• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA HUKUM PEMILIHAN FORUM ARBITRASE INTERNASIONAL DALAM PERJANJIAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA HUKUM PEMILIHAN FORUM ARBITRASE INTERNASIONAL DALAM PERJANJIAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA HUKUM

PEMILIHAN FORUM ARBITRASE INTERNASIONAL DALAM PERJANJIAN PENANAMAN MODAL ASING

DI INDONESIA

Oleh: EKA HARSELLY

06 140 156

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

Alumnae Number of University:

EKA HARSELLY Alumnae Number of Faculty: a). Place/Date of Birth: Jambi/6 March 1988 b). Parent’s Name: Hasrul Ramli, SE / Elly Armi Yuskal c). Faculty: Law d).SP: International Law e). Registered Number: 06140156 f). Date of Graduation : 9 August 2011 g).Graduation Title: Very Satisfied h). GPA: 3,36 i) Time of Study: 5 years j). Adress: Ampera Street No.3C RT.01/RW.03, Padang

LEGAL ANALYSIS OF INTERNATIONAL ARBITRATION FORUM SELECTION IN FOREIGN INVESTMENT AGREEMENT IN INDONESIA

ABSTRACT

In general,foreign investors who will invest in joint ventures has always insisted on the domestic investor to choose the forum of international arbitration,particularly arbitration institutions from developed countries.One cause of this pressure is the superior position of foreign investors who can actually harm domestic investors. Though Indonesia has had an arbitration institution (Indonesian National Arbitration Board (BANI)) that can resolve the dispute over foreign investment and have the arbitrator may be taken into account (in addition to containing the selection of arbitrators in the country,nearly half of the arbitrator in a foreign arbitrator BANI). The problem is judged not to give a sense of justice and reduce the principle of freedom of the parties and contrary to Article V (1) (b) the New York Convention 1958,which contains the principle that the parties receive the same treatment.The problems presented in this study is the first,what are the factors that led to the parties (foreign investors and domestic investors) tend to choose international arbitration rather than BANI.Second, how effective implementation of international arbitration in dispute settlement of foreign investment in Indonesia.This study using a normative juridical methods and aims to see whether the laws that exist in Indonesia related to the arbitration and foreign investment has represented the needs of domestic investors in obtaining legal certainty and to learn about the implementation of international arbitration in Indonesia.Based on research results from problems that occur can be concluded first, foreign investors tend to choose international arbitration because of the credibility of the institution, availability of skilled manpower and lack of confidence in the arbitration institutions in developing countries.Second,the various advantages of international arbitration,it has some weaknesses in the implementation in Indonesia, so that domestic investors should be more careful in deciding which will be agreed upon arbitral institution.

Thesis has been defended and declared on the exam board on Tuesday : 9 August 2011

Signature

Name Prof. Firman Hasan, SH., LLM. Sukanda Husin, SH., LLM.

Known by

Head of Special Program : DR. Ferdi, SH., MH

Alumnae has been registered to Faculty/ University and receive the Alumnae number as follows Officers Faculty / University Alumnae Number of Faculty: Name: Signature:

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih

arbitrase internasional daripada arbitrase nasional sebagai pilihan forum penyelesaian

sengketa. Kecenderungan tersebut dikarenakan pada umumnya investor asing kurang

mengenal sistem tata hukum negara lain yang menimbulkan adanya keraguan akan sikap

objektivitas setempat dalam memeriksa dan memutus perkara yang di dalamnya terlibat unsur

asing.1

Pihak asing juga memiliki keraguan terhadap kualitas dan kemampuan negara

berkembang untuk memeriksa dan memutus perkara yang berskala perdagangan internasional

dan ahli teknologi. Namun pada kenyataannya, penyelesaian sengketa melalui arbitrase

internasional lebih baik dibandingkan melalui arbitrase nasional tidak selamanya benar. Ada

kalanya penyelesaian melalui badan arbitrase internasional berbanding terbalik dengan sifat

arbitrase yang cepat, murah dan sederhana dalam prosedur. Hal ini dapat terlihat dalam kasus

sengketa penanaman modal asing pada pembangunan Hotel Kartika Plaza yang akhirnya justru

merugikan investor dalam negeri.2

Berdasarkan perjanjian awal, hotel tersebut dibangun melalui joint venture antara

investor asing dengan investor dalam negeri.3 Setelah berjalan beberapa lama, pihak investor

dalam negeri memutuskan perjanjian secara sepihak atas alasan pihak investor asing yang

1 Lihat Erman Rajagukguk, Keputusan Arbitrase Asing Mulai Dapat Dilaksanakan di Indonesia, Suara

Pembaruan tanggal 7 Juni 1990, hal.2. www.google.com/keputusan-arbitrase-asing/, diakses tanggal 5 Maret 2011.

2 Lihat Sudargo Gautama, Indonesia dan Arbitrase Internasional, Penerbit Alumni, Bandung, 1986, hal.4.

3 Joint venture adalah kerja sama beberapa pihak untuk menyelenggarakan usaha bersama dalam jangka

(4)

bersangkutan tidak memenuhi isi perjanjian, yaitu tidak memenuhi sepenuhnya modal yang

dijanjikan. Atas peristiwa tersebut, investor asing menganggap tindakan itu melanggar

perjanjian dan mengajukan pihak investor dalam negeri ke International Center for Settlement

of Investment Disputes (ICSID). Namun, penyelesaiannya menjadi sangat lama dikarenakan 2

(dua) dari arbiter yang ditunjuk memiliki mobilitas tinggi.4 Akibatnya, penyelesaian sengketa

tertunda dan berlarut-larut sampai bertahun-tahun.

Dari contoh kasus tersebut, dapat dikatakan bahwa arbitrase tidak selalu bersifat

sederhana, karena dalam kesederhanaannya sering terkandung hambatan-hambatan yang

non-prosedural. Sehingga penyelesaian sengketa melalui arbitrase internasional tidak selamanya

lebih cepat dari proses penyelesaian melalui arbitrase nasional, bahkan sering kali biaya yang

harus dipikul pihak yang terlibat tidak lebih murah dan jauh lebih mahal (berlipat ganda) dari

biaya yang timbul apabila melalui arbitrase nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari

honorarium arbiter yang harus dipikul pulang-pergi dari satu negara ke tempat bersidang,

ditambah lagi dengan biaya penasehat hukum (kuasa hukum) yang ditunjuk juga harus

pulang-pergi dari satu negara ke tempat persidangan. Tentu semua hal itu menghabiskan biaya yang

sangat besar.5

Pada umumnya para investor asing yang akan menanamkan modalnya secara joint

venture, selalu menekankan pada investor dalam negeri untuk selalu memilih forum arbitrase

internasional, terutama lembaga-lembaga arbitrase dari negara yang telah maju. Salah satu

penyebab dari tekanan ini adalah adanya posisi superior dari investor asing yang berasal dari

negara maju, sehingga mereka dapat bersikap ‘take it or leave it’ dan dapat menentukan secara

4 Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau yang ditunjuk oleh

Pengadilan Negeri atau lembaga arbitrase, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.

5 Lihat Sukanda Husin, Arbitrating Experiences in SIAC, Makalah ini disajikan pada Seminar Bagian Hukum

(5)

sepihak bahwa apabila hendak diadakan arbitrase, maka arbitrase ini harus dilakukan di bawah

naungan lembaga arbitrase yang dikenal di negara investor asing tersebut.6

Inti permasalahannya, kecenderungan investor asing memilih arbitrase internasional

dan menekankan kepada investor dalam negeri untuk menyetujui pilihan forum arbitrase yang

mereka tawarkan justru dapat merugikan investor dalam negeri. Padahal Indonesia telah

memiliki lembaga arbitrase nasional (Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)) yang dapat

menyelesaikan sengketa penanaman modal asing serta memiliki arbiter yang dapat

diperhitungkan (selain berisikan arbiter-arbiter terpilih dari dalam negeri, hampir setengah dari

arbiter yang berada di BANI merupakan arbiter asing).7

Akar permasalahannya jika ditinjau dari philosophical value, permasalahan di atas

dapat dinilai tidak memberikan rasa adil dan mengurangi prinsip kebebasan para pihak. Hal

ini dikatakan tidak adil karena dalam hal pemilihan forum arbitrase, investor asing

menggunakan posisi superiornya untuk menekan investor dalam negeri agar mengikuti forum

arbitrase yang lebih mereka percaya. Hal tersebut tentu saja telah bertentangan dengan Pasal

V (1) (b) Konvensi New York 1958 yang berisikan prinsip bahwa para pihak mendapat

perlakuan yang sama. Oleh karena itu diperlukan jalan keluar agar masalah ini tidak terjadi

terus-menerus yang nantinya dapat merugikan investor dalam negeri. Penulis berpendapat, di

dalam undang-undang yang berkaitan dengan arbitrase yaitu UU No.30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa hendaknya terdapat pasal yang mengatur

beberapa hal yang dibutuhkan guna menanggulangi masalah di atas, sehingga permasalahan

ini tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.

6 Sudargo Gautama, Arbitrase Dagang Internasional, Penerbit Alumni, Bandung, 1986, hal.63.

7 Lihat Admin, Badan Arbitrase Nasional Indonesia, http://www.bani-arb.org/bani_main_ind.html, diakses

(6)

Berangkat dari keterangan di atas penulis berminat untuk mengkaji lebih dalam dan

ilmiah dengan memilih judul “ANALISA HUKUM PEMILIHAN FORUM ARBITRASE

INTERNASIONAL DALAM PERJANJIAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA”.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis memfokuskan penelitian ini tentang

pemilihan forum arbitrase internasional dalam kontrak PMA di Indonesia dengan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apa faktor yang menyebabkan para pihak (investor asing dan investor dalam negeri)

cenderung memilih arbitrase internasional daripada Badan Arbitrase Nasional

Indonesia?

2. Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan arbitrase internasional dalam penyelesaian

sengketa penanaman modal asing di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, yaitu :

1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan para pihak (investor asing dan investor

dalam negeri) cenderung memilih arbitrase internasional daripada Badan Arbitrase

Nasional Indonesia.

2. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan arbitrase internasional dalam penyelesaian

sengketa penanaman modal asing di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

(7)

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan hukum ini diharapkan dapat membantu dalam menerapkan ilmu

secara teoritis di bangku perkuliahan dan memberikan informasi bagi segenap civitas

academica terutama bagi yang mendalami hukum internasional yang akan mengambil

penulisan hukum yang berkaitan dengan arbitrase internasional dan penanaman modal

asing.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan

informasi dan menambah sumber ataupun referensi bacaan tentang pemilihan forum

arbitrase internasional dalam perjanjian penanaman modal asing di Indonesia.

E. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis normatif

yaitu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika

keilmuan hukum dari sisi normatifnya.8 Penelitian ini dilakukan dengan

mengumpulkan bahan-bahan hukum tertulis dan ketentuan-ketentuan yang berlaku,

dalam hal ini ketentuan mengenai arbitrase internasional dan arbitrase nasional serta

pelaksanaannya di Indonesia.

2. Jenis Data

Penelitian yang penulis buat ini merupakan penelitian hukum normatif yang

bersumber pada data sekunder. Sumber data diperoleh dari bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, dan bahan hukum tertier.

a) Bahan hukum primer adalah :

(8)

- Convention on The Settlement of Investment Disputes Between States and

National of Other States (Lebih dikenal dengan Konvensi Washington yaitu

sebuah konvensi tentang penyelesaian sengketa-sengketa investasi antara

Warga Negara Asing dengan negara)

- Convention On The Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award

(Lebih dikenal dengan Konvensi New York 1958 yaitu sebuah konvensi tentang

pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase internasional)

- United Nations Commision for International Trade Law (UNCITRAL)

Arbitration Rules

- Undang-Undang No.5 Tahun 1968 merupakan persetujuan atas Konvensi

tentang Penyelesaian Perselisihan Antar Negara dan Warga Negara Asing

Mengenai Penanaman Modal

- Keputusan Presiden No.34 Tahun 1981 tentang Pengesahan Convention on the

Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award

- PERMA No.1 Tahun 1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan Putusan Arbitrase

Asing

- Undang-undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian

Sengketa

- Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

b) Bahan hukum sekunder merupakan penjelasan mengenai bahan hukum primer ,

seperti buku-buku, karya ilmiah, artikel media masa atau jurnal hukum serta

penelusuran informasi melalui internet yang berkaitan dengan arbitrase

internasional dan penanaman modal asing.

c) Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang yang memberikan petunjuk

(9)

dan ensiklopedia yang berkaitan dengan arbitrase internasional dan penanaman

modal asing.

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk sumber informasi dalam penelitian, penulis dapatkan melalui penelitian

perpustakaan dengan cara membaca buku-buku, dokumen dan peraturan yang

berhubungan dengan arbitrase internasional dan penanaman modal asing di

perpustakaan Universitas Andalas dan perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Andalas, serta dapat dilakukan dengan cara mencari informasi tentang penelitian yang

sejenis dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti melalui media cetak dan

elektronik serta akses internet.

4. Pengolahan Data dan Analisis Data

a). Pengolahan Data

Editing, yaitu melakukan pengeditan seluruh data yang telah terkumpul dan

disaring menjadi kumpulan data yang benar-benar dapat dijadikan suatu acuan

yang akurat didalam penarikan kesimpulan.

b). Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan analisa data kualitatif

yaitu mempelajari data yang diperoleh dalam penelitian studi kepustakaan, aturan

perundang-undangan kemudian dianalisis dan dijabarkan dalam bentuk uraian,

sehingga dapat menggambarkan, memaparkan serta menjelaskan persoalan yang

(10)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan uraian yang sebaik-baiknya serta agar sistematik, dalam skripsi ini

dibagi atas empat bab dan setiap bab terbagi atas beberapa sub bab yang pembagiannya

disesuaikan dengan isi dari masing-masing bab.

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dari penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian serta

sistematika penulisannya.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdiri atas lima sub bab, yaitu berisikan mengenai tinjauan

pustaka yang berkaitan dengan penanaman modal asing, sejarah

penggunaan arbitrase di Indonesia, pengertian dan dasar hukum

arbitrase, lembaga arbitrase internasional dan arbitrase nasional, dan

arbitrase internasional di indonesia

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini terdiri atas dua sub bab, yaitu faktor yang menyebabkan

para pihak (investor asing dan investor dalam negeri) cenderung

memilih arbitrase internasional daripada Badan Arbitrase Nasional

Indonesia dan efektivitas pelaksanaan arbitrase internasional dalam

penyelesaian sengketa penanaman modal asing di Indonesia.

(11)

Bab ini memberikan kesimpulan terhadap apa yang telah disampaikan

pada bab-bab sebelumnya yang merupakan jawaban dari perumusan

masalah dan juga saran yang merupakan usulan menyangkut aspek

operasional, kebijakan maupun konseptual yang bersifat kongkret,

Referensi

Dokumen terkait

Analisis secara bersamaan dengan keberadaan faktor yang lain dengan uji statistik regresi logistik dengan metode backward mendapatkan tindakan masyarakat memiliki peran

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari lima variabel independen, terdapat tiga variabel yang memiliki nilai yang signifikan untuk mempengaruhi resistensi

Perilaku konsumen merupakan fenomena yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran perusahaan, yaitu perilaku konsumen dalam melakukan pembelian (Swastha dan Irawan,2008).

Hasil uji t-test dalam penelitian ini menunjukkan persepsi yang lebih baik mengenai sekolah pada partisipan yang belum pernah menjadi korban, saksi, maupun

Kedua , perang dagang industri rokok dengan BPPC. Pabrikan rokok memboikot BPPC dan memilih cengkeh impor dengan maksud memastikan kematian BBPC dan mencegah

Sedangkan visi Direktorat Jendral Pajak untuk menjadi institusi pemerintah yang dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi masih dipandang

yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Pajak karena jumlah kredit Pajak lebih besar dari pada

Ketangguhan wirausaha sebagai penggerak ekonomi terletak pada kreasi baru untuk menciptakan nilai barang yg lebih baik.. Nilai dapat diciptakan dengan mengubah tantangan