PADA PERAYAAN LEBARAN BETAWI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Nur Azizah NIM: 106051001857
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Buku Leadership Golden Ways Karya Mario Teguh” telah diujikan dalam Sidang Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Komunikasi
Islam (S. Kom. I). pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 7 Juni 2010 Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Wahidin Saputra, M.A Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag., M.Ag. NIP. 19700 903 199603 1 001 NIP.
Penguji I Penguji II
Prof. Yunan Yusro Hj. Umi Musyarofah, M.A. NIP. 19660806 199603 1 001 NIP. 19710816 199703 2 002
Pembimbing
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Metodologi Penelitian
E. Tinjauan Pustakaan
F. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
2. Fungsi Organisasi
3. Bentuk-Bentuk Komunikasi Organisasi
B. Lebaran Betawi
1. Pengertian dan Lahirnya Lebaran Betawi
2. Tujuan Pelaksanaan Lebaran Betawi
3. Agenda Utama Lebaran Betawi
BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI BAMUS BETAWI
A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya BAMUS Betawi
B. Visi dan Misi BAMUS Betawi
C. Tujuan BAMUS Betawi
D. Struktur Organisasi BAMUS Betawi
A. Bentuk Komunikasi Internal BAMUS Betawi
B. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Ormas-Ormas Betawi
C. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Panitia Pelaksana dan
Masyarakat
D. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Pemda DKI Jakarta
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
Komunikasi Organisasi Badan Musyawarah Masyarakat Betawi pada Perayaan Lebaran Betawi.
Lebaran sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawwal setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Dalam tradisi masyarakat Betawi dikenal ada istilah lebaran, yakni lebaran Idul Fitri, lebaran Haji dan lebaran Yatim. Dari ketiga istilah tersebut dikenal juga lebaran ala Betawi. lebaran ini sejatinya cuplikan lebaran Idul Fitri. Cuplikannya memiliki ciri khas hantaran dan antaran. Hantaran dan antaran adalah memberikan hadiah dari yang lebih muda kepada yang lebih tua. Gagasan pelaksanaan lebaran Betawi ini berasal dari BAMUS Betawi yang telah mendapat kesepakatan dari gubernur wakil gubernur dan Sekda. BAMUS Betawi merupakan organisasi yang mengedepankan semangat kekeluargaan dan gotong royong, organisasi massa yang bernuansa etnis, sehingga komunikasinya lebih terbuka. Oleh karena itu kegiatan Lebaran Betawi tidak akan pernah terlepas dari komunikasi.
Dari penjelasan dan uraian di atas lalu timbul pertanyaan, Bagaimana bentuk komunikasi organisasi BAMUS Betawi pada perayaan Lebaran Betawi 2008-2009?
Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, melalui observasi langsung ke tempat penelitian, wawancara dan dokumentasi. Objek penelitiannya meliputi bentuk komunikasi organisasi BAMUS Betawi pada perayaan lebaran Betawi.
Penelitian ini menemukan bahwa bentuk komunikasi internal BAMUS Betawi adalah menggunakan sebuah bentuk komunikasi vertikal dan horizontal. Bentuk komunikasi yang dipakai BAMUS Betawi dengan ormas-ormas Betawi adalah menggunakan komunikasi diagonal. Selanjutnya bentuk komunikasi yang dipakai BAMUS Betawi dengan panitia pelaksana dan masyarakat adalah komunikasi eksternal terdiri dari dua jalur secara timbal balik yakni komunikasi dari panitia pelaksana kepada masyarakat dan sebaliknya. Sedangkan bentuk komunikasi yang dipakai BAMUS Betawi dengan Pemda DKI Jakarta adalah komunikasi vertical downward communication.
Penelitian ini dilandasi oleh teori komunikasi organisasi Zelko dan Dance bersama Lesikar. Menurut kedua teori ini komunikasi organisasi suatu
sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal meliputi komunikasi vertikal, komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal. Kemudian komunikasi eksternal meliputi komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan komunikasi dari khalayak kepada organisasi.
segala rahmat, taufik, hidayah, dan kesempatan yang diberikan kepada penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan proses penulisan skripsi ini dengan baik.
Sholawat dan salam tak lupa penulis hanturkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya..
Mengejar penyelesaian skripsi tidak akan dapat dilakukan penulis tanpa
bantuan dan doa dari berbagai pihak. Meski lembar ini tidak akan mampu
melukiskan rasa terima kasih yang tak terhingga, tetapi proses ini mampu dilewati
dan penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak. Dr. Arief Subhan MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Drs. Wahidin Saputra MA, sebagai Pembantu Dekan
Bidang Akademik, Drs. Mahmud Djalal MA, sebagai Pembantu Dekan
Bidang Administrasi Umum dan Keuangan dan Drs. Study Rizal, LK.
MA, sebagai Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Drs. Jumroni M.Si, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam (KPI), Ibu Umi Musyarafah MA, sebagai Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), yang telah membantu
dalam memberikan informasi akademik dan penyusunan transkip nilai
penulis dan Dra. Hj. Asriati Jamil, sebagai Dosen Penasihat Akademik
KPI C angkatan 2006, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan
proposal skripsi ini.
menyempatkan waktu untuk membimbing penulis.
4. Pengurus BAMUS Betawi, khususnya bang Azis, bang Arsani, dan bang
Uwo yang telah memberikan informasi tentang Lebaran Betawi.
5. Orang tua yaitu Ibu, yang dalam kesendiriannya berusaha untuk memacu
semangat untuk menyelesaikan studi penulis. Almarhum Ayah yang
penulis yakin tersenyum di sisi Allah SWT melihat anaknya lulus. Buat
kakak dan adik yang dengan caranya sendiri-sendiri membuat penulis
lebih sabar.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, atas
kesabaran selama memberikan ilmu yang sangat berharga.
7. Pimpinan dan seluruh Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan pelayanan dan fasilitas buku-buku referensi.
8. Ahmad Ansori, yang selalu membantu dan memberikan supportnya
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman KPI C senasib dan seperjuangan khususnya sahabat penulis
Irma, Nadya dan Indra yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
10.Ibu Linda di Perpustakaan DKI Jakarta yang memberikan banyak
kelonggaran peminjaman buku kepada penulis.
mengharapkan adanya masukan dan saran dari semua pihak dari penyempurnaan
skripsi ini serta semoga tulisan ini bermanfaat. Terima kasih.
Jakarta, 07 Juni 2010
Nur Azizah
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
D. Metodologi Penelitian ... 9
E. Tinjauan Pustakaan ... 12
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II KAJIAN TEORI ... 15
A. Komunikasi Organisasi ... 15
1. Pengertian Komunikasi Organisasi ... 15
2. Fungsi Organisasi ... 17
3. Bentuk-Bentuk Komunikasi Organisasi ... 19
B. Lebaran Betawi ... 24
1. Pengertian dan Lahirnya Lebaran Betawi ... 24
2. Tujuan Pelaksanaan Lebaran Betawi ... 30
3. Agenda Utama Lebaran Betawi ... 31
BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI BAMUS BETAWI ... 36
A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya BAMUS Betawi ... 36
vi
D. Struktur Organisasi BAMUS Betawi ... 47
E. Program Kerja BAMUS Betawi ... 51
BAB IV LEBARAN BETAWI: BENTUK KOMUNIKASI ORGANISASI BAMUS BETAWI DALAM PERAYAAN LEBARAN BETAWI ... 62
A. Bentuk Komunikasi Internal BAMUS Betawi ... 62
B. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Ormas-Ormas Betawi ... 67
C. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Panitia Pelaksana dan Masyarakat ... 70
D. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Pemda DKI Jakarta ... 74
BAB V PENUTUP ... 79
A. Kesimpulan ... 79
B. Saran-saran ... 80
A. Latar Belakang Masalah
Setelah melaksanakan Ibadah Puasa di bulan Ramadhan di akhiri dengan
hari raya Idul Fitri saling memaafkan satu sama lain. Umat Islam Indonesia
melaksanakan lebaran dan Halal Bil halal.1 Halal Bil Halal suatu tradisi yang
bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam untuk saling memaafkan dan menjalin atau
mempererat silaturahim antar umat Islam, khususnya umat Islam Betawi. Dalam
tradisi masyarakat Betawi, lebaran ini disebut dengan Lebaran Betawi. Karena itu,
semangat saling maaf-memaafkan yang diterapkan secara baik dan benar perlu
dilestarikan dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujud
kebersamaan, memperkokoh persatuan dan kesatuan guna mengahadapi berbagai
tantangan dalam menyelenggarakan hak dan kewajiban, tanggung jawab dan tugas
untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara, khususnya dan melanjutkan pembangunan kota Jakarta serta
pembangunan nasional.2
Tradisi3 Lebaran Betawi ini akan dijadikan agenda tahunan masyarakat
Betawi. Namun setiap tahun, lokasi akan di ambil di tempat yang berbeda.
1
Halal Bil Halal adalah berkumpulnya handai taulan untuk saling memaafkan yang umumnya diselenggarakan melalui acara yang dirayakan secara besar-besaran mengundang sebanyak-banyaknya kerabat atau kelompok-kelompok pergaulan masyarakat. Dari segi budaya “Halal Bil Halal” dimaknai sebagai kesempatan untuk silaturahim, saling memaafkan dan mempererat pertalian kekeluargaan serta kekerabatan yang ini diyakini akan mampu menciptakan keharmonisan dan meningkatkan kerukunan diantara sesama di dalam masyarakat. Mastakul Huda, “Halal Bil Halal dan Toleransi Beragama”, http://www.pesantrenvirtual.com. Diakses pada 12 April 2010
2
Facebook Forum Betawi Rempug (FBR) SEJABODETABEK, diakses pada 12 April 2010.
3
Menurut Dictionary of Sociology, tradisi adalah proses situasi sosial yang merupakan pewarisan elemen kebudayaan yang diturunkan dari generasi ke generasi secara terus menerus. Secara lengkap tertulis, a social situation process in which elements of the cultural heritage are
6Kegiatan ini juga sekaligus untuk mempromosikan dunia pariwisata Jakarta di
mata nasional maupun Internasional.
Melalui acara Lebaran Betawi ini diharapkan akan dapat merajut kembali
jalinan silaturrahim yang terganggu dan akan melekat lebih kuat ikatan
persaudaraan, sehingga pada saatnya akan dapat memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa.
Selain itu melalui kegiatan spesifik Lebaran Betawi juga dimaksudkan
menggali dan menghidupkan kembali tradisi berlebaran masyarakat Betawi yang
dalam beberapa tahun belakangan ini cenderung mengalami penurunan eksistensi
sebagai dampak negatif globalisasi.
Lebaran Betawi merupakan tradisi budaya Betawi usai lebaran dengan
melakukan hantaran atau antaran. Hantaran tersebut berupa pemberian atau hadiah
dari yang lebih muda kepada yang lebih dituakan. “Hantaran itu isinya segala
macam makanan khas Betawi. Nilai yang terkandung adalah silaturahmi, jadi
melalui Lebaran Betawi ini ada hantaran dan silaturahmi dengan seluruh
masyarakat Betawi dan masyarakat lainnya yang hadir di perayaan Lebaran
Betawi tersebut”. Lebaran Betawi ini dimeriahkan dengan berbagai kesenian
Betawi seperti Gambang Kromong4, Keroncong Jakarta5, Wayang Kulit Betawi6,
transmitted from generation by contact of continuity. Lihat Henry Parrtt Fairchild (ed). 1962,
Dictionary of Sociology, Paterson, New Jersey: Littlefield Adams & Co., hlm. 322
4
Nama musik gambang kromong diambil dari nama alat musiknya yaitu gambang dan kromong. Dua alat musik ini dalam orkes gambang kromong sangat dominan dibanding alat musik lainnya. Selain gambang dan kromong alat musiknya ialah kongahyan, tehyah, sokong, gendang, kempul, gong, gong enam kecrek dan ningnong. Konghyan, tehyah dan sokong adalah alat musik gesek.
Orkes Melayu7, Onde-ondel8 dan hiburan Layar Tancap9. Selain kesenian Betawi,
Lebaran Betawi juga dimeriahkan dengan sajian-sajian khas kuliner Betawi
Sampai awal abad ke-20, lagu gambang kromong masih dalam bahasa Cina. Baru pada dasawarsa pertama abad ke-20 retepertoar lagu gambang kromong diciptakan dalam bahasa Betawi. Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta, Ragam Budaya Betawi Propinsi DKI Jakarta, (Jakarta, 2002), Cet ke-1
5
Kampung Tugu di kelurahan Tugu, Semper, kecamatan Clincing, Jakarta Utara telah ada sejak jaman prasejarah. Hasil penggalian arkeologi menemukan pecahan gerabah dan manik-manik yang diperkirakan dari jaman neolitikum. Pada abad ke-5 Masehi raja Purnawaman dari kerajaan Tarumanagara membuat kampung Tugu menjadi penting. Raja Purnawaman membuat saluran irigasi melewati kampung Tugu. Cerita ini diketahui dari prasasti Tugu, karena diletakan di kampung Tugu.
Abad ke-17 pemerintah Belanda mejadikan kampung Tugu, Jakarta Utara sebagai tempat pemukiman bagi orang Portugis. Orang Portugis yang ditampung di kampung Tugu ini adalah tawanan perang. Akhirnya orang Portugis tinggal dikampung Tugu sampai turun temurun. Keturunan Portugis ini disebut Mestizo. Orang Mestizo ini menggunakan nama keturunan mereka seperti, Abraham, Andreas, Coernelis, Michielis, Salomons, Saymons, Quiko dan Browne.
Orang Mestizo senang berkesenian. Kesenian yang mereka lahirkan salah satunya adalah keroncong yang dikenal dengan nama Keroncong Tugu. Keturunan Portugis menciptakan Keroncong Tugu. Orang Betawi menciptakan Keroncong Kemayoran. Musik keroncong berasal dari suara keroncong. Suara keroncong ini dikeluarkan oleh sebuah alat musik petik yang berbentuk gitar dengan ukuran kecil. Alat musik ini pertama kali masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Portugis. Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta, Ragam Budaya Betawi Propinsi DKI Jakarta, (Jakarta, 2002), Cet ke-1
6
Wayang kulit Betawi berhubungan dengan penyerangan tentara Sultan Agung dari Mataram ke Batavia. Peristiwa ini terjadi pada saat Batavia dipimpin oleh Gubernur Jenderal Jaan Pieterszoon Coen. Atas dari itu wayang kulit Betawi mempunyai persamaan dengan wayang kulit Jawa Tengah.
Walaupun ada persamaan, tapi antara wayang kulit Betawi dengan wayang kulit Jawa Tengah tetapi ada perbedaan. Di Jawa Tengah wayang kulit dibina dan dikembangkan oleh pihak kraton, maka wayang kulit Jawa Tengah harus mengikuti pakem yang telah ada. Wayang kulit Betawi lebih merakyat, sederhana, polos dan mengembangkan keakraban dengan penontonnya. Wayang kulit Betawi sering pula membawakan lakon atau cerita bukan berasal dari kitab Mahabrata dan Ramayana. Ia menampilkan lakon kehidupan sehari-hari. Hal itu didukung oleh penggunaan bahasa Betawi, khususnya bahasa Betawi Ora. http:// www. Kampungbetawi.com
7
Orkes Melayu sebutan yang masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut. Yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana, gambus dan suling, bahkan gong. http://www.id.wikipedia.org
8
Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa. Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 m dengan garis tengah 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipukul dari dalarnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki dicat dengan warna merah, sedang yang perempuan dicat dengan warna putih. Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel ternyata masih tetap bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta. http://www.id.wikipedia.org
9
seperti nasi uduk, pecak gurame, gabus pucung, sayur asem, kerak telor, wajik
dodol. Kemudian Tape Uli, Geplak, Cendol, Salak dan Bir Pletok.10
Untuk itu acara Lebaran Betawi ini akan diselenggarakan secara kreatif,
inovatif, menarik, familiar, berkesan dan monumental melalui pendekatan
kegiatan yang terencana, terarah, terpadu, terukur, menyeluruh, kebersamaan dan
partisipatif.
Konsep dan filosofi kegiatan ini adalah membangkitkan kembali
kesadaran kita semua sebagai penduduk Jakarta bahwa masyarakat Betawi
memiliki khasanah budaya yang sangat kaya, memiliki daya tarik dan mampu
bersaing dengan khasanah budaya daerah lain di Indonesia seperti, Jogjakarta,
Solo, Cirebon atau Banten, yang memiliki tradisi syawalan atau lebaran ketupat.11
Namun pada Lebaran Betawi ini mempunyai keunikan yaitu adanya pameran
geplak raksasa yang ditampilkan pada Lebaran Betawi.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka Lebaran Betawi berupaya
mengangkat kekayaan budaya yang terdiri atas ragam kesenian, kuliner,
pertunjukan, tradisi atau kebiasaan hidup masyarakat Betawi yang mungkin
sebagian sudah jarang kita temui lagi saat ini. Dahulu di tanah Betawi sistem
kekeluargaan dan kekerabatannya sangat kuat, apalagi saat berlebaran atau hari
raya. Diantaranya ada istilah “Kebo Paketan” atau “Andilan” yaitu memotong
hewan kerbau menjelang hari raya yang dibeli secara kolektif oleh masyarakat
semacam arisan atau koperasi, atau “dodol paketan” yaitu kue dodol yang dibuat
10
Bir pletok adalah minumam penyegar yang dibuat dari campuran beberapa rempah-rempah, yaitu Jahe, Daun Pandan Wangi dan Serai. Minuman tradisional ini dikenal di kalangan etnis Betawi. Agar warnanya lebih menarik, orang Betawi biasanya menggunakan tambah kayu secang, yang akan memberikan warnah Merah bila diseduh dengan air panas. http://www.id.wikipedia.org
11
dengan biaya yang ditanggung secara kolektif mengingat proses pembuatan dodol
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang lebih besar daripada membuat kue
lainnya.12
Oleh karena itu Lebaran Betawi mencoba mengangkat kembali nilai-nilai
positif masyarakat Betawi yang dapat dijadikan tauladan atau tuntunan bagi
generasi muda saat ini sekaligus sebagai upaya melestarikan tradisi masyarakat
Betawi. Gagasan pelaksanaan Lebaran Betawi ini berasal dari BAMUS Betawi
yang telah mendapat kesepakatan dan restu dari gubernur, wakil gubernur, dan
sekda. Kegiatan perayaan Lebaran Betawi pada BAMUS Betawi tidak akan
pernah terlepas dari komunikasi. Komunikasi adalah persyaratan kehidupan
manusia. Kehidupan manusia akan hampa atau tidak ada kehidupan sama sekali
apabila tidak ada komunikasi, interaksi antar manusia baik secara perorangan,
kelompok atau organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan
malakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan
reaksi yang dilakukan manusia ini dalam ilmu komunikasi disebut sebagai
tindakan komunikasi.13 Dalam istilah yang sederhana, komunikasi adalah proses
penyampaian pengertian anatar individu.14 Di era tatanan informasi baru (new
information order) kedudukan komunikasi yang semula dianggap “sepele”
menjadi sangat penting.15 Komunikasi adalah proses yang mana suatu ide
12
Facebook Forum Betawi Rempug (FBR) SEJABODETABEK, diakses pada 12 April 2010
5 T.A. Latief Rosyidi, Dasar-Dasar Rhetorika Komunikasi dan Informasi, (Medan, 1985). Cet ke-1, h. 48
14
Frazier Moore, Hubungan Masyarakat. Prinsip, Kasus dan Masalah. (Bandung: Rosda Karya, 1987)
15
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud
mengubah prilaku.16
Wilbrum Scrhamm memberikan predikat manusia sebagai The
Communication Animal, artinya tanpa komunikasi manusia akan jatuh derajatnya
pada tingkat yang rendah dalam kehidupan di dunia. Komunikasi merupakan
dasar dari eksistensi suatu masyarakat dan menentukan pula struktur
masyarakatnya. Hubungan antar manusia didasarkan pada komunikasi ini.
Komunikasi merupakan mekanisme ataupun alat dalam pengoperan rangsangan
yang memiliki arti dalam masyarakat.17
Apalagi jika individu tersebut melakukan komunikasi dalam sebuah
organisasi, yang notabennya organisasi merupakan kumpulan orang yang
memiliki tujuan yang sama dan tenaga kerja dalam sebuah organisasi tersebut
memiliki keragaman dalam hal gender, ras, dan etnis.
Komunikasi sangatlah penting dalam sebuah organisasi, dengan proses
komunikasi yang dilakukan setiap pekerja dalam sebuah organisasi akan
memudahkan pimpinan maupun bawahan saling mengetahui konsep-konsep,
perasaan-perasaan, dan harapan-harapan dari anggota organisasi. Hal ini juga
diorientasikan untuk menjaga stabilitas kinerja sebuah organisasi tersebut.
Dalam meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi, komunikasi menjadi
salah satu bagian penunjang keberhasilan dalam mencapai keberhasilan
organisasi. Komunikasi antara pegawai dalam sebuah organisasi bukan hanya
sekedar suatu proses tukar menukar pesan atau pendapat saja, akan tetapi
16
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005). h, 26
17
komunikasi itu merupakan suatu proses yang dapat mengubah pendapat, sikap dan
tingkahlaku kepegawaian dalam organisasi.
Pada tahun 1982 berdirilah suatu wadah yang diberi nama Badan
Musyawarah Masyarakat Betawi disingkat BAMUS Betawi. Organisasi ini
merupakan gabungan dari sejumlah organisasi kebetawian antara lain Ikatan
Warga Jakarta (IWARDA), Persatuan Masyarakat Muhammad Husni Thamrin
(PERMATA MHT), Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Persatuan Wanita
Betawi (PWB), Ikatan Keluarga Anak Jakarta (IKB ANDA), Kesatuan Mahasiswa
Betawi (KMB), Kerukunan Msyarakat Jakarta Asli dan lainnya.18
Dalam musyawarah besar BAMUS Betawi pada tahun 1990 organisasi ini
menyatakan diri sebagai mekanisme sentral19 masyarakat Betawi dalam berbagai
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan sebagai wadah
bermusyawarah masyarakat Betawi baik yang bergabung dalam organisasi
kemasyarakatan, yayasan, lembaga dan segenap potensi Betawi.20 Dibentuknya
BAMUS Betawi ini dilandasi oleh keinginan dari masyarakat Betawi sendiri
untuk meningkatkan citra dan posisi masyarakat Betawi pada kehidupan
bermasyarakat di tingkat nasional.
Badan Musyawarah (BAMUS) Betawi menjadi salah satu instansi yang
sangat penting guna meningkatkan dan membangun Jakarta, serta
mengembangkan budaya Betawi sebagai upaya pengkayaan khazanah budaya
bangsa dengan Lembaga Kebudayaan Betawi sebagai ujung tombaknya.21
18
Dewan Pengurus BAMUS Betawi, Hasil-Hasil Musyawarah Besar Badan Musyawarah Masyarakat Betawi, (Jakarta: 1990), h. 85
19
Mekanisme sentral adalah wadah yang mengkoordinir organisasi dibawahnya.
20
Dewan Pengurus BAMUS Betawi, Hasil-Hasil Musyawarah…., h 44-45
21
Sewajarnya Badan Musyawarah (BAMUS) Betawi memilki kinerja yang baik
dalam organisasinya, dan hal ini tidak terlepas dari peran ketua Badan
Musyawarah (BAMUS) Betawi dalam melaksanakan tugasnya memimpin para
pegawainya dalam menjalankan program-program Bamus Betawi dalam
meningkatkan dan membangun Jakarta. Misalnya setiap tahun Badan
Musyawarah (BAMUS) Betawi mempunyai program kegiatan “Lebaran Betawi”
yang mana bertujuan untuk melestarikan salah satu tradisi budaya Betawi. Dalam
kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat Betawi tetapi dihadiri oleh
masyarakat lain yang ikut berpatisipasi dalam kegiatan ini.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Komunikasi Organisasi Badan Musyawarah Masyarakat
Betawi pada Perayaan Lebaran Betawi.”
B. Pembatasan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Mengingat begitu luasnya pembahasan mengenai bentuk-bentuk
komunikasi, maka dalam penulisan skripsi ini hanya dibatasi pada bentuk
komunikasi BAMUS Betawi dalam perayaan Lebaran Betawi tahun 2008-2009.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan dirumuskan dalam kajian skripsi ini adalah: Bagaiamana bentuk komunikasi organisasi yang diterapkan BAMUS Betawi
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian dan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui
bentuk komunikasi organisasi Badan Musyawarah Masyarakat Betawi pada
perayaan Lebaran Betawi 2008-2009.
2. Manfaat Penelitian
a. Segi Teoritis
Sebagai bahan rujukan atau referensi tambahan bagi studi komunikasi
organisasi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya
komunikasi organisasi sosial kemasyarakatan. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dalam hal-hal
pembentukan organisasi pelajar yang akan datang.
b. Segi Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para aktivis
organisasi sosial kemasyarakatan dalam pengembangan organisasinya.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif analisis yakni suatu cara melaporkan data dengan
menerangkan, memberi gambaran dan mengkualifikasikan serta
menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya, setelah itu baru
Sengaja penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, karena pada
penelitian ini bertujuan meneliti kualitas komunikasi yang ada didalam organisasi
tersebut. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, penelitian ini diharapkan
dapat menghasilkan penelitian yang deskriptif mengenai permasalahan yang
dikaji, secara tersusun berdasarkan data dan prilaku-prilaku yang diamati.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian merupakan lembaga atau orang (informan) yang
sedang diteliti. Dalam hal ini yang dimaksudkan subyek dalam penelitian ini
adalah beberapa informan yakni wakil ketua umum Badan Musyawarah
Masyarakat Betawi, ketua 1 Badan Musyawarah Masyarakat Betawi, dan Wakil
sekertaris Jenderal umum II Badan Musyawarah Masyarakat Betawi. Adapun
objek penelitian adalah apa yang akan diteliti. Dalam hal ini objek dalam
penelitian ini adalah bentuk komunikasi organisasi Badan Musyawarah
Masyarakat Betawi pada Perayaan Lebaran Betawi.
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang peneliti gunakan adalah kantor organisasi
Badan Musyawarah Masyarakat Betawi yang berlokasi di jalan Suryopranoto No.
8 Jakarta Pusat sebagai tempat kegiatan yang dilakukan Badan Musyawarah
Masyarakat Betawi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Data-data awal akan dikumpulkan dari sejumlah sumber referensi
tertulis, baik berupa buku, artikel maupun sumber-sumber tulisan ilmiah lainnya
Data-data yang telah berhasil disimpulkan tersebut pada akhirnya akan
melalui proses analisis yang kemudian digabungkan hingga menjadi tulisan yang
tersusun dan siap dikaji secara lebih mendalam.
Sesuai dengan metodologi yang akan digunakan yakni penelitian
kualitatif, maka data akan dikumpulkan melalui:
a. Observasi, penulis berusaha mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatan langsung seperti mengamati dengan seksama apa-apa saja
dilakukan dan mengikuti aktivitas pegawai-pegawai Badan Musyawarah
Masyarakat Betawi secara langsung sehingga akan mendapatkan
data-data yang akurat serta dapat dijadikan bahan materi penelitian.
b. Wawancara, penulis berusaha mengumpulkan data dengan melakukan
wawancara dengan nara sumber terdiri dari Wakil Ketua Umum Badan
Musyawarah Masyarakat Betawi, Ketua 1 Badan Musyawarah
Masyarakat Betawi, dan Wakil Sekertaris Umum II Badan Musyawarah
Masyarakat Betawi. Jawaban dari wawancara tersebut dicatat atau
direkam dengan alat perekam (tape recorder).
c. Dokumentasi, sumber datanya adalah mengenai hal-hal yang terkait
dengan penelitian, baik berupa catatan, buku, atau berkas-berkas yang
ada dalam organisasi tersebut.
5. Sumber Data
a. Data Primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti.
Untuk itu pengumpulan data primer dilakukan dengan mengadakan
wawancara, observasi dan penelusuran dokumen yang akan dilakukan
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari buku-buku,
artikel dan bahan informasi lainnya yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
6. Teknik Analisa Data
Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan. Adapun metode yang penulis gunakan adalah menggunakan
metode analisis deskriptif, maksudnya adalah cara melaporkan data dengan
menerangkan, dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa
adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.
E. Tinjauan Kepustakaan
Dari pengamatan penulis di lingkungan UIN Jakarta, khususnya Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, jurusan Komunikasi Penyaiaran Islam
penulis belum menemukan penelitian mengenai “Bentuk Komunikasi Organisasi
Badan Musyawarah Masyarakat Betawi pada Perayaan Lebaran Betawi.” Peneliti
hanya menemukan tiga bentuk penelitian yang menggunakan kata komunikasi
organisasi dalam judul penelitiannya, di antaranya dilakukan oleh Shifaan
Imanuddin. Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan judul penelitian “Hubungan Komunikasi Organisasi Dengan peningkatan
Kinerja Pegawai di MTs Pembangunan UIN Jakarta”, yang penelitian ini
dilakukan pada tahun 2007, pembahasan skripsi ini hanya mengukur peningkatan
kinerja pegawai. Hayustiro Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul penelitian “Komunikasi Organisasi Di Badan
tahun 2008, skripsi ini menjelaskan terhadap penggunaan media dan non media
dalam sebuah organisasi. Eska Ariyati. Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul penelitian “Komunikasi Organisasi
Dalam Pengembangan Kepemimpinan di SMU Muhamdiah 4 Jakarta”, yang
penelitian ini dilakukan pada tahun 2009. Skripsi ini menjelaskan metode dan
materi untuk mengembangkan kepemimpinan para anggota Ikatan Pelajar
Muhamdiyah. Dari pengamatan mengenai tiga bentuk penelitian mengenai
komunikasi organisasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa UIN Jakarta
terdahulu, lebih menekankan terhadap bentuk efek dari hubungan dua bentuk
variabel dan menekankan pada penggunaan media, namun belum adanya
penelitian mengenai perayaan Lebaran Betawi dalam sebuah organisasi.
Tinjauan tersebut tampaknya masih memungkinkan bagi penulis untuk
menulis skripsi berjudul “Bentuk Komunikasi Organisasi BAMUS Betawi pada
Perayaan Lebaran Betawi”.
F. Sistematika Penulisan
BAB 1 Pendahuluan
Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustakaan, Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Pengertian Komunikasi Organisasi, Fungsi Organisasi,
Lahirnya Lebaran Betawi, Tujuan Pelaksanaan Lebaran
Betawi, Agenda Utama Lebaran Betawi.
BAB III Gambaran Umum Organisasi BAMUS Betawi
Latar Belakang Sejarah Berdirinya BAMUS Betawi, Visi
dan Misi BAMUS Betawi, Tujuan BAMUS Betawi,
Struktur Organisasi BAMUS Betawi, Program Kerja
BAMUS Betawi.
BAB IV Lebaran Betawi: Bentuk Komunikasi Organisasi BAMUS Betawi dalam Perayaan Lebaran Betawi.
Bentuk Komunikasi Internal BAMUS Betawi, Bentuk
Komunikasi antara BAMUS Betawi dengan Ormas-Ormas
Betawi, Bentuk Komunikasi Bamus Betawi dengan Panitia
Pelaksana dan Masyarakat, Bentuk Komunikasi BAMUS
Betawi dengan Pemerintahan Daerah DKI Jakarta.
BAB V Penutup
A. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
Menurut Onong Uchyana Effendy, pengertian komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahukan atau merubah sikap, pendapat atau prilaku, baik langsung secara
lisan maupun tak langsung melalui media.22 Sedangkan pengertian organisasi
adalah kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai
tujuan bersama.23
Komunikasi menurut istilah yaitu proses kegiatan manusia yang
diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat,
bunyi-bunyian dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh orang
lain.24 Ahli komunikasi Katz dan Khan menegaskan bahwa komunikasi adalah
suatu proses sosial yang mempunyai relevansi terluas didalam memfungsikan
setiap kelompok, organisasi atau masyarakat.25
Organisasi menurut Everett Rogers adalah suatu sistem individu
yang stabil yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama lewat
suatu struktur hirarki dan pembagian kerja.26 Sedangkan Sondang P. Siagian
menyatakan organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau
lebih yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, dan terikat secara formal
22
Onong Uchyana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), Cet. Ke-4 h.4
23
Onong Uchyana Effendy, Dinamika……, h. 803.
24
YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 1998), h. 69.
25
Daniel Katz dan Robert L. Khan, The Social Psychology of Organization (New York: Wiley, 1996), h. 223.
26
Mifta Thoha, Prilaku Organisasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Cet Ke-13, h. 162.
dalam satu ikatan hirarki di mana selalu terdapat hubungan antara seseorang atau
sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang
yang disebut bawahan.27
Oganisasi juga dapat disebutkan sebagai sekumpulan orang yang
tunduk pada kesepakatan bersama untuk mengadakan kerjasama dan interaksi
guna mencapai tujuan bersama, dalam rangka keterbatasan sumberdaya manusia
dan sumber materil.
Pengertian komunikasi organisasi menurut ahli komunikasi
Redding dan Sanborn seperti dikutip Arni Muhammad mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam
organisasi yang kompleks.28
Sedangkan Zelko dan Dance seperti dikutip Arni Muhammad
mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang paling
tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.29
Kemudian bersama Lesikar, mereka menambahkan satu dimensi lagi dari
komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi diantara sesama anggota
organisasi yang berupa pertukaran secara informasi mengenai informasi dan
perasaan diantara sesama anggota organisasi.
Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli komunikasi
mengenai pengertian dari komunikasi organisasi ini tetapi ada beberapa hal yang
secara umum dapat disimpulkan yaitu:
27
Sondang P. Siagian, Peranan Taf dan Management (Jakarta: Gunung Agung, 1976), Cet Ke-1, h. 20.
28
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet Ke-8, h. 65.
29
a) Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks
yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.
b) Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.
c) Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,
hubungannya dan keterampilan/skilnya.
Komunikasi sangat berperan dalam suatu organisasi. Karena
organisasi itu sendiri merupakan sekumpulan orang-orang yang selalu
membutuhkan berkomunikasi dengan sesama anggota organisasi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Apabila ditinjau dari segi proses pencapaian tujuan, akan
terlihat dengan sangat jelas bahwa komunikasi yang efektif menunjukkan
pengaruh yang sangat besar dan bahkan bersifat menentukan.30
Untuk membedakan komunikasi organisasi dengan komunikasi
yang ada di luar komunikasi adalah struktur hirarki yang merupakan karakteristik
dari setiap organisasi. Kalau dalam organisasi dikenal adanya susunan organisasi
formal dan informal, maka komunikasinya pun dikenal dengan komunikasi formal
dan informal. Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal
yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Adapun komunikasi
informal, arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak
masing-masing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut.31
2. Fungsi Organisasi
Organisasi mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah:
a. Memenuhi Kebutuhan Pokok Organisasi
30
Sondang P. Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi (Jakarta: Gunung Agung, 1985), Cet Ke-3, h. 109.
31
Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing
dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Kadang-kadang
beberapa organisasi memerlukan barang-barang yang berharga, tenaga
kerja yang rajin dan terampil, gedung yang bersih dan lengkap
peralatannya. Semua ini merupakan tanggung jawab anggotalah yang
membantu organisasi dalam menentukan barang-barang yang
diperlukan.32
b. Mengembangkan Tugas dan Tanggung Jawab
Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar
etis tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar
masyarakat dimana organisasi itu berada. Standar ini memberikan
organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh para
anggota organisasi, baik itu ada hubungannya dengan produk yang
mereka buat maupun tidak. Selain adanya tanggung jawab yang karena
adanya standar yang perlu diikuti ada pula tanggung jawab yang
diberikan oleh pemerintah berupa undang-undang.33
c. Memproduksi Barang atau Orang
Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau
orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai
produknya masing-masing. Efektivitas proses produksi banyak
tergantung kepada ketepatan informasi. 34
32
Arni Muhammad, Komunikasi…, h. 32
33
Arni Muhammad, Komunikasi…, h. 33
34
Orang-orang dalam organisasi harus mendapatkan dan
mengirimkan informasi kepada bagian-bagian yang memerlukannya
sehingga aktivitas organisasi berjalan dengan lancar. Penyampaian dan
pemeliharaan informasi memerlukan proses komunikasi. Oleh karena itu
informasi juga tergantung kepada keterampilan berkomunikasi.35
d. Mempengaruhi atau dipengaruhi orang
Sebenarnya suatu organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang
membimbing, mengelola, mengarahkan dan menyebabkan pertumbuhan
organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru, program baru dan arah
yang baru.36
Orang sebagai anggota organisasi maupun sebagai pemakai jasa
organisasi, dipengaruhi oleh organisasi. Sebaliknya organisasi juga
dipengaruhi oleh orang. Suksesnya suatu organisasi tergantung kepada
kemampuan dan kualitas anggotanya dalam melakukan aktivitas
organisasi.
Agar suatu organisasi dapat terus berkembang organisasi
hendaknya memilih anggota organisasi yang diperlukannya yang
mempunyai kemampuan yang baik dalam bidangnya dan juga
memberikan kesempatan kepada seluruh anggota untuk mengembangkan
diri mereka masing-masing.37
3. Bentuk-Bentuk Komunikasi Organisasi
Komunikasi dalam organisasi tidak terlepas dari bentuk komunikasi
internal dan komunikasi eksternal. Betapa pentingnya komunikasi internal dalam
35
Arni Muhammad, Komunikasi…, h. 33
36
Arni Muhammad, Komunikasi…, h. 34
37
membina manusia dalam suatu organisasi, dimana masing-masing individu
anggota organisasi memiliki berbagai kepentingan, namun menjadi suatu kesatuan
dengan adanya kepentingan bersama.
Deddy Mulyana, menawarkan lingkup kajian berkomunikasi
organisasi sebagai berikut: komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi,
bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang
lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering kali
melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antar pribadi, dan ada kalanya
juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur
organisasi, yakni komunikasi kebawah, komunikasi keatas dan komunikasi
horizontal. Sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur
organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gossip.38
a. Komunikasi Internal
Komunikasi internal adalah pertukaran gagasan diantara para
administrator dan karyawan mereka dalam suatu perusahaan atau jawatan
tersebut, lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi), dan pertukaran
gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam suatu perusahaan atau
jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan
manajemen).
Atau penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan
yang terjadi di dalam suatu ruang lingkup organisasi yang berstruktur.
38
a) Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal terdiri dari downward communication dan
upward communication. Downward communication adalah informasi
yang berlangsung secara formal dari seseorang yang memiliki wewenang
atau kedudukan lebih tinggi (atasan) kepada orang lain yang
kedudukannya lebih rendah (bawahan).
Upward communication adalah komunikasi yang mengalir dari
tingkat bawah ke tingkat atas sebuah organisasi, dan mencakup kotak
saran, pertemuan kelompok dan prosedur keluhan.
b) Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunkasi yang mengalir melintas
berbagai fungsi dalam organisasi.39 Bentuk komunikasi ini diperlukan
untuk mengkoordinasi berbagai fungsi organisasi.
Komunikasi horizontal adalah berbagai informasi diantara
rekan sejawat dalam unit pekerjaan yang sama.40
c) Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi saling melintasi fungsi
dan tingkat dalam organisasi. Hal ini penting dalam situasi dimana
anggota tidak dapat berkomunikasi lewat saluran ke atas, ke bawah, atau
pun horizontal.
Dimensi komunikasi internal dapat diklafikasikan menjadi dua jenis,
yakni:
39
FX Suwarto, Prilaku Keorganisasian (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atmajaya, 1999), h. 83.
40
1) Komunikasi Interpesonal
Komunikasi interpersonal yaitu proses pertukaran informasi diantara
seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang
yang dapat langsung diketahui balikannya.
Redding mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi
reaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.41
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.42
Komunikasi antar pribadi ialah komunikasi yang berlangsung antar dua
orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace
(1979) seperti dikutip Hafied Cangara bahwa “Interpersonal Communication is
communication involing two or more people in face to face setting”.43
2) Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung
antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotanya saling
berinteraksi satu sama lainnya.44
Menurut Shaw (1976) ada enam cara untuk mengidenfikasi suatu
kelompok. Berdasarkan hal itu kita bias mengatakan bahwa komunikasi kelompok
kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain,
memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa
tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka.
41
Arni Muhammd, Komunikasi..., h. 159.
42
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi... h. 81.
43
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 32.
44
Jika salah satu dari komponen ini hilang individu yang terlibat tidaklah
berkomunikasi dalam kelompok kecil.45
b. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pimpinan organisasi
dengan khalayak di luar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri dari dua
jalur secara timbal balik, yakni komunikasi dari organisasi kepada khalayak
dan dari khalayak dengan organisasi.
a) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak
Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada
umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa
sehingga khalayak merasa ada keterlibatan, setidak-tidaknya ada
hubungan batin. Kegiatan ini sangat penting dalam usaha
memecahkan masalah jika terjadi tanpa diduga.
b) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan
umpan balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan
oleh organisasi. Jika informasi yang disebarkan kepada khalayak itu
menimbulkan efek yang sifatnya kontrofesial (menyebabkan adanya
pro dan kontra dikalangan khalayak), maka disebut opini publik.
Opini publik sering kali merugikan organisasi, karena harus
diusahakan agar segera dapat diatasi, dalam arti kata tidak
menimbulkan permasalahan.
45
B. Lebaran Betawi
1. Pengertian dan Sejarah Lahirnya Lebaran Betawi 1.1 Pengertian Lebaran Betawi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata
“lebaran” sebagai “hari raya ummat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawwal
setelah menjalankan ibadah puasa di bulan sebelumnya (Ramadhan)”. Hari raya
ini disebut dengan Idul Fitri, sedangkan lebaran besar adalah istilah untuk
menandai hari raya Idul Adha atau disebut juga Lebaran Haji.46
Dalam tradisi masyarakat Betawi dikenal ada istilah lebaran, yakni
Lebaran Idul Fitri, Lebaran Haji (Idul Adha) dan Lebaran Yatim yang dirayakan
setiap tanggal 10 Muharam. Dari ketiga istilah tersebut dikenal juga lebaran ala
Betawi. Lebaran ini sejatinya cuplikan Lebaran Idul Fitri. Cuplikannya memiliki
ciri khas hantaran dan antaran. Hantaran dan antaran adalah sebuah tradisi
memberikan hadiah dari seorang anak kepada orang tua, adik kepada kakak
(abang atau mpok), murid kepada guru, intinya dari yang lebih muda kepada yang
lebih tua. Hadiah atau pemberian bisa berupa makanan tradisional Betawi, seperti,
wajik, dodol, uli, geplak dan lain-lain.47
Sebagian kelompok orang jawa beranggapan istilah “lebaran”
berasal dari ungkapan bahasa Jawa “wis bar (sudah selesai)”, maksudnya sudah
selesai menjalankan ibadah puasa. Kata “bar” sendiri adalah bentuk pendek dari
kata “lebar” yang artinya “selesai”. Bahasa Jawa memang suka memberikan
akhiran “an” untuk suatu kata kerja. Misalnya asal kata “bubar” yang diberi
akhiran “an” menjadi “bubaran” yang umumnya menjadi berkonotasi jamak. Kata
46
Muhammad Salahuddien, “Istilah Seputar Lebaran”, http://netSain.com. Diakses pada 12 April 2010.
47
“bubar” sendiri adalah bentuk populer atau rendah dari kata “lebar”. Seperti
diketahui Bahasa Jawa mengenal tingkatan bahasa yang berbeda dan berlaku
untuk kelompok masyarakat tertentu. kata “bubar” dan “lebar” maknanya sama,
tetapi kata “bubar” digunakan oleh masyarakat awam, sedangkan kata “lebar”
digunakan oleh para priyayi (bangsawan), sebagai istilah yang lebih halus atau
sopan.48
Jadi ungkapan “wis bar” bentuk singkat ungkapan “wes bubar”
yang berlaku untuk masyarakat awam. Sedangkan ungkapan “sampun lebar”
digunakan oleh golongan mayarakat yang lebih tinggi tingkatan sosialnya.
Selanjutnya kata “lebar” diserap ke dalam Bahasa Indonesia dengan akhiran “an” ,
sehingga menjadi istilah umum yang kita kenal sekarang yaitu “lebaran”. Artinya
perayaan secara bersama dengan handai taulan setelah selesai menjalankan ibadah
puasa. Namun yang banyak menggunakan istilah “lebaran” adalah masyarakat
Betawi. Menurut masyarakat Betawi istilah “lebaran” berasal dari kata “lebar”
yang maknanya “luas” yaitu sebagai gambaran keluasan hati setelah keberhasilan
menuntaskan ibadah selama bulan suci Ramadhan dan kegembiraan dalam
menyambut perayaan hari kemenangan dan karena bersilaturahim dengan sanak
saudara dan handai taulan.49
Pada bulan syawwal banyak dilakukan ritual budaya “lebaran”
yaitu berkumpulnya handai taulan untuk saling memaafkan yang umumnya
diselenggarakan melalui acara yang dirayakan secara besar-besaran mengundang
sebanyak–banyaknya kerabat atau kelompok-kelompok pergaulan masyarakat.
48
Muhammad Salahuddien, “Istilah Seputar Lebaran”, http://netSain.com. Diakses pada 12 April 2010.
49
Bahkan bagi kalangan pejabat atau pemimpin tokoh masyarakat dikenal istilah “
open house” dimana setelah sholat Idul Fitri para pemuka masyarakat dan seluruh
anggota keluarganya bersiap diri di rumah untuk menerima kunjungan anak buah,
relasi dan masyarakat umum. Tujuannya sekedar bersalam-salaman,
bermaaf-maafan.
Dari segi budaya, lebaran dimaknai sebagai kesempatan untuk
silaturahim, saling memaafkan dan mempererat pertalian kekeluargaan serta
kekerabatan yang ini diyakini akan mampu menciptakan keharmonisan dan
meningkatkan kerukunan diantara sesama di dalam masyarakat. Upaya ini
dipahami karena suku bangsa Indonesia memang amat erat persaudaraannya.
Sehingga momentum “lebaran” dipandang sebagai suatu tuntunan ajaran agama,
bagian dari ritual sekaligus sarana melestarikan budaya.
1.2 Sejarah Lebaran Betawi
Menurut JJ Rizal lebaran secara umum terjadi pada tahun 1929 di
lapangan pergerakan politik nasional banyak terjadi kekalutan karena kerisis
ekonomi dunia yang dampaknya sampai ke Hindia Belanda begitu
menyengsarakan rakyat dan pemerintah Hindia Belanda malah menerapkan
peraturan yang semakin menambah kesengsaraan rakyat. Sementara itu Politieke
Inlichtingendienst (PID) atau Dinas Intelejen Politik merajalela membungkam
kaum pergerakan. Hindia Belanda menjadi Politie Staat atau Negara Polisi.50
Dalam situasi krisis ekonomi dan politik pergerakan nasional itulah
lebaran tahun 1929 dijadikan momentum politis. Java Bode di halaman muka
memberitakan umat Islam di Jakarta untuk pertama kali mengadakan sembahyang
50
Idul Fitri di lapangan terbuka koningsplein (Gambir). Selain merupakan
perlambangan kepercayaan akan filosofi doa perlu di samping ikhtiar ekonomi
dan politik, para tokoh pergerakan nasional menjadikannya momentum bertemu
dan menguatkan semangat rakyat, sekaligus menghayati deritanya. Semoga
lebaran menghantar rakyat Indonesia sampai di ujung menang dan sejahtera lahir
batin. Membawa kemasa depan yang baik. Tidak itu saja, sebagai simbolisasi
keinginan zaman baru, rakyat mengganti kartu lebaran yang beredar pertama kali
tahun 1927 dengan gambar orang berperahu sambil mengibarkan bendera Belanda
dengan desain baru yang lebih sesuai semangat zaman.51
Ridwan Saidi dalam orang Betawi dan Mordernisasi Jakarta
meriwayatkan bahwa koningsplein menjadi pusat sholat Id di Jakarta sampai
dengan penduduk Jepang ketika lapangan itu berganti nama menjadi Ikada. Tahun
1942, kemenangan yang diharapkan memang hadir. Belanda dilibas lars militer
Jepang dan Indonesia jatuh ke tangan “saudara tua”. Namun belum merupakan
kemenangan yang sempurna. Seperti ditelaah oleh Harry J Belanda dalam Bulan
Sabit dan Matahari Terbit bahwa sang saudara tua bukan saja penuh sikap
militeristik, tetapi juga menerapkan politik agama yang tak jarang bikin naik
pitam. Contohnya adalah Jepang mengimbau agar sholat Id diadakan di pagi buta
persis selesai subuh, sebab sebelum matahari terbit Jepang akan bikin upacara
sekerel (sembah matahari) di lapangan yang sama. Saat itulah rakyat kehilangan
puncak wahana sosial-politik-budaya yang mengikat secara khidmat para
pemimpin untuk menghayati penderitaan rakyat.52
51
JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 6
52
Tetapi setelah tiga setengah tahun sudah dijajah Jepang,
kemenangan pun menyempurnakan dirinya. Jumat 17 Agustus 1945 di bulan
puasa, Proklamasi Kemerdekaan dibacakan dwitunggal Soekarno-Hatta. Sebagai
tanda syukur dan bukan saja kelak dalam preambule UUD 45 disebut
kemerdekaan atas berkat rahmat Tuhan panitia Proklamasi Kemerdekaan RI pun
merencanakan sholat Id di halaman gedung Proklamasi. Tetapi, balatentara Dai
Nippon melakukan penjagaan ketat di sekitar gedung bersejarah itu. Sholat Id
akhirnya diadakan di Jalan Raya Pegangsaan Timur Nomor 17.53
Di zaman liberal, sholat Id dilaksanakan di lapangan Banteng.
Setelah di tengah lapangan berdiri monumen pembebasan Iran Barat, maka sejak
itu sholat Id terpencar diberbagai lapangan dan mesjid yang ada di Jakarta.
Istilah lebaran banyak dipopulerkan orang Betawi, tetapi istilah itu
tidak begitu saja ditinggalkan ketika ibukota RI diungsikan dari Jakarta ke
Yogjakarta pada akhir tahun 1945. Belanda yang kembali masuk ke Indonesia dan
rasa ingin menjajah lagi dengan menebeng rombongan Sekutu memperhebat
suasana revolusi. Revolusi itu menghebat karena perbedaan pendapat antar
tokoh-tokoh revolusi itu sendiri. Brosur kontra brosur dikeluarkan oleh masing-masing
tokoh yang ingin agar revolusi berjalan sebagaimana keinginan kelompoknya.
Keadaan memprihatinkan rakyat terjepit.54
Sejumlah tokoh di bulan puasa 1946 menghubungi Bung Karno.
Meminta agar ia sedia di hari raya yang jatuh pada bulan Agustus itu,
mengadakan perayaan lebaran dengan mengundang seluruh komponen revolusi
yang pendirian politiknya beraneka macam dan kedudukannya di dalam
53
JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 6
54
mayarakat pun berbeda-beda. Biar lebaran menjadi ajang saling memaafkan dan
memaklumi serta menerima keragaman bukan sebagai laknat, tetapi rahmat,
seraya sadar bahwa musuh adalah kolonialis Belanda yang menjajah kembali dan
jangan rakyat dibiarkan tersia-sia hidupnya oleh lilitan kesusahan akibat revolusi.
Semoga di hari kemenangan Tuhan bimbing RI sampai di ujung menang. Bung
Karno setuju lebaran jadi ajang menggalang potensi solidaritas nasional.55
Menurut Ridwan Saidi itulah detik tanggal lahirnya lebaran. Istilah
dari bahasa Arab yang diracik sendiri oleh para pendiri RI sebagai perhelatan
menghalalkan perbedaan, tapi kukuh dalam satu kebersamaan. Ketika lebaran
tiba, di istana Yogyakarta diselenggarakan lebaran sebagai symbol kokohnya
semangat Yogya 45.56
Menurut Amarullah Asbah, wakil ketua umum BAMUS Betawi
periode V, Mengatakan bahwa Lebaran Betawi ini secara sosiologis adalah orang
Betawi tidak lagi menjadi komunitas yang utuh karena orang Betawi tersebut
sudah banyak yang sudah bermencar, tetapi tetap ada keinginan untuk saling
berjumpa. Bagi orang Betawi yang paling ideal untuk berjumpa pada saat lebaran.
Sedangkan secara filosofis saling maaf-memaafkan merupakan bagian penting
dari seremonialnya lebaran, dalam kaitan prilaku sosial yang mempunyai
muatan-muatan filosofis orang Betawi. Mereka akan berbahagia apabila bertemu dengan
orang yang dituakan dan juga bisa bertemu dengan pemimpin mereka. Jadi ada
konsepsi kebahagiaan yang terpenuhi di dalam penyelenggaraan perayaan
Lebaran Betawi. Secara arsip ekonomi lebaran yang standar adalah dari rumah ke
rumah, yang muda cium tangan kepada yang tua. Tanpa adanya dukungan orang
55
JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 7
56
yang berjualan tidak mungkin Lebaran Betawi itu jadi ramai, jadi dalam hal ini
kita gerakan potensi ekonomi orang Betawi.57
2. Tujuan Lebaran Betawi
Menurut Amarullah Asbah, wakil ketua BAMUS Betawi
mengatakan tujuan dari lebaran betawi itu antara lain:
a) Lebaran Betawi menjadi wadah silaturahmi mempererat
persatuan dan kesatuan khususnya warga Betawi dan umumnya
seluruh warga negara Indonesia.
b) Mengangkat kembali nilai-nilai luhur yang positif budaya
Masyarakat Betawi agar tetap terjaga, terpelihara dan di tengah
globalisasi seperti saat ini.
c) Menjadikan kegiatan Lebaran Betawi sebagai upaya untuk
meningkatkan, melestarikan, mengembangkan serta menggali
potensi kekayaan budaya Betawi yang selama ini belum
tersosialisasikan kemasyarakatan secara umum serta menjadi
potensi sektor pariwisata DKI Jakarta.
d) Mengangkat kesadaran masyarakat akan pentingnya tradisi dan
budaya sebagai salah satu aset yang paling berharga di dunia,
melihat fenomena banyaknya kesenian dan hasil karya tradisional
dicaplok satu-persatu oleh negara luar.
e) Mampu memberikan dampak positif secara ekonomi, pendidikan,
politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan negara kesatuan
republik Indonesia.
57
f) Momentum ini dimasa mendatang menjadi salah satu program
unggulan Pariwisata Propinsi DKI Jakarta yang mampu
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor
pariwisata.58
3. Agenda Utama Lebaran Betawi
Perkembangan kota Jakarta sebagai ibu kota Negara dengan segala
aspek pembangunan dan modernisasinya yang berjalan amat cepat, menuntun
keahlian professional yang mungkin masih belum terkejar oleh
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh sebagian besar orang Betawi. Bagaimanapun
Islam sendiri masih tetap digunakan untuk menentukan hasil-hasil penting dalam
lingkar kehidupan.59
Islam adalah salah satu identitas bagi orang Betawi. dan sebagian
tata cara dan adat istiadat pada masyarakat Betawi sudah ada sejak dahulu dan itu
sudah mendarah daging sehingga terasa ganjil, jika orang Betawi tidak
melaksanakan upacara itu dalam kehidupannya. Pada upacara tersebut terkandung
nilai-nilai religius yang mengajarkan agar manusia senantiasa harus bersyukur.
Berbuat saling tolong menolong, manusia yang tidak bersyukur atinya sombong
dan dibenci oleh Tuhan.
Menurut H. Amarullah Asbah, wakil ketua umum BAMUS Betawi
periode V, mengatakan bahwa lebaran Betawi akan menjadi agenda tahunan di
Jakarta dan lokasi acara akan berpindah-pindah. Kegiatan ini juga sekaligus untuk
mempromosikan dunia pariwisata Jakarta di level nasional maupun internasional.
58
Amarullah Asbah, Wakil Ketua Umum BAMUS Betawi periode V, Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 4 Maret 2010
59
Lebaran Betawi ini harus teragenda dari tahun ke tahun berkesinambungan sampai
hari kiamat.60
Oleh karena itu agenda utama dari Lebaran Betawi disajikan tiga hal
yakni: Pertama, penampilan budaya khas Betawi seperti atraksi budaya Betawi
anatara lain: Tanjidor61, Gambang Kromong, Keroncong Jakarta, Wayang Kulit
Betawi, Orkes Melayu, Lenong62, Ondel-Ondel. Kebudayaan menurut
Koentjaraningrat, budaya merupakan asal kata dari bahasa Sansekerta yaitu
merupakan “Budhi” atau “Akal” dan mengambil kata dasar tersebut maka
kebudayaan dapat diartikan sebagai semua bentuk perwujudan kemampuan akal.
Di sini tak ada perbedaan anatar budaya dan kebudayaan, dalam istilah
antropologi-budaya, kata budaya di sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan
saja dari kebudayaan dengan arti yang sama.63
Masyarakat dan budaya Betawi itu sudah ada dari semula jadi
(sononye), yaitu dari sebelum kedatangan orang-orang Cina, Hindu, Islam, Eropa
dan orang-orang Nusantara di luar daerah Jakarta, karena Betawi itu sendiri sudah
ada paling sedikit sejak 15 abad tahun yang lalu, pendapat ini diperkuat oleh
60
Amarullah Asbah, Wakil Ketua Umum BAMUS Betawi periode ke V, Wawancara pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 4 Maret 2010
61
Tanjidor adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup, alat-alat-alat-alat musik gesek dan alat-alat-alat-alat musik perkusi. Biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan disuatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya sebuah orkes. http://www.id.wikipedia.org
62
Lenong adalah kesenian tradisional Betawi. Lenong mulai berkembang akhir abad ke-19. sebelumnya masyarakat mengenal komedi stambul dan teater bangsawan. Komedi stambul dan teater bangsawan dimainkan oleh bermacam suku bangsa dengan menggunakan bahasa Melayu. Orang Betawi meniru pertunjukan itu. Hasil pertunjukan mereka kemudian disebut lenong. Lenong diiringi musik gambang kromong, dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyan, dan sukong. Lakon atau sekenario lenong umunya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan pembuatan tercela. http://www.id.wikipedia.org
63
temuan-temuan aekeologis, seperti gerabah-gerabah dan alat-alat produksi di
Kalapa Dua, Condet, dan Kali Ciliwung.64
Budaya sendiri terbentuk dari hasil cipta, rasa dan karsa serta sikap
kata perbuatan orang-orang atau suatu masyarakat setempat, dan tersusun menjadi
suatu kebiasaan dari system hidup. Orang dan masyarakat Betawi itu memiliki
keunggulan budaya kompetitif dan keunggulan budaya komperatif yang banyak
dikalangan umum, banyak yang tidak mengetahuinya, sekalipun orang dan
masyarakat Betawi itu sendiri.65 Adapun keunggulan budaya Betawi yaitu:
1. Keunggulan budaya kompetitif, adalah keunggulan milik orang dan
masyarakat Betawi yang tercermin pada sikap, kata dan perbuatan
yang khas dan unik.
2. Keunggulan budaya komperatif, adalah keunggulan milik orang dan
masyarakat Betawi yang terletak pada sifat-sifat istimewa, yang
secara tradisional turun-menurun dan melekat pada diri orang dan
masyarakat Betawi itu sendiri. Dan keistimewaannya, yaitu sifat
religius, sifat silih asih, asuh dan asah, sifat demokratis dan sifat
terbuka.
Memang tidak menutup kemungkinan bahwa kedatangan
orang-orang Asing, dan Nusantara sendiriyang masuk ke wilayah Administratif Jakarta,
membawa bahasa, agama, adat-istiadat masing-masing dan berbaur dengan
masyarakat Betawi secara tidak langsung terjadinya percampuran atau asimilasi di
64
Ridwan Saidi, Warisan Budaya Betawi, (Jakarta: LSIP & Pemda dan DKI Jakarta, 2000), h. 13
65
antara mereka, dan secara tidak langsung telah memberi warna pada kebudayaan,
kesenian masyarakat Betawi itu sendiri.
Kedua, sajian ekonomi, yaitu menampilkan kuliner tataboga Betawi
seperti jenis makanan dan minuman yang disajikan dalam bazar. Dalam sajian
ekonomi ini orang Betawi dapat membuka stand untuk berjualan beraneka khas
dari Betawi antara lain: nasi uduk, nasi ulam, nasi kebuli, nasi goreng, ketupat
sayur, sayur asem, sayur sop, sayur lodeh, sayur laksa, gado-gado, asinan, semur
jengkol, urap, opor, bir peletok, cendol, bandrek, es doger, kopi jahe, es buah,
kerak telor, dodol, geplak dan wajik. Dari dagangan tersebut mereka dapat
memperoleh keuntungan yang besar karena dagangan mereka habis dibeli oleh
masyarakat yang hadir dalam acara lebaran Betawi.66
Ketiga, pergelaran yang bernuansa politik adalah untuk kompak
menyatukan potensi dari latar belakang partai yang hadir diharapkan dalam
bicaranya satu yaitu Lebaran Betawi dengan tidak membeda-bedakan partai yang
ada67. Dari segi momentum, lebaran tahun 2009 mempunyai arti penting, karena
diselenggarakan tidak lama setelah sebagian besar warga negara Indonesia
mengikuti Pemilihan Umum, yang walaupun berlangsung dengan damai, aman
dan lancar, tetapi sedikit banyak telah mempengaruhi hubungan antar masyarakat,
baik individual ataupun kelompok. Pada lebaran Betawi ini masyarakat dapat
berlebaran dan bertemu dengan para pemimpinnya seperti Gubernur dan wakil
gubernur dan lain-lain. Jadi ada kesempatan untuk bisa bertemu dengan
pemimpinnya, dan ada konsepsi kebahagiaan yang terpenuhi di dalam
66
Amarullah Asbah,Wakil Ketua Umum BAMUS Betawi periode V, Wawancara
Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 4 Maret 2010
67
penyelenggaraan Lebaran Betawi. Gubernur Fauzi Bowo, dalam lebaran Betawi
ini secara simbolis menerima hadiah dari para walikota beserta jajarannya. Upaya
ini sebagai wujud pelestarian tradisi hantaran dan antaran warga Betawi.
Kemudian, gubernur dengan didampingi ketua BAMUS Betawi dan para pejabat
lainnya mengunjungi segala stand yang menyajikan makanan atau jajanan,
pakaian serta pernak-pernik Betawi.68
68
BETAWI
A. Latar Belakang Sejarah Beririnya BAMUS Betawi
Menurut pengamat politik Arbi Sanit dalam makalahnya yang
disampaikan pada seminar “Hak Politik Putera Daerah” salah satu upaya untuk
mewujudkan hak politik kaum Betawi dalam mencapai posisi kepemimpinan di
pemeritahan daerah adalah penguatan organisasi kaum Betawi.
Penguatan organisasi kaum Betawi di sini tentunya bukan dimaksudkan
sebagai sentralisasi kekuasaan organisasi kelompok dan golongan komunitas
Betawi, tetapi untuk menumbuhkan kemampuan dan kemandirian segenap
organisasi yang terbentuk untuk selanjutnya bekerja sama di dalam suatu jaringan
komunikasi berupa forum. Melalui jaringan komunikasi inilah visi dan misi
komunitas Betawi dibangun dan disosialisasikan kepada segenap warga. Tentunya
jaringan komunikasi ini bukan dimaksudkan untuk memagar diri dari masyarakat
lainnya di Jakarta, tetapi dimanfaatkan sebagai mekanisme untuk menggalang
kerjasama yang saling menguntungkan.69
Sejumlah organisasi kebetawian bermunculan pada masa Orde Baru.
Organisasi-organisasi yang turut menambah jumlah organisasi kebetawian yang
ada sebelumnya, tidak terlepas dari longgarnya rasa solidaritas etnis, karena pada
saat itu masyarakat Betawi belum terstruktur secara ketat.70
69
Arbi Sanit, Makalah Seminar Hak Politik Putera Daerah, Lemabag Studi Informasi Pembangunan, 11 September 1999, h. 5
70
Arsani, Ketua I BAMUS Betawi periode V, Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 3 Maret 2010.