Adapun Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada bagan struktur organisasi berikut ini.
``
Halaman 13
D. PERMASALAHAN UTAMA
Terdapat beberapa Permasalahan utama dari pembangunan Urusan Pangan dan Pertanian secara umum adalah bagaimana harus menyediakan pangan yang
berkualitas sehingga dapat meningkatkan indeks ketahanan pangan sedangkan kondisi masyarakat di Kabupaten
Probolinggo masih banyak yang miskin dan meningkatkan nilai
tambah produksi pertanian/ Produksi Pertanian bagi
masyarakat Kabupaten Probolinggo, sedangkan lahan dan
sarana pendukung produksi semakin terbatas.
Beberapa permasalahan utama yang mempengaruhi kinerja urusan pangan dan urusan pertanian antara lain :
d.1. Permasalahan Urusan Pangan (Wajib non pelayanan dasar) Sesuai dengan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian disebutkan terdapat tiga aspek yang ditangani dalam bidang Ketahanan Pangan yaitu [1] Ketersediaan Pangan dan
Cadangan Pangan, [2] Konsumsi Pangan, dan [3] Distribusi dan Akses Pangan, yang melalui ketiga aspek ini diharapkan bisa
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara layak. Di Kabupaten Probolinggo indeks Ketahanan Pangan pada tataran
sedang (indeks ketahanan pangan = 69,75). Dari angka ini dapat
disimpulkan masih terdapat permasalahan yang perlu diselesaikan. Berikut ini disampaikan permasalahan urusan Pangan di Kabupaten Probolinggo melalui pendekatan 3 Pilar Ketahanan Pangan yaitu Ketersediaan Pangan, Akses Pangan, dan
Pemanfaatan Pangan sehingga dapat diidentifikasikan beberapa
Halaman 14
i. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan Pangan dapat diuraikan menjadi Ketersediaan
Pangan dan Cadangan Pangan, dimana kedua hal tersebut pada
intinya adalah mengukur keberadaan pangan bagi masyarakat di Kabupaten Probolinggo. Sedang pangan yang dihitung terdiri dari pangan nabati dan hewani. Kondisi ketersediaan pangan yang ada di Kabupaten Probolinggo dapat diuraikan sebagaimana berikut:
(1) Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan di Kabupaten Probolinggo tergantung kepada tingkat produksi, pangan yang masuk, pangan yang keluar, stok pangan yang ada di pemerintah dan stock pangan dimasyarakat. Beberapa komoditi pangan didapatkan dapat diperoleh secara mandiri dari dalam daerah Kabupaten Probolinggo sendiri seperti misalnya padi, jagung, ubi kayu, kentang, ikan, dan lainnya. Sedang produksi seperti susu, daging unggas, dan pangan lainnya masih harus mendatangkan daerah lainnya. Untuk daging ruminansia walaupun populasi sangat melimpah namun sapi-sapi tersebut kebanyakan dikirim keluar daerah dalam keadaan hidup-hidup, dan pemotongan sapi di Kabupaten Probolinggo relatif sedikit dibanding populasi yang ada. Sehingga tidak bisa diklaim sebagai produksi daging sapi.
Ketersediaan komoditi pangan di tiap-tiap daerah berbeda-beda, di daerah dataran tinggi ketersediaan ikan lebih sedikit dibanding di daerah rendah (dekat pantai), Hingga saat ini
Ketersediaan pangan belum terdeteksi dan tertata secara baik,
``
Halaman 15
bagi masyarakat. Di beberapa daerah (kecamatan) kondisi pangan dalam keadaan defisit dalam bulan-bulan tertentu.
Upaya back up tata kelola ketersediaan dan cadangan pangan adalah membangun gudang cadangan pangan, dimana dalam pelaksanaannya adalah pembangunan gudang, lantai jemur, dan RMU.
Tabel 1.2 Jumlah estimasi Ekspor dan Impor pangan di Kab. Probolinggo Tahun 2017 Jenis Pangan Jumlah Estimasi Impor (ton) Jumlah Estimasi Ekspor (ton) Jenis Pangan Jumlah Estimasi Impor (ton) Jumlah Estimasi Ekspor (ton) Beras 49.917 Susu 18.609 -
Jagung 246.263,5 Minyak Kelapa
sawit
10.973,6 -
Terigu 41.723,5 - Kelapa 696 -
Ubi Kayu 35.839 Kacang tanah - 756,2
Ubi Jalar 1.131,6 - Kacang kedelai 13.533 -
Kentang - 49.054 Gula pasir 4.111,3 -
Ikan - 868,5 Gula merah 283,3 -
Daging Ruminansia 74,2 - Sayuran - 47.167,7 Daging Unggas 3.370,8 - Buah-buahan 27.228,1 - Telur 4.183,3 -
Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
(2) Cadangan pangan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, pada pasal 23 menyatakan bahwa dalam mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan, pemerintah menetapkan cadangan pangan nasional. Cadangan pangan nasional terdiri dari atas cadangan pangan pemerintah, cadangan pangan pemerintah daerah dan cadangan pangan masyarakat. Pengembangan cadangan pangan nasional dimaksudkan untuk mengantisipasi kekurangan
Halaman 16
ketersediaan pangan, kelebihan ketersediaan pangan, gejolak harga pangan dan atau keadaan darurat.
Cadangan Beras Nasional (CBN) sebesar 20% dari total
kebutuhan beras nasional. Cadangan tersebut terbagi atas 11,5% di masyarakat, 8% dikuasai oleh pemerintah pusat, dan 0,5 % di pemerintah daerah. Sedangkan Kebutuhan konsumsi beras nasional
33,47 juta ton. Survei BPS (2015) beras tersebar di rumah tangga
(47,57%), Bulog (19,30%) pedagang (18,32%), penggilingan (8,22%), dan Horeka (6,59%).
Tentang lumbung pangan yang ada di Kabupaten Probolinggo sebagaimana berikut ini :
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah di Kabupaten Probolinggo terletak di Desa Sukodadi Paiton Kabupaten Probolinggo. Dimana pengelolaan lumbung tersebut sesuai dengan UU 23 tahun 2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pangan, pemerintah daerah baik provinsi, maupun kabupaten/kota bertanggungjawab untuk melaksanakan pengembangan cadangan pangan pemerintah. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab terhadap pengelolaan Cadangan Pangan Nasional, penguatan cadangan pangan sebagai antisipasi terhadap dampak anomali iklim yang semakin sulit diprediksi, seperti terjadinya pergeseran masa tanam, masa pemanenan yang tidak merata sepanjang tahun, dan meningkatnya bencana yang tidak terduga (banjir, longsor, kekeringan, gempa) sehingga memerlukan sistem cadangan pangan yang kuat.
``
Halaman 17 i. Kerawanan Pangan
Kerawanan Pangan terdapat di Kabupaten Probolinggo, dimana Kerawanan Pangan bisa diidentifikasi melalui metode Food Security and vulnerability Atlas (FSVA). Terdapat Indikator yang digunakan untuk penentuan wilayah tahan dan rentan terhadap kerentanan pangan antara lain :
1. Ketersediaan pangan 2. Keterjangkauan pangan 3. Pemanfaatan pangan
Dengan menggunakan data dari Potensi Desa (Podes) yang dimiliki oleh BPS Kabupaten Probolinggo maka dapat disusun Peta ketahanan dan Kerentanan Pangan di Kabupaten Probolinggo. Dengan data tersebut bisa diperoleh indeks ketahanan pangan tiap-tiap desa sehingga dapat disusun peringkat desa di Kabupaten Probolinggo. dari Peta dan Data berikut ini dapat disimpulkan bahwa desa Kalianan Krucil, desa Renteng Gading, desa Plaosan Krucil, dan desa Bulupandak Gading merupakan daerah dengan kerawanan pangan tertinggi.
Halaman 18
Berdasarkan data tingkat ketahanan dan kerentanan pangan di Kabupaten Probolinggo, masih terdapat wilayah yang sangat rawan sebagaimana data berikut ini.
Tabel 1.3. Data Tingkat ketahanan dan kerentanan pangan di Kabupaten Probolinggo
No Tingkat Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Jumlah desa
1 Sangat rawan 12 desa
2 Rawan 103 desa
3 Tahan pangan 168 desa
4 Sangat tahan pangan 47 desa
Sumber : Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Tingkat Desa
Provinsi Jawa Timur (2016)
ii. Akses Pangan
Distribusi pangan secara real time, belum menggambarkan
distribusi ketersediaan dan konsumsi pangan nabati, pangan hewani di seluruh wilayah Kabupaten Probolinggo hingga tingkat desa;
``
Halaman 19 Tabel 1.4. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Beras (ton) per per bulan
No Kecamatan Surplus dan Difisit antara Produksi dan Konsumsi Beras (Ton) per per Bulan Tahun 2017
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nop Des 1. Sukapura -107,5 -141,8 -141,5 -114,1 -105,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -142,0 2. Sumber -184,1 -130,1 -164,2 -111,9 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,7 -183,6 3. Kuripan -173,0 587,9 789,1 335,8 -79,7 67,1 -117,6 -212,4 -212,4 -212,5 -216,6 -224,0 4. Bantaran -309,6 29,6 983,5 212,0 -201,6 -290,7 -274,7 -303,4 -303,4 -303,4 -306,3 -309,7 5. Leces -399,4 -293,5 295,8 435,6 -256,5 -406,6 -332,0 -407,0 -406,6 -400,1 -357,2 -411,8 6. Tegalsiwalan -232,4 -125,7 926,4 1.124,7 -53,4 -235,9 -258,0 -258,0 -257,0 -256,9 -254,9 -246,6 7. Banyuanyar -381,4 609,2 2.864,1 979,5 -21,0 -358,3 -286,3 -388,6 -370,6 -394,3 -404,4 -421,5 8. Tiris 865,2 3.486,3 -111,0 54,5 25,9 -353,4 -223,0 -260,9 -167,8 -278,5 -204,4 363,3 9. Krucil -397,5 -387,4 1.047,4 711,4 295,4 7,6 -251,1 -382,7 -337,5 -311,1 -373,3 -362,9 10. Gading 1.411,1 1.748,3 1.662,7 1.335,5 1.450,6 1.502,2 1.644,1 1.527,1 1.527,4 1.495,2 1.720,2 1.313,9 11. Pakuniran -144,1 212,7 1.254,7 1.312,8 413,9 1.096,3 714,8 -298,9 -275,7 -92,6 -216,0 -240,0 12. Kotaanyar -287,1 -180,1 1.678,8 1.912,3 -164,6 -132,3 44,6 -248,1 -96,3 -264,2 -264,4 -271,0 13. Paiton -423,3 -436,2 935,4 3.677,6 387,6 -251,8 232,4 63,0 -466,4 -476,5 -476,5 -483,2 14. Besuk 522,6 2.324,4 3.136,8 2.190,2 2.673,4 2.349,0 1.886,8 691,7 40,4 -136,7 -160,5 -296,9 15. Kraksaan -288,4 -247,4 -205,7 3.443,6 891,5 86,2 1.216,4 867,7 -121,9 -40,8 638,9 774,2 16. Krejengan -165,3 481,3 3.496,3 2.428,1 2.783,2 2.401,9 885,3 211,1 -45,6 -49,4 -20,8 -34,3 17. Pajarakan -23,5 -17,7 317,0 1.149,2 1.293,1 509,0 408,8 744,4 424,1 397,1 671,4 168,0 18. Maron -326,2 1.007,3 3.503,4 1.468,3 -344,6 464,1 1.084,7 567,6 100,0 -313,7 11,3 130,6 19. Gending 96,0 294,8 415,6 990,7 414,2 670,1 854,7 546,3 394,7 101,8 74,9 78,4 20. Dringu -305,0 367,4 881,1 985,5 141,4 -322,2 -366,6 -264,3 -242,2 -355,3 -346,6 -365,9 21. Wonomerto -295,2 115,7 287,5 1.347,7 1.047,1 243,0 -216,3 -264,8 -282,2 -282,2 -283,6 -303,5 22. Lumbang -235,8 -164,1 484,2 707,0 67,4 366,3 70,7 -229,5 -228,3 -170,4 -77,0 -241,8 23. Tongas -150,8 -274,7 1.655,7 4.488,3 219,1 -429,5 -389,8 510,9 -267,2 -424,0 -407,0 149,5 24. Sumberasih -455,7 -360,5 1.100,0 3.484,0 -278,2 -263,2 -373,0 -115,4 -392,9 -392,4 -376,0 -378,2 Jumlah -2.390,0 8.505,7 27.093,2 34.548,3 10.415,2 6.394,2 5.630,3 1.771,1 -2.312,0 -3.485,6 -1.954,1 -1.939,0
Halaman 20
Dari tabel di atas secara keseluruhan Kabupaten Probolinggo mengalami surplus beras sebesar 82.277 ton beras, namun terdapat beberapa mengalami defisit seperti Sukapura, Sumber, Bantaran, Leces, Tegalsiwalan, Krucil, dan Dringu.
Dilihat dari persebaran persediaan setiap bulan maka dapat diketahui bahwa masyarakat untuk memenuhi kebutuhan beras (pangan) harus mengambil beras dari daerah lain (sekitar/ lain), disini peran distribusi pangan dan cadangan pangan menjadi sangat penting. Contohnya adalah daerah seperti Sukapura menggantungkan pasokan beras dari luar , Peran penyimpanan beras oleh masyarakat sendiri sangat penting.
iii. Pemanfaatan Pangan
Pola komsumsi pangan akan mempengaruhi status gizi individu. Permasalahan gizi di Kabupaten Probolinggo cenderung pada gizi kurang, Hal ini ini terlihat dengan banyaknya jumlah balita kurus, pendek dan wanita (ibu/calon ibu) yang beresiko kurang energi kronis. Hasil Pemantauan status gizi (PSG) 2017, terdapat balita dengan gizi kurang dan buruk (underweight) sebesar 16%, balita pendek dan sangat pendek (stunting) sebesar 32 %, balita kurus dan sangat kurus (wasting) 6.1% dan balita gemuk 4%. Balita yang mendapat ASI eksklusif hanya sebesar 33,6%, ibu hamil beresiko KEK (Kurang Energi Kronis) sebesar 25,1% dan wanita usia subur beresiko KEK sebesar 14,9%.1
Tabel 1.5. Desa yang diprioritaskan dalam penanganan balita stunting No Kecamatan Desa No Kecamatan Desa 1 Krejengan Widoro 10 Gading Batur
1 Laporan akhir analisis pola konsumsi dan suplai pangan Kabupaten Probolinggo tahun 2018 DKPP & MWA
``
Halaman 21
2 Pakuniran Alaspandan 11 Banyuanyar Banyuanyar Tengah 3 Dringu Mranggon Lawang 12 Paiton Kalikajar Kulon 4 Paiton Petunjungan 13 Krejengan Kedung Caluk 5 Gending Klaseman 14 Dringu Randuputih 6 Krejengan Opo-opo 15 Paiton Sukodadi 7 Gending Bulang 16 Gading Nogosaren 8 Pakuniran Betektaman 17 Sumber Pandansari 9 Gading Bucor wetan 18 Sumber Cepoko
Sumber : Bappeda Kabupaten Probolinggo
Konsumsi pangan penduduk Kabupaten Probolinggo sudah mencukupi secara kuantitas namun belum berkualitas. Konsumsi energi dan protein di Kabupaten Probolinggo tahun 2016 sebesar 2.078 kkal/kap/hari (96,6% AKE) dan 55,9 g/kap/hari (98% AKP). Adapun konsumsi energi dan protein tahun 2017 sebesar 2.055 kkal/kap/hari (95,5% AKE) dan 55,5 gr/kap/hari (97,3 AKP). Konsumsi energi menurun sebesar 1.1% konsumsi protein menurun sebesar 0,72% dari tahun 2017 terhadap tahun 2016. Skor PPH Kabupaten Probolinggo tahun 2016 adalah 69, meningkat sebesar 4,3% menjadi
72 pada tahun 2017. Konsumsi padi-padian dan gula sudah
mencukupi standar ideal. Kelompok pangan lainnya yaitu umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, serta sayur dan buah masih belum memenuhi standar ideal.
Pada tahun 2016, pola konsumsi pangan sumber karbohidrat penduduk adalah beras (71%), terigu (16%), dan jagung (10%). Pada tahun 2017, pola konsumsi pangan sumber karbohidrat adalah beras (70%) dan terrigu (21%). Jagung tidak lagi menjadi konsumsi pangan sumber karbohidrat. Selain ikan dan kacang kedelai, pola konsumsi
Halaman 22
pangan sumber protein pada tahun 2016 adalah kacang kedelai (45%), ikan (19%), daging unggas (10%), telur (10%), dan susu (9%). Adapun pola konsumsi pangan sumber protein pada tahun 2017 memiliki pola yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu kacang kedelai (40%), ikan (22%), daging unggas (13%) , telur (11%), susu (6%) dan daging ruminansia (5%). Pola konsumsi vitamin dan mineral pada tahun 2016-2017 adalah sayuran dan buah-buahan. Minyak sawit adalah sumber kelompok minyak dan lemak yang paling banyak dikonsumsi. Hal ini terlihat dari kontribusi konsumsi energi minyak sawit tahun 2016 dan 2017 sebesar 90% dan 93% berturut-turut. Gula pasir menjadi pola konsumsi pangan sumber gula dengan kontribusi energi sebesar 98%.
Tabel 1.6. Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten Probolinggo Tahun 2017
No Kelompok Pangan Gram/ kapita/ hari Kkal/ Kapita/ hari % AKE 2 g/kapita/ hari % AKP 3 1 Padi-padian 326,5 1.329 61,8 29,5 51,6 2 Umbi-umbian 48,5 54 2,5 0,5 0,9 3 Pangan hewani 71,3 111 5,2 11,5 20,2 4 Minyak dan Lemak 23,6 213 9,9 0,0 0,0 5 Buah/ Biji
berminyak 2,1 12 0,6 0,2 0,4
6 Kacang-kacangan 34,0 86 4,0 8,7 15,3
7 Gula 33,1 121 5,6 0,0 0,0
8 Sayur dan buah 152,9 85 3,9 2,8 4,9
9 Lain-lain 70,8 45 2,1 2,3 4,0
Total 2.055 95,6 55,5 97,3
Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
2 Angka Kecukupan Energi : 2.150 kkal/ kapita/ hari 3 Angka Kecukupan Protein : 57 g /kapita /hari
``
Halaman 23