PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN
LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
EKA KHAIRUNNISA ZUL
087017010/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
S
E
K O L A
H
P A
S C
A S A R JA
N
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN
LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
EKA KHAIRUNNISA ZUL
087017010/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP
PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Eka Khairunnisa Zul Nomor Pokok : 087017010
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof. Moenaf Hamid Regar, M.Sc, Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Telah diuji pada
Tanggal : 10 September 2009
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Moenaf Hamid Regar, M.Sc, Ak Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan pengujian terhadap pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba di masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan temuan empiris mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba di masa yang akan datang.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan random sampling sebanyak 86 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2007. Teknik pengumpulan data dengan teknik dokumentasi laporan keuangan perusahaan manufaktur yang di download dari www.idx.co.id. Teknik analisa data dengan menggunakan model analisis regresi berganda, metode pembuatan model regresi menggunakan metode stepwise. Dianalisis 15 rasio keuangan untuk diketahui hubungan linearnya dengan perubahan laba satu dan dua tahun yang akan datang. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba maka dilakukan uji signifikan dengan uji t, uji F dan uji Adjusted R Square.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini ditemukan sembilan rasio keuangan yang terbukti signifikan memiliki pengaruh terhadap perubahan laba di masa yang akan datang. Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Working Capital to Net Sales, Current Ratio, Return On Assets, Gross Profit to Net Sales, dan Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap perubahan laba di masa satu tahun yang akan datang. Working Capital to Total Assets, Return On Assets, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Inventories to Working Capital, Profit Before Taxes to Shareholders’ Equity dan Current Ratio berpengaruh terhadap perubahan laba di masa dua tahun yang akan datang. Dengan demikian para pengguna laporan keuangan dapat mempertimbangkan rasio-rasio tersebut sebagai alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
ABSTRACT
This research is the examine of the influence financial ratio to earning forecasting in the future. This research aim to give empirical finding about the influence financial ratio to earning forecasting in the future.
This examine has been done by using random sampling as many as 86 manufacturing company on Indonesia Stock Exchange. Data collecting by documentation technique of the financial reporting which is downloaded from www.idx.co.id. This research uses multiple regression with stepwise method to analyzed 15 financial ratios for knowing the correlation with the earning forecasting for one and two years latter. For knowing the influence of financial ratio to the earning forecasting, so the significant hypothesis done by t test, F test and Adjusted R Square test.
Based on the examine is this research is found the significant financial ratio that can influence for earning forecasting in the future. Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Working Capital to Net Sales, Current Ratio, Return On Assets, Gross Profit to Net Sales, and Debt to Equity Ratio influence earning forecasting for one year latter. Working Capital to Total Assets, Return On Assets, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Inventories to Working Capital, Profit Before Taxes to Shareholders’ Equity and Current Ratio influence earning forecasting for two years latter. Thereby for users of financial reporting can considerate the ratios as mean of consideration to get decision.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap
Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”.
Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan
guna menyelesaikan studi program S-2 pada Program Studi Akuntansi di Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian tesis ini tentu saja penulis banyak menemui
kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan, akan tetapi hal ini bukan menjadi alasan
ketidaksempurnaan penulisan tesis ini, ketidaksempurnaan berasal dari diri penulis
sendiri. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan tesis ini tidak dapat
diwujudkan tanpa bantuan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis
menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp.A.(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, Selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus
selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah memberikan arahan dan
bimbingan selama masa perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.
4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak. Selaku Sekretaris Program Studi
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus
selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah memberikan arahan dan
5. Bapak Prof. Moenaf Hamid Regar, M.Sc, Ak, dan Bapak Drs. Zainul Bahri
Torong, M.Si, Ak selaku Komisi Dosen Pembimbing I dan II, yang telah banyak
membantu/membimbing penulis dalam penyelesaian tesis ini.
6. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak., selaku Anggota Komisi Pembanding
yang telah banyak memberikan kritik dan saran perbaikan dalam penyusunan tesis
ini.
7. Ayahanda Zulkifli dan Ibunda Sri Wardhani R tercinta yang selalu memberikan
dukungan moril dan materil, serta doa restu kepada penulis.
8. Adinda Dwi Afriani Zul, Tri Rizki Nazla dan Hasanul Arifin Zul yang senantiasa
memberikan semangat dan kebahagiaan kepada penulis.
9. Keluarga besar 61 yang selalu memberikan semangat dan motivasi dengan penuh
kesabaran kepada penulis.
10.Suami tercinta M. Ihsan Rangkuti, SE, M.Si, Ak. yang selalu mendampingi dan
memberikan motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.
11.Sahabat terkasih Mukhlis Ahlan Sufi, SE yang selalu mendampingi, memberikan
banyak bantuan, memberikan semangat dan motivasi dengan penuh kesabaran
kepada penulis.
12.Bapak/Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
13.Bapak/Ibu Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
teristimewa bang Ari dan kak Dori.
14.Rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah
bahu membahu dalam berbagai hal, teristimewa bang Halasan, kak Ery, bang
Pendri, Yeti.
15.Sahabat-sahabat yang selalu dengan sabar mendengarkan keluh kesah dan
mengisi banyak sisi kehidupan penulis, Ditha, Ica, Amri, Vika, Dedy, Ari, kak
Akhirnya penulis menyadari dengan kemampuan dan pengetahuan yang
terbatas, banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan tesis ini. Untuk itu
sangat diharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan penelitian ini
dan sebagai bahan rujukan untuk penelitian berikutnya.
Medan, September 2009
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
N a m a : Eka Khairunnisa Zul
Tempat/tgl lahir : Kisaran, 15 Maret 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Orang tua
a. Ayah : Zulkifli
b. Ibu : Sri Wardhani R.
Alamat : Jl. Sentosa No. 100 Tumpatan, Lubuk Pakam.
Latar Belakang Pendidikan
a. Tahun 2009 Lulus Pendidikan Sekolah Pascasarjana Program Akuntansi
Universitas Sumatera Utara, Medan.
b. Tahun 2007 Lulus Pendidikan Sarjana Jurusan Akuntansi Universitas
Negeri Medan.
c. Tahun 2003 Lulus Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Lubuk Pakam.
d. Tahun 2000 Lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Lubuk Pakam.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Originalitas ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Landasan Teori ... 8
2.1.1. Laba... 8
2.1.2. Analisis Rasio Keuangan ... 16
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 28
3.1. Kerangka Konsep ... 28
3.2. Hipotesis... 35
BAB IV METODE PENELITIAN ... 36
4.1. Jenis Penelitian ... 36
4.2. Lokasi Penelitian ... 36
4.3. Populasi dan Sampel ... 36
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 37
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel... 38
4.6. Metode Analisis Data ... 46
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
5.1. Statistik Deskriptif ... 53
5.2. Analisis Data ... 59
5.2.1. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 59
5.2.1.1. Uji Normalitas... 59
5.2.1.2. Uji Multikolinearitas ... 61
5.2.1.3. Uji Heteroskedastisitas... 64
5.2.1.4. Uji Autokorelasi ... 66
5.2.2. Hasil Uji Hipotesis ... 68
5.2.2.1. Uji t ... 68
5.2.2.2. Uji F ... 74
5.3. Pembahasan ... 80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 91
6.1. Kesimpulan ... 91
6.2. Keterbatasan ... 92
6.3. Saran... 93
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 25
4.1. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel... 44
5.1. Statistik Deskriptif ... 54
5.2. Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data... 57
5.3. Multikolinearitas Model Regresi I ... 62
5.4. Multikolinearitas Model Regresi II... 63
5.5. Autokorelasi Model Regresi I ... 67
5.6. Autokorelasi Model Regresi II... 68
5.7. Uji t Model Regresi I... 69
5.8. Uji t Model Regresi II ... 71
5.9. Uji F Model Regresi I ... 75
5.10. Uji F Model Regresi II ... 76
5.11. Uji Adjusted R Square Model Regresi I... 78
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1. Kerangka Konsep Perubahan Laba Satu Tahun yang Akan Datang... 28
3.2. Kerangka Konsep Perubahan Laba Dua Tahun yang Akan Datang ... 29
5.1. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Model
Regresi I ... 60
5.2. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Model
Regresi II... 61
5.3. Scatterplot Model Regresi I ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Data Emiten... 98
2. Statistik Deskriptif ... 116
3. Model Regresi I... 117
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan pengujian terhadap pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba di masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan temuan empiris mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba di masa yang akan datang.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan random sampling sebanyak 86 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2007. Teknik pengumpulan data dengan teknik dokumentasi laporan keuangan perusahaan manufaktur yang di download dari www.idx.co.id. Teknik analisa data dengan menggunakan model analisis regresi berganda, metode pembuatan model regresi menggunakan metode stepwise. Dianalisis 15 rasio keuangan untuk diketahui hubungan linearnya dengan perubahan laba satu dan dua tahun yang akan datang. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba maka dilakukan uji signifikan dengan uji t, uji F dan uji Adjusted R Square.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini ditemukan sembilan rasio keuangan yang terbukti signifikan memiliki pengaruh terhadap perubahan laba di masa yang akan datang. Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Working Capital to Net Sales, Current Ratio, Return On Assets, Gross Profit to Net Sales, dan Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap perubahan laba di masa satu tahun yang akan datang. Working Capital to Total Assets, Return On Assets, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Inventories to Working Capital, Profit Before Taxes to Shareholders’ Equity dan Current Ratio berpengaruh terhadap perubahan laba di masa dua tahun yang akan datang. Dengan demikian para pengguna laporan keuangan dapat mempertimbangkan rasio-rasio tersebut sebagai alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
ABSTRACT
This research is the examine of the influence financial ratio to earning forecasting in the future. This research aim to give empirical finding about the influence financial ratio to earning forecasting in the future.
This examine has been done by using random sampling as many as 86 manufacturing company on Indonesia Stock Exchange. Data collecting by documentation technique of the financial reporting which is downloaded from www.idx.co.id. This research uses multiple regression with stepwise method to analyzed 15 financial ratios for knowing the correlation with the earning forecasting for one and two years latter. For knowing the influence of financial ratio to the earning forecasting, so the significant hypothesis done by t test, F test and Adjusted R Square test.
Based on the examine is this research is found the significant financial ratio that can influence for earning forecasting in the future. Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Working Capital to Net Sales, Current Ratio, Return On Assets, Gross Profit to Net Sales, and Debt to Equity Ratio influence earning forecasting for one year latter. Working Capital to Total Assets, Return On Assets, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Inventories to Working Capital, Profit Before Taxes to Shareholders’ Equity and Current Ratio influence earning forecasting for two years latter. Thereby for users of financial reporting can considerate the ratios as mean of consideration to get decision.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan perusahaan memberikan
informasi akuntansi mengenai kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu,
prestasi operasi dalam suatu rentang waktu, serta informasi-informasi lainnya yang
berkaitan dengan perusahaan yang bersangkutan. Ditinjau dari sudut pandang
manajemen, laporan keuangan merupakan media untuk mengkomunikasikan
performance keuangan perusahaan yang telah dikelola kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, sedangkan ditinjau dari sudut pandang pemakai, informasi akuntansi
diharapkan dapat bermanfaat untuk mengambil keputusan yang rasional dalam
praktek bisnis yang sehat. Tingkat kesehatan perusahaan dapat dinilai dari beberapa
indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan
keuangan perusahaan yang bersangkutan yang merupakan salah satu hasil dari kinerja
perusahaan.
Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil yang dicapai dari serangkaian
proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya yang dimiliki. Salah satu
parameter kinerja tersebut adalah laba yang dihasilkan. Laba merupakan kelebihan
pendapatan atas seluruh beban yang terjadi selama periode tertentu.
Laba merupakan salah satu indikator kinerja perusahaan. Penyajian informasi
menilai kinerja manajemen sebagai pihak yang diberi tanggung jawab untuk
menjalankan dana pemegang saham melalui perubahan laba yang diperoleh
perusahaan. Investor memerlukan informasi keuangan perubahan laba setiap tahun
untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual
investasinya. Karyawan berkepentingan terhadap perubahan laba untuk mengetahui
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan perkembangan kinerja karyawan itu
sendiri, di samping itu untuk melihat rencana pensiun di masa depan. Untuk
memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional dengan
menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya kegiatan operasional
perusahaan tercantum dalam laporan keuangan perusahaan, dan hubungan antar
unsur-unsur yang tercantum dalam laporan keuangan dapat ditunjukkan oleh rasio
keuangan.
Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan
yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan perusahaan. Analisis rasio
keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasikan
perubahan-perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu
menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko
dan peluang yang melekat serta membantu perusahaan mengidentifikasi berbagai
kekuatan yang terdapat pada perusahaan yang bersangkutan.
Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat untuk mendukung
pengambilan keputusan yang tepat maka dilakukan penelitian. Penelitian mengenai
Beaver “Financial Ratios as Predictor of Failure” sejak tahun 1966, dengan kriteria
rasio arus kas terhadap total aset, pendapatan bersih terhadap total aset, total hutang
terhadap total aset dengan hasil bahwa rasio arus kas terhadap total hutang dapat
digunakan sebagai prediktor kegagalan (Jarrod Wilcox, 1970). Penelitian tersebut
menggugah Wilcox untuk membuat model teori sederhana dari rasio-rasio keuangan
sebagai penjelas dari hasil penelitian yang telah dilakukan Beaver yaitu model dari
rasio-rasio keuangan yang mendukung hipotesis sebagai prediktor dari kegagalan.
Pada tahun 1968 Altman menemukan suatu formula “Z-Score”, di mana
diungkapkan rasio yang memiliki nilai prediktif adalah Working Capital to Total
Asset, Retainde Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total
Assets, Market Value Equity to Book Value of Total Debt and Sales to Total Assets.
Di Indonesia juga telah dilakukan beberapa penelitian untuk membuktikan nilai
prediktif dari rasio-rasio keuangan, diantaranya yang dilakukan oleh Warsidi dan
Bambang (2000) yang mengadakan penelitian untuk menemukan apakah rasio
mampu menjadi prediktor laba perusahaan di masa yang akan datang dengan
menggunakan 49 rasio keuangan dengan hasil penelitian bahwa rasio Cost of Goods
Sold to Inventories, Cost of Goods Sold to Net Sales, Net Sales to Quick Assets,
Before Taxes to Shareholders' Equity, Working Capital to Net Sales, Working Capital
to Total Assets mampu untuk memprediksi laba satu tahun di masa yang akan datang,
rasio Cost of Goods Sold to Inventories, Cost of Goods Sold to Net Sales, Gross
Profit to Net Sales, Inventories to Net Sales, Operating Profit to Profit Before Taxes
Working Capital dan Quick Assets to Total Assets mampu memprediksi laba tiga
tahun yang akan datang.
Penelitian untuk membuktikan rasio keuangan dapat menjadi prediktor laba
yang akan datang juga dilakukan oleh beberapa peneliti lain diantaranya oleh Maurin
(2005) yang menggunakan 10 rasio keuangan dengan hasil Debt to Equity Ratio dan
Inventory Turnover signifikan untuk memprediksi perubahan laba. Meythi (2005)
menggunakan 13 rasio keuangan dengan hasil penelitian Return on Asset dapat
menjadi prediktor laba di masa yang akan datang. Meriewaty dan Astuti (2005)
menggunakan 13 rasio keuangan dengan hasil penelitian Current Ratio, Total Debt to
Total Capital Assets Ratio dan Total Asset Turnover Ratio berpengaruh signifikan
terhadap perubahan laba.
Motivasi untuk dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
rasio-rasio keuangan yang terbukti memiliki pengaruh terhadap perubahan laba
di masa yang akan datang pada penelitian-penelitian terdahulu khususnya penelitian
yang dilakukan oleh Warsidi dan Bambang (2000) Mariewaty dan Astuti (2005)
Maurin (2005) Meythi (2005) masih konsisten dapat digunakan untuk melihat
perubahan laba di masa yang akan datang, yaitu di masa satu tahun yang akan datang
dan dua tahun yang akan datang.
Jika penelitian ini membuktikan bahwa rasio keuangan berpengaruh terhadap
perubahan laba di masa yang akan datang, temuan ini tentu memperkuat bukti tentang
konsistensi temuan-temuan empiris sebelumnya. Sebaliknya, jika rasio keuangan
akan datang, hasil penelitian ini akan membuktikan bahwa rasio keuangan tidak
berpengaruh terhadap perubahan laba. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian
ini berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba di masa satu tahun
yang akan datang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
2. Apakah rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba di masa dua tahun
yang akan datang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut
temuan-temuan empiris tentang pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba di masa
yang akan datang. Secara definitif, penelitian ini ditujukan untuk:
1. Memberikan temuan empiris mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap
2. Memberikan temuan empiris mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap
perubahan laba di masa dua tahun yang akan datang.
1.4. Manfaat Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual (intellectual
exercise) yang diharapkan dapat mempertajam daya pikir ilmiah untuk
meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin yang digeluti.
2. Bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini diharapkan akan melengkapi
temuan-temuan empiris di bidang akuntansi bagi kemajuan dan pengembangannya
di masa yang akan datang.
3. Bagi masyarakat bisnis, penelitian ini diharapkan akan memberikan
pengetahuan mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap laba di masa yang
akan datang.
1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang dilakukan
oleh Meriewaty dan Astuti Yuli Setyani (2005) dengan judul: Analisis Rasio
Keuangan terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and
Beverages yang Terdaftar di BEJ. Perubahan kinerja yang digunakan Meriewaty dan
Astuti Yuli Setyani (2005) sebagai Variabel Dependen adalah perubahan laba. Beda
1. Tahun data laporan keuangan yang digunakan yaitu laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2005-2007. Berbeda dengan data laporan keuangan yang digunakan Meriewaty
dan Astuti Yuli Setyani 1999-2003. Tujuan penggunaan laporan keuangan tahun
2005-2007 adalah untuk mendapatkan informasi keuangan perusahaan yang
terbaru.
2. Objek pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,
sedangkan objek penelitian Meriewaty dan Astuti Yuli Setyani (2005) hanya
terbatas pada perusahaan di industri food and beverages yang terdaftar di BEJ.
Perluasan objek penelitian bertujuan untuk dapat melihat konsistensi pengaruh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laba
Akuntansi berkepentingan tidak hanya dengan laporan keuangan tetapi lebih
berkepentingan dengan pelaporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bagian
dari pelaporan keuangan untuk mencapai tujuan menyediakan informasi yang
bermanfaat dan relevan. Laporan keuangan dan pelaporan keuangan memang akan
menuju ke tujuan yang sama, tetapi beberapa informasi tertentu yang relevan akan
lebih efektif disampaikan melalui media pelaporan keuangan dengan tetap
memfokuskan laporan keuangan sebagai media utama dan pusat perhatian pelaporan
keuangan (a central of financial reporting). Walaupun laporan keuangan belum dapat
memenuhi semua tujuan dari sistem pelaporan keuangan, laporan keuangan yang
dihasilkan manajemen perusahaan seharusnya sesuai dengan tujuan pelaporan
keuangan.
Pelaporan keuangan dirancang untuk menyediakan informasi tentang aktiva
yang dimiliki perusahaan, kewajiban, modal pemilik dan dampak dari transaksi
maupun kejadian yang mengubah aktiva, kewajiban maupun modal pemilik. Tujuan
utama pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan dan menunjukkan kemampuan dalam memperoleh arus kas
Tujuan menyeluruh dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan, FASB (1978) dalam Statement of
Financial Accounting Concepts No. 1, par. 34 menyatakan: Financial reporting
should provide information that is useful to present and potential investor and
kreditors, and others users in making rational investment, credit, and similar
decisions.
Dari pernyataan tersebut tampak bahwa pelaporan keuangan memiliki
orientasi yang terletak pada investor (pemegang saham dan kreditor), karena dengan
memenuhi kebutuhan mereka maka hampir semua kebutuhan dari para pemakai
eksternal lainnya akan terpenuhi. Pelaporan keuangan juga harus mendorong
efektivitas pasar modal dan pasar uang dalam mengalokasikan sumber daya yang
langka di antara berbagai penggunaan yang kompetitif sehingga tercipta
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
PSAK No. 1, paragrap 05, hal 1.2, IAI-2002, mengenai tujuan laporan
keuangan menyatakan bahwa:
“Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Informasi posisi keuangan membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas”.
Tujuan pelaporan keuangan perusahaan lainnya yang penting adalah untuk
tertentu. Hal ini diungkap oleh FASB dalam Statement of Financial Accounting
Concepts No. 1, par. 43 yang menyatakan bahwa Fokus utama pelaporan keuangan
terletak pada informasi mengenai prestasi suatu perusahaan yang ditujukan oleh tolak
ukur atas laba serta komponen-komponennya.
Pada konsepnya laba terbagi dua, yaitu laba akuntansi dan laba ekonomi. Laba
akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari
transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada
periode tersebut (Belkaoui, 1997). Dari definisi tersebut, Belkaoui (1997)
mengemukakan lima ciri khas laba akuntansi:
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan (terutama pendapatan yang timbul dari penjualan barang atau jasa
dikurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut).
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulate periode dan berhubungan dengan
prestasi keuangan perusahaan itu selama periode waktu tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan dan membutuhkan definisi,
pengukuran, dan pengakuan pendapatan.
4. Laba akuntansi membutuhkan pengukuran biaya dalam bentuk biaya historis
bagi perusahaan yang melahirkan kepatuhan yang ketat pada prinsip biaya.
5. Laba akuntansi mensyaratkan agar pendapatan yang direalisasi dari periode itu
dikaitkan pada biaya relevan yang tepat atau sepadan (prinsip matching).
Definisi laba atau profit dalam akuntansi konvensional oleh para akuntan
dengan mengaitkan (matching) antara pendapatan (revenue) dengan beban terkait
dalam suatu periode yang bersangkutan (biasanya dalam waktu tahunan). Selanjutnya
laba ditentukan setelah proses tersebut terjadi. Proses pengkaitan (matching)
menyebabkan timbulnya kewajiban untuk mengalokasikan beban yang belum
teralokasikan ke dalam neraca. Beban-beban yang belum teralokasikan (aset non
moneter) bersama-sama dengan aset moneter (misal kas, persediaan, dan piutang)
setelah dikurangkan dengan kewajiban yang timbul menghasilkan nilai sisa yang
disebut accounting capital atau residual equity. Laba akuntansi berhubungan dengan
pengukuran modal dan dalam kenyataannya digunakan sebagai analisa terhadap
perubahan modal secara temporer.
Konsep laba akuntansi sendiri didukung oleh berbagai tokoh antara lain: Yuri
Ijiri, Kohler, Littleton, dan Mautz (Belkaoui, 1997). Argumen-argumen yang
mendukung konsep laba akuntansi ini antara lain:
1. Argumen pertama menyatakan bahwa laba akuntansi telah bertahan terhadap
pengujian sang waktu. Sebagian besar pemakai data akuntansi percaya bahwa
laba akuntansi berguna dan bahwa ia merupakan faktor penentu dalam praktek
dan pola pikir bagi para pengambil keputusan.
2. Karena didasarkan pada transaksi aktual dan faktual, maka laba akuntansi
diukur dan dilaporkan secara obyektif dan oleh karena itu pada hakekatnya
dapat diperiksa (diaudit). Obyektivitas pada umumnya diperkuat oleh
keyakinan para penyokong penggunaan laba akuntansi bahwa akuntansi harus
3. Dengan mengandalkan prinsip realisasi dalam pengakuan pendapatan, laba
akuntansi memenuhi kriteria konservatisme. Dengan kata lain, kehati-hatian
yang sangat besar dilakukan dalam pengukuran dan pelaporan laba dengan
mengabaikan perubahan-perubahan nilai dan hanya mengakui keuntungan
yang telah direalisasi.
4. Laba akuntansi dianggap berguna untuk tujuan pengendalian, khususnya
untuk melaporkan tanggung jawab manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Laba akuntansi menyampaikan latar belakang cerita
tentang bagaimana cara manajemen melaksanakan tanggung jawabnya.
Walaupun keberadaan laba akuntansi tersebut didukung oleh berbagai macam
argumen yang kuat, namun masih banyak yang mengkritik karena berbagai
keterbatasannya. Ada beberapa argumen yang menyatakan kelemahan laba akuntansi
ini (Belkaoui, 1997). Argumen pertama menyatakan bahwa laba akuntansi gagal
mengakui kenaikan yang belum direalisasi dalam nilai aktiva yang ditahan dalam
periode tertentu karena penerapan prinsip historical cost dan prinsip realisasi. Hal ini
menghambat pengungkapan informasi yang berguna dan memungkinkan
pengungkapan campuran keuntungan heterogen dari periode sebelum dan yang
sedang berjalan.
Argumen kedua menyatakan bahwa pengandalan laba akuntansi dengan
prinsip historical cost dapat menyulitkan pembandingan dengan adanya metode
penghitungan biaya yang dapat diterima dari berbagai metode pengalokasian biaya
yang mengungkapkan kelemahan laba akuntansi menyatakan bahwa laba akuntansi
yang menganut prinsip realisasi, prinsip biaya historis, dan prinsip konservatisme bisa
menghasilkan data yang menyesatkan dan tidak dapat dimengerti yang tidak relevan
dengan para pemakainya. Yang perlu dikemukakan di sini bahwa kurangnya
kegunaan rasio-rasio yang didasarkan pada ikhtisar-ikhtisar keuangan yang disusun
sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut.
Selain konsep laba akuntansi, juga dikenal konsep laba ekonomik yang
dikemukakan oleh para ekonom. Smith (1987) mengungkapkan bahwa laba sebagai
suatu kenaikan dalam kekayaan, dan dikaitkan dengan praktek bisnis. Mereka
memisahkan antara modal tetap dan modal kerja, antara modal fisik dan laba, dan
menekankan realisasi sebagai pengujian pengakuan laba.
Gagasan-gagasan mengenai konsep laba ekonomik juga diungkapkan oleh
beberapa ekonom lain. Fisher (Belkaoui, 1997) mendefinisikan laba ekonomik
sebagai deretan peristiwa yang dihubungkan dengan tahapan-tahapan berbeda yaitu:
penikmatan laba psikis, laba nyata, dan laba uang. Laba psikis adalah konsumsi
pribadi aktual atas barang dan jasa yang menghasilkan kenikmatan psikis dan
pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Laba nyata adalah suatu pernyataan mengenai
peristiwa-peristiwa yang meningkatkan kenikmatan psikis, biasanya diukur dengan
biaya hidup. Sedangkan laba uang mencerminkan semua uang yang diterima dan
dimaksudkan akan digunakan untuk menutup biaya hidup. Walaupun laba psikis
bukan merupakan tingkat laba yang paling fundamental dan laba uang adalah tahapan
tingkat yang paling praktis, mengingat bahwa setiap orang berusaha untuk memenuhi
biaya hidupnya.
Konsep laba ekonomik juga banyak dikaitkan dengan bunga yang
dihubungkan dengan peningkatan (apresiasi) barang modal selama waktu tertentu
(Belkaoui, 1997). Selisih antara bunga dan konsumsi yang diantisipasi untuk suatu
periode tertentu dianggap sebagai tabungan. Konsep laba ekonomik yang
diungkapkan oleh para ekonom tersebut jika dilihat lebih lanjut ternyata berbeda
dengan konsep laba akuntansi. Hal ini terlihat dari penekanan yang diberikan. Pada
konsep laba akuntansi lebih ditekankan pada proses menghasilkan laba, dikaitkan
dengan penandingan (matching) antara pendapatan dan beban. Sedangkan konsep
laba ekonomik lebih menekankan laba berdasarkan kenaikan kapital.
Kualitas laba akuntansi dapat dilihat dari informasi yang disampaikan. FASB
(1980) melalui Statement of Financial Accounting Concepts No. 2 “Qualitative
Characteristics of Accounting Information”, par. 15 menyatakan “Kualitas yang
membedakan antara informasi yang "lebih baik" (lebih bermanfaat) dengan informasi
yang "kurang baik" (kurang bermanfaat) terutama terletak pada kualitas relevansi dan
keandalannya ditambah dengan beberapa karakteristik lainnya yang berlaku untuk
kualitas tersebut”.
FASB mendefinisikan informasi yang relevan sebagai informasi yang akan
mengakibatkan timbulnya perbedaan. Informasi yang relevan dapat memperteguh,
atau sebaliknya, memperlemah pengharapan yang ada. Jadi, relevansi selalu dikaitkan
Berkenaan dengan laba-rugi FASB (1980) melalui Statement of Financial
Accounting Concepts No. 2 menyatakan laporan laba-rugi sangat penting bagi para
pemakainya karena memiliki nilai prediktif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
informasi laba memiliki kekuatan untuk menjelaskan perilaku investor (pemegang
saham dan kreditor) dalam mengambil keputusan.
Investor (pemegang saham dan kreditor) pada umumnya mendambakan laba
yang cenderung meningkat secara stabil dalam jangka panjang sebagai investor
(pemegang saham dan kreditor) akan menghadapi resiko yang lebih tinggi jika laba
yang dihasilkan tidak stabil. Laba dapat memberikan sinyal yang positif mengenai
prospek perusahaan di masa depan tentang kinerja perusahaan. Dengan adanya
perubahan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun, akan memberikan sinyal
yang positif mengenai kinerja perusahaan.
Adanya nilai prediktif ini menunjukkan bahwa informasi akuntansi seperti
yang tercantum dalam pelaporan keuangan dapat digunakan oleh investor sekarang
dan investor potensial dalam melakukan prediksi dividen dan bunga di masa yang
akan datang. Dividen yang akan diterima oleh investor akan tergantung pada jumlah
laba yang diperoleh perusahaan di masa yang akan datang (Zainuddin dan Hartono,
1999; Warsidi dan Bambang, 2000), sehingga prediksi perubahan laba perusahaan
dengan menggunakan informasi pelaporan keuangan menjadi sangat penting untuk
dilakukan. Karena tidak seorangpun yang dapat mengetahui secara pasti berapakah
hasil operasi dan keuangan dari suatu perusahaan di masa depan dan banyaknya unsur
dan masa kini sebagai indikator untuk masa depan, maka memprediksi perubahan
laba merupakan pendekatan yang menarik apakah suatu perusahaan akan mengalami
kegagalan atau kesuksesan.
2.1.2. Analisis Rasio Keuangan
Untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya, analisis
keuangan perlu melakukan “pemeriksaan” atas berbagai aspek kesehatan keuangan
perusahaan. Salah satu alat yang dapat digunakan dalam pemeriksaan tersebut adalah
rasio keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan signifikan. Rasio keuangan hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos yang lainnya. Dengan
penyederhanaan tersebut dapat dinilai secara cepat hubungan antar pos dan dapat
membandingkan dengan rasio lainnya, sehingga dapat diperoleh informasi dan
memberikan penilaian terhadap kinerja perusahaan.
Perkembangan analisis rasio keuangan dapat ditelusuri ke pertengahan akhir
abad ke-19 yang digunakan oleh industri di Amerika Serikat. Pada masa revolusi
industri analisis rasio keuangan mulai dilakukan seiring dengan semakin pentingnya
laporan keuangan yang dipublikasikan di dalam praktek bisnis. Kenyataan ini
terutama dipicu oleh kebutuhan industri akan perluasan modal yang telah mendorong
sektor keuangan menjadi kekuatan utama dalam perekonomian. Di sisi lain,
manajemen perusahaan dalam berbagai sektor industri mulai bergeser dari pemilik
analis kredit untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utangnya,
sedangkan analis manajemen menggunakannya untuk mengukur tingkat profitabilitas.
Rasio keuangan sebagai instrumen analisis prestasi perusahaan yang
menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan yang ditujukan untuk
menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu
dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian
menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan.
Rasio keuangan membantu mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan
keuangan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa analisis rasio keuangan, meskipun
didasarkan pada data dan kondisi masa lalu tetapi dimaksudkan untuk menilai resiko
dan peluang di masa yang akan datang.
Penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan nilai prediktif rasio
di antaranya telah dilakukan oleh William Beaver “Financial Ratios as Predictor of
Failure” sejak tahun 1966, dengan kriteria rasio arus kas terhadap total aset,
pendapatan bersih terhadap total aset, total hutang terhadap total aset dengan hasil
bahwa rasio arus kas terhadap total hutang dapat digunakan sebagai prediktor
kegagalan (Jarrod Wilcox, 1970). Altman (1968) yang mengkaji pemanfaatan analisis
rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan
menggunakan Working Capital to Total Asset, Retained Earnings to Total Assets,
Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value Equity to Total
Debt, Sales to Total Assets, Current Ratio, Total Debt to Total Assets, Net Worth to
digunakan untuk memprediksikan kebangkrutan perusahaan, dengan pendekatan
Multivariat. Fungsi diskriminan model Altman adalah sebagai berikut:
Indeks kebangkrutan (Z) = 0,012 WC/TA + 0,014 RE/TA +0,033 EBIT/TA + 0,0006
MVE/BVD + 0,999 S/TA
Tahun 1984, Altman melakukan penelitian kembali diberbagai negara
(Luciana dan Emanuel, 2003). Penelitian ini memasukkan dimensi internasional,
sehingga Z score diubah menjadi formula:
Indeks kebangkrutan (Z) = 0,717 WC/TA + 0,847 RE/TA + 3,107 EBIT/TA + 0,420
MVE/BVD + 0,998 S/TA
Ohlson (1980) melakukan penelitian mengenai rasio dan kemampuannya
untuk memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan rasio Total Liabilities to
Total Assets (TLTA), Working Capital to Total Asset (WCTA), Current Liabilities to
Current Assets (CLCA), Net Income to Total Assets (NITA), Funds Provided by
Operations to Total Liabilities. Rasio TLTA dan CLCA terbukti signifikan untuk
dapat memprediksi kebangkrutan. Di Indonesia penelitian untuk melihat nilai
prediktif dari rasio keuangan diantaranya dilakukan oleh Warsidi dan Bambang
(2000) yang mengadakan penelitian untuk menemukan apakah rasio mampu menjadi
prediktor laba perusahaan di masa yang akan datang dengan menggunakan 49 rasio
yaitu Current Assets to Current Liabilities (CACL), Cash to Current Liabilities
(CCL), Quick Assets to Current Liabilities (QACL) Current Assets to Total Liabilities
(CATL), Shareholders' Equity and Long-term Liabilities to Fixed Assets (SELLFA),
Net Sales (GPNS), Operating Profit to Net Sales (OPNS), Profit Before Taxes to Net
Sales (PBTNS), Profit After Taxes to Net Sales (PATNS), Operating Profit to Profit
Before Taxes (OPPBT), Cost of Goods Sold to Inventories (CGSI), Cost of Goods
Sold to Net Sales (CGSNS), Current Assets to Total Assets (CATA), Inventories to Net
Sales (INS), Inventories to Working Capital (IWC), Net Sales to Cash (NSC), Net
Sales to Trade Receivables (NSTR), Net Sales to Quick Assets (NSQA), Net Sales to
Fixed Assets (NSFA), Net Sales to Total Assets (NSTA), Quick Assets to Inventories
(QAI), Current Assets to Net Sales (CANS), Inventories to Total Assets (ITA), Quick
Assets to Total Assets (QATA), Shareholders' Equity to Net Sales (SENS), Working
Capital to Fixed Assets (WCFA), Working Capital to Total Assets (WCTA), Working
Capital to Net Sales (WCNS), Current Liabilities to Shareholders' Equity (CLSE),
Long-term Liabilities to Shareholders' Equity (LLSE), Total Liabilities to
Shareholders' Equity (TLSE), Shareholders' Equity to Total Liabilities (SETL), Net
Sales to Current Liabilities (NSCL), Profit After Taxes to Total Liabilities (PATTL),
Current Liabilities to Total Assets (CLTA), Long-term Liabilities to Total Assets
(LLTA), Total Liabilities to Current Assets (TLCA), Operating Expenses to Net Sales
(OENS), Operating Profit to Total Liabilities (OPTL), Current Liabilities to
Inventories (CLI), Total Liabilities to Total Assets (TLTA), Sharholders' Equity to
Fixed Assets (SEFA), Shareholders' Equity to Total Assets (SETA, Profit Before
Taxes to Total Assets (PBTTA), Profit Before Taxes to Shareholders' Equity (PBTSE),
Profit After Taxes to Fixed Assets (PATFA), Profit After Taxes to Total Assets
Warsidi dan Bambang adalah rasio CGSI, CGSN, NSQA, NSTR, PBTSE, WCNS,
CCTA berpengaruh signifikan untuk memprediksi laba satu tahun di masa yang akan
datang, rasio CGSI, CGSNS, GPNS, INS, OPPBT berpengaruh signifikan untuk
memprediksi laba dua tahun yang akan datang serta rasio IWC dan QATA
berpengaruh signifikan memprediksi laba tiga tahun yang akan datang.
Wenty dan Murtanto (2001) meneliti kemampuan rasio keuangan untuk
mengukur secara komprehensif atas strategi modal kerja dengan menggunakan
Return on Asset dan Debt to Total Assets yang terbukti signifikan. Luciana dan
Emanuel (2003) memprediksi kondisi Financial Distress dengan menggunakan rasio
Net Income to Sales, Current Asset to Current Liabilities, Working Capital to Total
Asset, Current Asset to Total Asset, Net Fixed Asset to Total Asset, Sales to Total
Asset, Sales to Current Asset, Sales to Working Capital, Net Income to Total Asset,
Net Income to Equity, Total Liabilities to Total Asset, Current Asset to Total Asset,
Notes Payable to Total Asset, Notes Payable to Total Liabilities, Equity to Total
Asset, Cash to Current Liabilities, Cash to Total Asset, Growth Sales, Growth Net
Income to Total Asset, dengan hasil penelitian NI/S, CL/TA, CA/CL, dan Growth
NI/TA berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress.
Maurin (2005) yang menggunakan Current Ratio, Debt Ratio, Debt to Equity
Ratio, Time Interest Earned, Inventory Turnover, Receivable Turnover, Profit
Margin, Total Asset Turnover, Return on Equity dan Devidend Payout Ratio, dengan
hasil Debt to Equity Ratio dan Inventory Turnover signifikan untuk memprediksi
Ratio, Quick Ratio, Debt Ratio, Equity to Total Asset, Equity to Total Liabilities,
Equity to Fixed Asset, Profit Margin, Return on Asset, Return on Equity, Inventory
Turnover, Average Collection Periode, Fixed Asset Turnover dan Total Asset
Turnover, dengan hasil penelitian Return on Asset dapat menjadi prediktor laba
di masa yang akan datang. Dian dan Astuti (2005) menggunakan Current Ratio,
Quick Ratio, Working Capital to Total Asset Ratio, Total Debt to Total Capital Assets
Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover Ratio, Inventory
Turnover Ratio, Average Day’s Inventory Ratio, Working Capital Turnover Ratio,
Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Investment, Return on Equity,
dengan hasil penelitian Current Ratio, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Total
Asset Turnover Ratio dan Return on Investment berpengaruh signifikan terhadap
perubahan laba.
Kemampuan rasio untuk memprediksi kondisi bermasalah dilakukan oleh
Luciana dan Winny (2005) pada lembaga perbankan dengan menggunakan Capital
Adequacy Ratio, Aktiva Tetap terhadap Modal, Aktiva Produktif Bermasalah, Non
Performing Loan, Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva
Produktif, Rasio pemenuhan PPAP, Return on Assets, Return on Equity, Net Interest
Margin, Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional dan Loan to
Deposit Ratio. Hasil penelitiannya CAR dan BOPO memiliki nilai signifikan dalam
memprediksi kondisi bermasalah pada lembaga perbankan.
Kegunaan sebenarnya dari setiap rasio keuangan ditentukan oleh tujuan
mutlak. Pada kenyataannya, analisis rasio keuangan hanyalah suatu titik awal dalam
analisis keuangan perusahaan. Analisis rasio tidak memberikan banyak jawaban,
kecuali menyediakan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya diharapkan.
Analisa rasio keuangan seperti halnya alat-alat analisa yang lain adalah
“future oriented”, oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan
faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu dengan faktor-faktor di masa yang
akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi
perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat suatu angka
rasio sepenuhnya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam
menginterpretasikan data yang bersangkutan.
Gilman (1925) dalam Warsidi dan Bambang (2000) menolak penggunaan
rasio keuangan sebagai indikator fundamental dengan mengajukan beberapa alasan
sebagai berikut:
1. Perubahan rasio keuangan sebenarnya merupakan angka yang tidak dapat diinterpretasikan karena pembilang dan penyebutnya bervariasi.
2. Pengukuran rasio keuangan merupakan pengukuran yang bersifat artifisial. 3. Rasio keuangan mengalihkan perhatian analis dari pandangan terhadap
perusahaan secara komprehensif.
4. Keandalan rasio keuangan sebagai indikator sangat bervariasi di antara setiap rasio.
Terdapat keragaman pemaknaan mengenai urgensi analisis rasio keuangan
dalam praktek bisnis dan ekonomi, mulai dari yang menginginkan rasio keuangan
tersebut dijadikan sebagai indikator fundamental hingga yang beranggapan minimalis
terhadapnya. Kenyataannya, praktek bisnis yang real masih mengaplikasikan analisis
saja bersifat sangat subjektif, tergantung kepada tujuan dan kepentingan
masing-masing analis.
Jenis dan rumus rasio yang digunakan dalam suatu analisis rasio keuangan
seringkali berbeda tergantung dari karakteristik usaha perusahaan yang dianalisis,
serta kebutuhan dan tujuan para pemakai alat analisis keuangan tersebut.
2.2. Review Peneliti Terdahulu
Berikut ini akan diuraikan penelitian terdahulu yang relevan untuk dijadikan
sebagai landasan hipotesis penelitian ini, yaitu penelitian yang menghubungkan
pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba. Warsidi dan Bambang (2000)
yang mengadakan penelitian untuk menemukan apakah rasio mampu menjadi
prediktor laba perusahaan di masa yang akan datang dengan menggunakan 49 rasio
keuangan dengan hasil penelitian bahwa rasio Cost of Goods Sold to Inventories, Cost
of Goods Sold to Net Sales, Net Sales to Quick Assets, Net Sales to Trade
Receivables, Before Taxes to Shareholders' Equity, Working Capital to Net Sales,
Working Capital to Total Assets mampu untuk memprediksi laba satu tahun di masa
yang akan datang, rasio Cost of Goods Sold to Inventories, Cost of Goods Sold to Net
Sales, Gross Profit to Net Sales, Inventories to Net Sales, Operating Profit to Profit
Before Taxes mampu untuk memprediksi laba dua tahun yang akan datang serta rasio
Inventories to Working Capital dan Quick Assets to Total Assets mampu memprediksi
Penelitian untuk membuktikan rasio keuangan dapat menjadi prediktor laba
yang akan datang juga dilakukan oleh beberapa peneliti lain diantaranya oleh Maurin
(2005) yang menggunakan 10 rasio keuangan dengan hasil Debt to Equity Ratio dan
Inventory Turnover signifikan untuk memprediksi perubahan laba. Meythi (2005)
menggunakan 13 rasio keuangan dengan hasil penelitian Return on Asset dapat
menjadi prediktor laba di masa yang akan datang. Dian dan Astuti (2005)
menggunakan 13 rasio keuangan dengan hasil penelitian Current Ratio, Total Debt to
Total Capital Assets Ratio, Total Asset Turnover Ratio dan Return on Investment
berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
Dian dan Astuti dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan
terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan Industri Food and Beverages yang
Terdaftar di BEJ” (2005) menggunakan Current Ratio, Quick Ratio, Working Capital
to Total Asset Ratio, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Long Term Debt to
Equity Ratio, Total Asset Turnover Ratio, Inventory Turnover Ratio, Average Day’s
Inventory Ratio, Working Capital Turnover Ratio, Gross Profit Margin, Net Profit
Margin, Return on Investment, Return on Equity sebagai rasio keuangan yang
digunakan untuk melihat pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba, dengan
hasil penelitian Current Ratio, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Total Asset
Turnover Ratio dan Return on Investment berpengaruh signifikan terhadap perubahan
laba, sedangkan Quick Ratio, Working Capital to Total Asset Ratio Long Term Debt
Capital Turnover Ratio, Gross Profit Margin, Net Profit Margin Return on Equity
tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Tahun/ Nama Peneliti
Judul
Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Warsidi dan Current Liabilities (CCL), Quick Assets to Current Liabilities (QACL) Current Assets to Total Liabilities (CATL), Shareholders' Equity and Long-term Liabilities
to Fixed Assets (SELLFA),
Shareholders' Equity and Total Liabilities to Fixed Assets (SETLFA), Gross Profit to Net Sales (GPNS), Operating Profit to Net Sales (OPNS), Profit
(CGSNS), Current Assets to Total Assets (CATA), Inventories to Net Sales (INS), Inventories to Working Capital (IWC), Net Sales to Cash (NSC), Net Sales to Trade Receivables (NSTR), Net Sales to Quick Assets (NSQA), Net Sales to Fixed Assets (NSFA), Net Sales to Total Assets
(NSTA), Quick Assets to
Inventories (QAI), Current Assets to Net Sales (CANS), Inventories to Total Assets (ITA), Quick Assets to Total Assets (QATA), Shareholders' Equity to Net Sales (SENS), Working Capital to Fixed Assets (WCFA), Working
Capital to Total Assets
(WCTA),Working Capital to Net
Sales (WCNS), Current
Liabilities to Shareholders'
Equity (CLSE), Long-term
Liabilities to Shareholders' Equity (LLSE), Total Liabilities to Shareholders' Equity (TLSE), Shareholders' Equity to Total Liabilities (SETL), Net Sales to Current Liabilities (NSCL),
1.Rasio CGSI, CGSNS, NSQA, PBTSE,
WCNS, WCTA berpengaruh
signifikan untuk memprediksi laba satu tahun di masa yang akan datang. 2.Rasio CGSI, CGSNS, GPNS, INS,
OPPBT, berpengaruh signifikan
untuk memprediksi laba dua tahun yang akan datang.
3.Rasio IWC dan QATA berpengaruh signifikan memprediksi laba tiga tahun yang akan datang.
4.Rasio CGSI, CGSNS, NSQA, PBTSE,
WCNS, WCTA berpengaruh
signifikan untuk memprediksi laba satu tahun di masa yang akan datang, 5.Rasio CGSI, CGSNS, GPNS, INS,
OPPBT, berpengaruh signifikan
untuk memprediksi laba dua tahun yang akan datang.
Lanjutan Tabel 2.1
Tahun/ Nama Peneliti
Judul
Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Profit After Taxes to Total Liabilities (PATTL), Current Liabilities to Total Assets (CLTA), Long-term Liabilities to Total Assets (LLTA), Total Liabilities to Current Assets (TLCA), Operating Expenses to Net Sales (OENS), Operating Profit to Total Liabilities (OPTL), Current Liabilities to
Inventories (CLI), Total
Liabilities to Total Assets (TLTA), Sharholders' Equity to
Fixed Assets (SEFA),
Shareholders' Equity to Total Assets (SETA, Profit Before Taxes to Total Assets (PBTTA),
Profit Before Taxes to
Shareholders' Equity (PBTSE), Profit After Taxes to Fixed Assets (PATFA), Profit After Taxes to Total Assets (PATTA), Profit After Taxes to Shareholders' Equity (PATSE). Debt to Equity Ratio, Total Asset
Turnover Ratio, Inventory
Turnover Ratio, Average Day’s Inventory Ratio, Working Capital Turnover Ratio, Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Equity.
Dependen Variabel : Perubahan Laba
1. Hasil penelitian Current Ratio, Total Debt to Total Capital Assets Ratio,
Total Asset Turnover Ratio
berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
2. Quick Ratio, Working Capital to Total Asset Ratio Long Term Debt to Equity Ratio Inventory Turnover Ratio, Average Day’s Inventory Ratio, Working Capital Turnover Ratio, Gross Profit Margin, Net Profit Margin Return on Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
Independent Variabel: Current Ratio, Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Time Interest Earned, Inventory Turnover, Receivable Turnover, Profit Margin, Total Asset Turnover, Return on Equity dan Devidend Payout Ratio.
Interest Earned, Receivable
Turnover, Profit Margin, Total Asset Turnover, Return on Equity dan
Devidend Payout Ratio tidak
memiliki kemampuan untuk
Lanjutan Tabel 2.1
Tahun/ Nama Peneliti
Judul
Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Meythi (2005)
Current Ratio, Quick Ratio, Debt Ratio, Equity to Total Asset, Equity to Total Liabilities, Equity to Fixed Asset, Profit Margin, Return on Asset, Return on Equity, Inventory Turnover, Average Collection Periode, Fixed Asset Turnover dan Total Asset Turnover
Dependent Variabel : Perubahan Laba
1. Return on Asset dapat menjadi prediktor laba di masa yang akan datang
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Perubahan Laba Satu Tahun yang Akan Datang Rasio Keuangan (X):
1. Current Ratio (CR)
2. Quick Assets to Total Assets Ratio (QATA)
3. Total Debt to Total Capital Assets Ratio (TDTCA)
4. Debt to Equity Ratio (DER) 5. Cost of Good Sold to Inventories
(CGSI)
6. Cost of Good Sold to Net Sales (CGSNS)
7. Net Sales to Quick Assets (NSQA) 8. Profit Before Taxes to
Shareholders’ Equity (PBTSE) 9. Working Capital to Net Sales
(WCNS)
10.Working Capital to Total Assets (WCTA)
11. Gross Profit to Net Sales (GPNS) 12.Inventories to Net Sales (INS) 13.Operating Profit to Profit Before
Taxes (OPPBT)
14.Inventories to Working Capital (IWC)
15.Return On Assets (ROA)
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Perubahan Laba Dua Tahun yang Akan Datang Laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada saat tertentu,
maupun operasinya selama satu periode masa lalu. Nilai sebenarnya dari laporan
keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan tersebut dapat digunakan untuk
membantu meramalkan keuntungan di masa depan. Dari sudut pandang investor,
meramalkan masa depan adalah hakikat dari analisis keuangan. Sedangkan dari sudut
pandang manajemen, analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk
membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan, yang lebih penting lagi Rasio Keuangan (X):
16.Current Ratio (CR)
17.Quick Assets to Total Assets Ratio (QATA)
18.Total Debt to Total Capital Assets Ratio (TDTCA)
19.Debt to Equity Ratio (DER) 20.Cost of Good Sold to Inventories
(CGSI)
21.Cost of Good Sold to Net Sales (CGSNS)
22.Net Sales to Quick Assets (NSQA) 23.Profit Before Taxes to
Shareholders’ Equity (PBTSE) 24.Working Capital to Net Sales
(WCNS)
25.Working Capital to Total Assets (WCTA)
26. Gross Profit to Net Sales (GPNS) 27.Inventories to Net Sales (INS) 28.Operating Profit to Profit Before
Taxes (OPPBT)
29.Inventories to Working Capital (IWC)
30.Return On Assets (ROA)
Perubahan Laba (E): Dua tahun yang akan
sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan
meningkatkan kinerja perusahaan di masa datang.
Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil yang dicapai dari serangkaian
proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya yang dimiliki. Salah satu
parameter kinerja adalah laba yang dihasilkan. Laba merupakan salah satu indikator
kinerja perusahaan. Informasi laba merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan
oleh pengguna laporan keuangan yang memiliki kekuatan untuk menjelaskan perilaku
keputusan investor dan pengguna laporan keuangan lainnya.
Analisis rasio keuangan dalam pendekatan teori berfungsi sebagai indikator
kesehatan atau kinerja keuangan suatu perusahaan baik pada saat sekarang maupun
masa datang. Analisis rasio pada dasarnya dilakukan dengan menganalisis
variabel-variabel keuangan sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili realitas
perusahaan dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut. Berdasarkan evaluasi
dapat dilakukan prediksi terhadap kinerja perusahaan di masa datang, sehingga
evaluasi untuk menilai kondisi keuangan perusahaan dapat dilakukan dalam
mengambil keputusan investasi (termasuk kredit) yang harus dilakukan pada saat ini.
Rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah: Current Ratio, Quick Assets to
Total Assets Ratio, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Debt to Equity Ratio,
Cost of Good Sold to Inventories, Cost of Good Sold to Net Sales, Net Sales to Quick
Assets, Profit Before Taxes to Shareholders’ Equity, Working Capital to Net Sales,
Operating Profit to Profit Before Taxes, Inventories to Working Capital, Return On
Assets.
Current Ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menutupi kewajiban lancar dengan aktiva lancar. Rasio ini digunakan untuk
mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek karena
rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi
oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan
jatuh tempo utang. Current Ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan
terjadi masalah dalam likuiditas. Sebaliknya Current Ratio yang terlalu tinggi juga
kurang baik, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. Aktiva lancar merupakan sumber
daya atau klaim atas sumber daya yang dapat diubah menjadi kas sepanjang siklus
operasi perusahaan. Current Ratio memiliki hubungan yang positif terhadap
perubahan laba, yakni apabila Current Ratio meningkat maka laba masa yang akan
datang akan meningkat pula (Meriewaty dan Astuti, 2005).
Quick Assets to Total Assets Ratio adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan efektivitas aktiva yang dimiliki dengan
menggunakan aktiva lancar sebagai modal kerja. Quick Assets to Total Assets Ratio
memiliki hubungan yang negatif terhadap perubahan laba, yakni apabila Quick Assets
to Total Assets Ratio meningkat maka laba masa yang akan datang mengalami