• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.3. Pembahasan

Penelitian ini menggunakan 15 rasio keuangan yang pada penelitian sebelumnya terbukti memiliki pengaruh terhadap perubahan laba. Rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah: Current Ratio, Quick Assets to Total Assets Ratio, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Cost of Good Sold to Inventories, Cost of Good Sold to Net Sales, Net Sales to Quick Assets, Profit Before

Taxes to Shareholders’ Equity, Working Capital to Net Sales, Working Capital to Total Assets, Gross Profit to Net Sales, Inventories to Net Sales, Operating Profit to Profit Before Taxes, Inventories to Working Capital, Return On Assets.

Penelitian ini menguji hubungan linear antara rasio keuangan dengan perubahan laba untuk satu dan dua tahun yang akan datang dengan menggunakan regresi berganda, dengan menggunakan model stepwise regression dalam pemilihan rasio keuangan yang akan diseleksi dan akan dimasukkan ke dalam model regresi.

Rasio-rasio keuangan yang dimasukkan ke dalam analisis sebanyak 15 rasio keuangan. Dengan menggunakan metode pemilihan variabel stepwise regression akan terpilih rasio keuangan yang signifikan untuk dimasukkan ke dalam model regresi. Di antara metode baku yang tersedia, metode stepwise relatif lebih ketat dalam penyeleksian variabel-variabel bebas yang akhirnya akan dimasukkan ke dalam model prediksi, sehingga out put SPSS akan secara otomatis terseleksi untuk hanya menampilkan rasio keuangan yang berpengaruh terhadap perubahan laba.

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik dan uji statistik yang dilakukan, maka dapat diketahui Ho ditolak dan model regresi untuk melihat pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba di masa yang akan datang terbukti layak untuk digunakan. Pada taraf kepercayaan 95% dan tingkat signifikan 5% rasio keuangan secara simultan terbukti signifikan mempengaruhi perubahan laba di masa satu tahun dan dua tahun yang akan datang.

Hal ini membuktikan bahwa secara simultan hasil penelitian ini konsisten terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa rasio keuangan

berpengaruh terhadap perubahan laba. Akan tetapi, secara parsial hanya rasio Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Working Capital to Net Sales, Current Ratio, Return On Assets, Gross Profit to Net Sales, Debt to Equity Ratio, Working Capital to Total Assets, Inventories to Working Capital dan rasio Profit Before Taxes to Shareholders’ Equity yang konsisten berpengaruh terhadap perubahan laba di masa yang akan datang, sedangkan rasio, Quick Assets to Total Assets Ratio, Cost of Good Sold to Inventories, Cost of Good Sold to Net Sales, Net Sales to Quick Assets, Inventories to Net Sales dan Operating Profit to Profit Before Tax terbukti tidak mempengaruhi perubahan laba di masa yang akan datang atau tidak konsisten dengan hasil penelitian terdahulu.

Rasio Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Working Capital to Net Sales, Current Ratio, Return On Assets, Gross Profit to Net Sales dan Debt to Equity Ratio terbukti signifikan mempengaruhi perubahan laba di masa satu tahun yang akan datang, dan rasio Working Capital to Total Assets, Return On Assets, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Inventories to Working Capital, Profit Before Taxes to Shareholders’ Equity dan Current Ratio terbukti signifikan mempengaruhi perubahan laba di masa dua tahun yang akan datang. Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

1. Berdasarkan Tabel 5.7 maka model regresi I untuk perubahan laba satu tahun yang akan datang adalah:

Persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar 1,337 terjadi jika tidak ada perubahan rasio TDTCA, WCNS, CR, ROA, GPNS, dan DER, maka perubahan laba adalah sebesar 1,337% dengan asumsi faktor lain konstan.

b. Koefisien regresi TDTCA sebesar 0,451 menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan TDTCA sebanyak 1% akan menaikkan perubahan laba di masa satu tahun yang akan datang sebanyak 0,451% dengan asumsi faktor lain konstan.

c. Koefisien regresi WCNS sebesar 0,232 menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan WCNS sebanyak 1% akan menaikkan perubahan laba di masa satu tahun yang akan datang sebanyak 0,232% dengan asumsi faktor lain konstan.

d. Koefisien regresi CR sebesar -0,249 menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan CR sebanyak 1% akan menurunkan perubahan laba di masa satu tahun yang akan datang sebanyak 0,249% dengan asumsi faktor lain konstan.

e. Koefisien regresi ROA sebesar 0,893 menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan ROA sebanyak 1% akan menaikkan perubahan laba di masa satu tahun yang akan datang sebanyak 0,893% dengan asumsi faktor lain konstan.

f. Koefisien regresi GPNS sebesar -0,414 menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan GPNS sebanyak 1% akan menurunkan perubahan laba di masa

satu tahun yang akan datang sebanyak 0,414% dengan asumsi faktor lain konstan.

g. Koefisien regresi DER sebesar -0,018 menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan DER sebanyak 1% akan menurunkan perubahan laba di masa satu tahun yang akan datang sebanyak 0,018% dengan asumsi faktor lain konstan.

2. Berdasarkan Tabel 5.8 maka model regresi II untuk perubahan laba dua tahun yang akan datang adalah:

E

t2 0,458+0,338WCTA+1,083ROA+0,028TDTCA-0,171IWC–0,162PBTSE–0,096CR+ Persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar 0,458 terjadi jika tidak ada perubahan rasio WCTA, ROA, TDTCA, IWC, PBTSE dan CR maka perubahan laba adalah sebesar 0,458% dengan asumsi faktor lain konstan.

b. Koefisien regresi WCTA sebesar 0,338 menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan WCTA sebanyak 1% akan menaikkan perubahan laba di masa dua tahun yang akan datang sebanyak 0,338% dengan asumsi faktor lain konstan.

c. Koefisien regresi ROA sebesar 1,083 menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan ROA sebanyak 1% akan menaikkan perubahan laba di masa dua tahun yang akan datang sebanyak 1,083% dengan asumsi faktor lain konstan.

d. Koefisien regresi TDTCA sebesar 0,028 menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan TDTCA sebanyak 1% akan menaikkan perubahan laba di masa dua tahun yang akan datang sebanyak 0,028% dengan asumsi faktor lain konstan.

e. Koefisien regresi IWC sebesar -0,171 menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan IWC sebanyak 1% akan menurunkan perubahan laba di masa dua tahun yang akan datang sebanyak -0,171% dengan asumsi faktor lain konstan.

f. Koefisien regresi PBTSE sebesar -0,162 menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan PBTSE sebanyak 1% akan menurunkan perubahan laba di masa dua tahun yang akan datang sebanyak -0,162% dengan asumsi faktor lain konstan.

g. Koefisien regresi CR sebesar -0,096 menyatakan bahwa setiap terjadi perubahan CR sebanyak 1% akan menurunkan perubahan laba di masa dua tahun yang akan datang sebanyak -0,096% dengan asumsi faktor lain konstan.

CR adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban lancar dengan aktiva lancar. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. CR memiliki hubungan yang positif terhadap perubahan laba, yakni apabila

CR meningkat maka laba masa yang akan datang akan meningkat pula (Meriewaty dan Astuti, 2005). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa CR memiliki pengaruh terhadap perubahan laba, mendukung hasil penelitian Meriewaty dan Astuti (2005).

QATA Ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan efektivitas aktiva yang dimiliki dengan menggunakan aktiva lancar sebagai modal kerja. QATA memiliki hubungan yang negatif terhadap perubahan laba, yakni apabila QATA meningkat maka laba masa yang akan datang mengalami penurunan (Warsidi dan Bambang, 2000). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa QATA tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan laba, kontradiktif terhadap hasil penelitian Warsidi dan Bambang (2000).

TDTCA Ratio adalah rasio yang menekankan pentingnya pendanaan utang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. TDTCA memiliki hubungan yang positif terhadap perubahan laba, yakni apabila TDTCA meningkat maka laba masa yang akan datang akan meningkat pula (Meriewaty dan Astuti, 2005). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa TDTCA memiliki pengaruh terhadap perubahan laba, mendukung hasil penelitian Meriewaty dan Astuti (2005).

DER adalah rasio yang menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan persentase ekuitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. DER memiliki hubungan yang positif terhadap perubahan laba, yakni apabila DER meningkat maka laba masa yang akan datang akan meningkat pula (Maurin, 2005).

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa DER memiliki pengaruh terhadap perubahan laba, akan tetapi bernilai negatif. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Maurin (2005) yang membuktikan DER berpengaruh terhadap perubahan laba, akan tetapi hasil penelitian ini kontradiktif terhadap hasil penelitian Maurin (2005) yang membuktikan DER bernilai positif.

CGSI adalah rasio yang mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam inventori berputar dalam suatu periode tertentu atau likuiditas dari inventori dan tendensi untuk adanya overstock. CGSI memiliki hubungan yang positif terhadap perubahan laba, yakni apabila CGSI meningkat maka laba masa yang akan datang akan meningkat pula (Warsidi dan Bambang, 2000). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa CGSI tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan laba, kontradiktif terhadap hasil penelitian Warsidi dan Bambang (2000).

CGSNS adalah rasio yang mengukur kemampuan manajemen perusahaan untuk mengontrol penjualan persediaan. Rasio ini menunjukkan besaran dari harga pokok penjualan atau harga pokok dari jasa yang diberikan. CGSNS memiliki hubungan yang negatif terhadap perubahan laba, yakni apabila CGSNS meningkat maka laba masa yang akan datang mengalami penurunan (Warsidi dan Bambang, 2000). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa CGSNS tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan laba, kontradiktif terhadap hasil penelitian Warsidi dan Bambang (2000).

NSQA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya untuk menghasilkan penjualan. Net Sales to Quick Assets memiliki hubungan yang positif terhadap perubahan laba, yakni apabila NSQA meningkat maka laba masa yang akan datang akan meningkat pula (Warsidi dan Bambang, 2000). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa NSQA tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan laba, kontradiktif terhadap hasil penelitian Warsidi dan Bambang (2000).

PBTSE adalah rasio yang mengukur hasil pengembalian atas investasi pemilik dengan menghubungkan laba dengan kekayaan (ekuitas atau investasi pemegang saham). PBTSE memiliki hubungan yang negatif terhadap perubahan laba, yakni apabila PBTSE meningkat maka laba masa yang akan datang mengalami penurunan (Warsidi dan Bambang, 2000). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa PBTSE memiliki pengaruh terhadap perubahan laba, mendukung hasil penelitian Warsidi dan Bambang (2000).

WCNS adalah rasio yang menunjukkan kemampuan modal kerja berputar dalam suatu siklus kas dari perusahaan, WCNS adalah rasio yang menunjukkan likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja perusahaan WCNS memiliki hubungan yang negatif terhadap perubahan laba, yakni apabila WCNS meningkat maka laba masa yang akan datang mengalami penurunan (Warsidi dan Bambang, 2000). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa WCNS memiliki pengaruh terhadap perubahan laba akan tetapi bernilai positif, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Warsidi dan Bambang (2000) yang membuktikan WCNS berpengaruh

terhadap laba akan tetapi kontradiktif dengan hasil penelitian Warsidi dan Bambang (2000) yang membuktikan WCNS bernilai negatif.

GPNS adalah rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. GPNS memiliki hubungan yang positif terhadap perubahan laba, yakni apabila GPNS meningkat maka laba masa yang akan datang akan meningkat pula (Warsidi dan Bambang, 2000). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa GPNS memiliki pengaruh terhadap perubahan laba akan tetapi bernilai negatif, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Warsidi dan Bambang (2000) yang membuktikan GPNS berpengaruh terhadap laba akan tetapi kontradiktif dengan hasil penelitian Warsidi dan Bambang (2000) yang membuktikan GPNS bernilai positif.

INS adalah rasio yang mengaitkan nilai persediaan yang tercatat dengan penjualan bersih untuk menilai apakah ada pergeseran nilai setelah satu periode tertentu. INS memiliki hubungan yang negatif terhadap perubahan laba, yakni apabila INS meningkat maka laba masa yang akan datang mengalami penurunan (Warsidi dan Bambang, 2000 dan Maurin, 2005). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa INS tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan laba, kontradiktif terhadap hasil penelitian Warsidi dan Bambang (2000) dan Maurin (2005).

OPPBT adalah rasio yang menunjukkan efisiensi operasi perusahaan baik produk maupun biaya administrasi. Dengan rasio ini dapat dilihat seberapa besar rupiah penjualan mampu menghasilkan laba bersih sebelum pajak. OPPBT memiliki hubungan yang positif terhadap perubahan laba, yakni apabila OPPBT meningkat

maka laba masa yang akan datang akan meningkat pula (Warsidi dan Bambang, 2000). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa OPPBT memiliki pengaruh terhadap perubahan laba dan bernilai positif. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Warsidi dan Bambang (2000).

IWC adalah rasio yang mengukur kemampuan untuk menghasilkan persediaan yang dimiliki perusahaan dengan menggunakan modal kerja yang terdiri dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. IWC memiliki hubungan yang negatif terhadap perubahan laba, yakni apabila IWC meningkat maka laba masa yang akan datang mengalami penurunan (Warsidi dan Bambang, 2000). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa IWC memiliki pengaruh terhadap perubahan laba dan bernilai negatif. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Warsidi dan Bambang (2000).

ROA adalah rasio yang menghubungkan laba terhadap aktiva, yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba bersih. ROA memiliki hubungan yang positif terhadap perubahan laba, yakni apabila ROA meningkat maka laba masa yang akan datang akan meningkat pula (Meriewaty dan Astuti, 2005 dan Meythi, 2005). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ROA memiliki pengaruh terhadap perubahan laba, mendukung hasil penelitian Meriewaty dan Astuti (2005) dan Meythi (2005).

Dokumen terkait