt to equity ratio (DER), serta dilengkapi dengan variabel makro yang diwakili oleh tingkat suku bunga SBI.
Periode penelitian yang dilakukan adalah periode tahun 2005 sampai
dengan tahun 2009. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki laporan keuangan lengkap dan melakukan pembayaran dividen secara konsisten
selama periode penelitian (lima tahun), yaitu meliputi tahun 2005, 2006,
2007, 2008, dan 2009. Penelitian dibatasi pada penggunaan data sekunder
yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan data yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia yang sifatnya kuantitatif dalam
melakukan analisis.
Dengan berbagai dasar dan latar belakang di atas, maka penelitian ini
mengambil topik yaitu “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan implikasinya terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, serta agar penelitian dapat dilakukan
secara sistematis dan terarah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
2. Bagaimana pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur hidup
perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham?
3. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung variabel struktur
kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan,financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap harga saham?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pendahuluan dan perumusan masalah, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.
1. Untuk menganalisis pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur
hidup perusahaan, financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen.
2. Untuk menganalisis pengaruh variabel struktur kepemilikan, tahapan daur
hidup perusahaan, financial leverage, suku bunga SBI, dan kebijakan dividen terhadap harga saham.
3. Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung variabel
struktur kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan, financial leverage,
dan suku bunga SBI terhadap harga saham.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti. Memperluas dan menambah wawasan tentang kebijakan
kepemilikan, tahapan daur hidup perusahaan,financial leverage, dan suku bunga SBI terhadap kebijakan dividen dan harga saham.
2. Bagi akademis. Sebagai bahan acuan dan referensi dalam memahami
kebijakan dividen dan harga saham, serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya, pada suatu investasi.
3. Bagi ilmu manajemen, khususnya ilmu keuangan. Diharapkan dapat
mencerminkan dan memperkaya informasi ilmiah mengenai kebijakan
dividen dan harga saham, dengan senantiasa untuk ditindaklanjuti, serta
dilakukan perbaikan dan pengembangan yang lebih baik.
4. Bagi investor. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam
melakukan atau membuat kebijakan investasi.
5. Bagi perusahaan. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal
Menurut Fabbozi, Modigliani, dan Ferri (1999: 7) terdapat banyak cara
untuk menggolongkan jenis-jenis pasar keuangan. Salah satunya adalah
berdasarkan jenis klaim keuangan, seperti pasar uang dan pasar ekuitas.
Sementara itu, pasar modal (capital market) merupakan bagian dari klasifikasi pasar keuangan—selain pasar uang (money market)—berdasarkan lamanya jatuh tempo suatu klaim. Menurutnya pasar modal adalah pasar
keuangan bagi aset-aset keuangan jangka panjang, dan pasar uang adalah
pasar bagi instrumen-instrumen utang jangka pendek.
Menurut Siamat (2005: 487) Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu
tempat yang terorganisasi dimana efek-efek diperdagangkan yang disebut
bursa efek. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan
baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi bursa
efek ini antara lain adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga
efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Menurut
Rodoni (2008: 40) pasar modal (capital market) adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang (dana yang jatuh temponya lebih dari satu tahun)
dan merupakan pasar yang konkrit. Sedangkan bursa efek (stock exchange)
efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Efek
adalah setiap surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan, misalnya: surat
pengakuan hutang, surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti utang, bukti right (right issue), dan waran (warrant).
Coyle (2002: 53) berpendapat, a stock exchange is a formal stock market, whose trading systems, information dissemination systems and administrative systems are used by the intermediaries participating in the dealing activities on the exchange, yaitu pasar saham formal, dimana system perdagangan, informasi diseminasi, dan administrasi, digunakan oleh perantara yang
berpartisipasi dalam penanganan kegiatan di bursa. Sedangkan stock market is a more general term for an organized market in whice buyers and sellers trade in securities, yaitu istilah yang umum untuk pasar yang terorganisir dimana pembeli dan penjual melakukan jual beli sekuritas.
Stock market terdiri dari primary market (pasar primer atau perdana) dan
secondary market (pasar sekunder). Stock market fulfill both primary market and secondary market functions. The primary equity markets are the market in whice companies issue new shares that are sold to investors. the primary markets are the markets for raising capital. The secondary markets are for trading in shares after issue. (Coyle, 2002: 52). Artinya pasar saham memenuhi kedua fungsi pasar primer dan pasar sekunder. Pasar primer adalah
pasar dimana saham baru perusahaan dijual kepada investor, untuk
meningkatkan modal. Sedangkan pasar sekunder adalah untuk perdagangan
Ananto (2007: 38) berpendapat, pasar primer adalah pasar untuk
surat-surat berharga yang baru diterbitkan. Sedangkan pasar sekunder adalah pasar
perdagangan surat berharga yang sudah ada (sekuritas lama) di bursa efek.
Menurut Husnan (2001) terdapat empat instrumen pasar modal (Kholid,
2006: 10), yakni.
1) Saham. Saham merupakan suatu hak kepemilikan dari perusahaan yang
diperjual belikan. Terdiri dari saham biasa dan saham preferen.
2) Obligasi. obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak
antara pemberi dana (pemodal) dengan yang diberi dana (perusahaan) atau
biasa disebut obligasi biasa (bond). Sedangkan obligasi konversi
(convertible bond) secara umum tidak berbeda dengan obligasi biasa sedikit memiliki keunggulan, yaitu dapat ditukar dengan saham biasa.
3) Sertifikat Right. Right merupakan surat berharga yang memberikan hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan, di
mana Right merupakan suatu produk derivatif atau merupakan turunan dari sebuah saham.
4) Waran. Waran merupakan hak untuk membeli saham biasa pada waktu
dan harga yang sudah ditentukan.
B. Saham
1. Pengertian Saham
Menurut Widyastuti (2006: 39) saham adalah surat berharga yang
belikan di pasar modal adalah saham perusahaan-perusahaan yang telah go public. Secara sederhana, Rodoni (2008: 45) mendefinisikan saham sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan kertas tersebut. oleh karena itu pemegang saham biasa
memiliki hak untuk memilih direktur-direktur perusahaan yang selanjutnya
akan memilih para pejabat yang akan mengelola bisnis.
Saham merupakan suatu hak kepemilikan dari perusahaan yang
diperjual belikan. Adapun saham dibagi menjadi dua yaitu saham biasa
dan saham preferen. (Kholid, 2006: 10)
a. Saham Biasa
Apabila perusahaan hanya mengeluarkan satu jenis saham saja,
saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock).
Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakili
kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan (Jogiyanto,
2000). Saham ini memiliki dua hak yaitu hak kontrol yaitu hak
pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan perusahaan, hak
menerima pembagian keuntungan perusahaan dan Hak Preemtive yaitu hak untuk mendapatkan persentasi kepimilikan yang sama jika
perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan
melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi
oleh masyarakat dan banyak digunakan untuk menarik dana dari
masyarakat oleh perusahaan.
b. Saham preferen
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan
antara obligasi dan saham biasa (Jogiyanto, 2000). Saham preferen
dapat dikatakan serupa dengan saham biasa. Hal ini disebabkan karena
dua hal pokok yaitu: mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan
tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut,
dan membayar (memperoleh) dividen. Sedangkan persamaan saham
preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal yaitu: ada klaim atas laba
dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku dari
saham, dan memiliki hak tebus serta dapat dipertukarkan dengan saham
biasa.
Menurut Anoraga dalam Widyastuti (2006: 39), dengan memiliki
saham suatu perusahaan akan memberikan berbagai manfaat. Manfaat
yang diperoleh antara lain:
1) Dividen, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada
para pemilik saham.
2) Capital Gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga belinya.
3) Manfaat non-finansial, yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan
Jadi saham merupakan salah satu sekuritas yang diterbitkan oleh
perusahaan dan diperdagangkan di bursa efek yang dengan memilikinya
memberikan indikasi penyertaan atau kepemilikan atas perusahaan
tersebut, sehingga pemilik saham berhak menentukan arah
kebijaksanaan perusahaan, dimana pemilik saham dapat bersifat
perorangan ataupun badan usaha, dan dikelompokkan menjadi saham
biasa (common stock) dan saham preferen (prefered stock).
Beberapa jenis saham yang dikenal adalah (Ananto, 2007: 41):
1) Saham atas tunjuk (bearer stock)
Setiap pemegang saham atas tunjuk dianggap sebagai pemilik
dan memiliki hak untuk menjual saham tersebut, memperoleh
bayaran atas dividen dan menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
2) Saham Atas Nama (Registered Stock)
Jenis saham ini nama dari pemilik saham terdapat di sertifikat
saham dan tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) perusahaan.
Pemegang saham jenis ini memperoleh hak untuk menjual saham,
memperoleh dividen, dan mengakhiri Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
3) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah saham yang tidak memiliki saham istimewa,
dibandingkan pemegang saham preferen terutama pada saat
pembagian dividen dan liquidasi perusahaan.
4) Saham preferen (Preferred Stock)
Pemegang saham preferen memiliki hak prioritas dalam
pembagian dividen dan pembagian kekayaan pada saat perusahaan
dilikuidasi dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Selain itu
pemegang saham preferen berhak mengajukan usul pengajuan calon
anggota dewan komisarisdan direksi.
2. Analisis dan Penilaian Harga Saham
Nilai buku perlembar saham biasa adalah nilai kekayaan bersih
ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total
kewajiban. Sedangkan harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar
jual beli saham. Sementara itu nilai intrinsik adalah nilai saham yang
seharusnya terjadi (Halim, 2005: 20).
Berdasarkan fungsinya nilai suatu saham dibagi atas tiga jenis, yaitu
sebagai berikut:
a. Par Value (nilai nominal)/Stated Value/Face Value, nilai nominal ini tidak dapat digunakan untuk mengukur sesuatu. Jumlah saham yang
dikeluarkan perseroan dikali dengan nilai nominalnya merupakan
modal disetor penuh bagi perseroan, dan dalam pencatatan akuntansi
Untuk satu jenis saham yang sama harus mempunyai satu jenis nilai
nominal.
b. Base Price (Harga Dasar), harga perdana (untuk menentukan nilai dasar), dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga
dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten, untuk saham baru harga
dasar merupakan harga perdananya. Nilai dasar merupakan perkalian
antara harga dasar dengan total saham yang beredar.
c. Market Price, merupakan harga pada pasar riil, dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu
saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup,
maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Harga pasar ini merupakan harga jual dari investor yang satu dengan investor
yang lain, dan disebut sebagai harga di pasar sekunder. Harga pasar
inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham dan setiap hari
diumumkan di surat-surat kabar atau di media-media lainnya.
(Widyastuti, 2006: 39)
a. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai
Undervalued (harganya terlalu rendah), dan karenanya layak dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
b. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai
Overvalued (harganya terlalu mahal) dan karenanya layak dijual. c. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar
harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
Model penilaian merupakan suatu mekanisme untuk mengubah
serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan
(atau yang diamati) menjadi dasar perkiraan harga saham (Husnan, 2001).
Variabel-variabel ekonomi tersebut misalnya: laba dan dividen yang
dibagikan. Seorang investor sebelum mengambil keputusan untuk membeli
saham, biasanya akan menganilisis terlebih dahulu untuk menentukan
saham mana yang memberikan keuntungan paling optimal.
Penentuan harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan
analisis fundamental. Pada analisis teknikal harga saham ditentukan
berdasarkan catatan harga saham di waktu yang lalu, sedangkan dalam
analisis fundamental harga saham ditentukan atas dasar faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhinya, seperi laba dan dividen.
Analisis fundamental memiliki dua model penilaian saham yang
a. Pendekatan Present value, mencoba menaksir Present value, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang akan diterima oleh
pemilik saham.
b. Pendekatan Price earnings ratio, menaksir nilai saham dengan mengalikan laba perlembar saham dengan kelipatan tertentu.
Pendapat lain—dengan gaya bahasa yang berbeda namun memiliki
konotasi yang sama—dalam menilai investasi berupa saham ada dua
pendekatan yaitu The Firm Foundation Theory dan The Castle in The Air Theory. (Widyastuti, 2006: 42).
a. The Firm Foundation Theory
Pendekatan The Firm Foundatiuon Theory lebih dikenal dengan sebutan Fundamental Analysis (Analisis Fundamental). Untuk dapat menilai suatu investasi saham berdasarkan teori ini berarti seorang
investor harus memiliki saham tersebut untuk jangka panjang, formula
yang umum digunakan pada teori ini dalam menaksir nilai saham antara
lain Dividend Approach.
Pada dividend approach ini dapat digunakan formula sebagai berikut:
1) Dividend Yield Approach
Pendekatan ini berdasarkan pada perkiraan dividen yang akan
dibayarkan untuk satu tahun dan hasilnya dibandingkan dengan
2) Earning Approach (PER)
Pendekatan ini berdasarkan pada perkiraan per saham di masa
mendatang, sehingga dapat diketahui berapa lama investasi dalam
suatu saham akan kembali. Formula dalam pendekatan ini sebagai
berikut:
b. The Castle in The Air Theory
Pendekatan ini lebih menekankan pada pendekatan tingkah laku
investor di masa depan berdasarkan kebiasaan di masa lalu dan
bukannya pada nilai instriksik saham itu sendiri. Asumsi yang
digunakan dalam pendekatan ini yaitu antara lain:
1) Nilai pasar hanya ditentukan oleh investasi antara permintaan dan
penawaran.
2) Permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
rasional maupun irrasional.
3) Mengabaikan fluktuasi yang sifatnya minor di pasar.
4) Perubahan trend disebabkan oleh pergeseran permintaan dan
penawaran.
C. Kebijakan Dividen 1. Pengertian
Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di
masa datang (Sartono, 1998: 370). Weston and Copeland (1996)
mendefinisikan kebijakan dividen sebagai: “Keputusan untuk menentukan
besarnya bagian pendapatan (earning) yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan bagian yang akan ditahan di perusahaan.”
Pradessya (2006: 23) memberikan pandangan bahwa kebijakan
dividen dipengaruhi dua kepentingan yang saling bertolak belakang, yaitu
kepentingan pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan
perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan menahan laba. Dari sisi
pemegang saham, dividen merupakan salah satu motivator untuk
menanamkan dana di pasar modal.
Menurut Brigham dan Gapenski (1994: 610), dividend policy has three key elements: (1) what fraction of earnings should be paid out, on average, over time? This is the target payout policy decision, (2) should the firm attempt to maintain a steady, stable dividend growth rate, or should it very its dividend payment from year to year depending on its internal needs for funds and on its cashflows? (3) what dollar amount should the firm pay in current dividend?
Kebijakan dividen memiliki tiga elemen utama: (1) berapa rata-rata
bagian laba yang harus dibayarkan dari waktu ke waktu? (2) apakah
perusahaan mempertahankan tingkat pertumbuhan dividen yang stabil,
pendanaan internal dan arus kas perusahaan? (3) berapa jumlah dolar yang
perusahaan harus membayar dividen saat ini?
2. Kebijakan Pembagian Dividen
Menurut Sutrisno (2001) dalam Pradessya (2006: 23), ada beberapa
bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain:
a. Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend. Pembagian dividen secara tunai terdiri dari beberapa bentuk yaitu:
1) Kebijakan Pemberian Dividen Stabil
Kebijakan pemberian yang stabil ini artinya dividen akan diberikan
secara tetap per lembarnya untuk jangka tertentu walaupun laba yang
diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahankan
untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh
meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen juga
akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa
tahun. Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini banyak
dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan, yaitu: (1) dapat
meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat
diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, (2) dapat
memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan
mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, (3) dapat
menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan
2) Kebijakan Dividen Meningkat
Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada
pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan
pertumbuhan yang stabil.
3) Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti
besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba
yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian
pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil.
Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio.
4) Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah
Ekstra
Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah
pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian
ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai
jumlah tertentu.
b. Pembagian Stock Dividen
Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah
dengan dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi
dividen diberikan dalam bentuk saham. Artinya pemegang saham akan
diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividen. Pemberian
bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock dividen ini akan
mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos
modal saham.
c. Kebijakan Stock Split
Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi,
mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham
perusahaan. oleh karena itu, perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan
untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui stock split yaitu pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih
kecil. Dengan stock split ini jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka mengakibatkan harga saham turun. Oleh karena itu,
dengan stock split harga saham menjadi lebih murah, sehingga harga pasar masih dalam trading range tertentu.
d. Kebijakan Repurchase Stock
Repurchase stock adalah pembelian kembali saham-saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor.
3. Teori-teori Kebijakan Dividen
Secara ringkas, pernyataan Keown (2000) dalam Pradessya (2006:
28-33) mengenai beberapa teori yang mendasari kebijakan dividen:
a. Teori Ketidak Relevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)
Teori ketidakrelevanan dividen adalah teori yang menyatakan
bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik
teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Teori ini
menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh
kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta resiko bisnisnya,
dengan kata lain, nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada
pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana
pendapatan tersebut dibagi di antara dividen dan laba yang ditahan (atau
pertumbuhan).
b. Teori Bird In the Hand
Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan merupakan hal
yang tidak penting, secara tidak langsung membuat para investor
berasumsi bahwa pendapatan yang mereka harapkan melalui perolehan
modal akan berbeda besarnya dengan pendapatan yang berasal dari
dividen. Hal ini disebabkan karena dividen lebih bisa diramalkan
daripada pendapatan modal, manajemen dapat mengontrol dividen, tapi
tak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin akan menerima
pendapatan dari perolehan modal daripada dari dividen. Dengan
mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan terwujud sebagai dividen dimasa yang akan datang
c. Dividen Rendah Meningkatkan Nilai Saham
Pandangan ketiga adalah dividen yang rendah mempengaruhi harga
saham, sehingga dividen dapat merugikan investor. Pendapat ini
didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak antara pendapatan dividen
dan perolehan modal. Setiap investor harus membayar pajak
pendapatan untuk memaksimumkan pengembalian setelah pajak atas
investasi, investor berusaha meminimumkan tingkat pajak atas
pendapatan, atau menunda pembayaran pajak jika memungkinkan.
d. Teori Dividen Residu
Teori dividen residu adalah teori yang menyatakan bahwa dividen
dibayar dari kapital yang sama setelah selesai mendapat keuntungan
investasi keuangan. Jika perusahaan memiliki biaya pengembangan,
yang mungkin secara langsung mempengaruhi keputusan dividen, maka
perusahaan harus menerbitkan jumlah sekuritas yang lebih besar untuk
mendapatkan modal yang dibutuhkan untuk kegiatan investasi.
e. Teori dividen Isyarat (Dividend Signaling Theory)
Signal atau isyarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham, 2001: 13).
Dividend signaling theory merupakan suatu teori yang mendasari dugaan bahwa pengumuman dividen tunai mempunyai kandungan
informasi yang mengakibatkan adanya reaksi harga saham. Teori ini
dibayarkan digunakan oleh investor sebagai signal tentang prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Hal ini disebabkan adanya
asymmetric information antara manajer dengan investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai indikator tentang
prospek perusahaan.
D. Hubungan Kebijakan Dividen dan Harga Saham
Harga saham menurut Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal adalah penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap
investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Pergerakan harga saham dapat
ditentukan oleh permintaan dan penawaran oleh para investor. Pada saat
kondisi permintaan lebih banyak daripada penawaran maka harga saham
cenderung naik, demikian sebaliknya pada saat penawaran lebih besar
daripada permintaan maka harga saham cenderung akan turun. Harga saham
menurut Brigham dan Houston (2001) dapat dibedakan menjadi dua yaitu
harga pasar dan harga teoritis (nilai intrinsik). Harga pasar adalah aktual
saham di pasar modal, sedangkan nilai instrinsik adalah present value arus kas (return) yang diharapkan dari sebuah saham pada periode tertentu. Harga pasar suatu saham dibedakan menjadi harga pasar rata-rata selama satu
periode, harga pembukaan pada satu periode (open price) dan harga penutupan pada satu periode (closing price).
Menurut Sartono (1998: 370), nilai perusahaan ditentukan oleh nilai
saham untuk satu perusahaan yang mengalami pertumbuhan, Po = D1/(Ke-g),
menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan
meningkatkan harga saham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti
meningkatnya nilai perusahaan. Tetapi perlu diingat bahwa pembayaran
dividen yang semakin besar akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk
investasi sehingga menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan
selanjutnya akan menurunkan harga saham. Sementara itu, MM
berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap pembayaran dividen tidak
berarti sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dividen disbanding
dengan laba ditahan. Kenyataan bahwa harga saham berubah mengikuti
perubahan dividen semata-mata karena adanya information content dalam pengumuman dividen. Sudah banyak penelitian untuk menguji hipotesis ini,
namun demikian hingga saat ini masih sulit untuk menentukan apakah
perubahan harga saham yang mengikuti perubahan dividen disebabkan
karena:
1. Kebijakan dividen dilihat sebagai satu tanda bagi investor disebut juga
signaling effect, atau
2. Karena memang investor lebih menyukai dividen daripada capital gain
disebut juga dengan preference effect, atau 3. Karena kombinasi keduanya.
Menurut Black (1976 dalam Murhadi, 2008: 2) mengatakan bahwa
memiliki informasi yang berbeda, dimana manajer lebih memiliki informasi
yang lengkap daripada pemegang saham. Pemegang saham akan
menginterpretasikan peningkatan pembayaran dividen oleh perusahaan
sebagai signal bahwa pihak manajemen memiliki prediksi arus kas yang tinggi di masa yang akan datang. Sebaliknya, penurunan pembayaran dividen
diinterpretasikan sebagai antisipasi manajer terhadap terbatasnya arus kas di
masa yang akan datang. Sedangkan menurut Husnan (2005: 307) dalam
Faizah (2009) harga saham yang beragam pada umumnya mencerminkan
keadaan fundamental perusahaan pada periode tertentu. Namun, adakalanya
harga saham lebih dipengaruhi oleh faktor ekstern di luar faktor fundamental,
seperti kondisi makro ekonomi, stabilitas politik, kebijakan pemerintah dalam
dunia industri dan usaha atau faktor sejenis yang terjadi pada perusahaan
merupakan variabel yang bisa ikut memicu arah pergerakan kurs saham.
Alli (1993) dalam Prihantoro (2003: 9) membedakan variabel yang
mempengaruhi pembayaran dividen, diantaranya adalah:
1. Batasan Legal (legal restriction). Peraturan tertentu yang akan membatasi besarnya dividen yang akan dibayarkan.
2. Posisi Likuiditas (liquidity position). Keuntungan yang diperoleh dan laba ditahan yang tinggi tidak harus menyebabkan posisi kas yang tinggi juga.
Karena ada kemungkinan bahwa keuntungan dan laba ditahan tersebut
telah digunakan untuk membayar hutang atau melekat pada aktiva selain
3. Ketiadaan sumber pembiayaan lain (absence or lack of other source of financing). Bagi perusahaan yang baru tumbuh pada umumnya sumber dana internal memiliki arti yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena
perusahaan tersebut mengalami kesulitan untuk memperoleh pinjaman
atau menjual sahamnya. Sebagai konsekuensinya, dividen yang akan
dibayarkan cenderung rendah atau bahkan tidak membagi dividen, karena
manajemen akan berusaha mengakumulasikan keuntungan ke dalam laba
ditahan yang berguna untuk pendanaan internalnya.
4. Prediksi Penerimaan (earning predictability). Jika keuntungan berfluktuasi, maka dividen tidak dapat bergantung semata-mata dari
keuntungan tersebut, sehingga diperlukan adanya trend keuntungan yang
stabil untuk menentukan porsi dividen yang direncanakan.
5. Kontrol Kepemilikan (ownership control). Jika perusahaan memutuskan untuk membayarkan dividen yang tinggi, hal ini akan menyebabkan laba
ditahan tidak cukup untuk membiayai investasi barunya. Salah satu cara
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara menerbitkan saham baru
untuk mencukupi dananya. Keputusan ini menimbulkan kontrol dari
pemegang saham perusahaan lama semakin berkurang. Tentunya hal ini
tidak diinginkan oleh para pemegang saham, sehingga mereka akan lebih
menyukai dengan tidak memperoleh dividen.
6. Inflasi (inflation). Inflasi yang tinggi akan menyebabkan kemampuan perusahaan tidak dapat mencukupi untuk melakukan investasi yang baru,
ditahan. Hal ini akan berdampak pada penurunan terhadap pembayaran
dividen, atau bahkan tidak melakukan pembayaran dividen.
Mengacu pada pendapat Alli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan deviden, serta pendapat Suad Husnan yang mengisyaratkan masih
banyaknya faktor-faktor lain—selain kebijakan deviden—yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap harga saham, berikut ini beberapa faktor yang
dianggap dapat mempengaruhi kebijakan deviden dan dampaknya terhadap
harga saham.
a. Struktur Kepemilikan.
Scott pada tahun 2000 dalam Dewi (2008: 50), memiliki pandangan
bahwa tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan
upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku
opportunistic manajer, yaitu manajer melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya.
Secara teoritis, kepemilikan institusi akan mengurangi masalah
keagenan tipe I antara pihak manajemen dan pemegang saham, Jensen dan
Meckling pada tahun 1976 menyebutnya sebagai argumen konvergensi.
Menurutnya, struktur penyebaran kepemilikan dapat dilihat dari preferensi
masing-masing pemilik. Semakin besar porsi kepemilikan saham oleh
institusi berdampak positif, karena mendorong manajer bertindak sesuai
dengan kepentingan pemegang saham, akan tetapi sisi negatif tingginya
porsi kepemilikan institusi akan merugikan investor minorotas (Djumahir,
Menurut Shleifer dan Vishny tahun 1986 dalam Murhadi (2008: 5),
hubungan struktur kepemilikan dan deviden dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori keagenan, dimana kepemilikan institusi akan dapat
membantu memecahkan masalah keagenan melalui pengawasan terhadap
manajemen. Pada sisi lain, menurut Morck, Shleifer, dan Vishny (1998)
kepemilikan institusi yang tinggi akan mengakibatkan munculnya masalah
keagenan tipe II antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang
saham minoritas, mereka menyebutnya sebagai argumen entrenchment. Hubungan struktur kepemilikan dengan harga saham juga dapat
dijelaskan dengan teori keagenan, dimana kepemilikan perusahaan oleh
institusi yang tinggi akan meningkatkan pengawasan terhadap manajer.
Peningkatan pengawasan ini akan mengurangi konflik kepentingan antara
pemegang saham dan manajer, sehingga berdampak pada peningkatan
nilai perusahaan. Pada sisi lain, kepemilikan institusi yang tinggi dapat
mendorong manajer untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan bagi
pemegang saham minoritas (Murhadi, 2008: 6).
b. Tahapan Daur Hidup Perusahaan.
Ide utama dalam strategis bisnis menurut Boston Consulting Group
adalah untuk menciptakan cost advantage atau demand advantage yang melebihi pesaing, dimana keduanya diharapkan akan menciptakan
halangan untuk masuk bagi pendatang baru. Teori daur hidup menyatakan
bahwa pengembangan strategi yang paling pas adalah dengan
Anthony dan Ramesh (1992) menyatakan perusahaan yang berada
pada tahapan growth memiliki tingkat pembayaran yang rendah, pertumbuhan penjualan yang tinggi, dan umur yang relative muda,
sedangkan perusahaan pada tahapan mature memiliki karakteristik pembayaran dividen yang lebih tinggi, pertumbuhan penjualan yang
rendah, dan umur yang relatif lebih tua.
Sementara itu, ciri-ciri perusahaan dalam tiap tahapan daur hidup
menurut Aharony, Falk, dan Yehuda (2003) adalah sebagai berikut.
1) Tahapan star-ups. Ditandai dengan terbatasnya aset yang dimiliki, adanya kesempatan untuk bertumbuh, earning dan aliran kas dari aktivitas operasi yang rendah, dan umur yang relatif muda.
2) Tahapan growth. Ditandai dengan lebih banyak aset yang dimiliki, pertumbuhan yang pesat, earning dan aliran kas dari aktivitas operasi yang mulai tumbuh, dan umur yang memasuki tahap medium.
3) Tahapan mature. Ditandai oleh pertumbuhan yang rendah dan perusahaan menjadi cash cow.
4) Tahapan decline. Ditandai dengan penurunan pertumbuhan, financing cost yang tinggi dan kompetisi yang intensif.
Chang dan Rhee tahun 1990 dalam Murhadi (2008: 8), semakin tinggi
tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar tingkat
kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan
dana di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan perusahaan
karenanya, potensi pertumbuhan perusahaan menjadi faktor penting yang
menentukan kebijakan deviden. Sebagai indikator dari atribut
pertumbuhan, digunakan tingkat pertumbuhan campuran yang diatur pada
setiap tahun dalam total aset. Lebih lanjut, Megginson (1997) menyatakan
bahwa perusahaan yang berada dalam industri yang mature cenderung untuk membayarkan lebih banyak deviden daripada perusahaan yang
masih muda dan sedang mengalami pertumbuhan. (Murhadi, 2008: 6)
Menurut Senchack dan Lee pada tahun 1980 dalam Djumahir (2009:
144), tahapan daur hidup perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan
dividen, perusahaan yang pada awal pertumbuhan yang tinggi cenderung
untuk tidak membagikan dividen akan tetapi pada perusahaan yang
memiliki pertumbuhan rendah akan cenderung untuk membagikan dividen
yang lebih besar.
Perusahaan akan menghadapi siklus daur hidup, dimana prospek ke
depan yang dimiliki akan sesuai dengan tahapan daur hidup dimana
perusahaan tersebut berada. Adapun pertimbangan sebagai dasar penelitian
Murhadi (2008) adalah bahwa perusahaan yang berada pada tahapan
pertumbuhan (growth) akan memiliki prospek ke depan yang lebih baik sehingga diharapkan akan berpengaruh terhadap pergerakan harga saham.
Sementara itu, perusahaan yang berada pada tahapan dewasa (mature)
cenderung memiliki kesempatan berkembang yang terbatas sehingga
c. Financial Leverage
Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan. Dalam arti harafiah, leverage berarti pengungkit/tuas. Sumber dana perusahaan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu sumber dana intern dan sumber dana ekstern.
Sumber dana intern berasal dari laba yang ditahan, pemilik perusahaan
yang tercermin pada lembar saham atau prosentasi kepemilikan yang
tertuang dalam neraca. Sementara sumber dana ekstern merupakan sumber
dana perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, misalnya hutang.
Kedua sumber dana ini tertuang dalam neraca pada sisi kewajiban
(widanarto.files.wordpress.com/2008/08/bab-iv-analisis-leverage.doc).
Menurut Dewi (2008: 50) pada tahun 2005 Nuringsih menyebutkan
bahwa apabila perusahaan mengalami keterbatasan laba ditahan,
perusahaan cenderung memanfaatkan hutang namun bila penggunaan
hutang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini apabila perusahaan ingin
menghindari hutang yang tinggi, maka laba perusahaan dialokasikan ke
laba ditahan yang digunakan untuk operasi perusahaan dan investasi di
masa yang akan datang sehingga akan mengurangi penggunaan hutang.
Secara tidak langsung tindakan ini akan menyebabkan penurunan
pembayaran dividen. Selain itu, Magginson (1997) serta Chen dan Stainer
(1999) mengatakan bahwa kebijakan hutang mempengaruhi kebijakan
dividen secara negatif. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan
dengan sumber dana internal sehingga pemegang saham akan merelakan
dividennya untuk membiayai investasinya.
Menurut Matriadi (2007: 231), struktur hutang (financial leverage)
perusahaan menggambarkan earning yang diperoleh dan risiko yang dihadapi oleh investor. Pembiayaan perusahaan melalui hutang
menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pemegang
saham. Namun, hutang yang tinggi dapat menimbulkan risiko yang besar
apabila perusahaan tidak dapat melunasinya. Pada saat tingkat suku bunga
bank tinggi, perusahaan yang memiliki hutang yang besar cenderung
dihindari oleh investor karena besarnya cost of capital atas hutang sehingga berpengaruh terhadap harga saham.
d. Tingkat Suku Bunga SBI.
Bodie, Kane, dan Marcus (2006: 638) mendefinisikan interest rate
(suku bunga) sebagai jumlah dolar yang diterima per dolar yang
diinvestasikan per periode. Lebih lanjut, Bodie, Kane, dan Marcus (2006:
180) menyatakan bahwa suku bunga dan prakiraan nilainya di masa depan
merupakan salah satu masukan yang penting dalam keputusan investasi.
Wiguna dan Mendari (2008: 132) mendefinisikan suku bunga
sertifikat bank Indonesia sebagai suatu nilai (dalam bentuk presentase)
yang digunakan untuk menandakan sertifikat bank Indonesia yang
diterbitkan oleh bank sentral sebagai salah satu surat berharga, dimana
nilai tersebut merupakan balas jasa atas investasi dalam sertifikat bank
Martin J. Pring (1988) dalam Feba (2002: 30) menyebutkan bahwa
perubahan tingkat bunga dapat mempengaruhi tingkat saham karena tiga
alasan berikut:
1) Fluktuasi pada harga yang dikenakan pada uang mempengaruhi
pendapatan atau profit yang bisa didapat oleh perusahaan sehingga
mempengaruhi harga saham yang akan dibeli oleh investor,
2) Pergerakan tingkat bunga mengubah antara aset-aset finansial yang
saling bersaing, dimana hubungan antara pasar obligasi atau pasar
saham menjadi sangat penting, dan
3) Sejumlah ekuitas yang berarti dibeli dengan uang pinjaman sehingga
perubahan-perubahan dalam biaya hutang tersebut, seperti tingkat
bunga, memengaruhi keinginan dalam memegang saham.
Sementara itu, Usman Marzuki (1990) dalam Faizah (2009)
menyatakan bahwa pengaruh suku bunga akan perdagangan saham yaitu
mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dan obligasi.
Apabila suku bunga naik, maka investor akan mendapatkan hasil yang
besar dari obligasi, sehingga mereka akan menjual saham mereka untuk
ditukar dengan obligasi. Penukaran demikian atas naiknya suku bunga
akan menurunkan perdagangan saham. Kondisi seperti itu, dimana
banyaknya investor yang mengalihkan modalnya dari saham ke obligasi,
mengakibatkan perusahaan kekurangan modal untuk pendanaan
operasionalnya, pada akhirnya perusahaan akan mengakumulasikan
pembayaran deviden. Maka perubahan tingkat suku bunga juga dianggap
dapat mempengaruhi kebijakan pembayaran deviden.
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian empiris yang dilakukan oleh Short, Zhang, dan Keasey (2002)
menunjukkan secara menyeluruh terdapat hubungan positif antara kebijakan
dividen dan kepemilikan institusi. Sementara itu Thomsen (2004) dengan
menggunakan analisis generalized method of moment diperoleh hasil terdapat hubungan negatif antara kepemilikan institusi dengan nisbah pembayaran