• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODE PENELITIAN

3.3 Metode Pengambilan Data (Sampling)

3.3.2 Struktur Komunitas Makrozoobentos

Berdasarkan tempat hidupnya, fauna padang lamun secara umum dapat dibagi menjadi 2: fauna yang hidup di permukaan dasar substrat, di antara daun dan tegakan lamun (epifauna) dan fauna yang hidup meliang atau mengubur diri di dalam substrat (infauna). Namun, beberapa spesies makrozoobentos seperti: ikan Goby, udang mantis (Stomatopoda), udang hantu (Alpheid) dan berbagai jenis kepiting hidup di dalam substrat dengan menggali liang dan seringkali muncul ke permukaan substrat untuk mencari makan (Raz-Guzman dan Grizzle dalam Short dan Coles 2003).

Penggunaan metode sensus visual seringkali tidak dapat mengamati fauna seperti ikan Goby dan udang Mantis yang akan masuk dengan cepat ke dalam liang saat merasa terancam. Pengambilan sampel infauna dengan menggunakan

bergerak (mobile) pada umumnya hidup di liang/lubang yang dalam (1.5 - 2 m) sehingga penggunaan alat tersebut tidak dapat menjangkau organisme yang ingin dikoleksi. Jenis infauna berukuran besar dan berkulit rapuh seperti bulu hati (heart urchin) juga sulit dikoleksi menggunakan sediment corer.

Penggunaan sediment corer (diameter 16 cm dan tinggi 20 cm) pada penelitian yang dilakukan oleh Vonk et al. (2010) terhadap komunitas makrozoobentos di Pulau Bone Batang memiliki keterbatasan. Alat tersebut hanya dapat menjangkau spesies infauna dengan kedalaman hingga 0,25 m, sehingga tidak dapat digunakan untuk mengambil sampel infauna yang umumnya hidup di dalam substrat pada kedalaman 0,5 m – 1,5 m. Jenis udang berukuran besar seperti Glypturus armatus, memiliki liang dengan kedalaman hingga 2 m (Kneer

pers. comm). Demikian pula penggunaan transek permanen pada penelitian tersebut (15 m x 1 m) tidak dapat mencakup sebagian spesies makrozoobentos epifauna yang cukup umum ditemukan dan sering berpindah tempat (mobile).

Meskipun metode yang digunakan Vonk et al. (2010) memiliki keterbatasan spasial dalam menjangkau spesies makro-invertebrata epifauna dan infauna, namun metode tersebut sudah tepat untuk membandingkan kelimpahan makrozoobentos berdasarkan musim dan perbedaan kondisi padang lamun yang ada di Pulau Bone Batang.

Dari uraian di atas, diperlukan suatu alternatif sampling yang lebih mudah dan efektif untuk mendapatkan organisme infauna yang hidup di liang yang lebih dalam. Oleh karena itu, pada penelitian ini kami mengembangkan satu metode sampling hewan infauna dengan menggunakan terpal plastik (plastic foil).

Penggunaan terpal plastik (plastic foil) sebenarnya bukanlah metode yang baru, karena pernah diterapkan untuk mempelajari populasi cacing laut Arenicola marina L. (lug worm) di daerah intertidal berlumpur Pulau Sylt, Jerman (Asmus dan Kneer pers. comm.). Namun, dari studi literatur yang telah dilakukan (Short dan Coles 2003; Global Seagrass Research Method), pengambilan sampel organisme infauna dengan metode ini belum pernah dilakukan di padang lamun, sehingga pada penelitian ini kami mencoba untuk menggunakan terpal plastik tersebut untuk pertama kalinya sebagai metode alternatif untuk melakukan sampling terhadap organisme infauna di padang lamun Pulau Bone Batang.

Pengambilan sampel dengan terpal plastik, pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk memaksa organisme infauna keluar dari liangnya. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan efek anoksik, dengan jalan memblok suplai udara menggunakan terpal plastik, agar oksigen tidak masuk ke dalam liang. Kurangnya suplai oksigen (hipoksia) akan memaksa makrozoobentos yang ada di dalam liang untuk keluar ke permukaan.

Gambar 8 Skema Terpal plastik ukuran 4 x 3 m yang digunakan dalam penelitian. Gambar bawah: A. Liang keluar hewan bentos. B. Liang masuk hewan bentos. C. Liang tunggal hewan bentos. D. Liang keluar bentos yang berada di bawah terpal.

Metode sampling ini dilakukan dengan menghamparkan terpal plastik berwarna gelap (coklat) berukuran 4 x 3 meter pada lokasi yang telah ditentukan. Terpal kemudian ditimbun pasir dengan ketebalan 1 - 2 cm dan dibiarkan selama 1 x 24 jam dan 2 x 24 jam. Penggunaan terpal berwarna coklat gelap bertujuan untuk menyamarkan lokasi sampling agar lebih aman saat ditinggalkan.

Penimbunan pasir dilakukan lebih banyak pada tepi terpal plastik, untuk memastikan tidak adanya pertukaran oksigen dan mencegah masuknya organisme epifauna dari luar terpal. Untuk memastikan bahwa organisme infauna yang ditemukan benar-benar berasal dari bawah terpal, maka ditetapkan batasan pada terpal plastik. Terpal plastik bagian dalam (inner) ditetapkan dengan ukuran 3 x 2 m. Sedangkan bagian luar (outer) ditetapkan dengan lebar 0.5 m dari tepi terpal seperti tampak pada Gambar 8 di atas.

Lokasi pemasangan terpal perlu diperhatikan dengan baik. Hal ini untuk menghindari robek atau berlubangnya terpal akibat tersayat cangkang tiram atau karang yang tajam saat dilakukan pemasangan. Daerah lamun yang didominasi oleh organisme epifauna seperti koloni bulu babi, karang, koloni kerang kapak

Pinna serta daerah karang yang berbatu-batu tajam sebaiknya dihindari.

Terpal plastik dipasang dan dibiarkan selama 1 x 24 jam untuk memastikan habisnya kandungan oksigen dalam liang. Saat membuka terpal, disarankan untuk menyingkap terpal tersebut dengan hati-hati, agar sampel yang berada di bawah terpal tidak berhamburan atau hilang terbawa arus. Seringkali, sampel dari terpal yang baru dibuka, akan disambar oleh ikan pemangsa yang tertarik mendekat oleh bau busuk hewan bentos yang telah mati. Sampel yang telah terkumpul kemudian diawetkan dengan campuran air laut, formalin 10% dan alkohol 70 %. Terpal yang sudah dibuka, kemudian dipasang kembali dan dibiarkan selama 1 x 24 jam (hari kedua) untuk menjebak hewan bentos hidup yang belum keluar dari liang.

Selain di daerah lamun, terpal plastik juga dipasang di daerah kosong yang tidak ditumbuhi lamun. Hal ini dilakukan, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kerapatan dan komposisi jenis lamun terhadap populasi dan kelimpahan makrozoobentos infauna yang hidup di dalam sedimen. Sampel makrozoobentos yang ditemukan di daerah kontrol kemudian dibandingkan dengan sampel yang berhasil ditemukan di daerah lamun.

3.4 Parameter Lingkungan

Dokumen terkait