• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM

B. Struktur Narasi

Seorang ahli sastra dan budaya asal Bulgaria, Tzvetan Todorov mengajukan gagasan mengenai struktur dari suatu narasi. Kemudian gagasan struktur narasi tersebut dimodifikasi oleh Lacey dan Gillespie (dalam Eriyanto, 2013:47).

1) Kondisi awal, kondisi keseimbangan, dan keteraturan

Narasi umumnya diawali dari situasi normal, ketertiban, dan keseimbangan. Yaitu keteraturan suatu wilayah, tempat, atau setting

dimana cerita dalam novel diangkat.

2) Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan

Tahapan selanjutnya dalam struktur narasi adalah adanya gangguan dari pihak luar bisa berupa tindakan atau adanya tokoh yang merusak keharmonisan, keseimbangan, atau keteraturan tersebut. 3) Kesadaran terjadi gangguan, gangguan (disruption) makin besar

Pada tahap ini, gangguan (disruption) makin besar dan dampaknya makin dirasakan. Gangguan ini umumnya mencapai titik puncak (klimaks) dan dibarengi dengan kekuatan musuh yang juga semakin kuat.

4) Upaya untuk memperbaiki gangguan

Tahap ini biasanya berisi tentang hadirnya sosok pahlawan (hero) yang berupaya untuk memperbaiki kondsi. Meskipun upaya tersebut digmbarkan mengalami kekalahan.

5) Pemulihan menuju keseimbangan, menciptakan keteraturan kembali Tahap ini adalah babak terakhir dari suatu narasi. Kekacauan yang muncul berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa dipulihkan kembali.

c. Unsur Narasi

Unsur narasi dalam sebuah teks menurut pemaparan Eriyanto (2013:2) terdiri atas cerita (story), alur (plot), dan waktu (time).

1) Cerita (Story)

Cerita (story) adalah urutan kronologis dari suatu peristiwa, dimana peristiwa tersebut bisa ditampilkan dalam teks bisa juga tidak ditampilkan dalam teks. Dengan kata lain, cerita adalah peristiwa yang utuh, yang sesungguhnya, dari awal hingga akhir.

2) Alur (Plot)

Plot adalah apa yang ditampilkan secara eksplisit dalam sebuah teks. Dalam plot, urutan peristiwa bisa dibolak-balik. Hal ini dilakukan oleh pembuat cerita untuk membuat narasi menjadi lebih menarik dan membuat pesan tersebut tersampaikan dengan baik dan jelas.

3) Waktu (Time)

Sebuah peristiwa yang terjadi bertahun-tahun akan disajikan hanya dalam waktu yang terbatas di sebuah teks. Dalam analisis naratif, akan dilihat perbandingan antara waktu aktual dengan waktu ketika peristiwa disajikan dalam sebuah teks.

d. Narator

Narator adalah orang atau tokoh yang menceritakan sebuah peristiwa atau kisah (Eriyanto, 2013:113). Berdasarkan hubungannya dengan pengarang, dikenal dua istilah berbeda mengenai narator. Yakni narator dramatis dan tidak dramatis. Narator dramatis adalah narator yang menceritakan pengarang sebagai bagian dari kisah yang diceritakan. Sedangkan narator tidak dramatis adalah narator yang menceritakan narasi yang pengarangnya tidak mempunyai keterkaitan dengan cerita.

F. Metodologi

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “Narasi Multikulturalisme dalam Novel Jalan Lain ke Tulehu” ini peneliti menggunakan metode analisis naratif kualitatif

yang secara teknis menggunakan teks sebagai bahan analisisnya. Analisis naratif adalah analisis mengenai narasi, baik narasi fiksi (novel, puisi, cerita rakyat, dongeng, film, komik, musik, dan sebagainya) ataupun fakta seperti berita (Eriyanto, 2013:9). Penelitian kualitatif memusatkan perhatian kepada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat (Bungin, 2007:302).

Penelitian ini menggunakan analisis naratif karena mempertimbangkan sejumlah kelebihan yang dimiliki. Kelebihan analisis naratif menurut Eriyanto

(2013:10-11) Pertama, analisis naratif membantu memahami bagaimana pengetahuan, makna, dan nilai diproduksi dan disebarkan dalam masyarakat.

Kedua, memahami bagaimana dunia sosial dan politik diceritakan dalam pandangan tertentu yang dapat membantu kita mengetahui kekuatan dan nilai sosial yang dominan dalam masyarakat. Ketiga, analisis naratif memungkinkan kita menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dan laten dari suatu teks media.

Keempat, analisis naratif merefleksikan kontinuitas dan perubahan komunikasi. Sedangkan untuk mendalami dan menganalisis setiap karakternya, analisis naratif menawarkan model Greimas yang banyak dipakai dalam pendalaman karakter. Dalam Eriyanto (2013:95) Greimas menganalogikan narasi sebagai suatu struktur makna (semantic structure) yang mirip sebuah kalimat atas rangkaian kata-kata, setiap kata dalam kalimat menempati posisi dan fungsinya masing-masing (sebagai subjek, objek, predikat, dan seterusnya). Lebih penting dari posisi itu adalah relasi dari setiap karakter (Eriyanto, 2013:96).

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah novel karya Zen RS yang berjudul Jalan Lain ke Tulehu. Novel dengan 300 halaman ini bisa disebut sebagai versi tulisan dari film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku. Memiliki setting tempat yang sama, konflik yang hampir sama dan beberapa tokoh yang berkaitan antara novel dan film, namun tokoh utama dalam kedua karya ini jelas berbeda. Mulai dari profesi

dan latar belakang keduanya. Novel ini diterbitkan oleh PT Bentang Pustaka Yogyakarta pada Mei 2014 atau satu bulan sebelum perilisan film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku. Pemilihan novel sebagai objek penelitian adalah karena dibandingkan dengan film, kajian novel dalam komunikasi masih sedikit daripada kajian film padahal seperti yang telah dijelaskan oleh John Fiske, novel juga termasuk media dalam berkomunikasi. Terlebih novel dapat dikategorikan sebagai bagian dari komunikasi massa karena sebagai sarana atau media dalam menyebarkan informasi kepada khalayak.

Gambar 1. Sampul novel Jalan Lain ke Tulehu 3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan novel Jalan Lain ke Tulehu karya Zen RS sebagai bahan observasi untuk menemukan data penelitian mengenai konflik multikulturalisme.

b. Studi Pustaka

Selain dokumentasi, peneliti menggunakan teknik studi pustaka untuk membantu menganalisis selama proses penelitian seperti buku atau jurnal penelitian lain sebagai referensi.

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian mengenai “Narasi Multikulturalisme dalam Novel Jalan Lain ke Tulehu” analisis data akan menggunakan analisis naratif model aktan Algirdas Greimas untuk menganalisis karakter dalam novel tersebut serta melihat struktur dan unsur narasi.

a. Struktur dan Unsur Narasi

Tahap pertama penelitian dengan struktur narasi adalah mencatat dan melihat setiap peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam novel. Dari catatan tersebut, peneliti akan menentukan peristiwa di setiap babak dan karakter yang terlibat di dalamnya. Pengelompokan babak ini sesuai dengan struktur narasi yang dikembangkan oleh Tzvetan Todorov. Dari hasil pengelompokan tersebut, akan

dilanjutkan dengan menganalisis bagian multikultur mulai muncul dalam cerita beserta penyebabnya. Tahapan terakhir analisis dengan struktur narasi adalah penarikan kesimpulan oleh peneliti.

Setelah menganalisis struktur narasi dalam novel tersebut, peneliti akan melanjutkan dengan menganalisis unsur narasinya. Tahapannya adalah dengan mengurutkan kronologis urutan peristiwa dan membedakan plot atau alur. Kemudian akan dianalisis perbandingan antara waktu aktual dengan waktu ketika peristiwa tersebut dikemas dalam sebuah teks.

b. Model Aktan

Dengan meggunakan model aktan, peneliti akan melihat posisi karakter yang ada dalam sebuah narasi. Selain itu, analisis model aktan juga melihat bagaimana relasi antarkarakter sehingga membentuk peristiwa yang memiliki makna. Analisis model aktan membagi karakter menjadi enam. Pertama, subjek. Subjek menduduki peran utama sebuah cerita. Kedua, objek. Objek merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh subjek. Ketiga, pengirim (destinator). Pengirim merupakan penentu arah. Umumnya tidak bertindak langsung, tetapi hanya memberikan perintah kepada tokoh dalam narasi. Keempat, penerima (receiver). Fungsi ini mengacu pada objek tempat dimana

pengirim menempatkan nilai atau aturan dalam cerita. Kelima,

pendukung (adjuvant). Karakter ini bersifat mendukung subjek untuk mendapatkan objek. Keenam, penghalang (traitor). Karakter ini bersifat menghalangi subjek dalam mendapatkan objek.

Pengirim Objek Penerima

Pendukung Subjek Penghambat

Gambar 2. Skema model aktan Algirdas Greimas (dalam Eriyanto, 2013:96)

Setelah melihat dan menempatkan karakter di posisinya masing-masing dengan model aktan, peneliti kemudian akan melihat relasi antarkarakter. Pertama, relasi struktural antara subjek versus objek yang disebut dengan sumbu keinginan. Kedua, relasi antara pengirim versus penerima yang disebut sumbu pengiriman. Ketiga, relasi struktural antara pendukung versus penghambat, relasi ini disebut sumbu kekuasaan. Fungsi pendukung di sini adalah membantu subjek agar bisa mencapai objek. Sedangkan penghambat akan melakukan sesuatu untuk menghambat subjek mencapai objek (Eriyanto, 2013:97).

5. Tahapan Analisis

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis melalui beberapa tahapan. Pertama, membaca, memahami, dan mencatat peristiwa yang terjadi dalam novel. Kedua, dari catatan tersebut kemudian menganalisis struktur dan unsur narasinya untuk menemukan di bagian mana multikultur mulai dimunculkan oleh penulis. Ketiga, setelah mendapatkan hasil analisis tentang strukur dan narasi, peneliti akan melanjutkan dengan menganalisis karakter menggunakan model aktan Algirdas Greimas untuk melihat bagaimana posisi dan relasi karakter satu dengan karakter yang lainnya. Keempat, menyimpulkan hasil analisis.

No Tahapan Analisis

1. Membaca, memahami, dan mencatat peristiwa yang terjadi dalam novel.

2. Menganalisis struktur dan unsur narasi.

3. Menganalisis karakter menggunakan model aktan. 4. Menyimpulkan hasil analisis.

G. Sistemtika Penulisan

Sistematika penulisan berisi tentang apa saja yang akan dimunculkan oleh penulis di setiap bab. Berikut adalah tabel yang menjelaskan tiap babnya:

Bab I Menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Menjelaskan secara rinci dan lengkap tentang objek penelitian. Dalam penelitian ini adalah novel Jalan Lain ke Tulehu.

Bab III Menganalisis dan membahas data yang diperoleh dri teknik penelitian yang digunakan.

Bab IV Kesimpulan dan saran penelitian. Tabel 2. Sistematika Penulisan

BAB II

Gambaran Umum A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca 1998

Menurut buku Badai Pembalasan Laskar Mujahidin Ambon dan Maluku

karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa yang berdagang dan membeli rempah-rempah Maluku yang terkenal itu, telah memeluk agama Islam, sebagian kecil saja yang masih percaya kepada faham animisme. Kedatangan bangsa Barat telah melakukan penyebaran agama Khatolik dan Protestan yang umumnya dengan kekerasan kekuatan senjata, mereka memang lebih unggul. Begitulah desa-desa yang penduduknya telah beragama Islam, satu persatu jatuh dan memeluk agama Kristen.

Novel Jalan Lain ke Tulehu dibuka dengan cerita tentang penyerangan yang dilakukan oleh kelompok laskar kepada Markas Brimob di Tantui. Dalam buku Rustam Kastor tersebut diceritakan bahwa kompleks perumahaan Polda Maluku yang berdampingan dengan Ksatriyan Satuan Brimob di desa Tantui itu tidak terpikir sebelumnya akan menjadi sasaran amukan para Laskar Muslim. Ummat Islam di awal kerusuhan Januari 1999 memang mempunyai masalah dengan Polda Maluku dan Satuan Brimob karena keberpihakan oknum Polri yang Kristen dalam menangani kerusuhan ini, begitu pula oknum-oknum anggota

Brimob terlibat dalam penembakan Mujahidin yang menimbulkan sejumlah korban (Kastor, 2000:30).

Konflik tentang Desa Waai yang disebut-sebut sebagai penyerangan besar dalam novel ini pun tak lepas dari sejarah yang terjadi di dunia nyata. Desa Waai yang berbatasan dengan Desa Liang di sebelah utara memiliki permasalahan yang tak kunjung usai tentang perbatasan atas pemilikan tanah petuanan yang diakui oleh masing-masing pihak. Permasalahn tersebut tak jarang menimbulkan konflik fisik bersenjata. Selain itu keberadaan Desa Waai yang menjadi jalan darat menuju Ambon dari Desa Liang. Sebagai satu-satunya jalan darat menuju Ambon membuat jalan tersebut rawan kecelakaan. Apabila terjadi kecelakaan di dalam kampung itu sudah pasti pengemudi akan menjadi bulan-bulanan massa. Meskipun sekarang pemerintah telah membuka jalan lain di luar Waai, namun peluang terjadi gesekan masih sangat mungkin karena keduanya sama-sama mencari celah kesalahan masing-masing.

Di selatan Desa Waai terdapat Desa Tulehu yang berpenduduk 20 ribu jiwa termasuk anak-anak. Pada dasarnya Tulehu tidak memiliki masalah dengan Waai, Waai pun bergantung pada kebaikan hati desa tersebut untuk keamanan saat melintas menuju Ambon. Namun masalah mulai muncul ketika Waai beberapa kali terlibat dengan penyerangan terhadap masyarakat muslim yang menyulut kemarahan orang-orang Tulehu dan Liang yang telah mengibarkan bendera perang kepada Waai.

Serangan fajar ke Waai seperti yang diceritakan dalam novel terjadi pada tanggal 3 Juli 2000 dan membakar habis Desa Waai hanya dalam waktu kurang lebih empat jam saja. Meskipun tak seimbang, kaum pria dari Tulehu dan Liang gigih dalam penyerangan sedangkan wanita dan anak-anak melarikan diri ke hutan dan bukit-bukit di belakang desa. Korban jiwa di kedua belah pihak tidak dapat dihindari karena nyatanya korban tewas dan korban luka berat dalam jumlah yang cukup mencolok meski sulit untuk mendapat angka pasti jumlah korban dari masing-masing pihak.

Permasalahan-permasalahan tersebut akan lebih mudah menyulut konflik di belakangnya terlebih akar permasalahan telah ada sejak sebelumnya hingga menjadi konflik warisan yang tak juga mendapat penyelesaiannya. Di sini, sisi gelap multikulturalisme yaitu stereotip dan prasangka akan mengganggu proses multikuturalisme yang diharapkan tumbuh dalam kelompok masyarakat yang memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya.

B. Novel Jalan Lain ke Tulehu a. Deskripsi Buku

Gambar 3. Sampul novel Jalan Lain ke Tulehu

Penulis : Zen RS

Penerbit : PT Bentang Pustaka Viii + 304 halaman; 19 cm ISBN 978-602-291-040-4

b. Sinopsis Novel

Novel ini terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama berjudul Kedatangan. Bagian ini menceritakan tentang Gentur yang seorang wartawan

media Jepang mendapatkan tugas untuk meliput konflik di Ambon. Ia datang menggunakan KM Dobonsolo. Kapal tersebut identik dengan penumpang beragama Kristen. Sedangkan Gentur adalah seorang yang beragama Islam. Pembatasan kapal bagi orang Kristen atau Islam terjadi setelah adanya rumor yang berkembang bahwa ada penumpang yang dilempar ke laut, baik dari kapal yang identik berpenumpang Kristen maupun Islam. Hal tersebut membahayakan Gentur yang menjadi satu-satunya penumpang beragama Islam. Kemudian ia diselamatkan oleh Romo Sigit yang dibantu Pak Syamsul menyembunyikan Gentur. Di pelabuhan, Gentur dijemput oleh Frans dan dibawa ke markas Relawan Beta Maluku (RBM). Bertepatan dengan kedatangan Gentur di Maluku, terjadi penyerangan ke markas Brimob Tantui dan berhasil menjebol gudang senjata. Mereka yang di RBM harus segera pergi menyelamatkan diri.

Bagian kedua berjudul Semifinal. Bagian ini dimulai dengan Gentur yang dibawa ke rumah Frans di Desa Suli. Pada suatu malam saat bertepatan dengan pertandingan Piala Eropa 2000 Belanda melawan Italia, rumah Frans didatangi oleh lima orang dari Tulehu yang ingin menonton bola karena di Tulehu belum ada listrik. Ada satu percakapan spontan Frans yang sedikit mengusik Gentur. Yaitu tentang kepura-puraan yang tidak tahu malu. Gentur teringat pada satu kejadian ketika ia dan Frans dihadang oleh sekelompok orang dan melindungi Gentur, Frans berbohong kepada mereka dengan mengatakan bahwa Gentur seorang Buddhis. Secara sadar, Gentur mengiyakan pengakuan Frans bahwa

dirinya adalah seorang Buddhis. Suasana menonton di rumah Frans berlangsung tegang karena kelompok pemuda dari Desa Suli tidak terima dengan kedatangan lima orang Tulehu itu, mereka berniat mengusir kelimanya. Sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan, sebuah truk dan satu mobil berisi tentara dari Rindam Suli datang menjemput lima orang Tulehu dan Gentur untuk diinterogasi. Setelah di bawa ke Rindam Suli, mereka diantar ke Tulehu.

Bagian ketiga berjudul Jeda. Mengisahkan tentang Gentur yang mulai harus tinggal di Tulehu. Selama di Tulehu, Gentur menginap di rumah Said. Gentur mencoba menulis feature yang menurutnya menarik setelah melihat cara bermain bola anak-anak Tulehu di jalanan. Dia mencoba menulis feature tentang sepak bola di Tulehu di tengah konflik. Untuk mengirimkan hasil feature, Gentur membutuhkan bantuan dari Dudi. Dudi datang ke Tulehu dan mereka berdiskusi tentang sebuah foto tentang aktivitas RMS yang tidak sengaja diketahui Gentur saat mewawancarai orang tua untuk keperluan featurenya. Foto tersebut dijelskan oleh dua orang tua Tulehu yang keterangannya saling kontradiktif.

Bagian keempat berjudul Final. Menceritakan tentang keadaan Tulehu yang mulai memanas dengan konflik. Di bagian ini, banyak menceritakan tentang konflik di Tulehu dan konflik rumah tangga Said yang terus diintimidasi oleh Irfan, kakak iparnya karena permasalahan uang. Berkisah pula tentang Salim, seorang anak remaja Tulehu yang memiliki cita-cita untuk menjadi pemain bola namun harus kandas karena konflik yang terjadi. Pada akhir cerita, Salim

benar-benar harus mengubur cita-citanya sebagai pemain bola setelah sebelah kakinya harus diamputasi karena terkena pecahan bom saat Tulehu melakukan serangan ke Waai.

Bagian kelima atau bagian terakhir berjudul Perpanjangan Waktu. Bisa dibilang bagian ini menjadi antiklimaks dalam novel Jalan Lain ke Tulehu. Karena sepenuhnya bercerita tentang Gentur dan bayang-bayang kekasihnya, Eva Maria. Di bagian akhirnya juga menceritakan bagaimana Gentur terbebas dari eksekusi dari Laskar Salib yang biasa mengeksekusi warga Muslim.

BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai unsur-unsur dalam novel Jalan Lain ke Tulehu. Novel tersebut terdiri dari lima bagian cerita yang berjudul Kedatangan, Semifinal, Jeda, Final, dan Perpanjangan Waktu. Setiap bagian pada novel akan dianalisis dengan struktur narasi menggunakan gagasan dari ahli sastra dan budaya asal Bulgaria, Tzvetan Todorov. Setelah menganalisis unsur dan struktur narasi novel, selanjutnya adalah menganalisis posisi dan fungsi juga relasi antarkarater sehingga membentuk peristiwa yang memiliki makna dalam novel. Metode analisis untuk relasi antarkarakter yang digunakan adalah model aktan dari Algirdas Greimas.

A. Unsur-unsur Novel 1. Penyajian Data

a. Karakter

Karakter adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak para pelaku yang terdapat di dalam karyanya. Karakter dalam novel dapat dilihat melalui penggambaran fisik, keadaan sekitar atau lingkungannya, dan reaksi dalam menanggapi karakter yang lain di novel. Dibawah ini adalah karakter yang dominan muncul dalam tiap bagian novel Jalan Lain ke Tulehu.

No Tokoh Keterangan

1 Gentur Adalah seorang stringer atau wartawan yang

menjadi kontributor bagi media Jepang yang ditugaskan untuk meliput tentang konflik di Ambon. Seorang muslim yang dua kali merasakan penyesalan atas kepura-puraan. Menyesal karena pernah berbohong tentang keimanannya untuk menyelamatkan diri dan menyesal atas kematian yang menimpa kekasihnya, Eva Maria.

2 Frans Seorang Kristiani sekaligus kenalan Gentur dari Ambon. Orang yang membantu dan mengenalkan Gentur terhadap aktivis Relawan Beta Maluku (RBM) dan Tulehu.

3 Said Seorang Muslim dari Tulehuyang kemudian

menjadi teman Gentur selama di Tulehu. Seorang pelatih sepak bola anak-anak di Tulehu dan seorang yang fanatik terhadap sepak bola. Said terhimpit hutang kepada kakak iparnya setelah ditinggal istri dan anaknya ke Jakarta karena

menganggap Said tidak bisa menjadi kepala keluarga.

4 Dudi Seorang Kristiani yang dikenalkan oleh Frans.

Dudi bekerja di Warta Maluku yang kemudian banyak membantu Gentur untuk memperoleh akses dalam mengirim hasil laporannya. Dudi percaya bahwa konflik yang terjadi bukan semata-mata karena agama tapi karena campur tangan oknum yang tidak bertanggung jawab.

5 Eva Maria Kekasih Gentur yang keturunan Cina dan

beragama Buddha. Ia ditemukan tewas di tempat rehabilitasi. Eva Maria adalah korban pemerkosaan pada peristiwa 1998. Kejadian tersebut memberi rasa penyesalan tersendiri terhadap Gentur.

6 Salim Seorang anak Tulehu yang juga fanatik terhadap sepak bola. Namun ia merasa kecewa terhadap konflik yang terjadi di Ambon. Menurutnya konflik tersebut memudarkan cita-citanya untuk menjadi seorang pemain sepak bola.

Said. Irfan selalu datang mengintimidasi Said karena tidak pernah ikut berjuang membela Tulehu melawan Waai atau negeri Kristen lain. Irfan juga sering dating meminta uang kepada Said denga alasan Nabilla (anak Said) sedang sakit di Jakarta

Tabel 3. Penjelasan karateristik tokoh dalam novel

Dalam novel Jalan Lain ke Tulehu terdapat beberapa karakter yang menjadi unsur dalam jalan cerita yang dibangun. Karakter tersebut adalah karakter utama dan karakter pembantu. Di atas adalah tujuh karakter yang menurut penulis adalah karakter yang dominan keluar di tiap bagian dalam novel. Dari karakter yang dominan tesebut masih ada karakter utama, yaitu tokoh Gentur. Sedangkan karakter lain adalah karakter pendukung yang mempunyai porsi masing-masing dalam menegaskan kisah Gentur dalam novel. Karakter Said, Frans, dan Dudi adalah karakter pembantu yang berfungsi untuk menguatkan, membimbing pola cerita, dan fokus karakter Gentur meskipun tiga karakter tersebut sering muncul dalam setiap bagian novel.

b. Cerita (Story)

Cerita (story) adalah urutan kronologis dari suatu peristiwa, dimana peristiwa tersebut bisa ditampilkan dalam teks bisa juga tidak ditampilkan dalam teks. Dengan kata lain, cerita adalah peristiwa yang utuh, yang sesungguhnya,

dari awal hingga akhir. Pada bagian ini, penulis mencoba untuk menguraikan cerita yang terjadi dalam novel Jalan Lain ke Tulehu dalam bentuk poin-poin.

1 Gentur datang ke Ambon untuk mendapatkan berita tentang konflik Ambon menggunakan KM Dobonsolo pada tanggal 21 Juni 2000.

2 KM Dobonsolo ternyata adalah kapal yang identik diisi oleh penumpang beragama Kristen. Ketidaktahuan Gentur akan hal tersebut menyebabkan nyawanya terancam. Beruntung ia diselamatkan oleh Romo Sigit yang dibantu oleh Pak Syamsul untuk menyembunyikan Gentur selama di kapal itu.

3 Sesampainya di Ambon, Gentur dijemput oleh Frans dan dibawa ke markas Relawan Beta Maluku (RBM). Di sana ia bertemu dengan Dudi, wartawan Warta Maluku.

4 Kedatangan Gentur bertepatan dengan penyerangan markas Brimob

Dokumen terkait