• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

D. Teori Psikoanalis Sigmud Freud

2. Struktur Kepribadian

Suryabrata (1982: 124) menyatakan bahwa Freud membagi struktur kepribadian kedalam tiga aspek, yaitu id (das Es), ego (das Ich), dan superego

(das Über-Ich). Kendatipun ketiga komponen tersebut masing-masing mempunyai

fungsi, komponen, prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri namun ketiganya saling berkaitan sehingga tidak mungkin untuk dipisahkan perngaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Perilaku seseorang merupakan hasil dari interaksi antara ketiga aspek tersebut.

Id atau Das Es disebut juga oleh Freud sebagai System der Unbewussten. Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang original di dalam kepribadian. Dari aspek id inilah kedua aspek lain tumbuh. Id merupakan dunia batin atau subyektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif. Karena merupakan lapisan terdalam dan juga sistem kepribadian kodrati yang terbentuk sejak lahir, id berada di dalam bawah sadar yang berisi kekuatan instingtif serta dorongan-dorongan primitif. Libido merupakan wujud konkret dari kekuatan instingtif dan dorongan primitif tersebut. Id merupakan sumber energi psikis yang menggerakkan ego dan superego. Energi psikis di dalam id dapat meningkat karena adanya rangsangan baik dari luar atau dari dalam. Apabila energi tersebut meningkat maka akan menimbulkan tegangan, yang menimbulkan pengalaman tidak menyenangkan. Id tidak bisa membiarkan hal tersebut terjadi. Apabila energi meningkat dan terjadi tegangan, id akan

mereduksi energi tersebut untuk menghilangkan rasa tidak nyaman. Jadi, fungsi mendasar id adalah menghindarkan diri dari ketidaksenangan dan mengejar kesenangan. Fungsi tersebut disebut Freud sebagai “prinsip kenikmatan” (Lustsprinzip). Untuk menghilangkan ketidaksenangan tersebut id mempunyai dua cara, yaitu dengan refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin dan berkedip, kemudian dengan proses primer (primärer Vorgang), seperti orang lapar membayangkan makanan. Namun kedua cara tersebut tidak memenuhi kebutuhan. Orang yang lapar membayangkan makanan tidak akan merasa kenyang. Maka diperlukan adanya sistem lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia luar. Id mempunyai dorongan kuat untuk berbuat. Padahal, id tidak mengenal nilai-nilai moral yang dibentuk atau terpengaruh oleh kebudayaan. Untuk mengendalikannya dibutuhkan ego.

Ego atau Das Ich disebut juga oleh Freud sebagai System der

Bewussten-Vorbewussten. Aspek ini merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang

muncul karena adanya kebutuhan individu untuk berhubungan dengan dunia luar

(Realität). Ego adalah pengendali agar manusia bertindak dan berhubungan

dengan cara-cara yang benar sesuai dengan kenyataan sehingga id tidak terlalu terdorong keluar. Orang yang lapar perlu makan untuk menghilangkan tegangan. Hal itu berarti individu harus dapat membedakan antara khayalan makanan dan kenyataan tentang makanan. Di sinilah terletak inti perbedaan id dan ego. Jika id hanya mengenal dunia batin atau subyektif, maka ego dapat membedakan mana yang termasuk dalam batin dan sesuatu yang berada di luar (dunia obyektif, Realität). Ego berada di alam sadar dan bersifat rasional. Dengan demikian, di

dalam fungsinya ego berpegang pada “prinsip kenyataan” atau “prinsip realitas” (Realitätsprinzip) dan bereaksi dengan proses sekunder (sekundärer Vorgang). Tujuan Realitätsprinzip tersebut adalah mencari objek yang tepat untuk mereduksikan tegangan yang timbul dalam individu. Proses sekunder ego adalah mengendalikan perilaku dan pikiran yang tidak rasional menjadi rasional. Dengan menggunakan proses sekunder, ego membuat rencana untuk memuaskan dan mengujinya untuk mengetahui apakah rencana tersebut berhasil atau tidak. Contohnya, orang yang lapar merencanakan dimana dia dapat makan, kemudian pergi ke tempat tersebut untuk mengetahui apakah rencana tersebut berhasil (sesuai dengan realitas) atau tidak. Perbuatan ini secara teknis disebut reality testing. Ego juga dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, yaitu pengontrol jalan-jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi

dan cara-cara memenuhinya. Dalam menjalankan fungsinya, ego harus

mempertimbangkan pertentangan antara id, superego, dan dunia luar. Namun

haruslah diingat bahwa ego adalah turunan dari id dan bukan untuk

menghalanginya. Peran utama ego adalah menjadi perantara antara kebutuhan instingtif dan keadaan lingkungan demi kepentingan individu.

Superego atau Das Über-Ich adalah aspek sosiologis kepribadian,

merupakan representasi dari nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat secara umum. Nilai-nilai tersebut sebagaimana diajarkan orangtua kepada anak-anaknya, yaitu berupa perintah dan larangan. Superego lebih mengarah ke kesempurnaan dari kesenangan, oleh karena itu superego dianggap sebagai moral kepribadian. Superego adalah oposisi langsung id yang menuntut pemuasan nafsu instingtif dan

libidinal. Fungsi pokok superego adalah menentukan pilihan perilaku dan tindakan seseorang apakah baik atau pantas atau sebaliknya, dengan demikian pribadi dapat diterima masyarakat. Superego bersifat idealistik. Superego terbentuk karena pembudayaan (pendidikan) yang berisi perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu. Hal tersebut dapat berlaku efektif jika dibentuk saat masih kanak-kanak, yaitu pendidikan dari orangtua, keluarga, dan lingkungan. Apa pun yang dikatakan tidak baik dan bersifat menghukum akan cenderung menjadi “conscientia” anak, apa pun yang disetujui dan dipuji cenderung menjadi

Ich-ideal anak. Mekanisme yang menyatukan kedua sistem tersebut disebut

introjeksi. Jadi, superego berisikan conscientia dan Ich-ideal. Conscientia

menghukum orang dengan memberikan rasa dosa, sedangkan Ich-ideal

menghadiahi orang dengan rasa bangga akan dirinya. Dengan terbentuknya superego ini maka kontrol akan tingkah laku yang dilakukan oleh orangtuanya (atau wakilnya) menjadi dilakukan oleh pribadi sendiri, moral yang dulunya heteronom menjadi otonom. Dilihat dari hubungan tiga aspek kepribadian, fungsi pokok dari superego adalah sebagai berikut.

a. Merintangai impuls-impuls id, terutama implus-implus seksual dan agresif yang ditentang oleh masyarakat;

b. Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada realistis;

c. Mengejar kesempurnaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa superego cenderung untuk menentang id maupun ego, sehingga membuat dunia yang menurut konsepsi yang ideal.

Demikianlah struktur kepribadian menurut Freud, yang terdiri atas tiga aspek. Aspek-aspek tersebut merupakan nama-nama untuk berbagai proses psikologis yang berlangsung dan dengan prinsip-prinsip yang berbeda satu sama lain. Dalam keadaan normal ketiga sistem tersebut bekerja sama dengan ego sebagai pengaturnya karena kepribadian berfungsi sebagai kesatuan.

Dokumen terkait