• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI BAMUS BETAWI

D. Struktur Organisasi BAMUS Betawi

A. Bentuk Komunikasi Internal BAMUS Betawi

B. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Ormas-Ormas Betawi

C. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Panitia Pelaksana dan Masyarakat

D. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Pemda DKI Jakarta BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran-saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Komunikasi Organisasi Badan Musyawarah Masyarakat Betawi pada Perayaan Lebaran Betawi.

Lebaran sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawwal setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Dalam tradisi masyarakat Betawi dikenal ada istilah lebaran, yakni lebaran Idul Fitri, lebaran Haji dan lebaran Yatim. Dari ketiga istilah tersebut dikenal juga lebaran ala Betawi. lebaran ini sejatinya cuplikan lebaran Idul Fitri. Cuplikannya memiliki ciri khas hantaran dan antaran. Hantaran dan antaran adalah memberikan hadiah dari yang lebih muda kepada yang lebih tua. Gagasan pelaksanaan lebaran Betawi ini berasal dari BAMUS Betawi yang telah mendapat kesepakatan dari gubernur wakil gubernur dan Sekda. BAMUS Betawi merupakan organisasi yang mengedepankan semangat kekeluargaan dan gotong royong, organisasi massa yang bernuansa etnis, sehingga komunikasinya lebih terbuka. Oleh karena itu kegiatan Lebaran Betawi tidak akan pernah terlepas dari komunikasi.

Dari penjelasan dan uraian di atas lalu timbul pertanyaan, Bagaimana bentuk komunikasi organisasi BAMUS Betawi pada perayaan Lebaran Betawi 2008-2009?

Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, melalui observasi langsung ke tempat penelitian, wawancara dan dokumentasi. Objek penelitiannya meliputi bentuk komunikasi organisasi BAMUS Betawi pada perayaan lebaran Betawi.

Penelitian ini menemukan bahwa bentuk komunikasi internal BAMUS Betawi adalah menggunakan sebuah bentuk komunikasi vertikal dan horizontal. Bentuk komunikasi yang dipakai BAMUS Betawi dengan ormas-ormas Betawi adalah menggunakan komunikasi diagonal. Selanjutnya bentuk komunikasi yang dipakai BAMUS Betawi dengan panitia pelaksana dan masyarakat adalah komunikasi eksternal terdiri dari dua jalur secara timbal balik yakni komunikasi dari panitia pelaksana kepada masyarakat dan sebaliknya. Sedangkan bentuk komunikasi yang dipakai BAMUS Betawi dengan Pemda DKI Jakarta adalah komunikasi vertical downward communication.

Penelitian ini dilandasi oleh teori komunikasi organisasi Zelko dan Dance bersama Lesikar. Menurut kedua teori ini komunikasi organisasi suatu

sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal meliputi komunikasi vertikal, komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal. Kemudian komunikasi eksternal meliputi komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan komunikasi dari khalayak kepada organisasi.

segala rahmat, taufik, hidayah, dan kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan proses penulisan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam tak lupa penulis hanturkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya..

Mengejar penyelesaian skripsi tidak akan dapat dilakukan penulis tanpa bantuan dan doa dari berbagai pihak. Meski lembar ini tidak akan mampu melukiskan rasa terima kasih yang tak terhingga, tetapi proses ini mampu dilewati dan penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak. Dr. Arief Subhan MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Drs. Wahidin Saputra MA, sebagai Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. Mahmud Djalal MA, sebagai Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan dan Drs. Study Rizal, LK. MA, sebagai Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Drs. Jumroni M.Si, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Ibu Umi Musyarafah MA, sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), yang telah membantu dalam memberikan informasi akademik dan penyusunan transkip nilai penulis dan Dra. Hj. Asriati Jamil, sebagai Dosen Penasihat Akademik KPI C angkatan 2006, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan proposal skripsi ini.

menyempatkan waktu untuk membimbing penulis.

4. Pengurus BAMUS Betawi, khususnya bang Azis, bang Arsani, dan bang Uwo yang telah memberikan informasi tentang Lebaran Betawi.

5. Orang tua yaitu Ibu, yang dalam kesendiriannya berusaha untuk memacu semangat untuk menyelesaikan studi penulis. Almarhum Ayah yang penulis yakin tersenyum di sisi Allah SWT melihat anaknya lulus. Buat kakak dan adik yang dengan caranya sendiri-sendiri membuat penulis lebih sabar.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, atas kesabaran selama memberikan ilmu yang sangat berharga.

7. Pimpinan dan seluruh Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas buku-buku referensi.

8. Ahmad Ansori, yang selalu membantu dan memberikan supportnya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman KPI C senasib dan seperjuangan khususnya sahabat penulis Irma, Nadya dan Indra yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. 10.Ibu Linda di Perpustakaan DKI Jakarta yang memberikan banyak

kelonggaran peminjaman buku kepada penulis.

mengharapkan adanya masukan dan saran dari semua pihak dari penyempurnaan skripsi ini serta semoga tulisan ini bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 07 Juni 2010

Nur Azizah

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustakaan ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN TEORI ... 15

A. Komunikasi Organisasi ... 15

1. Pengertian Komunikasi Organisasi ... 15

2. Fungsi Organisasi ... 17

3. Bentuk-Bentuk Komunikasi Organisasi ... 19

B. Lebaran Betawi ... 24

1. Pengertian dan Lahirnya Lebaran Betawi ... 24

2. Tujuan Pelaksanaan Lebaran Betawi ... 30

3. Agenda Utama Lebaran Betawi ... 31

BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI BAMUS BETAWI ... 36

A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya BAMUS Betawi ... 36

vi

D. Struktur Organisasi BAMUS Betawi ... 47

E. Program Kerja BAMUS Betawi ... 51

BAB IV LEBARAN BETAWI: BENTUK KOMUNIKASI ORGANISASI BAMUS BETAWI DALAM PERAYAAN LEBARAN

BETAWI ... 62

A. Bentuk Komunikasi Internal BAMUS Betawi ... 62

B. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Ormas-Ormas Betawi ... 67

C. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Panitia Pelaksana dan Masyarakat ... 70

D. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Pemda DKI Jakarta ... 74 BAB V PENUTUP ... 79 A. Kesimpulan ... 79 B. Saran-saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah melaksanakan Ibadah Puasa di bulan Ramadhan di akhiri dengan hari raya Idul Fitri saling memaafkan satu sama lain. Umat Islam Indonesia melaksanakan lebaran dan Halal Bil halal.1 Halal Bil Halal suatu tradisi yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam untuk saling memaafkan dan menjalin atau mempererat silaturahim antar umat Islam, khususnya umat Islam Betawi. Dalam tradisi masyarakat Betawi, lebaran ini disebut dengan Lebaran Betawi. Karena itu, semangat saling maaf-memaafkan yang diterapkan secara baik dan benar perlu dilestarikan dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujud kebersamaan, memperkokoh persatuan dan kesatuan guna mengahadapi berbagai tantangan dalam menyelenggarakan hak dan kewajiban, tanggung jawab dan tugas untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, khususnya dan melanjutkan pembangunan kota Jakarta serta pembangunan nasional.2

Tradisi3 Lebaran Betawi ini akan dijadikan agenda tahunan masyarakat

Betawi. Namun setiap tahun, lokasi akan di ambil di tempat yang berbeda.

1

Halal Bil Halal adalah berkumpulnya handai taulan untuk saling memaafkan yang umumnya diselenggarakan melalui acara yang dirayakan secara besar-besaran mengundang sebanyak-banyaknya kerabat atau kelompok-kelompok pergaulan masyarakat. Dari segi budaya “Halal Bil Halal” dimaknai sebagai kesempatan untuk silaturahim, saling memaafkan dan mempererat pertalian kekeluargaan serta kekerabatan yang ini diyakini akan mampu menciptakan keharmonisan dan meningkatkan kerukunan diantara sesama di dalam masyarakat. Mastakul Huda, “Halal Bil Halal dan Toleransi Beragama”, http://www.pesantrenvirtual.com. Diakses pada 12 April 2010

2

Facebook Forum Betawi Rempug (FBR) SEJABODETABEK, diakses pada 12 April 2010.

3

Menurut Dictionary of Sociology, tradisi adalah proses situasi sosial yang merupakan pewarisan elemen kebudayaan yang diturunkan dari generasi ke generasi secara terus menerus. Secara lengkap tertulis, a social situation process in which elements of the cultural heritage are

6Kegiatan ini juga sekaligus untuk mempromosikan dunia pariwisata Jakarta di mata nasional maupun Internasional.

Melalui acara Lebaran Betawi ini diharapkan akan dapat merajut kembali jalinan silaturrahim yang terganggu dan akan melekat lebih kuat ikatan persaudaraan, sehingga pada saatnya akan dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Selain itu melalui kegiatan spesifik Lebaran Betawi juga dimaksudkan menggali dan menghidupkan kembali tradisi berlebaran masyarakat Betawi yang dalam beberapa tahun belakangan ini cenderung mengalami penurunan eksistensi sebagai dampak negatif globalisasi.

Lebaran Betawi merupakan tradisi budaya Betawi usai lebaran dengan melakukan hantaran atau antaran. Hantaran tersebut berupa pemberian atau hadiah dari yang lebih muda kepada yang lebih dituakan. “Hantaran itu isinya segala macam makanan khas Betawi. Nilai yang terkandung adalah silaturahmi, jadi melalui Lebaran Betawi ini ada hantaran dan silaturahmi dengan seluruh masyarakat Betawi dan masyarakat lainnya yang hadir di perayaan Lebaran Betawi tersebut”. Lebaran Betawi ini dimeriahkan dengan berbagai kesenian Betawi seperti Gambang Kromong4, Keroncong Jakarta5, Wayang Kulit Betawi6,

transmitted from generation by contact of continuity. Lihat Henry Parrtt Fairchild (ed). 1962,

Dictionary of Sociology, Paterson, New Jersey: Littlefield Adams & Co., hlm. 322

4

Nama musik gambang kromong diambil dari nama alat musiknya yaitu gambang dan kromong. Dua alat musik ini dalam orkes gambang kromong sangat dominan dibanding alat musik lainnya. Selain gambang dan kromong alat musiknya ialah kongahyan, tehyah, sokong, gendang, kempul, gong, gong enam kecrek dan ningnong. Konghyan, tehyah dan sokong adalah alat musik gesek.

Mulanya orkes gambang kromong merupakan kegiatan masyarakat Cina saja. Setelah pemberontakan Cina tahun 1740, banyak masyarakat Cina melarikan diri ke semua penjuru Batavia sampai ke Tangerang, Bekasi dan Bogor. Setelah masa pemberontakan itulah proses masa pembauran Cina dan Betawi dimulai. Banyak orang Cina yang kawin dengan orang Betawi dan kemudian memeluk agama Islam. Namun umumnya mereka tetap menganut adat-istiadat serta kepercayaan leluhurnya. Akhirnya hobi orang Cina bermain musik gambang kromong diikuti pula oleh orang Betawi.

Orkes Melayu7, Onde-ondel8 dan hiburan Layar Tancap9. Selain kesenian Betawi, Lebaran Betawi juga dimeriahkan dengan sajian-sajian khas kuliner Betawi

Sampai awal abad ke-20, lagu gambang kromong masih dalam bahasa Cina. Baru pada dasawarsa pertama abad ke-20 retepertoar lagu gambang kromong diciptakan dalam bahasa Betawi. Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta, Ragam Budaya Betawi Propinsi DKI Jakarta, (Jakarta, 2002), Cet ke-1

5

Kampung Tugu di kelurahan Tugu, Semper, kecamatan Clincing, Jakarta Utara telah ada sejak jaman prasejarah. Hasil penggalian arkeologi menemukan pecahan gerabah dan manik-manik yang diperkirakan dari jaman neolitikum. Pada abad ke-5 Masehi raja Purnawaman dari kerajaan Tarumanagara membuat kampung Tugu menjadi penting. Raja Purnawaman membuat saluran irigasi melewati kampung Tugu. Cerita ini diketahui dari prasasti Tugu, karena diletakan di kampung Tugu.

Abad ke-17 pemerintah Belanda mejadikan kampung Tugu, Jakarta Utara sebagai tempat pemukiman bagi orang Portugis. Orang Portugis yang ditampung di kampung Tugu ini adalah tawanan perang. Akhirnya orang Portugis tinggal dikampung Tugu sampai turun temurun. Keturunan Portugis ini disebut Mestizo. Orang Mestizo ini menggunakan nama keturunan mereka seperti, Abraham, Andreas, Coernelis, Michielis, Salomons, Saymons, Quiko dan Browne.

Orang Mestizo senang berkesenian. Kesenian yang mereka lahirkan salah satunya adalah keroncong yang dikenal dengan nama Keroncong Tugu. Keturunan Portugis menciptakan Keroncong Tugu. Orang Betawi menciptakan Keroncong Kemayoran. Musik keroncong berasal dari suara keroncong. Suara keroncong ini dikeluarkan oleh sebuah alat musik petik yang berbentuk gitar dengan ukuran kecil. Alat musik ini pertama kali masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Portugis. Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta, Ragam Budaya Betawi Propinsi DKI Jakarta, (Jakarta, 2002), Cet ke-1

6

Wayang kulit Betawi berhubungan dengan penyerangan tentara Sultan Agung dari Mataram ke Batavia. Peristiwa ini terjadi pada saat Batavia dipimpin oleh Gubernur Jenderal Jaan Pieterszoon Coen. Atas dari itu wayang kulit Betawi mempunyai persamaan dengan wayang kulit Jawa Tengah.

Walaupun ada persamaan, tapi antara wayang kulit Betawi dengan wayang kulit Jawa Tengah tetapi ada perbedaan. Di Jawa Tengah wayang kulit dibina dan dikembangkan oleh pihak kraton, maka wayang kulit Jawa Tengah harus mengikuti pakem yang telah ada. Wayang kulit Betawi lebih merakyat, sederhana, polos dan mengembangkan keakraban dengan penontonnya. Wayang kulit Betawi sering pula membawakan lakon atau cerita bukan berasal dari kitab Mahabrata dan Ramayana. Ia menampilkan lakon kehidupan sehari-hari. Hal itu didukung oleh penggunaan bahasa Betawi, khususnya bahasa Betawi Ora. http:// www. Kampungbetawi.com

7

Orkes Melayu sebutan yang masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut. Yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana, gambus dan suling, bahkan gong. http://www.id.wikipedia.org

8

Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa. Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 m dengan garis tengah 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipukul dari dalarnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki dicat dengan warna merah, sedang yang perempuan dicat dengan warna putih. Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel ternyata masih tetap bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta. http://www.id.wikipedia.org

9

seperti nasi uduk, pecak gurame, gabus pucung, sayur asem, kerak telor, wajik dodol. Kemudian Tape Uli, Geplak, Cendol, Salak dan Bir Pletok.10

Untuk itu acara Lebaran Betawi ini akan diselenggarakan secara kreatif, inovatif, menarik, familiar, berkesan dan monumental melalui pendekatan kegiatan yang terencana, terarah, terpadu, terukur, menyeluruh, kebersamaan dan partisipatif.

Konsep dan filosofi kegiatan ini adalah membangkitkan kembali kesadaran kita semua sebagai penduduk Jakarta bahwa masyarakat Betawi memiliki khasanah budaya yang sangat kaya, memiliki daya tarik dan mampu bersaing dengan khasanah budaya daerah lain di Indonesia seperti, Jogjakarta, Solo, Cirebon atau Banten, yang memiliki tradisi syawalan atau lebaran ketupat.11 Namun pada Lebaran Betawi ini mempunyai keunikan yaitu adanya pameran geplak raksasa yang ditampilkan pada Lebaran Betawi.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka Lebaran Betawi berupaya mengangkat kekayaan budaya yang terdiri atas ragam kesenian, kuliner, pertunjukan, tradisi atau kebiasaan hidup masyarakat Betawi yang mungkin sebagian sudah jarang kita temui lagi saat ini. Dahulu di tanah Betawi sistem kekeluargaan dan kekerabatannya sangat kuat, apalagi saat berlebaran atau hari raya. Diantaranya ada istilah “Kebo Paketan” atau “Andilan” yaitu memotong hewan kerbau menjelang hari raya yang dibeli secara kolektif oleh masyarakat semacam arisan atau koperasi, atau “dodol paketan” yaitu kue dodol yang dibuat

10

Bir pletok adalah minumam penyegar yang dibuat dari campuran beberapa rempah-rempah, yaitu Jahe, Daun Pandan Wangi dan Serai. Minuman tradisional ini dikenal di kalangan etnis Betawi. Agar warnanya lebih menarik, orang Betawi biasanya menggunakan tambah kayu secang, yang akan memberikan warnah Merah bila diseduh dengan air panas. http://www.id.wikipedia.org

11

Muhammad Salahuddien, “Istilah Seputar Lebaran”, http://netSain.com. Diakses pada 12 April 2010.

dengan biaya yang ditanggung secara kolektif mengingat proses pembuatan dodol membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang lebih besar daripada membuat kue lainnya.12

Oleh karena itu Lebaran Betawi mencoba mengangkat kembali nilai-nilai positif masyarakat Betawi yang dapat dijadikan tauladan atau tuntunan bagi generasi muda saat ini sekaligus sebagai upaya melestarikan tradisi masyarakat Betawi. Gagasan pelaksanaan Lebaran Betawi ini berasal dari BAMUS Betawi yang telah mendapat kesepakatan dan restu dari gubernur, wakil gubernur, dan sekda. Kegiatan perayaan Lebaran Betawi pada BAMUS Betawi tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Komunikasi adalah persyaratan kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan hampa atau tidak ada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi, interaksi antar manusia baik secara perorangan, kelompok atau organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan malakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia ini dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi.13 Dalam istilah yang sederhana, komunikasi adalah proses penyampaian pengertian anatar individu.14 Di era tatanan informasi baru (new information order) kedudukan komunikasi yang semula dianggap “sepele”

menjadi sangat penting.15 Komunikasi adalah proses yang mana suatu ide

12

Facebook Forum Betawi Rempug (FBR) SEJABODETABEK, diakses pada 12 April 2010

5 T.A. Latief Rosyidi, Dasar-Dasar Rhetorika Komunikasi dan Informasi, (Medan, 1985). Cet ke-1, h. 48

14

Frazier Moore, Hubungan Masyarakat. Prinsip, Kasus dan Masalah. (Bandung: Rosda Karya, 1987)

15

Ilham Prisgunanto, Praktik Ilmu Komunikasi. Dalam Kehidupan Sehari-hari. (Jakarta Selatan: Teraju, 2004). h, ix

dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud mengubah prilaku.16

Wilbrum Scrhamm memberikan predikat manusia sebagai The

Communication Animal, artinya tanpa komunikasi manusia akan jatuh derajatnya pada tingkat yang rendah dalam kehidupan di dunia. Komunikasi merupakan dasar dari eksistensi suatu masyarakat dan menentukan pula struktur masyarakatnya. Hubungan antar manusia didasarkan pada komunikasi ini. Komunikasi merupakan mekanisme ataupun alat dalam pengoperan rangsangan yang memiliki arti dalam masyarakat.17

Apalagi jika individu tersebut melakukan komunikasi dalam sebuah organisasi, yang notabennya organisasi merupakan kumpulan orang yang memiliki tujuan yang sama dan tenaga kerja dalam sebuah organisasi tersebut memiliki keragaman dalam hal gender, ras, dan etnis.

Komunikasi sangatlah penting dalam sebuah organisasi, dengan proses komunikasi yang dilakukan setiap pekerja dalam sebuah organisasi akan memudahkan pimpinan maupun bawahan saling mengetahui konsep-konsep, perasaan-perasaan, dan harapan-harapan dari anggota organisasi. Hal ini juga diorientasikan untuk menjaga stabilitas kinerja sebuah organisasi tersebut.

Dalam meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi, komunikasi menjadi salah satu bagian penunjang keberhasilan dalam mencapai keberhasilan organisasi. Komunikasi antara pegawai dalam sebuah organisasi bukan hanya sekedar suatu proses tukar menukar pesan atau pendapat saja, akan tetapi

16

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005). h, 26

17

Phil. Astrid S. Susanto, Filsafat Komunikasi. (Bandung: Binacipta, 1992). Cet. Ke-4, h. 1

komunikasi itu merupakan suatu proses yang dapat mengubah pendapat, sikap dan tingkahlaku kepegawaian dalam organisasi.

Pada tahun 1982 berdirilah suatu wadah yang diberi nama Badan Musyawarah Masyarakat Betawi disingkat BAMUS Betawi. Organisasi ini merupakan gabungan dari sejumlah organisasi kebetawian antara lain Ikatan Warga Jakarta (IWARDA), Persatuan Masyarakat Muhammad Husni Thamrin (PERMATA MHT), Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Persatuan Wanita Betawi (PWB), Ikatan Keluarga Anak Jakarta (IKB ANDA), Kesatuan Mahasiswa Betawi (KMB), Kerukunan Msyarakat Jakarta Asli dan lainnya.18

Dalam musyawarah besar BAMUS Betawi pada tahun 1990 organisasi ini menyatakan diri sebagai mekanisme sentral19 masyarakat Betawi dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan sebagai wadah bermusyawarah masyarakat Betawi baik yang bergabung dalam organisasi

kemasyarakatan, yayasan, lembaga dan segenap potensi Betawi.20 Dibentuknya

BAMUS Betawi ini dilandasi oleh keinginan dari masyarakat Betawi sendiri untuk meningkatkan citra dan posisi masyarakat Betawi pada kehidupan bermasyarakat di tingkat nasional.

Badan Musyawarah (BAMUS) Betawi menjadi salah satu instansi yang sangat penting guna meningkatkan dan membangun Jakarta, serta mengembangkan budaya Betawi sebagai upaya pengkayaan khazanah budaya

bangsa dengan Lembaga Kebudayaan Betawi sebagai ujung tombaknya.21

18

Dewan Pengurus BAMUS Betawi, Hasil-Hasil Musyawarah Besar Badan Musyawarah Masyarakat Betawi, (Jakarta: 1990), h. 85

19

Mekanisme sentral adalah wadah yang mengkoordinir organisasi dibawahnya.

20

Dewan Pengurus BAMUS Betawi, Hasil-Hasil Musyawarah…., h 44-45

21

Azis Khafia, Dari Betawi untuk Indonesia, (Jakarta: Forum Bersama Untuk Satu, 2009), hlm.31-33

Sewajarnya Badan Musyawarah (BAMUS) Betawi memilki kinerja yang baik dalam organisasinya, dan hal ini tidak terlepas dari peran ketua Badan Musyawarah (BAMUS) Betawi dalam melaksanakan tugasnya memimpin para pegawainya dalam menjalankan program-program Bamus Betawi dalam meningkatkan dan membangun Jakarta. Misalnya setiap tahun Badan Musyawarah (BAMUS) Betawi mempunyai program kegiatan “Lebaran Betawi” yang mana bertujuan untuk melestarikan salah satu tradisi budaya Betawi. Dalam kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat Betawi tetapi dihadiri oleh masyarakat lain yang ikut berpatisipasi dalam kegiatan ini.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Komunikasi Organisasi Badan Musyawarah Masyarakat Betawi pada Perayaan Lebaran Betawi.”

B. Pembatasan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat begitu luasnya pembahasan mengenai bentuk-bentuk

komunikasi, maka dalam penulisan skripsi ini hanya dibatasi pada bentuk komunikasi BAMUS Betawi dalam perayaan Lebaran Betawi tahun 2008-2009.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dirumuskan dalam kajian skripsi ini adalah: Bagaiamana bentuk komunikasi organisasi yang diterapkan BAMUS Betawi

Dokumen terkait